Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLS (Common Effect), Fixed Effect dan Random Effect. Untuk menentukan
teknik yang paling tepat untuk mengestimasi regresi data panel, harus melalui
tiga uji yaitu uji F, uji LM, dan uji Hausman.
Keeiga teknik yang digunakan untuk mengestimasi regresi data panel
yaitu: Common effect, fixed effect, dan random effect.
1) Common Effect
Berikut ini hasil estimasi regresi data panel dengan menggunakan teknik
common effect:
Dari hasil regresi teknik common effect maka diperoleh:
2) Fixed Effect
Berdasarkan hasil estimasi di atas maka diperoleh persamaan regresi data
panel dengan model fixed effect sebagai berikut:
Yit = β0 + β1Xit+ β2Xit + β3Xit + β4Xit + eit
3) Random Effect
Berikut ini hasil estimasi regresi data panel dengan menggunakan teknik
random effect:
1) Uji Statistik F
Untuk mengetahui signifikansi teknik Fixed Effect akan diuji
menggunakan uji statistik F. Kegunaan uji statistik F yaitu untuk memilih
antara metode OLS (Common Effect) tanpa variabel dummy atau metode
Fixed Effect.
Menurut Widarjono (2005: 262-263), uji statistik F digunakan untuk
mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan Fixed Effect lebih baik
dari model regresi data panel tanpa variabel dummy (Common Effect) dengan
melihat Residual Sum of Squares (RSS). Adapun rumus yang digunakan untuk
uji F statistik yaitu sebagai berikut:
( RSS 1 −RSS 2 )/ m
F=
( RSS 2 ) / ( n−k )
Keterangan :
VII-2
Ha = Fixed Effect
Ketentuan:
a) Apabila F hitung ≥ F tabel, maka H 0 ditolak dan Ha diterima, berarti bahwa
model Fixed Effect merupakan model yang tepat.
VII-3
Menurut Widarjono (2005: 264), untuk mengetahui signifikansi teknik
Random Effect akan diuji menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM). Uji
Lagrange Multiplier (LM) digunakan untuk memilih antara OLS (Common
Effect) tanpa variabel dummy atau Random Effect. Uji signifikansi Random
Effect ini dikembangkan oleh Bruesch-pagan.
Uji LM digunakan untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih
baik dari metode OLS (Common Effect). Nilai statistik LM dihitung berdasarkan
formula sebagai berikut:
2
n T
[ ]
LM =
nT
2(T−1 )
[ ] Σ Σ e it
i=1 t =1
n
Σ Σ
T
i=1 t =1
n
e 2it
−1
=
nT
2(T−1 )
[ Σ ( T ē i )2
i=1
n
Σ Σ
T
i=1 t=1
e2it
−1
]
Keterangan :
n = Jumlah individu
T = Jumlah periode waktu
e = Residual metode OLS
Hipotesis untuk pengujian ini yaitu:
H0 = OLS tanpa variabel dummy (Common Effect)
Ha = Random Effect
Ketentuan:
a) Apabila LM hitung ≥ Tabel chi square, maka H 0 ditolak dan Ha diterima,
berarti bahwa model Random Effect merupakan model yang tepat.
b) Apabila LM hitung ≤ Tabel chi square, maka H 0 diterima dan Ha ditolak,
berarti bahwa model OLS tanpa variabel dummy (Common Effect)
merupakan model yang tepat.
Diketahui:
VII-4
n = 38
T = 3
df = 4
e = 580.000.000.000
2
n T
[ ]
LM =
nT
2(T−1 )
[ ] Σ Σ e it
i=1 t =1
n
Σ Σ
i=1 t =1
n
T
e 2it
−1
=
nT
2(T−1 )
[ i=1
n
Σ ( T ē i )2
Σ Σ
i=1 t=1
T
e2it
−1
]
2
38∗3 (580 . 000 .000 . 0002 )
= 2(3−1) [ 580 . 000 .000 . 000
−1 ]
2
(3 , 36423 )
=
114
4 [ 580 . 000 .000 . 000
−1 ]
2
(1,31125665112 )
= 28,5
[ 580 . 000 .000 . 000
−1 ]
2
= 28,5 (2,260.787.328 - 1)
2
= 28,5 (1,260.787.328)
= 28,5 (1,589.584.686)
= 45,30
VII-5
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, berarti model Random Effect
merupakan model yang tepat.
