Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA

Disusun Oleh:

Ridho Fadila Alfajri I4051201004

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STASE KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
Kasus 1:
An. R. F berusia 6 bulan dan berjenis kelamin laki-laki. An. R. F merupakan anak
tunggal dari Ny. D. F dan Tn. T. F beragama Kristen Protestan, bertempat tinggal di Kapan.
Pasien masuk UGD pada tanggal 11 Mei 2019 pukul 02.00 WITA dengan diagnosa medis
pneumonia. Saat ini pasien dirawat di Ruang Kenanga dengan diagnosa medis pneumonia.
Pada saat dilakukan pengkajian keluhan utama yang dialami pasien adalah batuk dan
sesak nafas, ibu mengatakan An. R.F mengalami batuk-batuk namun tidak dapat
mengeluarkan dahak. Keluarga pasien mengatakan awal masuk rumah sakit karena
mengalami demam, sesak nafas, dan batuk. Keluarga pasien (ibu) mengatakan bahwa sakit
yang di alami An. R. F dalah batuk dan sesak nafas, keluarga tidak tahu cara pencegahan dan
penanganan pasien dirumah, saat ditanyakan ibu tidak bisa menjawab cara penanganan dan
pencegahan.
Keluarga pasien mengatakan pada saat An. R. F berusia satu bulan, ia pernah dirawat
dirumah sakit karena demam, batuk, pilek dan kejang. Saat itu An. R. F lebih banyak
diberikan obat tradisional dan jarang mengonsumsi obat-obatan medis. Pada pola hidup,
pasien mengalami gangguan pada personal hygiene. Saat sebelum sakit, biasanya An. R. F
dimandikan dua kali dalam sehari dan rambut di cuci. Namun pada saat sakit pasien hanya
dapat di lap sekali dalam sehari karena pasien mengalami sesak, lemas, terpasang O2, 5
liter/menit, terpasang infus Dextrose 5 % ½ NS 1000cc/24 jam (14 tetes per menit) dan
terpasang NGT dihidung sebelah kiri.
Saat dilakukan pengukuran, berat badan An. R. F 4 kg, panjang badan 60 cm, lingkar
kepala 42 cm Saat pengkajian didapatkan data tanda-tanda vital dengan suhu 37,70C, nadi
103x/menit, pernapasan 59x/menit, pasien tampak sesak. Saat dilakukan pemeriksaan fisik
terdapat pernapasan cuping hidung, bunyi ronchi pada paru kanan lobus bawah, ada retraksi
dinding dada, penggunaan otot bantu nafas, terpasang O2 5 liter/menit, pasien tampak batuk,
adanya secret berwarna putih tampak pada hidung, bentuk dada simetris, lingkar dada 37 cm,
konjungtiva tidak anemis, sklera berwarna putih, pupil isokhor, bibir tampak pucat, mulut
tampak bersih, rambut tampak kotor dan lengket.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil bentuk abdomen simetris, abdomen
teraba lunak, tidak ada massa pada abdomen, bising usus 36 x/menit dan tidak ada mual
muntah, pergerakan sendi bebas tidak ada fraktur.
Pemeriksaan laboratorium terakhir dilakukan pada tanggal 18 Mei 2018 pukul 09.12
WITA didapatkan hasil Hemoglobin 12.0 g/dL, Eritrosit 5.60 10^6/uL, Hematokrit 39.9%,
Monosit 10.8%, Neutrofil 3.25 10^3/uL, Limfosit 7.79 10^3/uL, Trombosit 276 10^3/uL.
Saat perawatan, pasien mendapatkan obat-obatan Dextrose 5% ½ NaCl 1000cc/24 jam (14
tetes per menit), Dexametazole 2 x 2 mg per IV, Amoxycilin 3x 1½ ctg per NGT, Cefotaxime
3 x 300 mg per IV (Ludji, 2019).

