Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN DIAGNOSA MEDIS FEBRIS

Disusun Oleh:

Ridho Fadila Alfajri I4051201004

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STASE KEPERAWATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
Kasus 2:
An. R. berusia 6 bulan dan berjenis kelamin laki-laki. An. R. F merupakan anak dari
Ny. T dan Tn. R beragama Islam, bertempat tinggal di Jalan. Sutoyo, Gang. Karya Baru.
Pasien masuk UGD pada tanggal 21 desember 2017 pukul dengan diagnosa medis Febris
(demam).
Pada saat dilakukan pengkajian keluhan utama yang dialami pasien Ibu An. R
mengatakan bahwa anaknya sudah 5 hari demam berulang, tidak disertai batuk dan pilek.
Ketika dirumah suhu badan klien mencapai 38 0C. Keluarga pasien mengatakan An. R
memiliki riwayat demam dan ISPA pada tiga bulan yang lalu, dan kunjungan ke poli MTBS
di UPTD Puskesmas Kampung Bali merupakan kunjungan pertama. Ibu An. R mengatakan
bahwa anaknya sudah 5 hari mengalami demam berulang dengan suhu badan yang naik
turun. Suhu anak cenderung tinggi pada saat malam hari dan anak menjadi rewel dan juga
susah tidur.
Keluarga pasien mengatakan jika klien memiliki riwayat penyakit ketika berumur 3
bulan yaitu demam dan Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA). Klien pernah mendapatkan dan
mengkonsumsi obat pada saat sakit sebelumnya yaitu Paracetamol dan Ctm
Keadaan umum an. R tampak lemah, kesadaran kompos mentis, denyut nadi
125x/menit, suhu tubuh 38 derajat Celsius,pernapasan 48x/menit, berat badan 7,3 kg, tinggi
badan 68,5 cm. Hasil dari pemeriksaan laboratorium mendapatkan hasil nilai leukosit sebesar
80.000/ul. Hal ini menandakan terjadinya proses infeksi didalam tubuh klien.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik keadaan rambut dan Hygiene kepala didapatkan
rambut tampak sehat tetapi tipis, warna rambut klien hitam , rambut klien menyebar
keseluruh kepala klien, rambut klien tidak mudah rontok, rambut klien bersih dan tidak
tampak ada kotoran pada rambut klien, bentuk dada simetris, konjungtiva tidak anemis,
sklera berwarna putih, pupil anisokhor.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil bentuk abdomen simetris ,tidak terdapat
lesi, abdomen terlihat sedikit membuncit, tidak ada massa pada abdomen, terdengar bising
usus klien 5x/menit. pergerakan sendi bebas tidak ada fraktur, klien dapat merasakan nyeri
saat diberi rangsang berupa cubitan.
A. Komunikasi Efektif Asuhan Keperawatan
Pada kasus ini teknik komunikasi yang di gunakan oleh perawat lebih banyak adalah
teknik komunikasi non-verbal dikarenakan usia pasien yang baru 6 bulan, misalnya
sentuhan, senyuman, mendekap, dan menggendong. perawat dapat menggunakan orang
tua sebagai fasilitator ataupun sebagai orang ketiga pada saat berkomunikasi dengan
anak. Perawat berkomunikasi dengan memberikan pengarahan kepada kedua orang tua
pasiennya. Dari kasus diatas perawat bertanya mengenai penyakit yang dialami pasien
yang kurang di ketahui oleh keluarganya. Perawat disini dapat melakasanakan
bagaimana menjelaskan tentang penyakit yang dialami klien, kemudian mengajarkan
kedua orang tua pasien tentang tanda dan gejala penyakit tersebut. sesudah pengkajian
memberikan penjelasan kepada keluarga pasien sangat diperlukan . Perawat mengajarkan
dan memberi saran kepada keluarga pasien untuk memberikan kompres hangat pada
lipatan tubuh pasien untuk pertolongan pertama saat pasien demam dan jika demam
pasien tidak mengalami penurunan pasien harus segera membawa ke fasilitas kesehatan
yang terdekat seperti puskesmas atau rumah sakit terdekat. Perawat juga dapat
memberikan komunikasi efektif terhadap kelaurga dengan memberika penjelasan ketika
pasien sakit untuk tidak sembarangan menggunakan obat tradisional atau obat warung.
Pentingnya pengedukasian pada orang tua di kasus ini yaitu agar orang tua dapat
memahami bagaimana penanganan-penanganan yang tepat agar keselamatan pasien
terjaga. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam melakukan perawatan
pasien dirumah sakit, perawatan juga menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian
pelayanan keperawatan, memberikan pendidikan berupa informasi kepada pasien dan
keluarga tentang asuhan yang diberikan, melakukan kerja sama tim kesehatan lain dalam
melakukan pelayanan kesehatan terhadap masalah pasien sehingga kejadian yang tidak
diharapkan terjadi pada pasien, melakukan pendokumentasian saat sesudah melakukan
pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya (Adinda, 2019).

