MODUL 03
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Tinjauan Hukum Kontrak sebagai Materi
Substansi dalam Diklat Hukum Kontrak Konstruksi Tingkat Dasar. Modul ini disusun
untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di
bidang Konstruksi.
Modul Tinjauan Hukum Kontrak disusun dalam 4 (empat) bab yang terbagi atas
Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami aspek
hukum kontrak. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih
menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan
manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Konstruksi.
DAFTAR ISI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Deskripsi
Modul Tinjauan Hukum Kontrak ini terdiri dari dua kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan belajar pertama membahas tentang pemahaman pembelajaran Aspek
Hukum. Kemudian kegiatan belajar kedua membahas tentang Aspek
Keuangan. Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang
berurutan. Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk
memahami aspek-aspek yang timbul terhadap kontrak konstruksi. Di akhir
pembelajaran dilengkapi dengan latihan atau evaluasi yang menjadi alat ukur
tingkat penguasaan peserta diklat setelah mempelajari seluruh materi Diklat ini.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
menyimak dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat
memahami dengan baik materi tinjauan hukum kontrak. Untuk menambah
wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu tinjauan hukum
kontrak.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/Fasilitator,
adanya kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board
dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan
ajar.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu
memahami aspek-aspek yang timbul terhadap kontrak konstruksi.
BAB I
PENDAHULUAN
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-1
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-2
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
BAB II
ASPEK HUKUM
2.1 Umum
Sesungguhnya seluruh dokumen kontrak terutama kontrak/perjanjian itu
sendiri merupakan hukum (bagi para pihak yang menanda tangani kontrak)
Pasal 1338 KHUPer menyatakan bahwa seluruh perjanjian yang dibuat
secara sah merupakan undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Bila dilampaui apa akibat hukumnya bagi pihak yang menghentikan dan
sebagainya.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-1
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
Satu hal yang perlu diingat bahwa penghentian sementara tidak sama
dengan pengakhiran perjanjian/pemutusan kontrak walaupun keadaan di
lapangan yang terjadi sama yaitu seluruh kegiatan pekerjaan terhenti.
Tentu saja hal ini dilakukan karena alasan-alasan yang ditentukan dalam
kontrak.Oleh karena itu hak-hak para pihak (Penyedia Jasa/Pengguna Jasa)
untuk memutuskan kontrak harus jelas disebutkan. Konsekwensi hukum
akibat yang timbul termasuk hak-hak dan kewajiban para pihak beserta tata
cara pemberitahuan mengenai pemutusan kontrak juga harus diatur dengan
jelas.
Dalam SSUK (Permen PUPR No. 31/PRT/M 2015 angka 60), menyatakan
Penyedia berkewajiban untuk membayar sangsi finansial berupa Denda
sebgai akibat wanprestasi atau cidera janji terhadap kewajiban – kewajiban
Penyedia dalam Kontrakyang besarnya denda dihitung:
a) 1/1000 (satu perseribu) per hari keterlambatan dari dari sisa harga
bagian Kontrak yang belum dikerjakan (sebelum PPN) apsbila bagian
pekerjaan yang sudah dilaksanakan dapat berfungsi;
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-2
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
b) atau 1/1000 (satu perseribu) per hari keterlambatan dari harga Kontrak
(sebelum PPN) apsbila bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan
berfungsi; dan
c) denda makximum besarnya denda 5% atau 50 (lima puluh ) hari
keterlambatannya. ( diatur dalam SSKK)
Di dunia Barat Pasal ini dikenal dengan istilah Penalty Clause dan kita sering
menamakannya Denda Keterlambatan.