3) Uji Hausman
Dari hasil uji signifikansi dua teknik di atas, diperoleh hasil bahwa
teknik yang paling tepat yaitu Fixed Effect dan Random Effect. Untuk memilih
antara teknik Fixed Effect atau Random Effect maka akan diuji kembali
dengan uji Hausman. Kegunaan uji Hausman yaitu untuk memilih antara Fixed
Effect atau Random Effect.
Uji Hausman digunakan apabila metode Fixed Effect dan Random Effect
lebih baik dari metode OLS (Common Effect). Rumus uji Hausman yaitu:
¿ ¿ ¿
−1
m=q Var( q ) q
Keterangan :
¿ ¿ ¿
[
q = β −β GLS ]
¿ ¿ ¿
Var (q )=Var ( β )−Var ( βGLS )
VII-6
Nilai df sebesar 4, pada α = 5% (0,05) diperoleh nilai X 2 tabel sebesar
9,48773. Dari hasil olah data Hausman hitung dengan menggunakan program
Eviews diperoleh nilai Hausman hitung sebesar 9,215061. Jadi Hausman hitung
(9,215061) ≤ X2 tabel (9,48773) maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima
dan Ha ditolak, berarti model Random Effect merupakan model yang tepat.
Gambar 7.1
Hasil Pengujian Pengolahan Data Panel Pemilihan Model yang Tepat
COMMON
EFFECT
2
LM TEST
Terpilih
1 Random Effect
F TEST RANDOM
Terpilih EFFECT
Fixed Effect
3
HAUSMAN TEST
Terpilih
Random Effect
FIXED
EFFECT
Dari hasil uji signifikansi regresi data panel, terpilih model Random
Effect sebagai model yang tepat. Hasil pengolahan data dengan model
Random Effect dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7.1
Hasil Estimasi Regresi Data Panel
Model Random Effect
VII-7
Total panel observations 114
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1237251. 132746.6 9.320401 0.0000
(APB?) 191.4181 73.42121 2.607122 0.0104
(IPM?) -17769.86 1921.229 -9.249212 0.0000
(PENG?) 1.684432 0.470046 3.583548 0.0005
(PDR?) -0.002483 0.001422 -1.745669 0.0837
Random Effects
_PCT—C 5818.561
_PNRG—C -6699.368
_TGLK—C 27355.21
_TLNG—C -8591.980
_BLTR—C 1515.683
_KDR—C 17064.96
Lanjutan
_MLG—C 34461.60
_LMJ—C -30615.94
_JBR—C 16506.80
_BNYW—C 7608.643
_BDWS—C 338.9293
_STBD—C -61647.71
_PRB—C -9385.129
_PSR—C -31109.06
_SIDO—C -48960.53
_MOJO—C 11150.91
_JOM—C 6702.954
_NGJK—C 3363.729
_MDN—C -31051.95
_MGTN—C -4581.122
_NGWI—C -17234.37
_BOJ—C 75678.75
_TBN—C 27233.22
_LMNG—C 55047.87
_GRES—C 23261.25
_BNGK—C -26270.33
_SMP—C 60585.53
_PMKS—C 3063.056
_SMNP—C -25229.85
_KKDR—C 10046.05
_KBLTR—C 8863.784
_KMLG—C -36407.42
_KPRO—C -29687.55
_KPAS—C -26744.33
_KMOJ—C 14626.05
_KMDN—C 2080.573
_KSBY—C 4114.108
_KBTU—C -22271.59
VII-8
Adjusted R-squared 0.831809 S.D. dependent var 137269.4
S.E. of regression 56295.66 Sum squared resid 3.45E+11
Durbin-Watson stat 2.706169
1 BOJ 75678.75
2 SMP 60585.53
3 LMNG 55047.87
4 MLG 34461.60
5 TGLK 27355.21
6 TBN 27233.22
7 GRES 23261.25
8 KDR 17064.96
9 JBR 16506.80
10 KMOJ 14626.05
11 MOJO 11150.91
12 KKDR 10046.05
13 KBLTR 8863.78
14 BNYW 7608.64
15 JOM 6702.95
16 PCT 5818.56
VII-9
17 KSBY 4114.11
18 NGJK 3363.73
19 PMKS 3063.06
20 KMDN 2080.57
21 BLTR 1515.68
22 BDWS 338.93
23 MGTN -4581.12
24 PNRG -6699.37
25 TLNG -8591.98
26 PRB -9385.13
27 NGWI -17234.37
28 KBTU -22271.59
Lanjutan
Ranking Kode Kab/Kot Nilai Intercept
29 SMNP -25229.85
30 BNGK -26270.33
31 KPAS -26744.33
32 KPRO -29687.55
33 LMJ -30615.94
34 MDN -31051.95
35 PSR -31109.06
36 KMLG -36407.42
37 SIDO -48960.53
38 STBD -61647.71
β0_KBLTR =Intercept ranking ke-tiga-belas dicapai oleh Kota Blitar dengan nilai
intercept atau konstanta sebesar 8863.784. Hal ini berarti bahwa
variabel kemiskinan sebesar 8863.784 pada saat variabel APBD, IPM,
Pengangguran dan PDRB sebesar nol (konstan).
