DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 (BAB 7)
NAMA :
ANISA FEBRIANI
ARI KUSUMA
JUNITA SETIASIH
MUHAMMAD RENDRA
PRATAMA
SHAULA RISVIAWATI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah
SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan
manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan
keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah
SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi
kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk
maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding
dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu
dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan
ilmu agama atau akhirat. Orang yang berpengetahuan luas tapi tidak tersentuh ilmu agama
sama sekali, maka dia akan sangat mudah terkena bujuk rayu syaitan untuk merusak bumi,
bahkan merusak sesama manusia dengan berbagai tindak kejahatan. Disinilah alasan
mengapa ilmu agama sangat penting dan hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu
agama ini lebih dulu diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia.
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena
itu, manusia membutuhkan terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh
Allah SWT.
B. Tujuan
1. Memeberikan penjelasan tentang pentingnya menuntut ilmu.
2. Mengetahui hadis –hadis tentang kewajiban menuntut ilmu.
3. Mengetahui hukum menuntut ilmu.
4. Mengetahui keutamaan menuntut ilmu.
5. Mengetahui kedudukan orang yang menuntut ilmu.
6. Mengetahui pentingnya mengamalkan ilmu.
7. Mensyukuri nikmat Allah denga menuntut ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ILMU
Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu (alima, ya’lamu, ‘ilman) yang berarti mengerti,
memahami benar-benar.
Ilmu dari segi Istilah ialah Segala pengetahuan atau kebenaran tentang sesuatu yang datang
dari Allah SWT yang diturunkan kepada Rasul-rasulNya dan alam ciptaanNya termasuk
manusia yang memiliki aspek lahiriah dan batiniah.
Ilmu dalam bahasa Inggris disebut science, sedangkan pengertian ilmu yang terdapat
dalam kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala
gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Adapun ciri-ciri utama ilmu menurut terminologi, antara lain adalah:
1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur
dan dibuktikan.
2. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu
putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek
yang sama dan saling berkaitan secara logis.
3. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran
perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan
teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
4. Yang sering kali berkaitan dengan konsep ilmu adalah ide bahwa metode-metode yang
berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencari
ilmu.
5. Ilmu menuntut pengalaman dan berpikir metodis.
6. Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya.
B. PENGERTIAN MENUNTUT ILMU
“Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah
laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan
menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.”
Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaiman sabda Nabi Muhammad Saw.
Artinya :
“Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan perempuan”
Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena mengharapkan
wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya
adalah tasbih, menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah Taqarrub.”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan
perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada
diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan
aspek lain yang ada pada setiap individu.
Melihat empat hal diatas, jika kita sebagai seorang Muslim mau beruntung dan terlepas dari
kerugian, maka mau tidak mau, suka atau tidak suka kita harus :
Tunggu apa lagi, selagi kita masih diberi kesempatan hidup, segeralah dan jangan ditunda-
tunda lagi, untuk menuntut ilmu agar jika kita mati, tidak dalam golongan orang yang
mengalami kerugian. Alangkah sayangnya jika kematian telah mendatangi kita, kita masih
belum menjalankan satu pun tahapan dalam surat Al-Ashr, apakah kita mau jika kelak di
alam kubur / barzah keadaannya gelap gulita, padahal disanalah kita menunggu entah berapa
juta tahun lagi, hari kebangkitan seperti yang dijanjikan ALLAH, Marilah sebelum malaikat
maut benar-benar menghampiri kita, laksanakanlah dulu perintah ALLAH yang pertama
dalam Surat Al-Ashr`, yaitu belajar untuk menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar
artinya sesuai dengan Al-qur`an dan Sunnah atau Hadits shahih dari Rasullulah SAW, karena
seperti kata pepatah, kesempatan baik itu jarang sekali yang datang dua kali, dan semoga
kelak jika kita mati, akan termasuk dalam golongan orang-orang Muslim yang beruntung.
D. HUKUM MENUNTUT ILMU
Apabila kita menelaah isi Al-Qur'an dan Al-Hadis, niscaya kita akan menemukan beberapa
nas yang menjelaskan kewajiban menuntut ilmu, baik bagi laki-laki ataupun
perempuan. Tujuan diwajibkannya mencari ilmu tiada lain yaitu agar kita menjadi umat yang
cerdas, jauh dari kabut kejahilan atau kebodohan.
Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan bertanya,
melihat, ataupun mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadis Nabi
Muhammad saw.:
) (رواه ابن عبد البر. ْضةٌ ع َٰلى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم َو ُم ْسلِ َم ٍة
َ طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِري
"Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan."
(HR. Ibn Abdul Barr)
Dari hadis di atas dapat kita ambil pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya untuk
menuntut ilmu, baik bagi laki-laki ataupun perempuan. Dengan ilmu yang dimilikinya,
seseorang dapat mengetahui segala bentuk kemaslahatan dan jalan kemanfaatan. Dengan
ilmu pula, ia dapat menyelami hakikat alam, mengambil pelajaran dari pengalaman yang
didapati oleh umat terdahulu, baik yang berhubungan dengan masalah-masalah akidah,
ibadah, ataupun yang berhubungan dengan persoalan keduniaan. Nabi Muhammad saw.
bersabda:
ْ oِ َو َم ْن اَ َرا َد هُ َما فَ َعلَ ْي ِه ب، َو َم ْن اَ َرا َد ااْل ٰ ِخ َرةَ فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم،َم ْن اَ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم
قoo(متف .ال ِع ْل ِمo
)عليه
"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki
ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia
memiliki ilmunya pula; dan barang siapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia
memiliki ilmu kedua-keduanya pula." (HR.Bukhari dan Muslim)
Islam mewajibkan kita untuk menuntut berbagai macam ilmu dunia yang memberi
manfaat dan dapat menuntun kita mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan
dunia. Hal tersebut dimaksudkan agar tiap-tiap muslim tidak picik, dan agar setiap muslim
dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi
segenap manusia yang ada di dunia ini dalam batasan yang diridhai oleh Allah swt.
Demikian pula Islam mewajibkan kita menuntut ilmu akhirat, karena dengan
mengetahuinya kita dapat mengambil dan menghasilkan suatu natijah, yakni ilmu yang dapat
diamalkan sesuai dengan perintah syara'.
Kedua ayat ini menunjukkan tentang keutamaan ilmu, yang disifatkan sebagai cahaya yang
membimbing siapa saja yang mengikuti keridhaan-Nya menuju jalan-jalan keselamatan,
berupa jalan yang menyelamatkan seorang hamba dari penyimpangan dan kesesatan, dan
mengantarkan seorang hamba menuju keselamatan dunia dan akhirat, mengeluarkan mereka
dari kegelapan, kegelapan syirik, bid’ah, kemaksiatan dan kejahilan, menuju kepada cahaya
tauhid, ilmu, hidayah, ketaatan dan seluruh kebaikan.
Tidaklah mungkin akan sama antara orang yg berilmu dgn orang yg tidak berilmu.
Tidak mungkin sama orang yg berjalan digelapan dgn cahaya di tangannya sebagai penerang
jalan dgn orang yg berjalan di kegelapan tanpa cahaya menerangi jalannya. Renungkanlah
sejenak firman Allah berikut yg artinya “Dan apakah orang yg telah mati kemudian dia Kami
hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yg terang dengannya ia dapat berjalan di
tengah-tengah manusia serupa dgn orang yg berada dalam gelap gulita dan sama sekali tidak
dapat keluar darinya?Demikianlah orang-orang kafir itu dijadikan memandang baik apa yg
telah mereka kerjakan.”Kebodohan akan membuat orang yg memilikinya memandang baik
segala yg diperbuatnya. Itu karena ia tidak memiliki ilmu yg dapat membedakan baik dan
buruknya sesuatu.
