Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN DIARE

DI SUSUN OLEH:

RIDHO FADILA ALFAJRI I4051201004

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
KASUS 3 :
Pasien An. Y 3 tahun, datang ke Puskesmas Gedong Tataan, diantar oleh
ibunya untuk berobat karena buang air besar (BAB)cair lebih dari 2x dalam sehari.
BAB cair dirasakan sejak 1 hari sebelum datang ke Puskesmas, BAB yang dialami
sebanyak 1 gelas belimbing setiap BAB, serta berwarna kekuningan. Keluhan
disertai sedikit ampas dan berbau agak amis, tidak terdapat darah dan lendir dalam
tinja. Pasien juga selalu rewel, selain itu pasien juga mengalami demam sejak 1 hari
sebelumnya. Demam dirasakan tidak terlalu tinggi dan tidak dipengaruhi oleh
waktu. Demam timbul setelah pasien diare, lalu pasien tidak dirawat. Ibu pasien
melihat belum ada perbaikan, lalu pasien dibawa kembali ke Puskesmas karena
pasien tidak ingin makan dan minum. Pasien mengalami buang air kecil (BAK)
yang cukup sering. Sebelumnya, pasien mengonsumsi yogurt dari tetangganya dan
memang sering mengalami keluhan serupa. Di dalam keluarga, tidak ada yang
mengalami keluhan serupa. Ibu pasien mengaku bahwa pasien hanya diberikan
air susu ibu (ASI). Sejak usia 2 tahun, pasien terlihat sering membeli jajanan yang
dijajakan oleh tetangga disekitar rumahnya. Pasien juga terlihat sering bermain
bersama teman-teman sebaya di lapangan dan kali didekat rumahnya yang tidak
jauh dari tempat pembuangan sampah. Sejak mengalami BAB cair, ibu pasien
belum mencoba mencari pengobatan. Ibu pasien hanya memberikan susu dan
bubur, serta memberikan kompres dingin ketika badan pasien terasa demam. Studi
ini menggunakan metode case report. Data primer diperoleh melalui alloanamnesis
dari ibu pasien, dan pemeriksaan fisik. Kunjungan rumah, melengkapi data
keluarga, dan psikososial serta lingkungan. Penilaian berdasarkan diagnosis holistik
dari awal, proses dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif.

A. Komunikasi Efektif Asuhan Keperawatan


Pada kasus ini komunikasi yang dilakukan oleh perawat dengan Perawat
dapat berkomunikasi dengan anak dengan menggunakan objek transisional
seperti boneka sebelum bertanya langsung pada anak untuk mengurangi
kecemasan anak. Posisi tubuh yang terbaik adalah sejajar dengan pandangan
mata anak. Perawat juga harus konsisten dalam berkomunikasi secara verbal
maupun non-verbal yaitu komunikasi non verbal dapat dilakukan dengan
berkomunikasi dengan kedua orang tua pasien. Pada kasus ini mengenai
penyakit yang dialami pasien kurang diketahui oleh keluarga. Perawat disini
dapat memberikan edukasi kepada keluarga dan pasien tentang faktor
penyebab dari diare seperti, makanan dan lingkungan tempat tinggal serta
bermain pasien. Balita dan anak masih sangat rentan terkena diare, disebabkan
sistem imun pada balita dan anak belum terbentuk dengan sempurna, selain itu
faktor kebersihan pun dapat menjadi faktor risiko dari terkenanya diare. Oleh
karena itu, penerapan hidup bersih dan sehat dapat mengurangi risiko diare
pada anak dan balita. Kurangnya kesadaran akan pentingnya kebersihan pada
lingkungan pasien bisa menjadi salah satu faktor terjadinya diare. Mencuci
tangan sebelum menyentuh makanan jarang sekali dilakukan oleh
pasien/keluarga. Penjelasan saat sesudah pengkajian yang diberikan kepada
keluarga pasien sangat diperlukan pada kasus ini, karena keluarga pasien
kurang memahaminya apa saja yang dilakukan ketika pasien mengalami sakit
serta mengajarkan keluarga pasien jika pasien mengalami sakit harus segera
membawa ke fasilitas kesehatan yang terdekat seperti puskesmas. Keluarga
menyatakan hanya mengetahui bahwa pasien ini muntah dan BAB encer saja.
Perawat dapat juga memberikan komunikasi efektif terhadap keluarganya juga
yang dapat memahami penyampaian dari perawat bahwa ketika pasien sakit
tidak sembarangan menggunakan obat tradisional yang biasa dilakukan oleh
orang tua pasien. pentingnya pengedukasian pada orang tua di kasus ini yaitu
agar orang tua dapat memahami bagaimana penanganan-penanganan yang
tepat agar keselamatan pasien terjaga. Perawat mempunyai peranan yang
sangat penting dalam keselamatan pasien dirumah sakit saat memberikan
pelayanan keperawatan, tidak luput pula dalam menerapkan prinsip-prinsip
etik dalam pemberian pelayanan keperawatan, memberikan pendidikan kepada
pasien dan keluarga tentang asuhan yang diberikan, menerapkan kerja sama
tim kesehatan yang handal dalam melakukan pelayanan masalah terhadap
kejadian yang tidak diharapkan, melakukan pendokumentasian suatu
pelayanan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya (Adinda, 2019).

