Disusun Oleh:
j. Telinga
Inspeksi
Posisi telinga : Posisi telinga simetris dan sejajar dengan mata
Ukuran / bentuk telinga : Bentuk telinga normal, tampak bersih dan tidak tampak
edema atau benjolan pada area telinga.
Aurikel : Aurikel normal dan tampak bersih.
Lubang telinga : Lubang telinga bersih dan tidak terdapat serumen.
Pemakaian alat bantu: Tidak terdapat pemakaian alat bantu pada klien.
Palpasi
Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan pada klien.
Pemeriksaan uji pendengaran
Rinne :-
Weber :-
Swabach :-
k. Mulut
Inspeksi
a) Gigi
Keadaan gigi : Keadaan gigi normal, gigi klien masih gigi susu.
Karang gigi / karies : tidak terdapat karang gigi atau karies pada klien.
b) Gusi
Merah / radang / tidak : Gusi tampak berwarna merah muda (normal), tidak
tampak ada tanda-tanda peradangan.
c) Lidah
Kotor / tidak : Lidah tampak bersih dan tidak kotor.
d) Bibir
Bibir tidak pucat maupun sianosis, amun mukosa bibir klien tampak kering,
mulut tidak berbau. Kemampuan berbicara klien masih belum sempurna dan
hanya dapat mengucapkan beberapa patah kata yang tidak lengkap karena klien
masih dalam proses belajar berbicara.
l. Tenggorokan
a) Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekan pada pasien
b) Nyeri menelan : Tidak terdapat nyeri menelan pada pasien
m. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : Membesar = tidak
Palpasi
a) Kelenjar thyroid : Teraba = tidak
b) Kelenjar limfe : Membesar= tidak
n. Thorax dan pernapasan
Inspeksi
a) Bentuk dada :
Bentuk dada simetris, tidak tampak barrel chest atau furrel chest, tidak tampak
ada retraksi dada pada klien.
b) Irama pernafasan :
Irama pernafasan normal dan teratur.
c) Pengembangan di waktu bernapas :
Pengembangan dada klien ketika bernafas normal, tidak tampak adanya tarikan
dinding dada klien ketika bernafas.
d) Tipe pernapasan : Eupnea (normal)
Palpasi
Tidak terdapat massa atau nyeri tekan pada klien saat dipalpasi.
Auskultasi
a) Suara nafas : Bronchovesikuler (+)
b) Suara tambahan : Tidak terdapat bunyi suara tambahan seperti wheezing,
ronchi atau rales.
Perkusi
Terdengar suara Sonor
o. Jantung
Palpasi
Ictus cordis : Teraba ictus cordis pada klien.
Perkusi
Pembesaran jantung: Tidak terdapat pembesaran
Auskultasi
a) BJ I : Lub
b) BJ II : Dub
c) BJ III :-
d) Bunyi jantung tambahan :
p. Abdomen
Inspeksi
a) Membuncit : Perut klien tampak sedikit membuncit.
b) Ada luka / tidak : Tidak terdapat lesi atau luka pada perut klien.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan pada area abdomen klien.
Auskultasi
Peristaltik : terdengar bising usus klien dengan
5x/menit.
Perkusi
Terdengar suara tymphani pada abdomen klien ketika diperkusi
q. Genitalia dan Anus : tidak terkaji.
r. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a) Motorik
Pergerakan kanan / kiri : normal
Pergerakan abnormal :-
Kekuatan otot kanan / kiri : normal
Tonus otot kanan / kiri : normal
Koordinasi gerak : normal
b) Refleks
Biceps kanan / kiri : normal
Triceps kanan / kiri : normal
c) Sensori
Nyeri : Klien dapat merasakan nyeri ketika
diberi rangsangan berupa cubitan.
Rasa raba : Klien dapat merasakan rangsangan
pada kulit ketika perawat meraba area tangan klien.
Ekstremitas bawah
a) Motorik
Gaya berjalan : Klien belum dapat berjalan
Kekuatan kanan / kiri : normal.
Tonus otot kanan / kiri : normal.
b) Sensori
Nyeri : Klien dapat merasakan nyeri ketika diberi rangsangan berupa cubitan.