Belakangan ini para pelaku jasa konstruksi didunia Barat mulai berpikir
bahwa hal ini kurang adil dan merubah istilah denda ini dengan Ganti Rugi
atas Keterlambatan (Liquidity Damages For Delay).Jadi karena
keterlambatan tersebut menimbulkan kerugian, maka pihak yang dirugikan
mendapatkan ganti rugi.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-3
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
Semua ketentuan mengenai hal ini harus jelas disebutkan termasuk tata
cara pemberitahuan, penanggulangan atas kerusakan dan tindak lanjut
setelah kejadian tersebut. Yang penting diketahui bahwa keadaan memaksa
ini erat kaitannya dengan masalah asuransi.Terlebih lagi pada masa akhir-
akhir ini.Sebagai contoh perusahaan asuransi tidak begitu saja dapat
menerima banjir atau tanah longsor dikategorikan sebagai keadaan
memaksa. Hal ini disebabkan karena belum tentu kedua kejadian tersebut
memang benar-benar tindakan Tuhan tetapi mungkin karena ulah manusia
(ingat jalan tol ke Bandara Soekarno – Hatta yang banjir akibat penataan
ruang disekitarnya keliru atau tidak memenuhi syarat).
Bila tidak ditentukan dalam kontrak dan timbul sengketa maka sulit untuk
menyelesaikannya karena tidak tahu hukum apa/negara mana yang dipakai.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-4
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
Dalam hal ini berarti walaupun salah satu pihak dalam kontrak (Penyedia
Jasa atau Pengguna Jasa) adalah orang/perusahaan asing, kontrak
konstruksi tetap harus tunduk pada hukum Indonesia.
Dalam kontrak konstruksi dimana para pihak dari 2 (dua) negara berbeda
mungkin saja menetapkan bahwa hukum yang berlaku adalah hukum
negara ketiga.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-5
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
sehari-hari, patut disadari bahasa Inggris yang dipakai dalam kontrak tidak
selalu sama dengan pengertian sehari-hari.
2.2.8 Domisili
Kesepakatan mengenai domisili (tempat kedudukan) para pihak dalam satu
kontrak ditentukan hanya dengan maksud apabila timbul
perselisihan/sengketa akan diselesaikan oleh Pengadilan. Apabila
disepakati dalam kontrak bahwa pilihan penyelesaian sengketa adalah
arbitrase maka penetapan domisili tidak diperlukan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-6
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
Arbitrase pun biasanya akan menolak kasus ini.Oleh karena itu sekali telah
menetapkan pilihan sengketa melalui Arbitrase, domisili tidak perlu
dicantumkan dalam kontrak.
Bila “hari kerja” apakah 5 hari atau 6 hari seminggu. Hal lain yang sering
dilupakan saat mulai pelaksanaan. Apakah terhitung dari tanggal SPK,
penyerahan lahan atau tanggal kontrak? Ketiga hal ini hampir dapat
dipastikan tidak terjadi pada hari yang sama.
2.2.11 Klaim-Klaim
Pasal ini penting untuk memberikan peluang bagi para pihak untuk
mengajukan klaim dalam hal-hal tertentu.Hal ini dipandang penting karena
kita terlanjur mengartikan klaim sebagai suatu tuntutan.Memang benar klaim
dapat berakhir menjadi tuntutan jika klaim tersebut tidak dilayani.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-7
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
2.3 Latihan
1. Jelasakan dengan singkat penyelesaian perselisihan atau sengketa
yang dipilih harus ditetapkan dalam SSKK!
2. Sebutkan Yang termasuk keadaan memaksa adalah keadaan yang
terjadi diluar kehendak/kemampuan Penyedia Jasa maupun
Pengguna Jasa!
2.4 Rangkuman
a) Surat Perjanjian/Kontrak dan seluruh dokumen kontrak merupakan
hukum (bagi para pihak yang menanda tangani kontrak)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-8
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-9
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
BAB III
ASPEK KEUANGAN
3.1 Umum
Di dalam suatu Kontrak Kerja Konstruksi diatur kesepakatan/persetujuan
para pihak mengenai terutama aspek-aspek teknis, aspek-aspek hukum,
aspek keuangan, dan aspek asuransi, dan aspek perpajakan disamping
aspek-aspek lainnya. Karena aspek-aspek tersebut memegang peranan
yang sangat penting.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-1
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
Yang hampir sama dengan Sistim Turn Key dalam arti Penyedia Jasa dibayar
setelah Proyek diserahkan ialah Sistim Contractor’s Full Prefinancing.
Perbedaannya ialah tugas Penyedia Jasa hanya membangun saja sesuai
dengan gambar-gambar dan spesifikasi tekhnis yang diberikan oleh
Pengguna Jasa.