B. Keterampilan Interpersonal Efektif dalam Kerja Tim


Pada kasus ini pengetahuan perawat yang diperlukan pada saat
memberikan asuhan keperawatan pada pasien khususnya pada pasien anak
yang mengalami gangguan sistem pencernaan agar tidak memperburuk
keadaannya dengan tujuan pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi, bila
terdapat tanda dehidrasi, kemudian mengatasi dehidrasi, jika ada. Tujuan
selanjutnya adalah mencegah kerusakan nutrisi, dengan cara memberikan
makanan selama dan setelah terjadi dehidrasi (Bhan,2005). Selain itu,
pengobatan bertujuan untuk mengurangi durasi dan keparahan diare, dan
timbulnya keparahan di episode mendatang dengan cara pemberian suplemen
zinc. Tindakan kolaboratif dengan dokter dapat berupa pemberian tablet zinc
yang dikonsumsi selama 4 hari dan harus di konsumsi selama 4 hari dan harus
dihabiskan meskipun diare telah berhenti. Pemberian oralit kepada pasien diare
dimaksudkan untuk mengganti elektrolit yang hilang bersama BAB
cair.Mendapatkan terapi simptomatik, yaitu paracetamol dosis rendah, terapi
antasida sirup diminum sebanyak 3 kali sehari, Terapi tirah baring kolaborasi
dengan dokter. Pengawasan yang ketat oleh perawat serta kepatuhan pasien
dalam meminum obat dan kooperatif dalam setiap pemeriksaan, dapat
mempercepat proses penyembuhan.

