Anda di halaman 1dari 2

PRODUKSI

A. PENGERTIAN PRODUKSI
Sejak manusia berada di muka bumi, produksi ikut juga menyertainya. Produksi
sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Menurut
Adiwarman Karim sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia
dengan alam. Dalam bahasa arab arti produksi adalah al-intaj dari akar kata nataja, yang
berarti mewujudkan atau mengadakan sesuatu, atau pelayanan jasa yang jelas dengan
menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam
waktu yang terbatas.
Produksi adalah menciptakan manfaat atas sesuatu benda. Secara termonologi, kata
produksi berarti menciptakan dan menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. kegunaan
suatu barang akan bertambah bila memberi manfaat baru atau lebih dari semula. Secara
umum, produksi adalah penciptaan guna ( utility) yang berarti kemampuan suatu barang
atau jasa untuk memuaskan kebutuhan manusiawi tertentu.
Kegiatan produktif merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan
produktif yang menghasilkan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen.
Tanpa produksi kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya, untuk
menghasilkan barang dan jasa, kegiatan produktif melibatkan banyak faktor produksi.
Fungsi produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang dapat
dihasilkan dalam suatu waktu tertentu. Dengan kata lain, produksi, distribusi, dan konsumsi
merupakan rangkaian kegiatan ekonomi yang tidak bisa dipisahkan, ketiganya saling
memengaruhi, namun produksi merupakan titik pangkal dari kegiatan tersebut. Tidak ada
distribusi, sedangkan kegiatan produksi merupakan respons terhadap kegiatan konsumsi
atau sebaliknya.
Dalam kajian ekonomi, produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan
barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Pada saat kebutuhan
manusia masih sedikit dan sederhana, kegiatan produksi dan konsumsidapat dilakukan oleh
manusia secara sendiri. Artinya, seorang memproduksi barang atau jasa kemudian dia
mengonsumsinya. Akan tetapi,seiring dengan berjalannya waktu dan beragamnya
kebutuhan konsumsi serta keterbatasan sumber daya yang ada (kemampuanmya), maka
seorang tidak dapat lagi menciptakan sendiri barang dan jasa yang dibutuhkan. Oleh karena
itu, kegiatan produksi dan konsumsi dilakukan oleh pihak-pihak yang berada. Dan, untuk
memperoleh efisiensi dan meningkatkan produktivitas lahirlah istilah spesialisasi produksi,
diversifikasi produksi dan penggunaan teknologi produksi.
Dalam ekonomi islam, produksi juga merupakan bagian terpenting dan aktivitas ekonomi
bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu dari rukun ekonomi di samping konsumsi ,
distribusi, infak, zakat,nafkah, dan sedekah. Hal ini dikarenakan produksi adalah kegiatan
manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian manfaatnya dirasakan oleh
konsumen. Produksi dalam perpektif Islam tidak hanya berorientasi untuk memperoleh
keuntungan yang sebanyak-banyaknya, meskipun mencari keuntungan tidak dilarang.
Dalam ekonomi Islam, tujuan utama produksi adalah untuk kemaslahatan individu dan
masyarakat secara berimbang. Islam sesungguhnya menerima motif berproduksi
sebagaimana motif dalam sistem ekonomi konvensional, hanya saja lebih jauh islam juga
menambahkan nilai-nilai moral disamping utilitas ekonomi. Bagi Islam memproduksi sesuatu
bukanlah sekedar untuk dikonsumsi sendiri atau di jual di pasar, tetapi lebih jauh
menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan fungsi sosia. Dalam
Al-Qur’an surah 57/al-hadid ayat, Allah berfirman:

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah). Maka orang-
orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah)
memperoleh pahala yang besar”

Dengan kata lain, di samping produksi dimaksudkan untuk mendapatkan utilitas, juga dalam
rangka memperbaiki kondisi fisik materiel dan spritual-moralitas manusia sebagai sarana
untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama Islam, yaitu kebahagian
dunia dan akhirat. Dan dalam ekonomi Islam terdapat keyakinan adanya Allah SWT
sehingga peran kepemilikan dalam ekonomi dipegang oleh Allah. Konsep produksi di dalam
ekonomi Islam tidak semata-mata bermotif memaksimalkan keuntungan dunia tetapi lebih
penting untuk mencapai secara maksimal keuntungan akhirat. Untuk menjamin
terwujudnya kemaslahatan individu dan masyarakat, sistem ekonomi Islam menyediakan
beberapa landasan teoretis seperti keadilan ekonomi (al-adalah al-iqtishadiyyah), jaminan
sosial (al-takaful al-ijtima’i), dan pemanfaatan sumber-sumber daya ekonomi produktif
secara efisien.
Kegiatan produksi yang pada dasarnya halal, harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak
mengakibatkan kerugian dan madharat dalam kehidupan masyarakat. Produksi barang-
barang yang halal adalah dibenarkan, tetapi apabila produksi itu dilakukan dengan
mengandung usur tipuan atau pemerasan, maka hal ini tidak memenuhi landasan ekonomi
Islam. Dilihat dari segi manfaat aktivitas produksi dalam ekonomi Islam terdapat beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama, dibenarkan dalam syariah Islam, yaitu sejalan
dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi, ijma’ dan
qiyas. Kedua, tidak mengandung usur mudarat bagi orang lain. Ketiga, keluasan cakupan
manfaat dalam ekonomi Islam yang mencakup manfaat di dunia dan akhirat.

Anda mungkin juga menyukai