Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 4 (2) 2015 61

© Indonesian Food Technologists

Artikel Penelitian
Kualitas Minyak Goreng dan Produk Gorengan Selama Penggorengan di
Rumah Tangga Indonesia
Ibnu Malkan Bakhrul Ilmi*, Ali Khomsan, Sri Anna Marliyati
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor
*Korespondensi dengan penulis (ibnu.ilmi03@gmail.com)
Artikel ini dikirim pada tanggal 8 Desember 2014 dan dinyatakan diterima tanggal 13 Februari 2015. Artikel ini juga dipublikasi secara online
melalui www.journal.ift.or.id
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang diperbanyak untuk tujuan komersial.
Diproduksi oleh Indonesian Food Technologists® ©2015 (www.ift.or.id)

Abstrak
Minyak goreng yang digunakan secara berulang-ulang berpotensi mengandung asam lemak trans. Konsumsi
asam lemak trans berisiko memunculkan penyakit diabetes dan jantung koroner. Di Indonesia kebiasaan
menggunakan minyak secara berulang lebih dari dua kali mencapai 24%. Penelitian ini bertujuan mengamati
perubahan mutu minyak goreng dan produk setelah digoreng dengan menggunakan teknik rumah tangga.
Penelitian ini merupakan eksperimental study dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Teknik
menggoreng yang digunakan adalah deep fat frying dengan minyak sebanyak 2 liter. Produk yang digoreng adalah
o
tahu seberat 900 gram dengan suhu 150-165 C selama 30 menit. Penggorengan dilakukan empat siklus pada jam
07.00 dan 11.30 selama dua hari. Analisis yang dilakukan meliputi analisis Free Fatty Acids (FFA), nilai peroksida,
profil asam lemak di minyak goreng dan produk. Hasil penelitian menunjukkan kadar FFA dan peroksida minyak
tidak berbeda nyata (α > 0.05) antara penggorengan pertama sampai keempat. Asam lemak terbanyak dalam
minyak dan tahu adalah asam lemak oleat, linoleat dan palmitat. Rasio asam lemak linoleat dan palmitat tidak
mengalami penurunan yang signifikan (α > 0.05) sampai penggunaan minyak keempat. Kadar asam lemak trans
produk tahu sampai penggorengan keempat masih dalam batas aman.