Oleh karena itu Turn Key Builder berhak meminta suatu “Jaminan
Pembayaran” (Payment Guarantee) dari Pengguna Jasa.Besarnya minimal
10 % lebih besar dari nilai kontrak.Hal ini dimaksudkan selain mendapat
jaminan pembayaran sejak pekerjaan tambahan yang biasanya berkisar 10
% dari nilai kontrak asli.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-2
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
Developer diberi hak (konsesi) untuk mengelola dan memunggut hasil dari
proyek dalam satu kurun waktu tertentu sebagai konpensasi untuk
memungkinkan Developer mengembalikan dana investasi yang telah
ditanam ditambah keuntungan yang wajar.
Satu hal yang perlu diingat, dalam sistim kontrak BOT adalah sejak awal
pelaksanaan pembangunan proyek sampai selesai, selama masa
pengelolaan hingga diserahkan kembali kepada Pengguna Jasa,
kepemilikan proyek serta tanah dimana proyek dibangun, tetap berada pada
Pengguna Jasa.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-3
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
Hampir sama dengan BOT ialah Sistim Build Operate and Own.
Perbedaanya dalam sistim BOT pada akhir masa pengelolaan tidak terjadi
transfer, tatapi Developer akan memiliki proyek.
Oleh karena lahan/tanah adalah tetap milik Pengguna Jasa, seperti dalam
sistim BOT, Developer – Investor biasanya tidak diizinkan oleh Pengguna
Jasa untuk mengagunkan lahan/tanah tersebut untuk dipakai sebagai
jaminan mendapatkan dana untuk investasi.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-4
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-5
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
1) berakhirnya perjanjian
2) berakhirnya Garansi bank sebagaimana ditetapkan dalam Garansi
bank yang bersangkutan.
g) Pemegang batas waktu pengajuan claim
Dalam hubungan ini untuk memperoleh keseragaman hendaknya
dengan jelas dicantumkan dalam garansi bank bahwa claim dapat
diajukan segera setelah timbul wanprestasi dengan batas waktu
pengajuan terakhir sekurang-kurangnya 14 hari dan selambat-
selambatnya 30 hari setelah berakhirnya Garansi bank tersebut.
h) Menurut Pasal 1831 Kitab UU Hukum Perdata, apabila timbul Cidera janji
(wanprestasi) maka sebelum melakukan pembayaran si penjamin (bank)
dapat meminta agar benda-benda si berhutang disita dan dijual terlebih
dahulu untuk melunasi hutangnya. Dalam pada itu menurut Pasal 1832
Kitab UU Perdata, dapat diperjanjikan bahwa bank melepas hak
istimewanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1831 Kitab UU Hukum
Perdata, maka bank wajib membayar Garansi Bank yang bersangkutan
segera setelah timbul cidera janji (wanprestasi) dan menerima tuntutan
pemenuhan kewajiban (claim). Agar supaya pihak yang dijamin maupun
pihak yang menerima garansi dapat mengetahui dengan jelas ketentuan
Pasal 1831 atau Pasal 1832 Kitab UU Hukum Perdata yang akan
dipergunakan, maka bank diwajibkan memperjanjikan dan
mencantumkan ketentuan yang dipilihnya dalam garansi bank yang
bersangkutan. Untuk mengefektifkan suatu garansi, menjadi kelaziman
untuk menyampingkan/tidak memberlakukan pasal-pasal 1430, 1831,
1833, 1837, 1838, 1843,1847-1850 Kitab UU Hukum Perdata Indonesia.
Khusus untuk Standby L/C selain tunduk kepada peraturan Bank Indonesia,
juga tunduk kepada Uniform Customs and Practices for Documentary Credit.
Dalam rangka melindungi kepentingan masyarakat serta bank-bank dalam
melaksanakan azas-azas perbankan yang sehat maka ditetapkan bahwa
garansi bank atau Standby L/C tidak boleh memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Syarat-Syarat yang terlebih dahulu harus dipenuhi untuk berlakunya
Garansi Bank atau Standby L/C, misalnya Garansi Bank atau
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-6
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-7
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-8
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
6) Resiko yang dijamin dari Surety Bond tidak ditahan sendiri oleh
sipenjamin, tetapi diasuransikan sendiri oleh sipenjamin, tetapi
diasuransikan kembali kepada Perusahaan Reasuransi seperti
halnya yang diumumkan berlaku pada bisnis asuransi.
