Anda di halaman 1dari 4

“Dewa, aku mohon padamu.

Ini permintaanku seumur hidup, aku tidak akan meminta yang


lain. Aku ingin menjaganya Dewa, disisa hidupnya yang tidak lama ini aku ingin dia
mengetahui bahwa aku menyayanginya, aku ingin mejadi penopangnya, mengungkapkan
rasa cintaku padanya. Kumohon Dewa, aku tau aku hanya makhluk rendahan yang
sepatutnya tak pantas memohon berkah-Mu. Tapi sekali lagi kumohon padamu Dewa.
Kumohon…”
.
.
.
.
.
.
“Namu?”
“Namu, kau dimana?” Seokjin berjalan perlahan sambil terus memanggil nama itu. Nama
Anjing kesayangannya sekaligus teman hidupnya selama 10 tahun ini hingga usianya 27
tahun. Seokjin berjalan dengan tetap berpegangan pada tongkat pemandunya menuju pintu
depan karena tidak merasakan kehadiran Namu di dalam rumah. Ya, Seokjin seorang
tunanetra.
Seokjin mengalami kebutaan akibat kecelakaan 12 tahun yang lalu. Bukan hanya
kehilangan kedua indera pengelihatannya, Seokjin juga harus menerima nasib kehilangan
kedua orang tuanya saat kecelakaan itu. Hidupnya benar-benar hancur saat itu. Tidak
dipedulikan sanak saudara sehingga ia terpaksa dibawa ke panti asuhan karena tidak ada yang
mau menampung anak cacat dan umurnya belum cukup untuk mandiri. 3 bulan awal Seokjin
depresi selama tinggal di panti asuhan. Merasa diri tidak berguna dan ingin mati saja, berkali-
kali mencoba bunuh diri. Hingga seorang Min Yoongi yang ternyata juga anak di panti
asuhan itu menamparnya keras di pipi sekaligus menamparnya pula dengan kata-kata
menusuk yang anehnya ternyata menyadarkan Seokjin bahwa seharusnya ia tidak menyia-
nyiakan nyawa yang telah dilindungi orang tuanya dan terus hidup di dunia ini untuk
mengenang mereka berdua. Seokjin langsung menangis sekeras-kerasnya meluapkan
kesedihannya dipelukan Yoongi.
Sejak saat itu akhirnya Seokjin mulai bersemangat untuk menjalani hidupnya walau
tanpa pengelihatan. Satu setengah tahun Seokjin menata hidupnya dan tak terasa usianya
sudah menginjak 17 tahun dan ia diperbolehkan keluar dari panti asuhan untuk hidup
mandiri. Seokjin keluar dari panti asuhan bersama Yoongi karena usia mereka ternyata tidak
jauh berbeda. Seokjin juga ternyata memiliki warisan rumah dan sejumlah uang dari kedua
orang tuanya sehingga mereka tidak perlu menyewa tempat tinggal. Seokjin memberikan
uang warisan orang tuanya pada Yoongi untuk dijadikan modal usaha kedai kopi kecil karena
Seokjin tahu Yoongi sangat menyukai kopi dan kopi buatan Yoongi saat di panti sangat enak.
Awalnya Yoongi sangat keberatan tapi Seokjin memaksa dan mempertimbangkan hidup
mereka seterusnya mengingat Seokjin tidak dapat bekerja dan ia tidak memiliki pendidikan
cukup maka satu-satunya cara untuk dapat menghasilkan uang dengan membuat usaha
sendiri.
.
.
.
.
.
Malam itu Yoongi sedikit pulang terlambat, kedai kopinya sangat ramai karena cuaca musim
gugur yang cukup dingin sehingga banyak orang ingin minum kopi untuk menghangatkan
badan.
“Guk”
Baru menutup pintu alisnya bertaut karena disambut sebuah gonggongan anak anjing dari
dalam ruang tamu. Segera Yoongi menuju ruang tamu dan mendapati Seokjin sedang
mengelus seekor anak anjing dipangkuannya,
“Ah, Yoongi kau sudah pulang.” Seokjin menaruh anak anjing itu dibawah dan menyambut
Yoongi.
“Anak anjing?”
“Ah, iya kenalkan Namanya Namu.” Kata Seokjin disertai gonggongan Namu kecil seperti
mengerti dirinya berkenalan.
“Dimana kau memungutnya?”
“Ah, tadi saat pulang dari kedai ketika aku melewati taman aku mendengar suara seperti anak
anjing. Aku tidak tahu persis dimana tapi anak ini mendekatiku dan ternyata dia jinak jadi
aku bawa ke rumah. Sepertinya tadi juga dia kelaparan waktu aku berikan sosis sisa makan
siang.” Jawab Seokjin sambil menggendong Namu.
Yoongi awalnya tidak yakin memperhatikan anak anjing itu. Menurutnya anak anjing itu
sejenis Border Collie jenis anjing yang akan tumbuh cukup besar. Merasa tidak ada yang
aneh dan sepertinya anjing itu benar-benar jinak akhirnya Yoongi setuju membiarkan Seokjin
memeliharanya. Walau awalnya tidak mudah bagi Yoongi dan Seokjin melatih Namu, namun
akhirnya mereka sangat menyayangi anjing itu. Namu sangat menggemaskan bagi Seokjin