Kata kunci: Kualitas Minyak Goreng, Deep Frying, Lemak Trans

Pendahuluan 2004), gangguan endothelial (Lopez-Garcia et al.,


Konsumsi minyak goreng per kapita penduduk 2005), insulin menjadi tidak sensitif (Lovejoy et al., 2002
Indonesia tahun 2011 sebesar 8,24 liter/kapita/tahun dan Moloney et al., 2004). Selain itu konsumsi lemak
(SUSENAS, 2012). Minyak goreng banyak trans mengakibatkan seseorang berisiko tinggi terkena
dimanfaatkan oleh masyarakat karena minyak goreng penyakit diabetes ( Hu et al., 2001) dan jantung koroner
mampu menghantarkan panas, memberikan cita rasa (Oomen et al., 2001 dan Oh et al., 2005).
(gurih), tekstur (renyah), warna (coklat), dan mampu Di Indonesia, kebiasaan menggunakan minyak
meningkatkan nilai gizi (Aladedunye dan Przybylski goreng berulang masih tinggi. Hasil penelitian Martianto
2009). Pemanasan minyak goreng dengan suhu tinggi et al. (2007) di Kota Makassar menunjukkan
dan digunakan secara berulang akan mengakibatkan masyarakat miskin dan tidak miskin menggunakan
minyak mengalami kerusakan karena adanya oksidasi minyak goreng yang sama untuk menggoreng 2 kali
yang mampu menghasilkan senyawa aldehida, keton, sebanyak 61,2%, 3 kali sebanyak 19,6% dan 4 kali
serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik. sebanyak 5,4%. Pada penelitian ini dilakukan simulasi
Selain itu mengakibatkan polimerasi asam lemak tidak menggoreng dengan teknik yang biasa digunakan di
jenuh sehingga komposisi medium minyak berubah rumah tangga, yaitu dengan cara menggunakan minyak
(Mariod et al., 2006). Penggunaan minyak yang goreng sampai empat kali dan minyak didiamkan tetap
berulang-ulang dengan pemanasan tinggi beserta dalam penggorengan sampai digunakan untuk
kontak oksigen akan mengakibatkan minyak mengalami penggorengan berikutnya. Selanjutnya dilakukan
kenaikan asam lemak bebas. Peningkatan asam lemak pengamatan pada minyak dan produk untuk di evaluasi
bebas dalam tubuh akan mengakibatkan peningkatan keamanannya dikonsumsi. Diharapkan hasil dari
inflamation systemic yang ditandai dengan munculnya penelitian ini dapat menjadi dasar bagi rumah tangga
interleukin-6 dan protein C-reaktif yang berdampak dalam menggunakan minyak goreng.
pada gagal jantung dan kematian mendadak
(Mozzaffarian et al., 2004). Selain meningkatan asam Materi dan Metode
lemak, pemanasan berulang akan membentuk asam Materi
lemak trans di dalam minyak (Fan et al., 2013; Felix et Materi yang digunakan dalam penelitian ini
al., 2009; Tsuzuki et al., 2010; Sartika 2009). Beberapa adalah minyak goreng kemasan diperoleh dari
penelitian menunjukkan bahwa konsumsi asam lemak minimarket daerah di Bogor dan merupakan minyak
trans mengakibatkan bahaya bagi kesehatan, seperti goreng kemasan bermerk kategori 5 besar terlaris di
meningkatkan kolesterol LDL, menurunkan kolesterol Indonesia. Produk tahu dibeli dari pasar tradisional di
HDL dan meningkatkan rasio total kolesterol (Stampfer Bogor. Tahu yang dibeli sudah dalam bentuk potongan
et al., 1991), meningkatkan sistem tumor necrosis dengan ukuran 1,5 x 1,5x 1 cm.
factor (TNF) dan C-reactive protein (Mozaffarian et al.,
doi: 10.17728/jatp.2015.12
62 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 4 (2) 2015
© Indonesian Food Technologists
 