β0_BNYW = Intercept ranking ke-empat-belas dicapai oleh Kabupaten Banyuwangi
dengan nilai intercept atau konstanta sebesar 7608.643. Hal ini
berarti bahwa variabel kemiskinan sebesar 7608.643 pada saat
variabel APBD, IPM, Pengangguran dan PDRB sebesar nol (konstan).
β0_JOM = Intercept ranking ke-lima-belas dicapai oleh Kabupaten Jombang
dengan nilai intercept atau konstanta sebesar 6702.954. Hal ini
berarti bahwa variabel kemiskinan sebesar 6702.954 pada saat
variabel APBD, IPM, Pengangguran dan PDRB sebesar nol (konstan).
β0_PCT = Intercept ranking ke-enam-belas dicapai oleh Kabupaten Pacitan
dengan nilai intercept atau konstanta sebesar 5818.561. Hal ini
berarti bahwa variabel kemiskinan sebesar 5818.561 pada saat
variabel APBD, IPM, Pengangguran dan PDRB sebesar nol (konstan).
β0_KSBY = Intercept ranking ke-tujuh-belas dicapai oleh Kota Surabaya dengan
nilai intercept atau konstanta sebesar 4114.108. Hal ini berarti
bahwa variabel kemiskinan sebesar 4114.108 pada saat variabel
APBD, IPM, Pengangguran dan PDRB sebesar nol (konstan).
β0_ NGJK= Intercept ranking ke-delapan-belas dicapai oleh Kabupaten Nganjuk
dengan nilai intercept atau konstanta sebesar 3363.729. Hal ini
VII-12
berarti bahwa variabel kemiskinan sebesar 3363.729 pada saat
variabel APBD, IPM, Pengangguran dan PDRB sebesar nol (konstan).
β0_PMKS =Intercept ranking ke-sembilan-belas dicapai oleh Kabupaten
Pamekasan dengan nilai intercept atau konstanta sebesar 3063.056.
Hal ini berarti bahwa variabel kemiskinan sebesar 3063.056 pada saat
variabel APBD, IPM, Pengangguran dan PDRB sebesar nol (konstan).
VII-16
ada pengaruh negatif antara PDRB (X4) terhadap jumlah kemiskinan (Y)
sebesar 0.002483. Jika PDRB (X 4) naik sebesar 1 rupiah maka jumlah
kemiskinan (Y) akan turun sebesar 0.002483 sebaliknya jika PDRB (X 4)
turun sebesar 1 rupiah maka jumlah kemiskinan (Y) akan naik sebesar
0.002483. Asumsi variabel lainnya yaitu APBD, IPM dan pengangguran tidak
mengalami perubahan atau tetap (cateris paribus).
VII-17
pada α = 5% (0,05) diperoleh nilai F tabel sebesar 2,53.
Jadi, nilai F hitung dapat dihitung dengan cara:
R2 /k
F=
( 1−R2) /(n−k−1 )
0 ,837763 /4
F=
( 1−0 , 837763 ) / ( 114−4−1 )
0 , 837763/4
F=
0 ,162237 /109
0 ,20944075
F=
0 ,001488412844
= 140,71
Tabel 7.3
Hasil Uji Signifikansi Secara Simultan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai F statistik lebih besar
dari nilai Ftabel, hal tersebut diperjelas dengan gambar kurva di bawah ini.
Gambar 7.2
Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Pada Uji F
VII-18
Ho diterima
Ho ditolak
0 2,53 140,71
Nilai Fhitung (140,71) > Ftabel (2,53), hal ini berarti bahwa Ha diterima dan
Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (APBD,
IPM, pengangguran dan PDRB) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat (kemiskinan).