C. Penggunaan Teknologi dan Informasi Kesehatan Secara Efektif dan


Bertanggung Jawab
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan
dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara
beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth dan beberapa bagian terkait
dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis,
telekonsultasi dan telemonitoring (National Council of State Boards of
Nursing, 2011). Perawat anak mempunyai peran yang sangat besar dalam
membuat perencanaan pulang yang dilakukan sejak pasien masuk rumah sakit
sampai pulang melalui proses keperawatan yang diawali dengan pengkajian
sampai evaluasi. Perawat perlu membangun kemitraan dengan orang tua
melalui komunikasi yang terbuka dan jujur untuk memberikan dukungan
keluarga dengan memberdayakan keluarga untuk bertanggung jawab
memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan dan mendukung
keberhasilan dalam perencanaan pulang. (Waluyanti, Yuliani, & Nurhaeni,
2016)
D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1.1 Identitas
a. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An.Y
2. Tempat Tgl Lahir/Usia : 3 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : -
5. Pendidikan : -
6. Alamat : -
7. Tgl pengkajian : -
8. Diagnosa Medik : Diare Akut
b. Identitas Orang tua
Ayah
1. Nama : Tn. S
2. Usia :-
3. Pendidikan :-
4. Pekerjaan :-
5. Agama :-
6. Alamat :-
Ibu
1. Nama :-
2. Usia :-
3. Pendidikan :-
4. Pekerjaan :-
5. Agama :-
6. Alamat :-
1.2 Riwayat Psikososial
a. Anak tinggal bersama
Anak tinggal bersama kedua orang tuanya
b. Lingkungan
-
c. Pengasuh anak
An.Y diasuh oleh orangtuanya sendiri dan tidak diasuh oleh orang
dirumah
1.3 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : An. Y tampak menangis
b. Kesadaran : Compos Mentis.
c. Tanda – tanda vital :
a) Tekanan darah : - mmHg
b) Denyut nadi : 90x / menit
c) Suhu : 37,8o C
d) Pernapasan : 20 x/ menit
d. Berat Badan : 18 kg
e. Tinggi Badan : 95 cm
f. Pemeriksaan Fisik lainya : Tak terkaji
g. Aspek Personal
• Alasan kedatangan: BAB cair 2x sehari yang tak kunjung sembuh
disertai lemas.
• Kekhawatiran: BAB cair bertambah parah dan pasien menjadi lebih
lemas.
• Harapan: BAB cair berkurang, sehingga dapat kembali beraktivitas
dengan baik.
• Persepsi: Lemas yang dirasakan, disebabkan karena BAB cair dan
muntah yang dialami.
h. Aspek Klinik
Diare akut (ICD 10 – A.09)
i. Aspek Risiko Internal
• Pengetahuan tentang kebersihan lingkungan yang kurang.
• Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang diterapkan.
j. Aspek Psikososial Keluarga dan Lingkungan Eksternal
• Tidak tersedianya kamar mandi didalam rumah.
• Kurangnya pengawasan keluarga terhadap kebersihan makanan.
• Perilaku personal higiene keluarga yang buruk.
1.4 Intervensi
Penatalaksanaan Non Medikamentosa:
1. Edukasi pasien, bahwa dengan penatalaksanaan yang tepat maka BAB cair
dapat berkurang dan komplikasi akibat diare dapat dicegah.
2. Edukasi kepada anggota keluarga mengenai faktor risiko yang ada pada
mereka dan pentingnya melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Edukasi kepada keluarga untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit
diare, dengan cara cuci tangan setiap sebelum makan dan setelah dari kamar
mandi.
2. Analisis Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: • Invasi Bakteri Gangguan keseimbangan
Klien mengalami BAB kedalamm saluran cairan dan elektrolit
cair 2x sehari/disertai intestinal mengiritasi
muntah. Klien tampak usus
sakit & lemas. Klien tidak • Peristaltik Usus
mau makan dan minum meningkat
ketika sakit • Sari-sari makanan
sulit diserap
DO: • Cairan dan elektrolit
1. Klien tampak lemah terbuang melalui
2. Klien tampak Pucat feses
2 DS: • Gangguan Resiko peningkatan suhu
• ibu pasien mengatakan keseimbangan cairan tubuh berhubungan dengan
anaknya rewel dan dan elektrolit proses infeksi sekunder
demam terhadap diare
• BAB berwarna
kekuningan, sedikit
ampas dan berbau agak
amis

DO:
a. Konsistensi feses encer
warna kuning, bau
amis
b. Suhu = 37,8 oC
Nadi = 90
kali/permenit
Respirasi 20 x/menit

3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elekrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan sekunder terhadap diare
b. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
sekunder terhadap diare
4. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Pantu tanda dan gejala
keseimbangan cairan tindakan asuhan kekurangan cairan dan
dan elektrolit keperawatan 3x24 elektrolit. Deteksi dini
dengan kriteria hasil: memngkinkan terapi
a. Tanda vital dalam pergantian cairan segera
batas normal (N: untuk memperbaiki
120-60x/menit, S: defisit
36-37,50oC, RR: 2. Pantau intake dan output
b. Turgor elastic R/ dehidrasi dapat
c. Membran mukosa meningkatkan laju filtrasi
bibir basah glomelurus membuat
d. Mata tidak keluaran tak adekuat
cowong untuk membersihkan sisa
e. UUB tidak metabolism
cekung 3. Timbang berat badan
f. Konsistensi BAB setiap hari untuk
lembek memdeteksi kehilangan
g. Frekuensi cairan, penurunan 1 kg
1x/sehari BB sama dengan
kehilangan ciran 1 liter
4. Anjurkan keluarga untuk
memberi minum banyak
pada klien, 2-3 liter/hari
unutk mengganti cairan
dn elektrolit yang hilang
secara oral
5. Kolaborasi : pemeriksaan
laboratorium serum
elektrolit
2 Resiko peningkatan Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh setiap
suhu tubuh tindakan asuhan 2jam untuk deteksi dini
berhubunagan dengan keperawatan selama terjadinya perubahan
infeksi 3x24 jam pola nafas abnormal fungsi tubuh
dampaksekunder dari kembali efektif dengan 2. Berikan kompres hangat
diare Kriteria hasil: unutk merangsang pusat
a. Suhu tubuh dalam pengatur panas untuk
batas normal (36- menurunkan produksi
37,5oC) panas tubuh
b. Tidak terdapat 3. Kolaborasi pemberian
tanda infeksi anipiretik untuk
(rubur, dolor, kalor, merangsang pusat
tumor, fungtio pengatur panas
leasa)
5. Evaluasi Keperawatan
S : ibu klien mengatakan bahwa feses anaknya lembek,tidak muntah,
dan sudah ada nafsu makan/minum. ibu klien mengatakan anaknya sudah
tidak rewel dan demam lagi
O : pasien tampak tidak tampak pucat, pasien tampak tenang, pasien
tampak tidak lemas
A : masalah teratasi sebagian
P : melanjutkan intervensi yang belum tercapai

E. Etika Keperawatan
Prinsip etika keperawatan yang dapat diterapkan pada kasus diatas yaitu
perawat memberikan asuhan keperawatan dengan semaksimal mungkin dan
bersifat komprehensif dan memberikan informasi secara menyeluruh namun
dengan bahasa sederhana yang dapat dipahami orang tua maupun keluarga
mengenai penyakit diare yang dialami pasien. prinsip yang digunakan ialah
prinsip kebaikan (beneficience) yang dimana prinsip ini menjelaskan bahwa
perawat melakukan yang terbaik bagi klien, tidak merugikan klien seperti klien
mengalami kelemahan fisik secara umum tidak boleh di paksakan untuk
bergerak dalam pemeriksaan dan selalu untuk menjaga privasi klien (Utami,
Agustine, & Happy, 2016).

F. Kolaborasi Aspek Pemenuhan Kebutuhan Klien dalam konteks keluarga


Dalam pelaksanaan pemenuhan kebutuhan keluarga pasien untuk
penanganan diare pada anak dapat dilakukan dengan memberikan edukasi
pengetahuan mengenai penyakit diare yang di sampaikan oleh perawat kepada
paseien dan keluarga dengan memberikan informasi dengan cara mencuci
tangan baik dan benar, tugas kemandirian pasien dan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan juga dapat di ajarkan oleh perawat. Menciptakan
suasana rumah yang sehat yang terapkan pelaksanaan Family Centered-
Nursing , upaya mencegah terjadinya diare pada anak yaitu memberikan
makanan yang bergizi dan memberikan imunisasi, pada kasus diatas keluarga
pasien belum lengkap memberikan imunisasi serta selalu menjaga kebersihan
rumah dan lingkungannya. Kemampuan keluarga dalam memodifikasi
lingkungan tidak terlepas dari peningkatan pengetahuan keluarga akan
berbagai tindakan untuk mencegah demam dan sikap dalam mengambil
keputusan (Erlinda, 2015).
G. Advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara
klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien,
membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi
dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan
perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh
klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat
harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam
pelayanan keperawatan.Peran perawat sebagai advokasi pada pasien yang
mengalami diare mampu memberikan perlindungan kepada pasiennya,
keluarga, dan orang-orang. Perawat mempertahankan lingkungan yang aman
dan nyaman, serta mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
yang tidak di inginkan dari hasil pengobatan pada pasien diare , (Telaumbanua,
2019)
DAFTAR PUSTAKA
Adinda, D. (2019). Peran Perawat Dalam Penerapan Keselamatan Pasien di rumah
Sakit. jurnal Keperawatan, 1(1). Retrieved Oktober 30, 2020
Erlinda, V. (2015). Penerapan Model Family-Centered Nursing Terhadap
Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga dalam Pencegahan ISPA pada
Balita DI wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar.
Jurnal Kedokteran Yarsi, 23(2), 165-186.
Hairanisa, & Marlina. (2013). Pengetahuan Perawat Pelaksana dan Pencegahan
Pneumonia Pada Pasien Tirah Baring Di RSUDZA Banda Aceh. Idea
Nursing Journal, 4(1), 51-61.
Telaumbanua, H. T. (2019). Perawat perawat Sebagai Advokat Pasien Dalam
Pemberian Asuhan Keperawatan di Pelayanan Kesehatan. Kajian Ilmiah.
Utami, N. W., Agustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika keperawatan dan
keperawatan Profesional. jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Goerge, I.A.(2016).How safe is Telenursing from home.Australian Journal of
Advanced Nursing (Online)26.1: 26-31.

Anda mungkin juga menyukai