dan Yoongi menyukai sifat patuh Namu. Namu menjaga Seokjin selama Yoongi bekerja di
kedai dan juga menuntun Seokjin kemana pun ia pergi. Seokjin selama ini memendam rasa
kesepiannya ketika Yoongi bekerja tapi tidak ingin mengungkapkannya karena tidak ingin
merepotkan Yoongi lebih banyak lagi. Namun sejak ada Namu, hari-hari Seokjin menjadi
lebih berwarna.
Tidak terasa waktu berlalu dengan sangat cepat. Sudah 7 tahun sejak Seokjin memungut
Namu dan anak anjing itu sekarang telah tumbuh menjadi anjing penjaga yang pandai dengan
tubuh tinggi tegapnya walau tetap menggemaskan menurut Seokjin. Namu sangat setia pada
Seokjin dan Yoongi. Kemanapun Seokjin pergi Namu akan selalu membimbingnya di depan,
bahkan sepertinya Namu sudah hapal kemana saja arah tujuan Seokjin. Yoongi sendiri sudah
mempercayakan Seokjin pada Namu seakan-akan Namu tangan kanannya perihal Seokjin.
“Seokjin, ada yang ingin aku bicarakan.” Yoongi duduk di ruang tengah depan berhadapan
dengan Seokjin jangan lupakan Namu yang senantiasa berbaring di lantai dekat kaki Seokjin.
Yoongi tampak ragu mengutarakan apa yang ingin dibicarakan. Merasa ada yang aneh
dengan Yoongi, Seokjin menggengam tangan Yoongi untuk meyakinkannya.
“Seperti yang kau tahu kedai kopi kita semakin hari semakin ramai dan sepertinya tempat
yang sekarang terlalu kecil. Aku berencana untuk pindah ke tempat yang lebih besar. Aku
sudah mensurvey tempatnya, letaknya 10 blok dari sini. Gedung dengan dua tingkat dengan
rencana akan kubuat cafe di lantai satu dan tempat tinggal di lantai 2. Aku sudah menabung
untuk ini dan aku ingin mengajakmu ikut kesana. Kita tinggal bersama disana. Bagaimana
Seokjin?” Yoongi menghela napas lega setelah mengeluarkan apa yang ia selama ini simpan.
Yoongi sangat menyukai pekerjaannya sebagai barista. Ia ingin usahanya lebih maju dengan
memperbesar kedainya. Tapi ia tidak enak dengan Seokjin karena berkat Seokjinlah ia bisa
memiliki kedai itu. Dirasanya sudah cukup tabungan yang selama ini ia kumpulkan untuk
memperbaiki kehidupannya dengan Seokjin dan akhirnya Yoongi mengutarakannya.
Seokjin hanya diam dan menunduk setelah mendengar apa yang Yoongi katakan. Diamnya
Seokjin membuat perasaan Yoongi tidak enak. Digenggamnya tangan Seokjin sambil
berusaha melihat mata Seokjin, mencoba mencari tahu bagaimana perasaan Seokjin.
“Seokjin, maaf kalau..”
“Ayo lakukan Yoongi.” Seokjin mengangkat wajahnya sambil tersenyum.
“Ayo bangun cafe impianmu Yoongi. Aku yakin pelangganmu akan semakin banyak dengan
tempat yang lebih luas,” Seokjin menggenggam tangan Yoongi dengan erat seolah ingin ikut
menyalurkan rasa bahagianya.
“Kalau begitu ayo kita pindah kesana secepatnya.” Ajak Yoongi
“Tidak Yoongi. Aku akan tetap disini.” Seokjin tersenyum setelah berucap yang dibalas
tatapan terkejut Yoongi.
“Tidak Seokjin, Aku tidak bisa meninggalkanmu disini sendiri. Kita sudah berjanji untuk
bersama. Aku sudah berjanji untuk merawatmu.”
“Kita sudah sama-sama dewasa Yoongi. Aku tidak mau kau terus-terusan merawatku”
Seokjin tersenyum sambil menggengam tangan Yoongi.
“Aku tidak ingin meninggalkan rumah ini. Rumah ini satu-satunya peninggalan orang tuaku
dan aku tidak mau menjadi penghambat mimpimu. Jadi kau saja yang tinggal di cafe itu.
Nanti aku akan berkunjung kesana dengan Namu.” Seokjin mengusap bulu-bulu kepala
anjingnya.

“Tapi, Seokjin aku merasa sangat berdosa meninggalkanmu padahal apa yang aku punya saat
ini semuanya berkat kau “
Seokjin tertawa terbahak mendengar apa yang Yoongi katakan.
“Ya ampun Yoongi, kenapa kau begitu kaku sih. Kalau bukan karna kau punya usaha kedai
kopi ini kita mau makan apa selama ini? Uang warisan orang tuaku akan habis begitu saja
kalau aku yang memakainya karena aku tidak bisa melakukan apa-apa. Semua ini juga berkat
kau Yoongi. Justru aku yang harus berterima kasih. Jadi, lakukan apa yang kau inginkan
Yoongi. Yah, mungkin masih akan merepotkanmu nantinya tapi aku akan berusaha untuk
mandiri. Aku khan sudah dewasa juga. Lagipula ada Namu yang akan menemaniku disini.
Iya khan Namu?” Seolah mengerti apa yang dikatakan tuannya Namu menggonggong
mengiyakan.
Yoongi

Anda mungkin juga menyukai