Minyak Goreng Rumah Tangga (Webinar)
Minyak Goreng Rumah Tangga (Webinar)
Artikel Penelitian
Kualitas Minyak Goreng dan Produk Gorengan Selama Penggorengan di
Rumah Tangga Indonesia
Ibnu Malkan Bakhrul Ilmi*, Ali Khomsan, Sri Anna Marliyati
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor
*Korespondensi dengan penulis (ibnu.ilmi03@gmail.com)
Artikel ini dikirim pada tanggal 8 Desember 2014 dan dinyatakan diterima tanggal 13 Februari 2015. Artikel ini juga dipublikasi secara online
melalui www.journal.ift.or.id
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang diperbanyak untuk tujuan komersial.
Diproduksi oleh Indonesian Food Technologists® ©2015 (www.ift.or.id)
Abstrak
Minyak goreng yang digunakan secara berulang-ulang berpotensi mengandung asam lemak trans. Konsumsi
asam lemak trans berisiko memunculkan penyakit diabetes dan jantung koroner. Di Indonesia kebiasaan
menggunakan minyak secara berulang lebih dari dua kali mencapai 24%. Penelitian ini bertujuan mengamati
perubahan mutu minyak goreng dan produk setelah digoreng dengan menggunakan teknik rumah tangga.
Penelitian ini merupakan eksperimental study dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Teknik
menggoreng yang digunakan adalah deep fat frying dengan minyak sebanyak 2 liter. Produk yang digoreng adalah
o
tahu seberat 900 gram dengan suhu 150-165 C selama 30 menit. Penggorengan dilakukan empat siklus pada jam
07.00 dan 11.30 selama dua hari. Analisis yang dilakukan meliputi analisis Free Fatty Acids (FFA), nilai peroksida,
profil asam lemak di minyak goreng dan produk. Hasil penelitian menunjukkan kadar FFA dan peroksida minyak
tidak berbeda nyata (α > 0.05) antara penggorengan pertama sampai keempat. Asam lemak terbanyak dalam
minyak dan tahu adalah asam lemak oleat, linoleat dan palmitat. Rasio asam lemak linoleat dan palmitat tidak
mengalami penurunan yang signifikan (α > 0.05) sampai penggunaan minyak keempat. Kadar asam lemak trans
produk tahu sampai penggorengan keempat masih dalam batas aman.
hidrolisis pada minyak goreng akan berlangsung peroksida dalam minyak goreng akan bertambah pada
semakin cepat apabila terdapat air di dalam bahan saat minyak yang sudah digunakan didinginkan dan
pangan yang digoreng (Hara et al., 2006). peroksida akan mengalami dekomposisi kembali
Kadar FFA di dalam minyak menunjukkan tingkat setelah proses pemanasan. Kandungan peroksida tidak
kerusakan minyak goreng akibat pemecahan stabil pada penggorengan deep fat drying, pada saat
Tryacilglicerol dan oksidasi asam lemak ikatan ganda penggorengan hidroperoksida terurai membentuk
(Abdulkarim et al., 2007). Hasil penelitian Tarmizi dan karbonil dan senyawa aldehid yang menyebabkan nilai
Siew (2008) menunjukkan bahwa peningkatan kadar peroksida menurun (Shahidi dan Wanasundara, 2002).
FFA berhubungan erat dengan menurunnya titik asap Kualitas minyak goreng setelah diberi perlakuan
minyak goreng. Minyak goreng yang memiliki mutu baik seperti kebiasaan ibu rumah tangga di Indonesia
apabila titik asapnya semakin tinggi (Winarno, 1986). menunjukkan kerusakan yang tidak begitu besar, dan
Hasil analisis menunjukkan terjadinya penurunan kadar didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan
FFA setelah minyak digunakan empat kali. Menurut kualitas minyak goreng yang masih baru atau hanya
Sulieman et al. (2006) penurunan FFA disebabkan digunakan beberapa kali. Menurut Ketaren (1986)
karena hilangnya asam lemak yang memiliki bobot minyak goreng akan mengalami kerusakan pada suhu
o
molekul rendah melalui proses penguapan. 190 C pada saat ada oksigen dan akan mengalami
o
Tingkat kerusakan minyak goreng selain dilihat kerusakan pada suhu antara 240-260 C saat tidak ada
dari kadar FFA, juga dapat diukur dengan melihat nilai oksigen.