7.3.2. Uji t (Parsial)
Uji t merupakan pengujian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
secara parsial (individu) antara masing-masing variabel bebas (APBD, IPM,
pengangguran dan PDRB) terhadap variabel terikat (kemiskinan).
Dari hasil estimasi regresi data panel dapat diketahui nilai t hitung dan
nilai probabilitas masing-masing variabel bebas. Hasil estimasi tersebut tampak
pada tabel dan gambar berikut.
Tabel 7.4
Hasil Uji Signifikansi Secara Parsial
Hipotesis
Nilai Kondisi Kesimpulan
Alternatif (Ha)
t-hitung = 2,607122
Variabel APBD secara
t-tabel = 2,000
parsial berpengaruh t-hitung > t tabel Ho ditolak
Prob. = 0,0104
signifikan terhadap Prob < α Ha diterima
α = 5%
kemiskinan
(1/2 α = 2,5%)
VII-19
t-hitung = |9,249212|
variabel IPM secara
t-tabel = 2,000
parsial berpengaruh t-hitung > t tabel Ho ditolak
Prob. = 0,0000
signifikan terhadap Prob < α Ha diterima
α = 5%
kemiskinan
(1/2 α = 2,5%)
Lanjutan
Hipotesis
Nilai Kondisi Kesimpulan
Alternatif (Ha)
t tabel (2,000) dan nilai probabilitas 0,0104 < α = 5% ( 1/2 α = 2,5%) maka Ho
ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel
APBD (X1) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan.
Gambar 7.3
Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho
VII-20
Untuk Variabel APBD (X1) Pada Uji t Dua arah
Ho Diterima
Ho Ditolak Ho Ditolak
> t tabel (2,000) dan nilai probabilitas (0,0000) < α = 5% ( 1/2 α = 2,5%) maka
Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
variabel IPM (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan.
Gambar 7.4
Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho
Untuk Variabel IPM (X2) Pada Uji t Dua Arah
Ho Diterima
Ho Ditolak Ho Ditolak
VII-21
Variabel pengangguran (X3) memiliki nilai t hitung sebesar 3,583548 dan nilai
probabilitas sebesar 0,0005. Hal ini berarti nilai t hitung sebesar 3,583548 > t
tabel (2,000) dan nilai probabilitas (0,0005) < α = 5% ( 1/2 α = 2,5%) maka Ho
ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel
pengangguran (X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan.
Gambar 7.5
Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho
Untuk Variabel Pengangguran (X3) Pada Uji t Dua Arah
Ho Diterima
Ho Ditolak Ho Ditolak
< t tabel (2,000) dan nilai probabilitas (0,0837) > α = 5% ( 1/2 α = 2,5%) maka
Ho diterima dan Ha ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
variabel PDRB (X3) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
VII-22
kemiskinan.
Gambar 7.6
Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho
Untuk Variabel PDRB (X4) Pada Uji t Dua Arah
Ho Diterima
Ho Ditolak Ho Ditolak
Koefisien determinasi (R2) sebesar 0.837763 atau 84%. Hal ini berarti
kemampuan variabel bebas yang terdiri dari APBD, IPM, pengangguran dan PDRB
dalam menjelaskan variabel terikat (kemiskinan) sebesar 0.84 (84%), sedangkan
sisanya 16% (1-0.84 = 0.16) dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang secara
implisit tercermin pada variabel pengganggu.
7.3. Pengaruh Secara Parsial Masing-masing Variabel Bebas terhadap Variabel
Terikat
VII-23
Timur. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi IPM maka jumlah
kemiskinan akan menurun, dan apabila IPM semakin rendah maka jumlah
kemiskinan semakin meningkat.
c. Variabel Pengangguran (X3)
Variabel pengangguran (X3) memiliki pengaruh yang positif terhadap
kemiskinan di Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah
pengangguran di Jawa Timur maka jumlah kemiskinan akan meningkat dan
apabila semakin rendah jumlah pengangguran maka jumlah kemiskinan akan
menurun.
d. Variabel PDRB (X4)
Variabel PDRB (X4) memiliki pengaruh yang negatif terhadap kemiskinan di
Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi PDRB maka jumlah
kemiskinan akan menurun, dan apabila PDRB semakin rendah maka jumlah
kemiskinan semakin meningkat.
VII-24