negara seperti Afrika, Amerika, Mediteriania Timur, Pasifik, Asia Tenggara dan
negara lainnya, dimana wilayah yang paling serius adalah Amerika, Asia
Tenggara dan Pasifik Barat. Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia
Penyakit DBD adalah penyakit yang banyak terjadi di negara tropis dan
luas1.
ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue, salah
satu spesiesnya Aedes aegypti. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang
sering menimbulkan kejadian luar biasa. Penyakit ini ditandai dengan empat
kebocoran plasma3.
hati, syok ditandai nadi cepat dan lemah. Kriteria laboratorium antara lain adalah
hematokrit ≥20% dari nilai dasar atau menurut standar umur dan jenis kelamin.
Terdapat empat tahap derajat penyakit DBD, yaitu derajat I dengan tanpa
tanda demam disertai gejala tidak khas dan uji torniket + (positif); derajat II
yaitu derajat I ditambah ada perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain;
derajat III yang ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah
≤ 80 mmHg), sianosis di sekitar mulut, akral dingin, kulit lembab dan pasien
tampak gelisah; serta derajat IV yang ditandai dengan syok berat (profound
shock) yaitu nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur. Seperti
sampel 94 orang yang diperoleh dari data rekam medis di RSUD Anutapura Palu
terdapat adanya hubungan yang bermakna antara kadar trombosit dan hematokrit
2
Namun berbeda dengan hasil penelitian Widyanti di Rumah Sakit Sanglah
Penelitian ini dilakukan pada 100 rekam medis pasien dengan diagnosis demam
berdarah dengue di rumah sakit Sanglah tahun 2013-2014. Sampel dipilih dari
646 pasien yang dirawat sejak Juli 2013 sampai Mei 2014 terdapat hematokrit
keparahan DBD5.
review yang lebih mendalam tentang hubungan hematokrit dan trombosit dengan
kejadian DBD.
3
1.3.2. Tujuan Khusus
4
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diberikan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
kepala berat, sakit dibelakang bola mata, nyeri sendi dan otot (myalgia dan
kombinasi sakit perut, mual, muntah, atau diare. Pasien juga bisa
juga dalam kasus luar biasa dapat terjadi kardiomiopati 8. Penyakit ini dapat
enam sampai tujuh hari dengan demam kembali ke akhir demam (dikenal
6
sebagai pola biphasic). Secara klinis, jumlah sel darah pembeku
cairan plasma darah dari pembuluh darah ke dalam jaringan ikat atau ruang
ketiga (third space loss diantara selaput paru-paru, ruang peritoneum dan
2.1.2. Epidemiologi
anak-anak. Sekitar 40% penduduk dunia atau sekitar 2,5 -3 miliar orang
berasal dari 112 negara di kawasan tropis dan subtropis hidup dalam risiko
tertular infeksi Dengue. Negara Eropa dan daerah Antartika adalah daerah
jumlah penderita 58 orang dan angka kematian 41,3%, sedangkan pada tahun
1988 jumlah penderita mencapai lebih dari 47 ribu orang dengan angka
dilakukan mulai tahun 1989, insiden DBD menurun dari 27,1% per 100.000
penduduk. Program pada tahun 1988 turun menjadi 6,1% per 100.000
27
8
penduduk pada tahun 1989. Setelah itu antara tahun 1989- 1996 terjadi
IR (Insiden Rate) penyakit DBD dari tahun 1968 hingga saat ini
dan meningkatkan kembali dari tahun 2012 (37,11 per 100.000 penduduk)
ke 2013 (41, 25 per 100.000 penduduk). Pada tahun 2013 tercaat penderita
Dengue kegiatan fogging sudah tidak dilanjutkan lagi. Sehingga pada tahun
2.1.3. Etiologi
vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat mengigit
manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya).
Menurut laporan terakhir, virus dapat pula ditularkan secara transovarial dari
nyamuk ke telur-telurnya1.
dalam kelenjar ai liurnya, dan jika nyamuk menggigit orang lain maka virus
Dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Virus ini akan
berkembang selama 4-6 hari dalam tubuh manusia dan orang tersebut akan
diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu.
yaitu arthopod-borne virus atau virus disebarkan oleh artropoda. Virus ini
2.1.4. Patofisiologi
berat (serve Dengue) dapat terjadi. Teori yang diterima luas untuk
Kebocoran Plasma:
Dehidrasi - Hemokosentrasi
- Hipoproteinemia
- Efusi pleura
- asites
Hipovolemi
DIC Syok
Meninggal
yang tinggi14.
maka dapat terjadi gangguan perfusi jaringan, tekanan nadi rendah, hipotensi,
trombosis terjadi baik kualitatif dan kuantitatif, yaitu beberapa trombosit yang
bersirkulasi selama fase akut DBD mungkin fatigue (kelelahan) karena tidak
jumlah trombosit lebih besar daripada 100.00 per mm3 mungkin masih
Tanda dan gejala klinis sangat bervariasi dari ringan hingga berat.
1. Demam pelana kuda (saddleback fever) yang muncul tiba-tiba 2-7 hari,
2. Mual, muntah,
3. Ruam kulit,
2.1.6. Klasifikasi
Demam akut yang berlangsung 2-7 hari dengan dua tanda gejala berikut:
a. Nyeri kepala,
b. Nyeri retro-orbital,
c. Mialgia,
d. Ruam (petekie);
e. Artralgia.
b. Trombositopenia (≤100.000/ml3);
cairan).
15
manifestasi:
c. Kulit dingin.
2.1.7. Diagnosis
2.1.1. Anamnesis
beberapa gejala klinis saja, maka dari itu peranan dari pemeriksaan
a. Trombositopenia (≤100.000/ml3).
d. Pemeriksaan serologi.
perdarahan lain.
DBD Derajat III Terdapat kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lembut,
2.1.8. Penatalaksaan
18
pada tingkat keparahan penyakit. Pasien yang demam sederhana tanpa tanda
2.1.8.2 Farmakologi
Penatalaksanaan kasus DD
Pada hari ke 3,4, dan 5 panas dianjur rawat inap karena penderita
banyak minum oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi diare. Apabila
meningkat lebih dari 20% dari harga normal merupakan indikator adanya
pusat rehidrasi selama kurun waktu 12-24 jam. Penderita DBD yang
gelisah dengan ujung ekstremitas yang teraba dingin, nyeri perut, dan
cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonic (ringer laktat,
ringer asetat dan larutan normal garram faali) dengan jumlah 10-
2.1.9. Trombosit
Trombosit dapat dibagi menjadi 3 daerah (zona) yaitu zona daerah tepi
yang berperan dalam adhesi dan agregasi, zona “sol gel” yang
hidup trombosit sekitar 7,5 hari. Normalnya, dua pertiga total trombosit
limpa. Pada orang dewasa, trombosit berasal dari sumsum tulang merah
dan ginjal21.
jumlah normal, tetapi juga harus berfungsi dengan baik. Adhesi dan
21
bahwa jumlah trombosit pada pasien mulai menurun pada awal fase
demam. Pada awal fase demam jumlah trombosit menurun masih dalam
2.1.10. Hematokrit
dalam volume darah total. Nilai hematokrit biasanya meningkat pada hari
kebocoran23.
perdarahan dalam tubuh dan biasanya terjadi di saluran cerna. Dan apabila
sampel 576 rekam medik pasien dengan diagnosis DBD yang di rawat
129 rekam medik pasien bahwa Tidak terdapat hubungan kadar trombosit
sampel 94 orang yang diperoleh dari data rekam medis di RSU Anutaparu
keparahan DBD31.
terjadi reaksi yang kemudian virus akan bereplikasi dan akan melepaskan
Sanglah Penelitian ini dilakukan pada 100 rekam medis pasien dengan
2014. Sampel dipilih dari 646 pasien yang dirawat sejak Juli 2013 sampai
pasien dengan diagnosis DBD yang di rawat inap di Rumah Sakit Al Islam
penelitian ini hanya dapat dilakukan terhadap 129 rekam medik pasien
Viremia
Replikasi Virus
Kompleks Virus /
NS1-Antibodi
- Trombositopenia
- Peningkatan Permeabilitas Vaskuler
Pemeriksaan Darah
Lengkap: Hb,Hematokrit
Trombosit , Leukosit
- Kadar Trombosit
Derajat Keparahan Demam Berdarah
- Hemotokrit Dengue
27
BAB III
METODE PENELITIAN
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah
bahan penulisan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung. Akan tetapi data
tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti
terdahulu. Sumber data sekunder yang dimaksud berupa buku dan laporan ilmiah primer
atau asli yang terdapat didalam artikel atau jurnal kedokteran nasional dan internasional
prinsip atau gagasan yang digunakan untuk menganalisis dan memecahkan pertanyaan
penelitian yang dirumuskan. Adapun sifat dari penelitian ini adalah analisis deskriptif,
yakni penguraian secara teratur data yang telah diperoleh kemudian diberikan
pemahaman dan penjelasan agar dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
Topik yang digunakan oleh peneliti adalah hubungan antara trombosit dan
inklusinya adalah pasien yang telah didiagnosis sebagai kasus demam berdarah dengue
dengan pemeriksaan laboratorium terdapat hasil kadar trombosit dan kadar hemotokrit.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
mencari atau menggali data dari literature yang terkait dengan apa yang dimaksudkan
dalam rumusan masalah. Data-data yang telah didapatkan dari berbagai literatur
dipublikasikan dalam jurnal online baik nasional maupun internasional dengan Schoolar
atau jurnal lainnya dengan kata kunci : Hematokrit, Trombosit, Derajat Keparahan
28
29
Studi Literatur
2018
Bahasa Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia
Subjek Pasien
Jenis artikel Artikel original tidak dalam bentuk
editor,
full teks
Tema isi artikel Hubungan antara kadar trombosit
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode PICO dan tabel
sintesis GRID.
3.5.1 GRID
31
Tahun
Towidjojo Ada hubungan yang Cross- Penelitian 94 Data Hubungan kadar
sectional
dkk., 2014 bermakna antara orang yang sekunder trombosit dengan
kadar trombosit dan diperoleh dari dari rekam derajat DBD secara
terbalik berderajat
Hubungan kadar
hematokrit dengan
statistik bermakna
(p<0,05). Derajat
dengan Spearman
didapatkan hubunga
secara berderajat
(p=0,714).
Uji nonparametrik
Spearman terhadap
hematokrit dan
manifestasi perdara
mendapatkan hasil
(p=0,153)
Syurmarta Untuk melihat Retrospektif Semua pasien Rekam Hasil penelitian
dkk., 2014 hubungan hasil DBD dewasa yang Medis ditemukan rerata um
2016 validitas hubungan sectional diagnosis demam medik (r=0,173; p> 0,05) d
dirawat DBD
Ayunani., Untuk mengetahui Cross- Semua pasien Rekam Didapatkan hubung
2017 hubungan tingkat sectional yang didiagnosa medis yang bermakna dan
keparahan dengan
jumlah trombosit
bermakna
(p=0,000;r=-0,732)
dan mempunyai
dkk., 2014 hubungan kadar Sectional pasien yang dapat medis menggunakan chi
hematokrit dengan
derajat penyakit DB
dapatkan
BAB IV
HASIL
DBD31,33,32,34,35,28.
BAB V
PEMBAHASAN
data sekunder dari rekam medis pasien DBD tahun 2011-2012 di RSU Anutapura
besar sampel memakai rumus slovin didapatkan 94 sampel. Total yang didapat 94
sampel didapatkan rerata umur 20 tahun dengan umur terendah 20 tahun dan
tertinggi 40 tahun. Berdasarkan penelitian tidak dijumpai DBD derajat IV; 77,7%
sampel masuk dalam DBD derajat I dan secara umum prevalensi DBD dijumpai
pada kelompok umur 20-22 tahun berjumlah 46 orang (48,9%). Kadar trombosit
tertinggi didapatkan pada DBD derajat I sebesar 95.917 ± 35.912 dengan rentang
20.525 dengan rentang 10.000-58.000/mm3. Pada pasien DBD derajat I, II, III
secara statistik bermakna (p<0,05). Nilai korelasi Spearman (r) didapatkan sebesar
-0,529 dengan korelasi derajat sedang (0,400-0,599). Hal ini menunjukkan bahwa
semakin berat derajat DBD makan akan semakin rendah kadar trombosit walaupun
derajat klinik DBD berdasarkan kriteria WHO. Sampel penelitian diambil dari data
rekam medis pasien demam berdarah dengue di RSUP M. Djamil Padang. Jumlah
sampel yang diperoleh adalah sebanyak 84 orang, dimana 50 orang berada pada
derajat I, 28 orang berada derajat II dan 6 orang berada derajat III dan tidak
ditemukan derajat IV. Peneliti meneliti yang banyak menderita DBD adalah usia
dibawah 20 tahun dengan rerata usia penderita DBD adalah 25.49±10.09 ribu/mm 3.
Pada derajat II adalah 31.14±2.25 ribu/mm3. Pada derajat III adalah 36.17±2.29
ribu/mm3. Hasil analisis hubungan jumlah trombosit dengan derajat klinik DBD
bermakna dengan uji korelasi Kendall’s tau didapatkan nilai p < 0,05 yang berarti
terdapat hubungan bermakna antara jumlah trombosit dengan derajat klinik DBD.
Dengan koefisien r = -0,0336 yang berarti kekuatan hubungan lemah dengan arah
hubungan negatif34.
Penelitian di atas sejalan dengan penelitian Ayunani, dkk (2017) penelitian ini
bersifat analitik dengan desain Cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar Lampung dengan menggunakan rekam
medis. Hasil penelitian analisis univariat, sampel yang memenuhi kriteria sebanyak
85 pasien bahwa penderita demam berdarah pada derajat I (70,59% 60 pasien) lebih
banyak dari pada derajat II (29,41% 25 pasien) dan tidak ditemukan penderita
42
demam berdarah derajat III dan IV. Pada pasien derajat I masih didapatkan kadar
yang normal untuk jumlah trombosit (22%) dan jumlah trombosit sebagian besar
rendah (78%). Pada pasien demam berdarah derajat II sebanyak 100% untuk semua
pasien yang ada pada derajat II. Pada hasil penelitian analisis bivariat jumlah
(129.000) dan range (100.00-150.000), dan pada derajat II didapatkan nilai mean
yang bermakna antara derajat keparahan pasien demam berdarah dengan jumlah
trombosit karena nilai p = 0,000 (nilai p < 0,05). Nilai korelasi Spearman sebesar
-0,732, nilai korelasi ini menunjukkan hubungan yang kuat, walaupun arahnya
negatif. Arah negatif menunjukkan semakin besar derajat demam berdarah, maka
Penelitian di atas berbeda dengan penelitian Livina, dkk (2013) penelitian ini
usia 14-20 tahun merupakan kelompok usia terbanyak yaitu 30 orang (39,0%).
hasil ini dinyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara trombosit dengan
pada 100 rekam medis pasien dengan diagnosis demam berdarah dengue. Sampel
dipilih dari 646 pasien yang dirawat sejak Juli 2013-Mei 2014. Karakteristik sampel
yang diambil terdiri dari 63 orang (63%) laki-laki dan 37 orang (37%) perempuan.
Hasil trombosit minimal 10,7 x103 sel/mm3 dan nilai trombosit tertinggi 133 x 103
dengan rata-rata sebesar 67,726 x 103 sel/mm3. Pada 50 sampel dengan derajat I
ditemukan nilai trombosit terendah adalah 19,6 x 10 3 sel/mm3 dan tertinggi 115 x
103 sel/mm3. Pada 48 sampel dengan derajat II ditemukan nilai trombosit terendah
adalah 11 x 103 sel/mm3 dan tertinggi 133 x 103 sel/mm3. Sedangkan pada demam
keparahan DBD dan trombosit adalah hubungan negatif namun sama halnya dengan
hasil uji dengan hematokrit. Dengan demikian analisis regresi linier untuk menguji
Penelitian di atas sejalan dengan penelitian Elindra, dkk (2014) penelitian ini
medis pasien DBD di RS Al-Islam Bandung. Sampel 576 rekam medik dengan
diagnosa DBD yang dirawat inap di RS Al-Islam Bandung Periode 1 Januari 2014 -
31 Desember 2014, penelitian ini hanya dapat dilakukan terhadap 129 rekam medik
pasien. Dari 129 orang yang diteliti, 72 orang (55,8%) diantaranya memiliki kadar
44
kadar trombosit lebih dari 150.000/mm3. pada penelitian ini kadar trombosit
terbanyak pada pasien DBD yang dirawat inap yaitu kurang dari 100.000/mm 3.
Terlihat bahwa 120 orang yang memiliki penyakit DBD derajat I, 64 orang
diantaranya memiliki kadar trombosit lebih dari 150.000/mm3. Dari 7 orang yang
memiliki penyakit DBD derajat II, 6 orang diantaranya memiliki kadar trombosit
kurang dari 100.000/mm3 dan 1 orang diantaranya memiliki kadar trombosit antara
hubungan bermakna antara kadar trombosit dengan derajat DBD, hasil uji statistik
hubungan signifikan antara trombosit dan derajat keparahan DBD yang memiliki
hasil yang sama, tetapi cara pengambilan sampel peneliti tersebut berbeda-beda.
secara acak tidak melihat yang mana paling banyak dan paling sedikit diambil,
sebenarnya harus memakai besar sampel tetapi penelitian pada Ayunani tidak ada
besar sampel.
Berbeda dengan penelitian Livina, dkk, Widyanti, dkk, dan Elindra, dkk tidak
ada hubungan signifikan antara trombosit dan derajat keparahan DBD karena
jumlah sampelnya sedikit dan dimana tiga peneliti tersebut memakai pengambilan
data sekunder dari rekam medis pasien DBD tahun 2011-2012 di RSU Anutapura
besar sampel memakai rumus Slovin didapatkan 94 sampel. Total yang didapat 94
sampel didapatkan rerata umur 20 tahun dengan umur terendah 20 tahun dan
tertinggi 40 tahun. Berdasarkan penelitian tidak dijumpai DBD derajat IV; 77,7%
sampel masuk dalam DBD derajat I dan secara umum prevalensi DBD dijumpai
pada kelompok umur 20-22 tahun berjumlah 46 orang (48,9%). Didapatkan hasil
bahwa kadar hematokrit yang paling tinggi pada pasien DBD derajat III sebesar 49
± 4,67 dengan rentang 43,4 -55,8% sedangkan kadar hematokrit terendah pada
pasien derajat I sebesar 41 ± 4,74 dengan rentang 27,5 - 55,8%. Pada pasien DBD
derajat I, II, III didapatkan rerata (mean) nilai hematokrit masing-masing 41%,
45%, dan 49%. dari hasil analisis statistik hubungan antara kadar kadar hematokrit
46
dengan derajat DBD yang diperoleh, didapatkan adanya korelasi antara kadar
hematokrit dan derajat DBD yang bermakna secara statistik (p<0,05). Nilai korelasi
Spearman (r) didapatkan sebesar 0,0345, dengan korelasi derajat lemah (0,200-
0,399). Hal ini menunjukkan bahwa semakin berat derajat DBD semakin tinggi
Penelitian di atas sejalan dengan penelitian Ayunani, dkk (2017) penelitian ini