B. Keterampilan Interpersonal Efektif dalam Kerja Tim


Pada kasus ini pengetahuan perawat yang diperlukan pada saat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien khususnya pada pasien anak yang mengalami demam agar
tidak memperburuk keadaannya yaitu dengan tindakan pendinginan seperti memakai
pakaian minimal/tidak tebal, memajan kulit dengan udara, menurunkan suhu kamar, dan
pemberian kompres hangat misalnya pada lipatan tubuh, memberikan minuman yang
banyak karena anak yang demam memiliki kebutuhan air yang meningkat.
Perawat pelaksana yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang asuhan
keperawatan memungkinkan perawat tersebut untuk memberikan tindakan mandiri dan
kolaborasi dengan tenaga medis lain. Tindakan kolaborasi dalam kasus ini yaitu
pemberian terapi farmakologi seperti pemberian antipiretik.

C. Penggunaan Teknologi dan Informasi Kesehatan Secara Efektif dan Bertanggung


Jawab
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik
yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari
telehealth dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis
seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring (National Council of State Boards
of Nursing, 2011). Penanganan yang dapat dilakukan perawat yaitu memberikan
informasi-informasi menganai demam kepada kelurga pasien. Penyampai informasi ini
dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknnologi, perawat memberikan informasi
memanfaatkan teknologi internet dari smartphone orang tua pasien dengan memberikan
artikel yang memiliki referensi yang benar yang bersangkutan dengan penyakit pasien
yaitu demam. Perawat dapat menyampaikan mengenai penyakit demam atau febris
kepada keluarga, cara menangani dirumah yaitu dengan memberikan kompres air hangat
pada lipatan tubuh tidak memakaikan pakaian yang tebal dan pencegahan-pencehan yang
dapat dilakukan keluarga pada kasus ini serta mengambil langkah yang tepat yaitu
dengan membawa pasien ke klinik, puskesmas atau rumah sakit terdekat ketika anak
mengalami sakit dan tidak memberikan obat-obatan sembarangan atau obat-obatan
tradisional yang jika tidak tepat dapat merugikan pasien. Perawat anak mempunyai peran
yang sangat besar dalam membuat perencanaan pulang yang dilakukan sejak pasien
masuk rumah sakit sampai pulang melalui proses keperawatan yang diawali dengan
pengkajian sampai evaluasi. Pengkajian yang dilakukan secara individual akan
membantu perawat memberkan edukasi sesuai dengan kebutuhan pasien, sehingga orang
tua mempunyai pengetahuan yang tepat tentang perawatan anak demam di rumah yang
dapat menurunan risiko rawat ulang pasca rawat. Perawat perlu membangun komunikasi
dan menjalin kemitraan yang baik dengan orang tua, melalui komunikasi yang terbuka
dan jujur untuk memberikan dukungan pada keluarga pasien dengan memberdayakan
keluarga untuk bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan dan mendukung keberhasilan dalam perencanaan pulang.
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1.1 Identitas
a. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. R.
2. Tempat Tgl Lahir/Usia : 6 bulan
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama : islam
5. Pendidikan : -
6. Alamat : jl. Sutoyo gang karya baru
7. Tgl pengkajian : 21 desember 2017
8. Diagnosa Medik : Febris
b. Identitas Orang tua
Ayah
1. Nama : Tn. r
2. Usia : 24 tahun
3. Pendidikan : smk
4. Pekerjaan : swasta
5. Agama : islam
6. Alamat : sutoyo
Ibu
1. Nama : Ny. T
2. Usia : 22 tahun
3. Pendidikan : sma
4. Pekerjaan : IRT
5. Agama : islam
6. Alamat : sutoyo