Metode column). Analisis dilakukan di Laboratorium Terpadu
Penelitian berlangsung dari bulan Maret sampai IPB (Seritfikat KAN NO: LP-156-IDN).
dengan Agustus 2014. Desain penelitian yang
digunakan adalah experimental study menggunakan Analisis statistik
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu jenis Sampel didapatkan dari pengorengan dengan
perlakuan yaitu ulangan penggunaan minyak goreng dua kali ulangan. Data dianalisis menggunakan
yang sama sampai 4 kali (ulangan 1, 2, 3, dan 4). analysis of variance (ANOVA) dan uji lanjut DUNCAN
Teknik menggoreng yang digunakan adalah deep fat menggunakan SPSS 17 for windows. Hasil statistik
frying. Minyak goreng yang digunakan dalam penelitian berbeda secara signifikan apabila α < 0,05.
sebanyak 2 Liter dengan pemanasan terlebih dahulu
o
selama 30 menit pada suhu 180 - 185 C. Hasil uji trial Hasil dan Pembahasan
and error didapatkan bahwa suhu yang tepat untuk Hasil analisis kualitas minyak goreng yang
o
menggoreng tahu adalah sebesar 150 - 165 C selama digunakan untuk menggoreng tahu di setiap titik dapat
o
10 menit. Apabila suhu yang digunakan dibawah 150 C dilihat pada Tabel 1. Hasil analisis minyak goreng
didapatkan produk yang masih mentah, dan jika lebih setelah dilakukan penggorengan ke- 1, 2, 3, dan 4
o
dari 165 C didapatkan produk yang terlalu matang dan menunjukkan data yang fluktuatif. Kadar FFA
bahkan kecoklatan bagian kulit luar namun didalamnya meningkat sampai penggorengan ke-3 dan mengalami
masih terlalu basah. Suhu selalu dijaga konstan pada penurunan pada penggorengan ke-4. Kadar peroksida
saat menggoreng dengan cara memonitornya menunjukkan trend peningkatan sampai penggorengan
menggunakan termometer. Berat tahu yang digoreng ke-4. Hasil uji ANOVA menunjukkan kadar FFA dan
pada satu siklus penggorengan sebanyak 850-900 peroksida minyak kontrol, minyak penggorengan ke- 1,
gram (asumsi untuk makan 5 anggota rumah tangga). 2, 3, dan 4 tidak berbeda nyata.
Total waktu minyak goreng mengalami pemanasan Hasil analisis profil asam lemak pada minyak
untuk menggoreng adalah 30 menit. Selama satu hari goreng yang sudah digunakan beberapa kali dapat
dilakukan dua siklus penggorengan, pada jam 6.30 dan dilihat pada Tabel 2. Hasil analisis minyak goreng yang
jam 11.30. Perlakuan berlangsung selama 2 hari, digunakan untuk menggoreng tahu beberapa kali
sehingga dengan minyak goreng yang sama akan menunjukkan terjadinya trend peningkatan beberapa
mengalami 4 siklus penggorengan. Minyak goreng profil asam lemak yaitu elaidic (asam lemak trans),
diambil sebanyak 200 ml di setiap titik setelah oleat, linoleat, sedangkan asam lemak laurat
pemberian perlakuan satu siklus penggorengan. Minyak menunjukkan trend penurunan. Hasil ANOVA
goreng 200 ml disimpan dalam botol gelap lalu dibawa menunjukkan tidak ada perbedaan secara signifikan
untuk dianalisis. Minyak goreng yang tidak diambil antara profil asam lemak miyak goreng kontrol, minyak
didiamkan tetap di dalam penggorengan, kemudian penggorengan ke- 1, 2, 3 dan 4.
disaring endapannya dan digunakan untuk menggoreng Selain pada minyak goreng, analisis profil asam
pada siklus penggorengan berikutnya. Pada siklus lemak juga dilakukan pada produk yang digoreng. Hasil
penggorengan berikutnya tidak dilakukan penambahan analisis profil asam lemak produk tahu dapat dilihat
minyak goreng. pada Tabel 3. Jumlah asam lemak produk tahu
sebagian besar meningkat setelah digoreng dan
Kriteria Sampel jumlahnya menurun pada tahu yang di goreng
Sampel yang dianalisis adalah minyak goreng menggunakan minyak goreng yang sudah digunakan
setelah digunakan untuk menggoreng ke- 1, 2, 3, dan 4 empat kali. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat
dan produk tahu yang digoreng menggunakan minyak perbedaan yang signifikan (α<0.05) antara tahu yang
goreng teresebut (minyak goreng ke- 1, 2, 3, dan 4). belum digoreng dengan tahu yang sudah digoreng
Minyak goreng yang digunakan merupakan minyak menggunakan minyak penggorengan ke- 1, 2, 3, dan 4.
goreng bermerk yang sering digunakan ibu rumah Selama proses penggorengan, minyak goreng
tangga. Total sampel yang dianalisis sebanyak 24 mengalami proses hidrolisis dan oksidasi. Proses
minyak goreng dan 24 tahu. Analisis kualitas minyak hidrolisis mengakibatkan terjadinya peningkatan FFA,
goreng dinilai dari kandungan FFA, nilai peroksida, monoacylglcerol, diacylglycerols dan gliserol,
asam lemak elaidic (trans), laurat, palmitat, oleat dan sedangkan pada saat proses oksidasi akan terbentuk
linoleat. Pada produk tahu kualitas dinilai dari hidroperoksida, aldehid, keton, asam karboksilat,
kandungan kadar lemak, asam lemak (elaidic, laurat, alkana rantai pendek dan alkena (Osawa dan
palmitat, oleat dan linoleat). Analisis FFA, asam lemak Goncalves, 2012). Hasil penelitian Lin et al. (1998)
bebas dan peroksida mengacu pada IUPAC 1979 di menunjukkan pembentukan polimer saat proses
dalam SNI 01-3555-1998. Analisis asam lemak (elaidic, penggorengan akan mengakibatkan terjadinya
laurat, palmitat, oleat dan linoleat) menggunakan Gas peningkatan viskositas pada minyak goreng dan ini
Chromatography (GC) mengacu pada AOAC1984 butir merupakan salah satu tanda kerusakan pada minyak
28.060/GC di dalam SNI 01-13555-1998. Peralatan GC goreng. Pengaruh dari kerusakan minyak goreng
yang digunakan merk Shimadzu GC-17a, 007 series adalah akan mengurangi laju perpindahan panas ke
bonded phase fused silica capillary column no dalam produk, waktu penggorengan lebih lama, terjadi
020711a. Jenis kolom Cyanopropil methylsil (capillary perubahan warna pada produk dan meningkatkan
penyerapan minyak goreng ke dalam produk. Proses
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 4 (2) 2015 63
© Indonesian Food Technologists

hidrolisis pada minyak goreng akan berlangsung peroksida dalam minyak goreng akan bertambah pada
semakin cepat apabila terdapat air di dalam bahan saat minyak yang sudah digunakan didinginkan dan
pangan yang digoreng (Hara et al., 2006). peroksida akan mengalami dekomposisi kembali
Kadar FFA di dalam minyak menunjukkan tingkat setelah proses pemanasan. Kandungan peroksida tidak
kerusakan minyak goreng akibat pemecahan stabil pada penggorengan deep fat drying, pada saat
Tryacilglicerol dan oksidasi asam lemak ikatan ganda penggorengan hidroperoksida terurai membentuk
(Abdulkarim et al., 2007). Hasil penelitian Tarmizi dan karbonil dan senyawa aldehid yang menyebabkan nilai
Siew (2008) menunjukkan bahwa peningkatan kadar peroksida menurun (Shahidi dan Wanasundara, 2002).
FFA berhubungan erat dengan menurunnya titik asap Kualitas minyak goreng setelah diberi perlakuan
minyak goreng. Minyak goreng yang memiliki mutu baik seperti kebiasaan ibu rumah tangga di Indonesia
apabila titik asapnya semakin tinggi (Winarno, 1986). menunjukkan kerusakan yang tidak begitu besar, dan
Hasil analisis menunjukkan terjadinya penurunan kadar didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan
FFA setelah minyak digunakan empat kali. Menurut kualitas minyak goreng yang masih baru atau hanya
Sulieman et al. (2006) penurunan FFA disebabkan digunakan beberapa kali. Menurut Ketaren (1986)
karena hilangnya asam lemak yang memiliki bobot minyak goreng akan mengalami kerusakan pada suhu
o
molekul rendah melalui proses penguapan. 190 C pada saat ada oksigen dan akan mengalami
o
Tingkat kerusakan minyak goreng selain dilihat kerusakan pada suhu antara 240-260 C saat tidak ada
dari kadar FFA, juga dapat diukur dengan melihat nilai oksigen.
peroksida. Nilai peroksida yang semakin meningkat Hasil analisis profil asam lemak pada minyak
menunjukkan terjadinya peningkatan kandungan goreng menunjukkan tidak ada perubahan selama
peroksida karena proses oksidasi. Pada saat penggorengan ke 1, 2, 3 dan 4. Hasil penelitian Chen et
menggoreng dengan suhu tinggi nilai peroksida akan al. (2014) menunjukkan asam lemak linoleat (cis)
menurun karena mengalami kerusakan, dan pada saat mengalami penurunan sampai 10,99% dan 16,21%
proses pendinginan peroksida akan terbentuk kembali setelah digunakan menggoreng selama 8 jam pada
o o
(Augustin dan Berry, 1983). Menurut Ketaren (1986) suhu 150 C dan 250 C. Asam linoleat dan linolenat

Tabel 1. Hasil analisis kualitas minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng tahu
Hasil analisis pada penggorengan ke-
Analisis
Kontrol 1 2 3 4
a ab b b a
FFA (%) 1,51 1,64 2,38 2,46 1,70
a a a a a
Peroksida (meq/kg) 12,69 14,48 13,90 15,16 15,52
Keterangan: superskrip abcd pada baris yang berbeda kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan
yang nyata (P<0,05)

Tabel 2. Hasil analisis profil asam lemak minyak goreng setelah digunakan untuk menggoreng tahu
Asam lemak Hasil analisis pada penggorengan ke- (%)
Kontrol 1 2 3 4
a a a a a
Elaidic (Trans) 0,062 0,070 0,067 0,080 0,080
a a a a a
Laurat 0,170 0,163 0,152 0,167 0,150
a a a a a
Oleat 38,515 38,776 38,177 39,030 39,035
a a a a a
Palmitat 33,152 33,590 33,320 33,042 33,775
a a a a a
Linoleat 10,537 10,656 10,947 10,727 10,925
Keterangan: superskrip abcd pada baris yang berbeda kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan
yang nyata (P<0,05)

Tabel 3. Hasil analisis profil asam lemak tahu setelah digoreng


Hasil analisis pada penggorengan ke- (%)
Asam lemak
Kontrol 1 2 3 4
a b b b b
Lemak 6,57 14,47 14,76 14,11 13,826
a b b b ab
Elaidat (Trans) 0,002 0,0058 0,007 0,006 0,0056
a b b b b
Laurat 0,000 0,008 0,011 0,010 0,007
a b b b b
Oleat 1,10 3,23 3,33 3,26 3,04
a b b b b
Linoleat 2,68 4,69 4,90 4,12 4,38
a b b b b
Palmitat 0,58 2,24 2,23 2,39 2,15
Keterangan: superskrip abcd pada baris yang berbeda kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan
yang nyata (P<0,05)  
64 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 4 (2) 2015
© Indonesian Food Technologists
 
juga akan mengalami penurunan mencapai 13,3% dan Dana Pendidikan (LPDP) Kementrian Keuangan
47,1% setelah mengalami penggorengan selama 7 hari Republik Indonesia atas dukungan dana penelitian.
o
pada suhu 215 C (Aladedunye dan Przybylski, 2009).
Hasil penelitian ini asam lemak cenderung stabil karena Daftar Pustaka
suhu yang digunakan selama penggorengan tidak Abdulkarim SM, Long K, Lai OM, Muhammad SKS,
o
terlalu tinggi, berkisar pada suhu 150-165 C dengan Ghazali HM. 2007. Frying quality and stability of
satu siklus penggorengan memerlukan waktu 30 menit. high-oleic Moringa oleifera seed oil in comparison
Asam lemak elaidat adalah asam lemak yang with other vegetable oils. Food Chemistry
memiliki bentuk isomer trans. Asam lemak elaidat 105:1382–1389.
terbentuk dari asam lemak oleat yang mengalami Aladedunye FA, Przybylski R. 2009. Degradation and
oksidasi sehingga isomer cis berubah menjadi trans Nutritional Quality Changes of Oil During Frying.
(Fennema, 1996). Hasil penelitian ini menunjukkan, J Am Oil Chem Soc (2009) 86:149–156
bahwa terbentuknya asam lemak trans tidak begitu Augustin MA, Berry SK, Efficacy of the Antioxidants
besar dan yang terserap di produk tahu juga cenderung BHA and BHT in Palm Olein During Heating and
sama antar jenis penggorengan. Penggorengan deep Frying. J. Am. Oil Chem. Soc. 60:1520–1522
o
frying pada suhu 200 C akan meningkatkan asam (1983).
lemak trans dalam jumlah kecil dibandingan pada suhu Badan Pusat Statistik. 2012. Survey Sosial Ekonomi
o
250 C yang meningkatkan asam lemak trans secara Nasional
signifikan (Chen et al., 2014). Chen Y, Yang Y, Nie S, Xi Yang, Wang Y, Yang M, Li
Tingkat kerusakan minyak juga dapat dilihat dari C, Xie M. 2014. The analysis of trans fatty acid
rasio asam linoleat dan palmitat dalam minyak goreng profiles in deep frying palm oil and chicken fillets
(Normand et al., 2001). Minyak goreng yang mengalami with an improved gas chromatography method.
o
pemanasan pada suhu 215 C akan mengalami Food Control 44 (2014) 191e197
penurunan rasio asam lemak linoleat dan palmitat Fan HY, Sharifudin MS, Hasmadi M, Chew HM. 2013.
o
mencapai 1 atau 2 kali dibandingkan pada suhu 185 C Frying stability of rice bran oil and palm olein.
(Aladedunye dan Przybylski, 2009). Hasil penelitian International Food Research Journal 20(1): 403-
Chen et al. (2014) juga menunjukkan penurunan asam 407
linoleat dan palmitat mencapai 6,3 ; 9,72 ; dan 26,52% Felix A, Aladedunye, Przybylski R. 2009. Degradation
o o o
berturut-turut pada suhu 150 C, 200 C dan 250 C. Hasil and Nutritional Quality Changes of Oil During
penelitian ini menunjukkan, rasio asam lemak linoleat Frying. J Am Oil Chem Soc 86:149–156
dan palmitat cenderung stabil dan tidak mengalami Fennema OR (ed). 1996. Food Chemistry 3rd ed. New
penurunan yang signifikan. Hal ini menunjukkan York USA: Marcel Dekker, Inc
kerusakan minyak goreng dengan teknik rumah tangga Hara E, Ogawa Y, Totani Y. 2006. Evaluation of heat-
tidak begitu besar. deteriorated oils (Part I): TLC-FID method for
Secara keseluruhan tidak ada perbedaan determining polar compounds content. Journal of
penurunan kualitas minyak goreng dan penurunan profil Oleo Science, 55, 167–172.
asam lemak pada minyak dan produk. Namun Hu FB, Manson JE, Stampfer MJ. 2001. Diet, lifestyle,
demikian, sebenarnya masih banyak indikator and the risk of type 2 diabetes mellitus in women.
penurunan minyak goreng yang belum diamati seperti N Engl J Med 345:790-7.
bilangan iodin, bilangan asam, bilangan p-anisidin, Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak
kadar air, sabun dan bahan tidak terlarut yang menjadi Pangan. Jakarta: UI
kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu Lin S, Akoh CC, Reynolds AE. 1998. The recovery of
masyarakat disarankan tetap tidak menggunakan used frying oils with various adsorbents. Journal
minyak goreng yang berulang-ulang dan penggorengan of Food Lipids, 5, 1–16.
dengan suhu terlalu tinggi. Lopez-Garcia E, Schulze MB, Meigs JB. 2005.
Consumption of trans fatty acids is related to
Kesimpulan plasma biomarkers of in-flammation and
Kadar FFA dan peroksida cenderung tidak endothelial dysfunction. J Nutr 2005;135:562-6.
berbeda nyata antara minyak yang digunakan pertama Lovejoy JC, Smith SR, Champagne CM. 2002. Effects
sampai keempat kalinya. Rasio asam lemak pada of diets enriched in saturated (palmitic),
minyak goreng dan produk yang digoreng menunjukkan monounsaturated (oleic), or trans (elaidic) fatty
tidak adanya penurunan. Kandungan asam lemak trans acids on insulin sensitivity and substrate
pada produk tidak berbeda nyata antara produk yang oxidation in healthy adults. Diabetes Care
digoreng dengan menggunakan minyak pertama, 25:1283-8.
kedua, ketiga dan keempat. Mariod A, Matthaus B, Eichner K, Hussein IH. 2006.
Frying quality and oxidative stability of two
unconventional oils. Journal of the American Oils
Ucapan Terima Kasih Chemists’ Society 83(6): 529-538.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada PT. Martianto D, Sumedi E, Soekatri M, Herawati T. 2007.
FOCUS Distribusi Indonesia dan Lembaga Pengelola Marketing and Distribution Survey of Cooking Oil
at Makassar City. Koalisi Fortifikasi Indonesia
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 4 (2) 2015 65
© Indonesian Food Technologists