bersifat analitik dengan desain Cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis Bandar Lampung dengan menggunakan rekam
medis. Hasil penelitian analisis univariat, sampel yang memenuhi kriteria sebanyak
85 pasien bahwa penderita demam berdarah pada derajat I (70,59% 60 pasien) lebih
banyak dari pada derajat II (29,41% 25 pasien) dan tidak ditemukan penderita
demam berdarah derajat III dan IV. Pada pasien demam berdarah derajat I masih
didapatkan kadar yang normal untuk hematokrit (50%). Kadar hematokrit rendah
didapatkan (10%). Hanya hematokrit yang didapatkan kadar tinggi (40%). Pada
sebanyak 72%, 20% pasien mempunyai kadar hematokrit yang normal, dan hanya
8% yang rendah. Hasil penelitian analisis bivariat kadar hematokrit pada pasien
median (43,0) dan range (35-55), dan pada derajat II didapatkan nilai mean (47,64),
median (50,0) dan range (34-53). Didapatkan hubungan yang bermakna antara
derajat keparahan pasien demam berdarah dengan kadar hematokrit karena nilai p =
0,035 (nilai p < 0,05), dengan arah positif tetapi hubungannya lemah karena nilai r
47
= 0,229. Arah positif menunjukkan semakin besar derajat demam berdarah, maka
Penelitian di atas sejalan dengan penelitian Elindra, dkk (2014) penelitian ini
medis pasien DBD di RS Al-Islam Bandung. Sampel 576 rekam medik dengan
diagnosa DBD yang dirawat inap di RS Al-Islam Bandung Periode 1 Januari 2014 -
31 Desember 2014, penelitian ini hanya dapat dilakukan terhadap 129 rekam
medik. Dari 129 orang yang diteliti, 5 orang (3,9%) diantaranya memliki kadar
hematokrit yang tinggi, 108 orang (83,7%) diantaranya memiliki kadar hematokrit
yang normal dan 16 orang (12,4%) diantaranya memiliki kadar hematokrit yang
rendah. Pada penelitian ini kadar hematokrit terbanyak pada DBD yang rawat inap
yaitu dengan kadar normal. Bahwa terlihat dari 120 orang yang memiliki penyakit
DBD derajat I, 2 orang diantaranya memiliki kadar hematokrit tinggi, 103 orang
diantaranya memiliki kadar hematokrit dengan kategori rendah. Dari 7 orang yang
memiliki penyakit DBD derajat II, 1 orang diantaranya memiliki kadar hematokrit
kategori rendah. Dari 2 orang yang memiliki penyakit DBD derajat III, semuanya
memiliki kadar hematokrit dengan kategori tinggi. Hasil analisis statistik pada
kadar hematokrit dengan derajat DBD, didapatkan bahwa nilai p (0,00) < 0,05 dan
keeratan hubungan yang kuat dengan nilai C = 0,541. Maka dengan hasil tersebut
48
dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat kadar dengan derajat penyakit
DBD28.
Penelitian di atas berbeda dengan penelitian Livina, dkk (2013) penelitian ini
usia 14-20 tahun merupakan kelompok usia terbanyak yaitu 30 orang (39,0%).
= 0,153. hasil ini menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara hematokrit
dengan manifestasi perdarahan pada pasien DD dan DBD (p = 0,153 >α = 0,05).
dengan derajat klinik DBD berdasarkan kriteria WHO. Sampel penelitian diambil
dari data rekam medis psien demam berdarah dengue di RSUP M. Djamil Padang.
Jumlah sampel yang diperoleh adalah sebanyak 84 orang, dimana 50 orang berada
pada derajat I, 28 orang berada derajat II dan 6 orang berada derajat III dan tidak
ditemukan derajat IV. Peneliti meneliti yang banyak menderita DBD adalah usia
dibawah 20 tahun dengan rerata usia penderita DBD adalah 25.49±10.09 ribu/mm 3.
Rerata jumlah hematokrit pada derajat I adalah 44.22 ± 5.59%. Rerata jumlah
hematokrit pada derajat II adalah 46.90 ± 5.50%. Rerata jumlah hematokrit pada
49
derajat III adalah 38.47 ± 7.48%. Hasil analisis dengan uji korelasi Kendall’s tau
didapatkan nilai r = 0.059 yang berarti kekuatan hubungan sangat lemah dengan
arah hubungan positif dan nilai p > 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan
pada 100 rekam medis pasien dengan diagnosis demam berdarah dengue. Sampel
dipilih dari 646 pasien yang dirawat sejak juli 2013-Mei 2014. karakteristik sampel
yang diambil terdiri dari 63 orang (63%) laki-laki dan 37 orang (37%) perempuan.
Nilai hematokrit didasarkan atas karakteristik jenis kelamin dan diperoleh hasil 50
dari 63 laki-laki (79,4%) dengan hematokrit normal, 8 dari 63 laki- laki (12,7%)
distribusi kasus DBD yakni pasien dengan derajat I yang memiliki hematokrit
normal sebanyak 40 dari 50 orang (80%), hematokrit rendah 3 dari orang (6%), dan
hematokrit tinggi sebanyak 7 dari 50 orang (14%). Dari pasien tergolong derajat II
(8,3%) dengan hematokrit rendah, dan 14 dari 48 orang (29,2%) dengan hematokrit
tinggi. Pasien derajat III ditemukan 1 dari 2 orang dengan HCT normal (50%) dan 1
orang sisanya dengan HCT tinggi (50%). Dengan uji Kolmogorov- smirnov yang
dilakukan, variabel trombosit dan hematokrit memiliki sebaran data normal (p>
50
0,05). Sehingga selanjutnya analisis korelasi dua variabel ini dilakukan dengan
korelasi koefisien (r) antara derajat keparahan demam berdarah dengue dengan
hematokrit adalah sebesar 0,173 dengan p>0,05. Nilai ini menunjukkan hubungan
antara derajat keparahan DBD dan hematokrit adalah hubungan positif namun tidak
signifikan32.
hubungan signifikan antara hematokrit dan derajat keparahan DBD yang memiliki
hasil yang sama, tetapi cara pengambilan sampel peneliti tersebut berbeda-beda.
DBD, yang merupakan indikator yang peka akan terjadinya kebocoran plasma,
dalam 5 tahun terakhir atau 5 tahun kedepan dan secara cross-sectional dimana
Berbeda dengan penelitian Livina dkk, Syumarta, dkk, dan Widyanti dkk tidak
19.
52
BAB VI
KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
Daftar Pustaka
3. Suhendro. Demam berdarah Dengue. In: Sudoyo, Ayu W, et. Al. Buku Ajar
Naskah Lengkap. Pelatih Bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter
9. Soedarto. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Sagung Seto. 2012 hal 61-86.
10. Soedarto. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Sagung Seto. 2015 h 89-90.
54
http://www.depkes.go.id/articel/view/15011700003/demamberdarahbiasanya
16. Chris, frans, Sonia, Eka. Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV. Jilid II. Jakarta:
19. Kementrian Kesehatan RI (2014). Paduan Praktik Klinis Klinis Bagi Dokter
http://www.depkes.go.id/download.php%3Ffile%Ddownload/Paduan
Praktik/Klinis/Bagi/Dokter/di/Fasilitas/Pelayanan/Kesehatan/Primer.pdf-
20. Rampengan. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC.
2007, h: 122-128
55
21. Hoffbrand A.V., Moss P.A.H. 2015. Kapita Selekta Hematologi Edisi VI.
Jakarta: EGC
26. Ditjen PP & PL Kemenkes RI (2013). Informasi Umum DBD tahun 2013
Http://www.pppl.depkes.go.id/-asset/-
27. Hendrawanto. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I. 3 rd ed. Jakarta: Balai
28. Elindra. Felina, Sadiah Achmad, Maya Tejasari. Hubungan Kadar Trombosit
30. World Health Organization. The World Medicine Situation 2011 3ed.
vol 1. No 2.
5. No 8.
34. Syurmata. Yobi, Akmal M, Hanif, Erlina Rustam. 2014. Hubungan Jumlah
FK Unand.