1.2 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang:
1. Keluhan Utama :
Ibu An. R mengatakan bahwa anaknya sudah 5 hari demam berulang, tidak
disertai batuk dan pilek. Ketika dirumah suhu badan klien mencapai 38 0C
2. Riwayat Keluhan Utama:
An. R memiliki riwayat demam dan ISPA pada tiga bulan yang lalu, dan
kunjungan ke poli MTBS di UPTD Puskesmas Kampung Bali merupakan
kunjungan pertama.
3. Keluhan Pada Saat Pengkajian:
Ibu An. R mengatakan bahwa anaknya sudah 5 hari mengalami demam berulang
dengan suhu badan yang naik turun. Suhu anak cenderung tinggi pada saat malam
hari dan anak menjadi rewel dan juga susah tidur Riwayat Kesehatan Lalu
(khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Prenatal
1) Ibu memeriksakan kehamilannya setiap bulan di puskesmas atau bidan
terdekat.
2) Riwayat berat badan selama hamil : Sebelum hamil ibu klien memiliki berat
badan 50 kg dan mengalami kenaikan selama hamil sebanyak 13 kg menjadi
63 kg.
3) Riwayat Imunisasi TT : Ibu telah melakukan imunisasi TT 1, TT 2, dan TT 3.
2. Natal
1) Tempat melahirkan : Ibu klien melahirkan di klinik bersalin terdekat
dengan umur kehamilan cukup minggu yaitu
38 minggu.
2) Jenis persalinan : Normal
3) Penolong persalinan : Bidan
4) Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan :
Ibu tidak mengalami komplikasi apapun. Bayi dalam keadaan sehat dan
langsung bernafas ketika dilahirkan. An. R memiliki berat badan dibatas
normal, yaitu dengan bb 2800 gr dan panjang badan 50 cm. Anak saat lahir
tidak mengalami riwayat asfiksia ataupun ikterik.
3. Post natal
1) Kondisi bayi :
Setelah dilahirkan klien tidak mengalami masalah dan tidak dimasukkan
kedalam inkubator sehingga langsung melakukan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) pada ibunya.
2) Klien pernah mengalami penyakit :
Klien memiliki riwayat penyakit ketika berumur 3 bulan yaitu demam dan
Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA).
3) Riwayat kecelakaan :
Klien tidak memiliki riwayat kecelakan.
4) Riwayat mengkonsumsi obat-obatan :
Klien pernah mendapatkan dan mengkonsumsi obat pada saat sakit
sebelumnya yaitu Paracetamol dan Ctm.
1.3 Riwayat Immunisasi (imunisasi belum lengkap)
Ibu mengatakan bahwa klien belum mendapatkan imunisasi lengkap, klien baru
mendapatkan imunisasi Hb0, BCG, Polio1, DPT1, Hb1, Polio2, DPT2, Hb2, Polio3,
DPT3, Hb3.
1.4 Riwayat Tumbuh Kembang
a. Neonatus (0-28 hari)
Pada usia An.R menginjak neonatus, anak memiliki berat badan 2800 gr dan
panjang badan 49 cm kemudian memiliki kenaikan berat badan sebanyak ± 1000 gr
kg pada 1 bulan pertama menjadi 3600 gr. An. R memiliki reflek hisap dan menelan
yang baik dan dapat menggenggam jari orang lain yang memegangnya. Bayi
menangis jika ingin makan ataupun ketika buang air kecil/buang air besar.
b. Bayi (0-12 bulan)
a) 0-4 bulan
Pada kisaran 0-4 bulan, An. R dapat mampu melakukan tugas perkembangan
seperti berusaha mencapai mainan, mengamati warna-warna, tangan mampu
bersentuhan, An. R juga mampu meniru buyi kata-kata, menoleh ke arah suara
dan anak mampu membalikkan badannya ketika berbaring.
b) 5-6 bulan
Pada saat usia 5 bulan anak mampu melakukan tugas perkembangan seperti:
1) meraih benda yang terdapat dalam jangkauannya,
2) saat tertawa terkadang memperlihatkan kegembiraan dengan tawa yang
ceria
3) Akan tersenyum jika melihat gambar
Pada saat ini An. R berusia 6 bulan, anak sudah mampu melakukan tugas
perkembangan seperti:
1) Dapat mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
2) Mulai memainkan dan memegang tangannya sendiri
3) Matannya sudah bisa tertuju pada benda-benda kecil