7) Surety Bond adalah perjanjian yang bersifat irrevocable.
3.1.3.2 Warranty
Warranty adalah suatu pernyataan dari pembuatnya bahwa hak, kualitas dan
kuantitas dari suatu prestasi yang diberikan adalah sah dan benar adanya.
3.1.3.3 Indemnity
Indemnity adalah jaminan dari seseorang agar seorang pihak ketiga
melakukan sesuatu untuk orang yang dijaminkannya dan jika pihak ketiga
tersebut gagal melakukannya, si peminjam akan mengganti kerugian pihak
yang dijamin.
Dari keterangan singkat diatas jelaslah bahwa Letter of Comfort, Warranty
tidak bisa disamakan dengan Garansi Bank dan tidak memberikan jaminan
apapun untuk melunasi suatu hutang. Sedangkan Indemnity walaupun
mengandung prinsif yang sama dengan Garansi Bank, tidak tunduk kepada
peraturan-peraturan Garansi Bank yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia,
sehingga perlindungan yang diberikannya tidaklah sekuat Garansi Bank.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-9
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
Selain jaminan diatas ada pula bentuk-bentuk jaminan yang memang tidak
seaman jaminan-jaminan diatas, tetapi tetap lebih aman dibandingkan
dengan jaminan-jaminan yang sifatnya hanya moral (akan diterangkan
kemudian); misalnya:
a) Hipotik atas tanah; walaupun dapat dijadikan uang tetapi tetap harus
mengajukan permohonan eksekusi Hiponik ke Pengadilan yang
memerlukan waktu kurang lebih 3 bulanan. Selain itu harga tanahnya
miring karena dilelang.
b) Cessie atas tagihan, yaitu Pengalihan hak atas piutang (Pasal 613 KUH
Perdata). Didalam hal ini si Debitur menyerahkan hak atas tagihannya
terhadap Pihak Ketiga kepada Kreditur.
Kelemahannya mungkin kita tidak pasti apakah tagihan-tagihan tersebut
dapat menutupi seluruh kewajiban Debitur dan waktunya yang tidak
pasti.
c) Penyerahan Hak Milik berdasarkan kepercayaan: jaminan ini dapat
dikenalkan atas barang-barang bergerak, misalnya mesin-mesin. Karena
secara fisik barang-barang tersebut tetap dikuasai Debitur, maka bentuk
jaminan ini kurang aman, karena apabila si Debitur tidak bersedia
menyerahkan barang tersebut, maka si Krediturnya harus
menggugatnya melalui Pengadilan dan pada waktu dapat dieksekusi (±
5 tahun) tentu harga-harga mesin-mesin telah merosot tajam.
Janganlah bersedia menerima jaminan-jaminan yang sifatnya moril semata
(moral obligation). Misalnya : Personal Guarantee, Corporate Guarantee.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-10
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-11
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
3.5 Latihan
1. Jelaskan dengan singkat jenis-jenis kontrak konstruksi!
2. Sebutkan Jaminan-jaminan yang paling lazim dipergunakan dalam
suatu kontrak kerja konstruksi!
3. Jelaskan dalam suatu Kontrak Konstruksi, mengapa kontraktor
diwajibkan untuk mengasuransikan risiko-risiko!
3.6 Rangkuman
a) Aspek Keuangan meliputi:
1) Jenis Kontrak;
2) Jaminan – Jaminan;
3) Perasuransian.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-12
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Sesungguhnya seluruh dokumen kontrak terutama kontrak/perjanjian itu
sendiri merupakan hukum (bagi para pihak yang menanda tangani kontrak)
Pasal 1338 KHUPer menyatakan bahwa seluruh perjanjian yang dibuat
secara sah merupakan undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-1
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vii
Modul 3 Tinjauan Hukum Kontrak
GLOSARIUM
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi viii