peroksida. Nilai peroksida yang semakin meningkat Hasil analisis profil asam lemak pada minyak
menunjukkan terjadinya peningkatan kandungan goreng menunjukkan tidak ada perubahan selama
peroksida karena proses oksidasi. Pada saat penggorengan ke 1, 2, 3 dan 4. Hasil penelitian Chen et
menggoreng dengan suhu tinggi nilai peroksida akan al. (2014) menunjukkan asam lemak linoleat (cis)
menurun karena mengalami kerusakan, dan pada saat mengalami penurunan sampai 10,99% dan 16,21%
proses pendinginan peroksida akan terbentuk kembali setelah digunakan menggoreng selama 8 jam pada
o o
(Augustin dan Berry, 1983). Menurut Ketaren (1986) suhu 150 C dan 250 C. Asam linoleat dan linolenat
Tabel 1. Hasil analisis kualitas minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng tahu
Hasil analisis pada penggorengan ke-
Analisis
Kontrol 1 2 3 4
a ab b b a
FFA (%) 1,51 1,64 2,38 2,46 1,70
a a a a a
Peroksida (meq/kg) 12,69 14,48 13,90 15,16 15,52
Keterangan: superskrip abcd pada baris yang berbeda kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan
yang nyata (P<0,05)
Tabel 2. Hasil analisis profil asam lemak minyak goreng setelah digunakan untuk menggoreng tahu
Asam lemak Hasil analisis pada penggorengan ke- (%)
Kontrol 1 2 3 4
a a a a a
Elaidic (Trans) 0,062 0,070 0,067 0,080 0,080
a a a a a
Laurat 0,170 0,163 0,152 0,167 0,150
a a a a a
Oleat 38,515 38,776 38,177 39,030 39,035
a a a a a
Palmitat 33,152 33,590 33,320 33,042 33,775
a a a a a
Linoleat 10,537 10,656 10,947 10,727 10,925
Keterangan: superskrip abcd pada baris yang berbeda kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan
yang nyata (P<0,05)
Moloney F, Yeow TP, Mullen A, Nolan JJ, Roche HM. frying with cottonseed oil. Campinas, 32(4): 692-
2004. Conjugated linoleic acid supplementation, 700
insulin sensitivity, and lipoprotein metabolism in Paquout C. IUPAC, Standard Methods for the Analysis
th
patients with type 2 diabetes mellitus. Am J Clin of Oils, Fat and Derivates, 6 edition 1984. Di
Nutr 80:887-95. dalam: Badan Standar Nasional. 1998. SNI 01-
Mozaffarian D, Katan MB, Ascherio A, Stampfer MJ, 3555-1998 Cara Uji Minyak dan Lemak.
Willett WC. 2006. Trans fatty acids and Sartika RAD. 2009. Pengaruh suhu dan lama proses
cardiovascular disease. N Engl J Med menggoreng (deep frying) terhadap
2006;354:1601-13 pembentukan asam lemak trans. MAKARA
Mozaffarian D, Pischon T, Hankinson SE. 2004. Dietary SAINS 13: 23-28
intake of trans fatty acids and systemic Shahidi F, Wanasundara UN. (2002). Methods for
inflammation in women. Am J Clin Nutr 79:606- measuring oxidative rancidity in fats and oils. In
12. C. C. Akoh & D. B. Min (Eds.), Food lipids:
Mozaffarian D, Rimm EB, King IB, Lawler RL, Chemistry, nutrition, and biotechnology (2nd ed.,
McDonald GB, Levy WC. 2004. Trans fatty acids pp. 465–482). New York: Marcel Dekker, Inc.
and systemic inf lammation in heart failure. Am J Stampfer MJ, Sacks FM, Salvini S, Willett WC,
Clin Nutr 2004;80:1521-5. Hennekens CH. 1991. A prospective study of
Normand L, Eskin NAM, Przybylski R. 2001. Effect of cholesterol, apolipoproteins, and the risk of
tocopherols on the frying stability of regular and myocardial infarction. N Engl J Med 325:373-81.
modified canola oils. Journal of the American Oil Sulieman ME, El-Makhzangi A, Ramadan MF. 2006.
Chemists’ Society, 78, 369e373. Antiradical performance and physicochemical
Oh K, Hu FB, Manson JE, Stampfer MJ, Willett WC. characteristics of vegetable oils upon frying
2005. Dietary fat intake and risk of coronary heart French fries: A preliminary comparative study.
disease in women: 20 years of follow-up of the Journal of Food Lipids, 13(3), 259–276.
Nurses’ Health Study. Am J Epidemiol 161:672-9. Tarmizi AHA, Ismail R. 2008. Comparison of the Frying
Oomen CM, Ocke MC, Feskens EJ, van Erp-Baart MA, Stability of Standard Palm Olein and Special
Kok FJ, Kromhout D. 2001. Association between Quality Palm Olein. Journal of the American Oil
trans fatty acid intake and 10-year risk of Chemists’ Society 85: 245–251.
coronary heart disease in the Zutphen Elderly Tsuzuki W, Matsuoka A, Ushida K. 2010. Formation of
Study: a prospective population-based study. trans fatty acids in edible oils during the frying
Lancet 357:746-51. and heating process. Food Chemistry 123:976–
Osawa CC, Goncalves LAG. 2012 Changes in breaded 982
chicken and oil degradation during discontinuous Winarno FG. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT
Gramedia