1.5 Riwayat Nutrisi


a. Pemberian ASI
Ibu An. R mengatakan tidak memberikan ASI ekslusif kepada klien karena air
susu ibu sudah berkurang.
b. Pemberian susu formula
Ibu memberikan susu formula karena ASI ibunya sudah berkurang.
c. Jumlah pemberian
Ibu mengatakan pemberian susu formula diberikan ± 5-6x dengan menggunakan
botol ukuran 250 cc yang diisi secara penuh.
d. Cara Pemberian
Ibu mengatakan diberikan dengan botol susu ukuran 250 cc, dengan cara
pembuatan sufor yaitu menggunakan 3 sendok susu dituang terlebih dahulu
kemudian diaduk dengan air hangat sebanyak 250 cc hingga encer.
e. Pemberian MPASI: (-)
1.6 Riwayat Psikososial
a. Anak tinggal bersama
Orang tua di rumah sendiri
b. Lingkungan
Lingkungan berada di area perkotaan, dengan rumah yang cukup berdekatan satu
dengan yang lainnya dengan keadaan sanitasi yang cukup baik dan ventilasi yang
ada serta penerangan yang cukup untuk pertumbuhan anak.
c. Pengasuh anak
An. R diasuh oleh orangtuanya sendiri dan tidak diasuh oleh orang lain selain
keluarga seperti ayah, ibu, nenek dan kakek.
1.7 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : An. R tampak lemah
b. Kesadaran : Compos Mentis.
c. Tanda – tanda vital :
a) Tekanan darah : - mmHg
b) Denyut nadi : 125x / menit
c) Suhu : 38,o C
d) Pernapasan : 48 x/ menit
d. Berat Badan : 7,3kg
e. Tinggi Badan : 68,5cm
f. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala : Rambut tampak sehat tetapi tipis.
Warna rambut : Warna rambut klien hitam
Penyebaran: Rambut klien menyebar keseluruh kepala klien.
Mudah rontok : Rambut klien tidak mudah rontok.
Kebersihan rambut: Rambut klien bersih dan tidak tampak ada kotoran pada rambut
klien.
Palpasi
Benjolan : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
Tekstur rambut : halus
g. Muka
Inspeksi
Simetris / tidak : Simetris
Gerakan abnormal : tidak tampak gerakan abnormal pada wajah pasien
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak ada nyeri tekan pada pasien
Data lain : tidak teraba ada pembengkakan pada area muka
h. Mata
Inspeksi
Pelpebra : Edema =tidak
Radang = tidak
Sclera : Icterus =tidak
Conjungtiva : Radang = tidak
Anemis =tidak
Pupil : Isokor =anisokor
Myosis = midriasis
Refleks pupil terhadap cahaya : pupil bereaksi terhadap cahaya.
Simetris / tidak : Mata simetris dan sejajar dengan daun telinga.
Gerakan bola mata : Gerakan bola mata normal
Palpasi
Tekanan bola mata : Tidak terdapat tekanan pada bola mata.
i. Hidung & Sinus
Inspeksi
Posisi hidung : Posisi hidung klien normal dan simetris.
Bentuk hidung : Bentuk hidung normal,
Keadaan septum : Septum pasien tampak normal.
Secret / cairan : Tidak terdapat sekret/cairan pada hidung klien