Moloney F, Yeow TP, Mullen A, Nolan JJ, Roche HM. frying with cottonseed oil. Campinas, 32(4): 692-
2004. Conjugated linoleic acid supplementation, 700
insulin sensitivity, and lipoprotein metabolism in Paquout C. IUPAC, Standard Methods for the Analysis
th
patients with type 2 diabetes mellitus. Am J Clin of Oils, Fat and Derivates, 6 edition 1984. Di
Nutr 80:887-95. dalam: Badan Standar Nasional. 1998. SNI 01-
Mozaffarian D, Katan MB, Ascherio A, Stampfer MJ, 3555-1998 Cara Uji Minyak dan Lemak.
Willett WC. 2006. Trans fatty acids and Sartika RAD. 2009. Pengaruh suhu dan lama proses
cardiovascular disease. N Engl J Med menggoreng (deep frying) terhadap
2006;354:1601-13 pembentukan asam lemak trans. MAKARA
Mozaffarian D, Pischon T, Hankinson SE. 2004. Dietary SAINS 13: 23-28
intake of trans fatty acids and systemic Shahidi F, Wanasundara UN. (2002). Methods for
inflammation in women. Am J Clin Nutr 79:606- measuring oxidative rancidity in fats and oils. In
12. C. C. Akoh & D. B. Min (Eds.), Food lipids:
Mozaffarian D, Rimm EB, King IB, Lawler RL, Chemistry, nutrition, and biotechnology (2nd ed.,
McDonald GB, Levy WC. 2004. Trans fatty acids pp. 465–482). New York: Marcel Dekker, Inc.
and systemic inf lammation in heart failure. Am J Stampfer MJ, Sacks FM, Salvini S, Willett WC,
Clin Nutr 2004;80:1521-5. Hennekens CH. 1991. A prospective study of
Normand L, Eskin NAM, Przybylski R. 2001. Effect of cholesterol, apolipoproteins, and the risk of
tocopherols on the frying stability of regular and myocardial infarction. N Engl J Med 325:373-81.
modified canola oils. Journal of the American Oil Sulieman ME, El-Makhzangi A, Ramadan MF. 2006.
Chemists’ Society, 78, 369e373. Antiradical performance and physicochemical
Oh K, Hu FB, Manson JE, Stampfer MJ, Willett WC. characteristics of vegetable oils upon frying
2005. Dietary fat intake and risk of coronary heart French fries: A preliminary comparative study.
disease in women: 20 years of follow-up of the Journal of Food Lipids, 13(3), 259–276.
Nurses’ Health Study. Am J Epidemiol 161:672-9. Tarmizi AHA, Ismail R. 2008. Comparison of the Frying
Oomen CM, Ocke MC, Feskens EJ, van Erp-Baart MA, Stability of Standard Palm Olein and Special
Kok FJ, Kromhout D. 2001. Association between Quality Palm Olein. Journal of the American Oil
trans fatty acid intake and 10-year risk of Chemists’ Society 85: 245–251.
coronary heart disease in the Zutphen Elderly Tsuzuki W, Matsuoka A, Ushida K. 2010. Formation of
Study: a prospective population-based study. trans fatty acids in edible oils during the frying
Lancet 357:746-51. and heating process. Food Chemistry 123:976–
Osawa CC, Goncalves LAG. 2012 Changes in breaded 982
chicken and oil degradation during discontinuous Winarno FG. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT
Gramedia

Anda mungkin juga menyukai