Ilmu amatlah luas, jika di pelajari tidak akan pernah selesai, selama bumi masih
berputar, selama hayat di kandung badan selama itu pula manusia memerlukan ilmu
pengetahuan islam tidak hanya cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi menghendaki agar
seseorang itu terus menerus melakukan belajar, karena manusia hidup di dunia ini perlu
senantiasa menyesuaikan dengan alam dan perkembangan zaman. Jika manusia berhenti
belajar sementara zaman terus berkembang maka manusia akan tertinggal oleh zaman
sehingga tidak dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman, terutama pada zaman
sekarang ini, zaman yang di sebut dengan era globalisasi, orang di tuntut untuk memiliki
bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan. Bahkan kalau perlu menuntut ilmu di
lakukan tidak hanya di tempat yang dekat tetapi kalau perlu harus mengembara untuk
menuntut ilmu di tempat yang jauh. Sebagaimana sabda Rosull :
“Makin tinggi seseorang menuntut ilmu, makin tinggi pula nilai ilmu yang ia miliki, makin
tinggi ilmu seseorang makin banyak kesempatan bagi orang tersebut untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.”
Peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan seseorang sangat besar, dengan ilmu
pengetahuan, derajat manusia akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Seperti
firman Allah dalam Surat Al-Mujaadilah ayat ; 11
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Segala jenis pekerjaan yang dilakukan selalu memerlukan ilmu pengetahuan, dalam
kehidupan sehari-hari misalnya, dapat dilihat bahwa pada umumnya orang yang memiliki
ilmu pengetahuan yang tinggi, taraf kehidupannya lebih baik dari pada orang yang tidak
memiliki ilmu pengetahuan atau orang ilmu pengetahuannya rendah, baik ilmu agama
maupun ilmu umum biasanya tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi atau menyediakan
kebutuhan hidup sehari-hari, misalnya untuk makan, pakaian, obat-obatan dan tempat tinggal.
Satu hal yang lebih penting lagi, bahwa orang yang berilmu memiliki pendirian yang teguh,
tidak mudah terombang-ambing tidak mudah tergoda oleh bujukan syetan. Sebagaimana
sabda Rasulullah Saw.
Artinya :“Seseorang yang alim lebih sulit di goda oleh syetan dari pada seribu orang yang
ahli ibadah (tetapi tidak berilmu),” (H.R. Turmudzi).
Dapat di lihat dalam kehidupan masyarakat terjadinya gangguan ketertiban di akibatkan
karena beberapa faktor, salah satunya ialah kurangnya ilmu pengetahuan yang di miliki oleh
anggota masyarakat itu, seperti :
Kurangnya pengetahuan agama dalam suatau anggota masyarakat mengakibatkan kurang
mengerti / paham tentang batas-batas halal dan haram sehingga cenderung berbuat
seenaknya, tidak tahu malu, dan tidak tahu sopan santun.
Kurangnya pengetahuan umum karena tidak bersekolah atau putus sekolah, sehingga
tidak terampil menciptakan pekerjaan sendiri, sulit mencari pekerjaan akibatnya sulit mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jika keadaannya demikian ditambah
lagi dengan kurangnya pengetahuan tentang agama maka orang mudah terjerumus kedalam
perbuatan yang dilarang oleh agama seperti berjudi, mencuri, merampok, bahkan membunuh.
Islam sangat memperhatikan kebahagiaan dunia dan akhirat sebagaimana firman Allah Swt,
yang artinya, “Peliharalah diri dan keluargamu dariapi neraka.” Keluarga adalah masyarakat
terkecil, jika semua keluarga di dalam masyarakat itu baik, maka baik pulalah kehidupan
dalam masyarakat dan alangkah indahnya sesuatu masyarakat yang anggota masyarakatnya
memiliki keterpaduan antara ilmu agama dan ilmu umum.