j. Telinga
Inspeksi
Posisi telinga : Posisi telinga simetris dan sejajar dengan mata
Ukuran / bentuk telinga : Bentuk telinga normal, tampak bersih dan tidak tampak
edema atau benjolan pada area telinga.
Aurikel : Aurikel normal dan tampak bersih.
Lubang telinga : Lubang telinga bersih dan tidak terdapat serumen.
Pemakaian alat bantu: Tidak terdapat pemakaian alat bantu pada klien.
Palpasi
Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan pada klien.
Pemeriksaan uji pendengaran
Rinne :-
Weber :-
Swabach :-
k. Mulut
Inspeksi
a) Gigi
Keadaan gigi : Keadaan gigi normal, gigi klien masih gigi susu.
Karang gigi / karies : tidak terdapat karang gigi atau karies pada klien.
b) Gusi
Merah / radang / tidak : Gusi tampak berwarna merah muda (normal), tidak
tampak ada tanda-tanda peradangan.
c) Lidah
Kotor / tidak : Lidah tampak bersih dan tidak kotor.
d) Bibir
Bibir tidak pucat maupun sianosis, amun mukosa bibir klien tampak kering,
mulut tidak berbau. Kemampuan berbicara klien masih belum sempurna dan
hanya dapat mengucapkan beberapa patah kata yang tidak lengkap karena klien
masih dalam proses belajar berbicara.
l. Tenggorokan
a) Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekan pada pasien
b) Nyeri menelan : Tidak terdapat nyeri menelan pada pasien
m. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : Membesar = tidak
Palpasi
a) Kelenjar thyroid : Teraba = tidak
b) Kelenjar limfe : Membesar= tidak
n. Thorax dan pernapasan
Inspeksi
a) Bentuk dada :
Bentuk dada simetris, tidak tampak barrel chest atau furrel chest, tidak tampak
ada retraksi dada pada klien.
b) Irama pernafasan :
Irama pernafasan normal dan teratur.
c) Pengembangan di waktu bernapas :
Pengembangan dada klien ketika bernafas normal, tidak tampak adanya tarikan
dinding dada klien ketika bernafas.
d) Tipe pernapasan : Eupnea (normal)
Palpasi
Tidak terdapat massa atau nyeri tekan pada klien saat dipalpasi.
Auskultasi
a) Suara nafas : Bronchovesikuler (+)
b) Suara tambahan : Tidak terdapat bunyi suara tambahan seperti wheezing,
ronchi atau rales.
Perkusi
Terdengar suara Sonor
o. Jantung
Palpasi
Ictus cordis : Teraba ictus cordis pada klien.
Perkusi
Pembesaran jantung: Tidak terdapat pembesaran
Auskultasi
a) BJ I : Lub
b) BJ II : Dub
c) BJ III :-
d) Bunyi jantung tambahan :
p. Abdomen
Inspeksi
a) Membuncit : Perut klien tampak sedikit membuncit.
b) Ada luka / tidak : Tidak terdapat lesi atau luka pada perut klien.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan pada area abdomen klien.
Auskultasi
Peristaltik : terdengar bising usus klien dengan
5x/menit.
Perkusi
Terdengar suara tymphani pada abdomen klien ketika diperkusi
q. Genitalia dan Anus : tidak terkaji.
r. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a) Motorik
Pergerakan kanan / kiri : normal
Pergerakan abnormal :-
Kekuatan otot kanan / kiri : normal
Tonus otot kanan / kiri : normal
Koordinasi gerak : normal
b) Refleks
Biceps kanan / kiri : normal
Triceps kanan / kiri : normal
c) Sensori
Nyeri : Klien dapat merasakan nyeri ketika
diberi rangsangan berupa cubitan.
Rasa raba : Klien dapat merasakan rangsangan
pada kulit ketika perawat meraba area tangan klien.
Ekstremitas bawah
a) Motorik
Gaya berjalan : Klien belum dapat berjalan
Kekuatan kanan / kiri : normal.
Tonus otot kanan / kiri : normal.
b) Sensori
Nyeri : Klien dapat merasakan nyeri ketika diberi rangsangan berupa cubitan.
Rasa raba :
Klien dapat merasakan rangsangan pada kulit ketika perawat meraba area tangan
klien, kulit klien juga tampak merah

s. Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a) Nervus I (Olfactorius) : penghidu : normal.
b) Nervus II (Opticus) : Penglihatan : normal.
c) Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
Konstriksi pupil : normal
Gerakan kelopak mata : normal
Pergerakan bola mata : normal
Pergerakan mata ke bawah & dalam : normal
d) Nervus V (Trigeminus)
Sensibilitas / sensori : normal
Refleks dagu : normal
Refleks cornea : normal

e) Nervus VII (Facialis)


Gerakan mimik : normal
Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : normal
f) Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : normal
g) Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
Refleks menelan : normal
Refleks muntah : normal
Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : normal
Suara : normal
h) Nervus XI (Assesorius)
Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : klien dapat memalingkan kepala
kearah kiri dan kanan.
Mengangkat bahu : klien dapat mengangkat bahu.
i) Nervus XII (Hypoglossus)
Deviasi lidah : tidak tampak deviasi lidah.

1.8 Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun) Dengan menggunakan


DDST
a) Motorik kasar
Pada sektor motorik kasar didapatkan hasil bahwa An. R normal, dibuktikan dengan
klien mampu melakukan tugas perkembangan yang jelas disebelah kiri garis umur
dan tugas perkembangan yang dipotong oleh garis umur.
b) Motorik halus
Pada sektor motorik halus didapatkan hasil bahwa An. R normal, dibuktikan dengan
klien mampu melakukan tugas perkembangan yang jelas disebelah kiri garis umur
dan tugas perkembangan yang dipotong oleh garis umur.
c) Bahasa
Pada sektor bahasa didapatkan hasil bahwa An. R normal, dibuktikan dengan klien
mampu melakukan tugas perkembangan yang jelas disebelah kiri garis umur dan
tugas perkembangan yang dipotong oleh garis umur.
d) Personal sosial
Pada sektor personal sosial didapatkan hasil bahwa An. D normal, dibuktikan
dengan klien mampu melakukan tugas perkembangan yang jelas disebelah kiri garis
umur dan tugas perkembangan yang dipotong oleh garis umur.