Rasa raba :
Klien dapat merasakan rangsangan pada kulit ketika perawat meraba area tangan
klien, kulit klien juga tampak merah
s. Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a) Nervus I (Olfactorius) : penghidu : normal.
b) Nervus II (Opticus) : Penglihatan : normal.
c) Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
Konstriksi pupil : normal
Gerakan kelopak mata : normal
Pergerakan bola mata : normal
Pergerakan mata ke bawah & dalam : normal
d) Nervus V (Trigeminus)
Sensibilitas / sensori : normal
Refleks dagu : normal
Refleks cornea : normal
2. Analisis Data
DATA MASALAH ETIOLOGI
Ds:- Hipertemi Proses infeksi
Do: -Tubuh bayi teraba
panas
- Kulit tubuh anak
tampak merah
- Suhu badan 38o C
- Leukosit 80.000/ul
3. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b.d proses infeksi
b. Resiko kekurangan volume cairan b.d balance cairan terganggu
4. Rencana Tindakan Keperawatan
5. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Hari/Waktu Implementasi Evaluasi
1 Hipertermi b.d proses Kamis,21/12/201 1. Mengkaji S:-
infeksi 7 penyebab O:- Kulit tubuh
09.10 hipertermi anak tampak
2.Mengobservasi merah
suhu badan - Suhu
3.Menganjurkan badan 38o
kepada ibu C
untuk - Leukosit
mengkompres 80.000/ul
hangat pada dahi
maupun axila A: Anak
4. menganjurkan mengalami
ibu untuk hipertermi
memberikan P: Lanjutkan
minun sering intervensi 2,3,4
tapi sedikit dan 5
5. Berkolaborasi
pemberian
paracetamol
3X8,8 mg
6. Evaluasi Keperawatan
S: ibu klien mengatakan suhu tubuh anaknya sudah berkurang, ibu klien mengatakan
anaknya sudah tidak demam,
O: suhu tubuh pasien dalam keadaan normal antara (36 sampai 37ºC), akral tubuh
teraba tidak hangat, warna kulit tidak kemerahan, pasien tidak rewel
A: masalah teratasi sebagian
P: melanjutkan intervensi yang belum tercapai
E. Etika Keperawatan
Prinsip etika keperawatan yang dapat diterapkan pada kasus diatas yaitu perawat
memberikan asuhan keperawatan dengan semaksimal mungkin dan bersifat
komprehensif dan memberikan informasi secara menyeluruh namun dengan bahasa
sederhana yang dapat di pahami orang tua maupun keluarga mengenai penyakit demam
yang di alami pasien. prinsip yang digunakan ialah prinsip kebaikan (beneficience) yang
dimana prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang terbaik bagi klien, tidak
melakukan tindakan tindakan yang dapat mengganggu privasi klien, tindakakan yang
dilakukan tidak merugikan klien seperti pada klien mengalami kelemahan fisik secara
umum tidak boleh di paksakan untuk bergerak dalam pemeriksaan, (Utami, Agustine, &
Happy, 2016).
F. Kolaborasi Aspek Pemenuhan Kebutuhan Klien dalam konteks keluarga
Dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan keluarga pasien untuk penanganan demam
pada anak dapat dilakukan dengan memberikan edukasi pengetahuan mengenai penyakit
yang disampaikan oleh perawat kepada keluarga, tugas kemandirian keluarga dalam
penangana pertma saat anak demam yaitu dengan memberikan kompres untuk
menurunkan demam pada anak dapat di ajarkan oleh perawat. Menciptakan suasana
rumah yang sehat yang terapkan pelaksanaan Family Centered- Nursing. Memberikan
saran kepada orang tua pasien untuk mengimunisasi pasien supaya imunitas tubuh klien
baik dan tidak mudah terserang sakit, pada kasus ini keluarga pasien belum lengkap
memberikan imunisasi. Kolaborasi dalam pemberian pemberian terapi farmakologi
seperti pemberian antipiretik dengan tenaga medis .
G. Advokasi
Peran perawat sebagai Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung
antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien,
membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun
professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara
sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan
yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat (pembela
klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam
pelayanan keperawatan.Peran perawat sebagai advokasi pada pasien yang mengalami
diare mampu memberikan perlindungan kepada pasiennya, keluarga, dan orang-orang.
Perawat mempertahankan lingkungan yang aman dan nyaman, serta mengambil tindakan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak di inginkan dari hasil pengobatan pada
pasien demam (Telaumbanua, 2019)
DAFTAR PUSTAKA
Adinda, D. (2019). Peran Perawat Dalam Penerapan Keselamatan Pasien di rumah Sakit.
jurnal Keperawatan, 1(1). Retrieved Oktober 30, 2020
Erlinda, V. (2015). Penerapan Model Family-Centered Nursing Terhadap Pelaksanaan Tugas
Kesehatan Keluarga dalam Pencegahan ISPA pada Balita DI wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Kedokteran Yarsi, 23(2),
165-186.
Goerge, I.A.(2016).How safe is Telenursing from home.Australian Journal of Advanced
Nursing (Online)26.1: 26-31.
Magdalena, et,al (2017) Asuhan Keperawatan Pada Anak R Dengan Febris Di Uptd
Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.
Telaumbanua, H. T. (2019). Perawat perawat Sebagai Advokat Pasien Dalam Pemberian
Asuhan Keperawatan di Pelayanan Kesehatan. Kajian Ilmiah.
Utami, N. W., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika keperawatan dan keperawatan
Profesional. jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.