A. Komunikasi Efektif Asuhan Keperawatan


Pada kasus ini teknik komunikasi yang di gunakan oleh perawat lebih banyak adalah
teknik komunikasi non-verbal dikarenakan usia pasien yang baru 6 bulan, misalnya
sentuhan, senyuman, mendekap, dan menggendong. perawat dapat menggunakan orang
tua sebagai fasilitator ataupun sebagai orang ketiga pada saat berkomunikasi dengan
anak. Perawat berkomunikasi dengan memberikan pengarahan kepada kedua orang tua
pasiennya. Dari kasus diatas perawat bertanya mengenai penyakit yang dialami pasien
yang kurang di ketahui oleh keluarganya, atau ada dikeluarga sebelumnya memiliki
riwayat penyakit yang sama. Perawat disini dapat melakasanakan bagaimana
menjelaskan tentang penyakit yang dialami klien, kemudian mengajarkan kedua orang
tua pasien tentang tanda dan gejala penyakit tersebut. sesudah pengkajian memberikan
penjelasan kepada keluarga pasien sangat diperlukan pada kasus ini, karena keluarga
pasien tidak memahaminya apa harus dilakukan ketika pasien mengalami sakit. Perawat
mengajarkan dan memberi saran kepada keluarga pasien jika pasien mengalami sakit
harus segera membawa ke fasilitas kesehatan yang terdekat seperti puskesmas atau
rumah sakit terdekat. Keluraga pasien menyatakan hanya mengetahui bahwa pasien
hanya batuk dan sesak napas. Perawat juga dapat memberikan komunikasi efektif
terhadap kelaurga dengan memberika penjelasan ketika pasien sakit untuk tidak
sembarangan menggunakan obat tradisional atau obat warung yang biasa dilakukan oleh
orang tua pasien. pentingnya pengedukasian pada orang tua di kasus ini yaitu agar orang
tua dapat memahami bagaimana penanganan-penanganan yang tepat agar keselamatan
pasien terjaga. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam melakukan
perawatan pasien dirumah sakit, perawatan juga menerapkan prinsip-prinsip etik dalam
pemberian pelayanan keperawatan, memberikan pendidikan berupa informasi kepada
pasien dan keluarga tentang asuhan yang diberikan, melakukan kerja sama tim kesehatan
lain yang handal dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap masalah kejadian yang
tidak diharapkan yang terjadi pada pasien, melakukan pendokumentasian saat sesudah
melakukan pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya (Adinda,
2019).

B. Keterampilan Interpersonal Efektif dalam Kerja Tim


Pada kasus pneumonia ini pengetahuan perawat yang diperlukan pada saat memberikan
asuhan keperawatan pada pasien khususnya pada pasien anak yang mengalami
gangguan sistem pernapasan agar tidak memperburuk keadaannya yaitu dengan
mencegah pasien tirah baring seperti memberikan tindakan fisioterapi dada dalam
berkolaborasi dengan dokter. Perawat pelaksana yang mempunyai pengetahuan yang
baik tentang asuhan keperawatan memungkinkan perawat tersebut untuk memberikan
tindakan mandiri dan kolaborasi yang dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien yang memungkinkan pencegahan sedini mungkin penyakit yang mungkin muncul
pada pasien pneumonia dikarena penyakit tersebut berdampak memperburuk status
kesehatan pasien akan dan juga menambah hari perawatan sehingga menambah biaya
pengobatan selama pasien dirawat dirumh sakit. (Hairanisa & Marlina, 2013).

C. Penggunaan Teknologi dan Informasi Kesehatan Secara Efektif dan Bertanggung


Jawab
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik
yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari
telehealth dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis
seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring (National Council of State Boards
of Nursing, 2011).
Penanganan yang dapat dilakukan perawat yaitu memberikan informasi-informasi
menganai penyakit pneumonia kepada kelurga pasien. Penyampai informasi ini dapat
dilakukan dengan memanfaatkan teknnologi, pada kasus ini teknogi yang digunakan
berupa leaflet. Perawat juga dapat memberikan informasi memanfaatkan teknologi
internet dari smartphone orang tua pasien dengan memberikan artikel Kesehatan dengan
sumber yang valid tentang penyakit pasien yaitu pneumonia. karena pada kasus ini
keluarga belum mengetahui mengenai penyakit yang dialami oleh anaknya tersebut.
Perawat dapat menyampaikan mengenai penyakit pneumonia kepada keluarga, cara
menangani dirumah, dan pencegahan-pencehan yang dapat dilakukan keluarga pada
kasus pneumonia serta mengambil langkah yang tepat ketika saat anak mengalami sakit
dan tidak memberikan obat-obatan warung atau obat-obatan tradisional yang jika tidak
tepat dapat merugikan pasien. Perawat anak mempunyai peran yang sangat besar dalam
membuat perencanaan pulang yang dilakukan sejak pasien masuk rumah sakit sampai
pulang melalui proses keperawatan yang diawali dengan pengkajian sampai evaluasi.
Pengkajian yang dilakukan secara individual akan membantu perawat memberkan
edukasi sesuai dengan kebutuhan pasien, sehingga orang tua mempunyai pengetahuan
yang tepat tentang perawatan anak pneumonia di rumah yang dapat menurunan risiko
rawat ulang pasca rawat. Perawat perlu membangun komunikasi dan kemitraan yang
baik dengan orang tua, melalui komunikasi yang terbuka dan jujur untuk memberikan
dukungan pada keluarga pasien dengan memberdayakan keluarga untuk bertanggung
jawab memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan dan mendukung
keberhasilan dalam perencanaan pulang. Keberhasilan perencanaan pulang dapat diteliti
lebih lanjut dengan mengkaji efektivitasnya dalam menurunkan angka kejadian
rehospitalisasi anak dengan penyakit yang sama yaitu pneumonia (Waluyanti, Yuliani, &
Nurhaeni, 2016)
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1.1 Identitas
a. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. R. F
2. Tempat Tgl Lahir/Usia : 6 bulan
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama : Kristen Protestan
5. Pendidikan : -
6. Alamat : -
7. Tgl pengkajian : -
8. Diagnosa Medik : Pneumonia
b. Identitas Orang tua
Ayah
1. Nama : Tn. T. F
2. Usia :-
3. Pendidikan :-
4. Pekerjaan :-
5. Agama :-
6. Alamat :-
Ibu
1. Nama : Ny. D.F
2. Usia :-
3. Pendidikan :-
4. Pekerjaan :-
5. Agama :-
6. Alamat :-
1.2 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang:
1. Keluhan Utama :
Pasien mengalami batuk dan sesak nafas, ibu An. R.F mengalami batuk-batuk
namun tidak dapat mengeluarkan dahak. Keluarga pasien mengatakan awal
masuk rumah sakit karena mengalami demam, sesak nafas, dan batuk.

2. Riwayat Keluhan Utama:


demam, batuk, pilek dan kejang
3. Keluhan Pada Saat Pengkajian:
Pasien mengalami batuk dan sesak nafas, ibu An. R.F mengalami batuk-batuk
namun tidak dapat mengeluarkan dahak. Keluarga pasien mengatakan awal
masuk rumah sakit karena mengalami demam, sesak nafas, dan batuk.
b. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Prenatal
1) Ibu memeriksakan kehamilannya setiap bulan di puskesmas atau bidan
terdekat.
2) Riwayat berat badan selama hamil : -
3) Riwayat Imunisasi TT : -
2. Natal
1) Tempat melahirkan : puskesmas
2) Jenis persalinan : spontan
3) Penolong persalinan : bidan
4) Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan :-
3. Post natal
1) Kondisi bayi :
2) Klien pernah mengalami penyakit :
Klien memiliki riwayat penyakit ketika berumur 1 bulan klien mengalami sakit
sesak nafas, batuk, pilek
3) Riwayat kecelakaan : -
4) Riwayat mengkonsumsi obat-obatan :-
1.3 Riwayat Immunisasi (imunisasi belum lengkap)
An R. F memiliki Status imunisasi dasar belum lengkap, klien baru mendapatkan
imunisasi HB 0, BCG, Polio 1
1.4 Riwayat Tumbuh Kembang
a. Neonatus (0-28 hari)
b. Bayi (0-12 bulan)
a) 0-4 bulan
b) 5-6 bulan

1.5 Riwayat Nutrisi


a. Pemberian ASI
Ibu An. R mengatakan pemberian ASI hanya sampai anak usia 2 bulan
b. Pemberian susu formula
Ibu memberikan susu formula dari usia bulan
c. Jumlah pemberian
-
d. Cara Pemberian
-
e. Pemberian MPASI: (-)
1.6 Riwayat Psikososial
a. Anak tinggal bersama
Anak tinggal bersama kedua orang tuanya
b. Lingkungan
-
c. Pengasuh anak
An.K diasuh oleh orangtuanya sendiri dan tidak diasuh oleh orang dirumah
1.7 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : An. K tampak menangis
b. Kesadaran : Compos Mentis.
c. Tanda – tanda vital :
a) Tekanan darah : - mmHg
b) Denyut nadi : 103x / menit
c) Suhu : 37,7o C
d) Pernapasan : 59 x/ menit
d. Berat Badan : - kg
e. Tinggi Badan : - cm
f. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala : tampak kotor dan lengket
Warna rambut : Warna rambut klien hitam
Penyebaran: Rambut pasien menyebar keseluruh kepala
Mudah rontok : Rambut pasien tidak mudah rontok.
Kebersihan rambut: Rambut klien tampak kotor
Palpasi
Benjolan : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Tekstur rambut : halus
g. Muka
Inspeksi
Simetris / tidak : Simetris
Gerakan abnormal : tidak tampak gerakan abnormal pada wajah pasien
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak ada nyeri tekan pada pasien
Data lain : tidak teraba ada pembengkakan pada area muka pasien
h. Mata
Inspeksi
Pelpebra : Edema =tidak
Radang = tidak
Sclera : Icterus =tidak
Conjungtiva : Radang = tidak
Anemis =tidak
Pupil : Isokor =anisokor
Myosis = midriasis
Refleks pupil terhadap cahaya : pupil bereaksi terhadap cahaya.
Simetris / tidak : Mata simetris dan sejajar dengan daun telinga.
Gerakan bola mata : Gerakan bola mata normal
Palpasi
Tekanan bola mata : Tidak terdapat tekanan pada bola mata.
i. Hidung & Sinus
Inspeksi
Posisi hidung : Posisi hidung klien normal dan simetris.
Bentuk hidung : Bentuk hidung normal dan simetris
Keadaan septum : Septum pasien tampak normal.
Secret / cairan : terdapat secret berwarna putih

j. Telinga
Inspeksi
Posisi telinga : Posisi telinga simetris dan sejajar dengan mata pasien
Ukuran / bentuk telinga : Bentuk telinga normal, tampak bersih dan tidak tampak
edema atau benjolan pada area telinga pasien
Aurikel : Aurikel normal dan tampak bersih.
Lubang telinga : Lubang telinga bersih dan tidak terdapat serumen.
Pemakaian alat bantu: Tidak terdapat pemakaian alat bantu pada klien.
Palpasi
Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan pada klien.
Pemeriksaan uji pendengaran
Rinne :-
Weber :-
Swabach :-
k. Mulut
Inspeksi
a) Gigi
Keadaan gigi : pasien belum memiliki gigi karena baru usia 6 bulan
Karang gigi / karies : -
b) Gusi
Merah / radang / tidak : Gusi tampak berwarna merah muda (normal), tidak
tampak ada tanda-tanda peradangan pada gusi
c) Lidah
Kotor / tidak : Lidah tampak bersih dan tidak kotor.
d) Bibir
Bibir tidak pucat maupun sianosis, amun mukosa bibir klien tampak kering,
mulut tidak berbau.
l. Tenggorokan
a) Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekan pada pasien
b) Nyeri menelan : Tidak terdapat nyeri menelan pada pasien
m. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : Membesar = tidak
Palpasi
a) Kelenjar thyroid : Teraba = tidak
b) Kelenjar limfe : Membesar= tidak
n. Thorax dan pernapasan
Inspeksi
a) Bentuk dada :
Bentuk dada tidak simetris, adanya retraksi dinding
b) Irama pernafasan :
ronchi
c) Pengembangan di waktu bernapas :
Adanya retraksi dada
d) Tipe pernapasan : ronchi
Palpasi
Adanya otot bantu pernafapan
Auskultasi
a) Suara nafas : ronchi
b) Suara tambahan :-
Perkusi
o. Jantung
Palpasi
Ictus cordis : Teraba ictus cordis pada klien.
Perkusi
Pembesaran jantung: Tidak terdapat pembesaran
Auskultasi
a) BJ I : Lub
b) BJ II : Dub
c) BJ III :-
d) Bunyi jantung tambahan :
p. Abdomen
Inspeksi
a) Membuncit : tidak ada
b) Ada luka / tidak : Tidak terdapat lesi atau luka pada perut klien.
Palpasi
Abdomen teraba lunak, tidak ada massa pada abdomen, bising usus 36x/menit dan
tidak ada mual muntah, pergerakan sendi bebas tidak ada fraktur.
Auskultasi
bising usus 36x/menit :-
Perkusi
-
q. Genitalia dan Anus : tidak terkaji.
r. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a) Motorik
Pergerakan kanan / kiri : normal
Pergerakan abnormal :-
Kekuatan otot kanan / kiri : normal
Tonus otot kanan / kiri : normal
Koordinasi gerak : normal
b) Refleks
Biceps kanan / kiri : normal
Triceps kanan / kiri : normal
c) Sensori
Nyeri : Klien dapat merasakan nyeri ketika
diberi rangsangan
Rasa raba : Klien dapat merasakan rangsangan
pada kulit ketika perawat meraba area tangan klien.
Ekstremitas bawah
a) Motorik
Gaya berjalan : Klien belum dapat berjalan
Kekuatan kanan / kiri : normal.
Tonus otot kanan / kiri : normal.
b) Sensori
Nyeri :
Rasa raba :
Klien dapat merasakan rangsangan pada kulit ketika perawat meraba area tangan
klien, kulit klien juga tampak merah

s. Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a) Nervus I (Olfactorius) : penghidu : -
b) Nervus II (Opticus) : Penglihatan :
c) Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
Konstriksi pupil : normal
Gerakan kelopak mata : normal
Pergerakan bola mata : normal
Pergerakan mata ke bawah & dalam : normal
d) Nervus V (Trigeminus)
Sensibilitas / sensori : normal
Refleks dagu : normal
Refleks cornea : normal

e) Nervus VII (Facialis)


Gerakan mimik : normal
Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : normal
f) Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : normal
g) Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
Refleks menelan : normal
Refleks muntah : normal
Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : normal
Suara : normal
h) Nervus XI (Assesorius)
kepala pasien dapat miring ke kiri dan ke kanan : klien dapat memalingkan
kepala kearah kiri dan kanan.
Mengangkat bahu : pasien belum dapat mengangkat
bahunya dengan kuat
i) Nervus XII (Hypoglossus)
Deviasi lidah : tidak tampak deviasi lidah.

1.8 Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun) Dengan menggunakan


DDST
a) Motorik kasar
Pada sektor motorik kasar didapatkan An.K bergerak tangan dan kakinya saat
menangis mampun sedang tidak menangis
b) Motorik halus
Pada sektor motorik halus didapatkan hasil bahwa An. R normal
c) Bahasa
Pasien belum dapat berbicara
d) Personal sosial
-
1.9 Test Diagnostik
Hasil Hemoglobin 12.0 g/dL, Eritrosit 5.60 10^6/uL, Hematokrit 39.9%, Monosit
10.8%, Neutrofil 3.25 10^3/uL, Limfosit 7.79 10^3/uL, Trombosit 276 10^3/uL
Terapi:
Dextrose 5% ½ NaCl 1000cc/24 jam (14 tetes per menit), Dexametazole 2 x 2 mg per
IV, Amoxycilin 3x 1½ ctg per NGT, Cefotaxime 3 x 300 mg per IV.
2. Analisis Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Mukus berlebihan Ketidakefektifan
Ibu An R.F mengatakan anaknya bersihan jalan nafas
mengalami batuk dan tidak tidak
dapat mengeluarkan dahak
DO:
a. An R.F tampak batuk
b. TTV: RR:59x/menit, suhu
37,7 C
c. Terdapat bunyi nafas
ronchi pada paru lobus
kanan
2 DS: Keletihan otot Ketidakefektifan
Ibu mengatakan anaknya pernafasan pola nafas
mengalami sesak nafas
DO:
a. Tampak pernapasan
cuping hidung
b. Tampa retraksi dinding
dada
c. Penggunaan otot bantu
nafas
d. Terpasang O2 masker 5
liter/menit
e. RR: 59x/menit

3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
4. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. atur posisi fowler/semi
bersihan jalan nafas tindakan asuhan fowler untuk
berhubungan dengan keperawatan 2x24 meminimalkan
mukus berlebihan dengan kriteria hasil: ventilasi.
DS: a. Batuk 2. lakukan fisioterapi
Ibu An R.F mengatakan berkurang/ dada jika perlu
anaknya mengalami tidak ada batuk 3. observasi adanya bunyi
batuk dan tidak tidak b. Tidak ada nafas tambahan
dapat mengeluarkan mukus 4. monitor tanda-tanda
dahak c. Bunyi ronchi vital
DO: berkurang/tida 5. keluarkan sekret
a. An R.F tampak k ada bunyi dengan batuk atau
batuk ronchi suction
b. TTV: d. TTV normal 6. kolaborasi pemberian
RR:59x/menit, (pernapasan terapi uap
suhu 37,7 C 25-40x/menit) 7. kolaborasi pemberian
c. Terdapat bunyi terapi intavena
nafas ronchi
pada paru lobus
kanan

2 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan 1. Observasi irama,


nafas berhubungan tindakan asuhan kedalaman, dan
dengan keletihan otot keperawatan selama kesulitan bernafas.
pernafasan 2x24 jam pola nafas 2. Catat pergerakan dada.
DS: kembali efektif dengan 3. Catat
Ibu mengatakan Kriteria hasil: ketidaksimetrisan,
anaknya mengalami a. Sesak nafas penggunaan otot bantu
sesak nafas berkurang/tida nafas dan retraksi pada
DO: k sesak otot supraclavicula
a. Tampak b. Tidak ada 4. monitor pola nafas
pernapasan pernapasan (misalnya bradipneu,
cuping hidung cuping hidung tekipneu)
b. Tampa retraksi c. Tidak ada 5. atur posisi pasien
dinding dada tarikan dinding fowler/ semi fowler
c. Penggunaan otot dada untuk memaksimalkan
bantu nafas d. Penggunaan ventilasi.
d. Terpasang O2 otot bantu 6. kolaborasi pemberian
masker 5 nafas O2 dan Bronchodilator
liter/menit berkurang/tida
e. RR: 59x/menit k ada
penggunaan
otot bantu dada

5. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
.
1 Ketidakefektifan bersihan 1. mengatur posisi fowler/semi fowler untuk
jalan nafas berhubungan meminimalkan ventilasi.
dengan mukus berlebihan 2. melakukan fisioterapi dada jika perlu
DS: 3. observasi adanya bunyi nafas tambahan
Ibu An R.F mengatakan 4. monitor tanda-tanda vital
anaknya mengalami batuk 5. mengeluarkan sekret dengan batuk atau
dan tidak tidak dapat suction
mengeluarkan dahak 6. mengkolaborasi pemberian terapi uap
DO: 7. mengkolaborasi pemberian terapi
a. An R.F tampak intavena
batuk
b. TTV:
RR:59x/menit,
suhu 37,7 C
c. Terdapat bunyi
nafas ronchi pada
paru lobus kanan

2. Ketidakefektifan pola 1. mengobservasi irama, kedalaman, dan


nafas berhubungan kesulitan bernafas.
dengan keletihan otot 2. mencatat pergerakan dada.
pernafasan 3. mencatat ketidaksimetrisan, penggunaan
DS: otot bantu nafas dan retraksi pada otot
Ibu mengatakan anaknya supraclavicula
mengalami sesak nafas 4. memonitor pola nafas (misalnya
DO: bradipneu, tekipneu)
a. Tampak 5. mengatur posisi pasien fowler/ semi
pernapasan cuping fowler untuk memaksimalkan ventilasi.
hidung 6. mengkolaborasi pemberian O2 dan
b. Tampa retraksi Bronchodilator
dinding dada
c. Penggunaan otot
bantu nafas
d. Terpasang O2
masker 5
liter/menit
e. RR: 59x/menit

6. Evaluasi Keperawatan
S: ibu klien mengatakan anaknya batunya sudah berkurang, ibu klien mengatakan
anaknya sudah tidak sesak lagi seperti saat baru masuk rumah sakit,
O: pasien tampak tidak mengalami retraksi dada, pasien tampak tenang, pasien
tampak tidak mengalami sesak, pasien tampak tidak ada sekrek lagi
A: masalah teratasi sebagian
P: melanjutkan intervensi yang belum tercapai

E. Etika Keperawatan
Prinsip etika keperawatan yang dapat diterapkan pada kasus diatas yaitu perawat
memberikan asuhan keperawatan dengan semaksimal mungkin dan bersifat
komprehensif dan memberikan informasi secara menyeluruh namun dengan bahasa
sederhana yang dapat di pahami orang tua maupun keluarga mengenai penyakit
pneumonia yang di alami pasien. prinsip yang digunakan ialah prinsip kebaikan
(beneficience) yang dimana prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang
terbaik bagi klien, tidak melakukan tindakan tindakan yang dapat mengganggu privasi
klien, tindakakan yang dilakukan tidak merugikan klien seperti pada klien mengalami
kelemahan fisik secara umum tidak boleh di paksakan untuk bergerak dalam
pemeriksaan, (Utami, Agustine, & Happy, 2016).

F. Kolaborasi Aspek Pemenuhan Kebutuhan Klien dalam konteks keluarga


Dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan keluarga pasien untuk penanganan pneumonia
pada anak dapat dilakukan dengan memberikan edukasi pengetahuan mengenai penyakit
pneumonia yang di sampaikan oleh perawat kepada keluarga, tugas kemandirian
keluarga dalam memodifikasi lingkungan juga dapat di ajarkan oleh perawat.
Menciptakan suasana rumah yang sehat yang terapkan pelaksanaan Family Centered-
Nursing , upaya mencegah terjadinya pneumonia pada anak yaitu memberi klien makan
makanan yang bergizi, memberikan imunisasi, pada kasus ini keluarga pasien belum
lengkap memberikan imunisasi, memberikan saran kepada orang tua klien untuk selalu
menjaga kebersihan dan lingkungan rumah. Berkolaborasi dengan tenaga medis lain
yaitu dokter dalam pemberian ekspektoran dan nebulizer untuk melegakan jalan napas.
Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan tidak terlepas dari peningkatan
pengetahuan keluarga akan berbagai tindakan untuk mencegah penyakit yang dialami
pasien dan sikap dalam mengambil keputusan (Erlinda, 2015).

G. Advokasi
Peran perawat sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara
klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan
yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional.
Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan
fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus
dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat (pembela klien) perawat
harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan
keperawatan.Peran perawat sebagai advokasi pada pasien yang mengalami diare mampu
memberikan perlindungan kepada pasiennya, keluarga, dan orang-orang. Perawat
mempertahankan lingkungan yang aman dan nyaman, serta mengambil tindakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak di inginkan dari hasil pengobatan pada
pasien pneumonia , (Telaumbanua, 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Adinda, D. (2019). Peran Perawat Dalam Penerapan Keselamatan Pasien di rumah Sakit.
jurnal Keperawatan, 1(1). Retrieved Oktober 30, 2020
Erlinda, V. (2015). Penerapan Model Family-Centered Nursing Terhadap Pelaksanaan Tugas
Kesehatan Keluarga dalam Pencegahan ISPA pada Balita DI wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Kedokteran Yarsi, 23(2),
165-186.
Hairanisa, & Marlina. (2013). Pengetahuan Perawat Pelaksana dan Pencegahan Pneumonia
Pada Pasien Tirah Baring Di RSUDZA Banda Aceh. Idea Nursing Journal, 4(1), 51-
61.
Ludji, Y. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada An. R.F Dengan Pneumonia di Ruang
Kenanga RSUD Prof. Dr.W.Z Johannes Kupang. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kupang, pp. 1-83.
Telaumbanua, H. T. (2019). Perawat perawat Sebagai Advokat Pasien Dalam Pemberian
Asuhan Keperawatan di Pelayanan Kesehatan. Kajian Ilmiah.
Utami, N. W., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika keperawatan dan keperawatan
Profesional. jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Waluyanti, F. T., Yuliani, E., & Nurhaeni, N. (2016, Juli). Perencanaan Pulang Efektif
Meningkatkan Kemampuan Ibu Merawat Anak Dnegan Pneumonia dirumah. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 19(2), 121-127.

Anda mungkin juga menyukai