1.9 Test Diagnostik


Hb: 10,1 g/dl
Leukosit: 80.000/ul
Trombosit: 303.000/ul
Hemotokkrit: 30,3 %

2. Analisis Data
DATA MASALAH ETIOLOGI
Ds:- Hipertemi Proses infeksi
Do: -Tubuh bayi teraba
panas
- Kulit tubuh anak
tampak merah
- Suhu badan 38o C
- Leukosit 80.000/ul

Ds:- Ibu klien mengatakan Resiko kekurangan Balance cairan terganggu


bayi R saat ini kurang mau volume cairan
menyusui
Do: - Klien tampak lemah
- Bibir klien tampak
kering

3. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b.d proses infeksi
b. Resiko kekurangan volume cairan b.d balance cairan terganggu
4. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawata Kriteria Hasil
n
1. Hipertermi Setelah diberika 1. Kaji penyebab 1. Hipertermi
b.d proses asuhan hipertermi merupakan salah
infeksi keperawatan 1X24 2. Observasi suhu satu gejala atau
jam suhu tubuh badan kompensasi tubuh
anak normal 36,5’ 3. Beri kompres terhadap adanya
-37,5’ C degan hangat pada infeksi baik
kriteria hasil : dahi maupun secara local
1. TTV dalam axila maupu secara
batas normal 4. Beri mimun sistemik hal ini
2. Gangguan sering tapi sikit perlu di ketahui
neurologis 5. Kolaborasi sebagai dasar
tidak terjadi pemberian obat dalam rencana
3. Reaksi alergi anti piretik intervensi
berkurang 3x8,8 mg 2. Proses
peningkatan suhu
tubuh
menunjukkan
proses peyakkit
infeksius akut
3. Daerah dahi/axila
merupakan
jaringan tipis dan
terdapat
pembuluh darah
sehingga proses
vasodilatasi
pembuluh darah
lebih cepat
sehingga
pergerakan cepat
4. Untuk mengganti
proses cairan
yang hilang
selama evaporasi
5. Obat anti piretik
bekerja sebagai
pengatur kembali
pusat panas
2 Resiko Setelah siberika 1. Idetifikasi 1. Mengetahui
kekurangan asuhan kemungkinan penyebab untuk
volume cairan keperawatan ketidakseimba menentukan
b.d balance selama 1x24 jam ngan elektrolit intervensi
cairan diharapkan cairan 2. Monitor penyelesaian
terganggu dan elitrolit klien adanya 2. Mengetahui
seimbang dengan kehilangan keadaan umum
kriteria hasil : cairan dan klien
1. Turgor kulit elektrolit 3. Mengurangi
elastis 3. Monitor resiko
2. Intake dan adanya mual, kekurangan
output seimbang muntah, dan volume cairan
3. Membrane diare semakin
mukosa lembab 4. Monitor status bertambah
4. TTV dalam hidrasi 4. Mengetahui
batas normal 5. Monitor intake perkembangan
dan output dehidrasi
cairan 5. Evaluasi
6. Monitor TTV intervensi
6. Mengetahui
keadaan umum
klien

5. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Hari/Waktu Implementasi Evaluasi
1 Hipertermi b.d proses Kamis,21/12/201 1. Mengkaji S:-
infeksi 7 penyebab O:- Kulit tubuh
09.10 hipertermi anak tampak
2.Mengobservasi merah
suhu badan - Suhu
3.Menganjurkan badan 38o
kepada ibu C
untuk - Leukosit
mengkompres 80.000/ul
hangat pada dahi
maupun axila A: Anak
4. menganjurkan mengalami
ibu untuk hipertermi
memberikan P: Lanjutkan
minun sering intervensi 2,3,4
tapi sedikit dan 5
5. Berkolaborasi
pemberian
paracetamol
3X8,8 mg

2 Resiko kekurangan Kamis, 1. S:- Ibu klien


volume cairan b.d 21/12/2017 Mengidentifikasi mengatakan
balance cairan terganggu 09.10 kemungkinan bayinya saat ini
ketidak kurang mau
seimbangan menyusui
elektrolit O: - Klien
2. Memonitor tampak lemah
adanya -Bibir klien
kehilangan tampak kering
cairan elektrolit A: Anak bersiko
3. Memonitor kekurangan
adanya volume cairan
mual,muntah P: Lanjutkan
dan diare intervensi 2, 3,
4. Memonitor 4, 5,dan 6
status dehidrasi
5. Memonitor
intake dan
output cairan
6. Memonitor
TTV

6. Evaluasi Keperawatan
S: ibu klien mengatakan suhu tubuh anaknya sudah berkurang, ibu klien mengatakan
anaknya sudah tidak demam,
O: suhu tubuh pasien dalam keadaan normal antara (36 sampai 37ºC), akral tubuh
teraba tidak hangat, warna kulit tidak kemerahan, pasien tidak rewel
A: masalah teratasi sebagian
P: melanjutkan intervensi yang belum tercapai

E. Etika Keperawatan
Prinsip etika keperawatan yang dapat diterapkan pada kasus diatas yaitu perawat
memberikan asuhan keperawatan dengan semaksimal mungkin dan bersifat
komprehensif dan memberikan informasi secara menyeluruh namun dengan bahasa
sederhana yang dapat di pahami orang tua maupun keluarga mengenai penyakit demam
yang di alami pasien. prinsip yang digunakan ialah prinsip kebaikan (beneficience) yang
dimana prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang terbaik bagi klien, tidak
melakukan tindakan tindakan yang dapat mengganggu privasi klien, tindakakan yang
dilakukan tidak merugikan klien seperti pada klien mengalami kelemahan fisik secara
umum tidak boleh di paksakan untuk bergerak dalam pemeriksaan, (Utami, Agustine, &
Happy, 2016).
F. Kolaborasi Aspek Pemenuhan Kebutuhan Klien dalam konteks keluarga
Dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan keluarga pasien untuk penanganan demam
pada anak dapat dilakukan dengan memberikan edukasi pengetahuan mengenai penyakit
yang disampaikan oleh perawat kepada keluarga, tugas kemandirian keluarga dalam
penangana pertma saat anak demam yaitu dengan memberikan kompres untuk
menurunkan demam pada anak dapat di ajarkan oleh perawat. Menciptakan suasana
rumah yang sehat yang terapkan pelaksanaan Family Centered- Nursing. Memberikan
saran kepada orang tua pasien untuk mengimunisasi pasien supaya imunitas tubuh klien
baik dan tidak mudah terserang sakit, pada kasus ini keluarga pasien belum lengkap
memberikan imunisasi. Kolaborasi dalam pemberian pemberian terapi farmakologi
seperti pemberian antipiretik dengan tenaga medis .

G. Advokasi
Peran perawat sebagai Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung
antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien,
membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun
professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara
sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan
yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat (pembela
klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam
pelayanan keperawatan.Peran perawat sebagai advokasi pada pasien yang mengalami
diare mampu memberikan perlindungan kepada pasiennya, keluarga, dan orang-orang.
Perawat mempertahankan lingkungan yang aman dan nyaman, serta mengambil tindakan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak di inginkan dari hasil pengobatan pada
pasien demam (Telaumbanua, 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Adinda, D. (2019). Peran Perawat Dalam Penerapan Keselamatan Pasien di rumah Sakit.
jurnal Keperawatan, 1(1). Retrieved Oktober 30, 2020
Erlinda, V. (2015). Penerapan Model Family-Centered Nursing Terhadap Pelaksanaan Tugas
Kesehatan Keluarga dalam Pencegahan ISPA pada Balita DI wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Kedokteran Yarsi, 23(2),
165-186.
Goerge, I.A.(2016).How safe is Telenursing from home.Australian Journal of Advanced
Nursing (Online)26.1: 26-31.
Magdalena, et,al (2017) Asuhan Keperawatan Pada Anak R Dengan Febris Di Uptd
Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.
Telaumbanua, H. T. (2019). Perawat perawat Sebagai Advokat Pasien Dalam Pemberian
Asuhan Keperawatan di Pelayanan Kesehatan. Kajian Ilmiah.
Utami, N. W., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika keperawatan dan keperawatan
Profesional. jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai