Di Susun Oleh :
Nim : (19142010164)
Kelas : A1/Semester IV
FAKULTAS KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
1. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional adalah diabetes yang muncul pada masa kehamilan, dan hanya
berlangsung hingga proses melahirkan. Kondisi ini dapat terjadi di usia kehamilan berapa
pun, namun lazimnya berlangsung di minggu ke-24 sampai ke-28 kehamilan.
Gejala Diabetes Gestasional
Gejala diabetes saat kehamilan muncul ketika kadar gula darah melonjak tinggi
(hiperglikemia). Di antaranya:
Pada masa kehamilan, plasenta akan memproduksi lebih banyak hormon, seperti hormon
estrogen, HPL (human placental lactogen), termasuk hormon yang membuat tubuh kebal
terhadap insulin, yaitu hormon yang menurunkan kadar gula darah. Akibatnya, kadar
gula darah meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional.
Pengobatan Diabetes Gestasional
Pengobatan diabetes gestasional bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah dan
mencegah terjadinya komplikasi saat hamil dan melahirkan. Metode pengobatan diabetes
gestasional meliputi:
Pemeriksaan kadar gula darah rutin
Dokter akan menganjurkan pasien memeriksakan darah 4-5 kali sehari, terutama di pagi
hari dan tiap selesai makan. Pasien dapat memeriksakan darah secara mandiri,
menggunakan jarum kecil, dan meletakkan darah di cek gula darah.
Diet sehat.
Dokter akan menyarankan pasien untuk banyak mengonsumsi makanan berserat tinggi,
seperti buah, sayuran, dan biji-bijian. Pasien juga disarankan untuk membatasi konsumsi
makanan manis, serta makanan dengan kandungan lemak dan kalori tinggi. Menurunkan
berat badan saat sedang hamil tidak disarankan, karena tubuh sedang memerlukan tenaga
ekstra. Oleh karena itu, bila ingin menurunkan berat badan, lakukanlah sebelum
merencanakan kehamilan. Pola diet juga tidak sama pada setiap pasien.Oleh karena itu,
konsultasikan dengan dokter mengenai pola diet yang tepat bagi Anda.
Bila kadar gula darah pada ibu hamil tetap tidak terkontrol atau belum juga melahirkan
pada usia kehamilan lebih dari 40 minggu, dokter dapat memilih melakukan
operasi caesar atau induksi untuk mempercepat persalinan.
Kelebihan berat badan saat lahir yang disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam
darah (macrosomia).
Lahir prematur yang mengakibatkan bayi kesulitan bernafas (respiratory distress
syndrome). Kondisi ini juga dapat terjadi pada bayi yang lahir tepat waktu.
Lahir dengan gula darah rendah (hipoglikemia) akibat produksi insulin yang tinggi.
Kondisi ini dapat mengakibatkan kejang pada bayi, namun dapat ditangani dengan
memberinya asupan gula.
Risiko mengalami obesitas dan diabetes tipe 2 ketika dewasa.
Selain pada bayi, ibu hamil juga berpotensi mengalami komplikasi, seperti hipertensi
dan preeklamsia, yang dapat membahayakan nyawa ibu dan bayi. Ibu hamil juga berisiko
terserang diabetes gestasional pada kehamilan berikutnya, atau malah terkena diabetes
tipe 2.
Pencegahan Diabetes Gestasional
Hingga saat ini, belum diketahui apakah diabetes gestasional dapat dicegah atau tidak.
Namun demikian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menekan risiko
terserang penyakit ini, yaitu:
Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg
pada dua kali pemeriksaan dengan jarak waktu minimal 15 menit pada wanita
dengan keadaan tenang.
Jika ditemukan tekanan darah tinggi ≥140/90 pada ibu hamil, dilakukan
pemeriksaan kadar protein urin dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam dan
tentukan diagnosis.
Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh semua ibu hamil dan menjadi
salah satu penyebab tertinggi kematian ibu melahirkan.
Klasifikasi
1. Hipertensi kronik
2. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
3. Hipertensi gestasional
4. Preeklampsia – eklampsia
Hipertensi kronik
TD ≥140/90 mmHg
Riwayat hipertensi sebelum hamil atau hipertensi pada usia kehamilan <20
minggu
Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
Hipertensi gestasional
Hipertensi yang timbul pada usia kehamilan >20 minggu tanpa proteinuria dan
menghilang setelah persalinan
Preeklampsia – eklampsia
Faktor Risiko
Usia
Peningkatan risiko preeklampsia hampir dua kali lipat pada wanita hamil
berusia 40 tahun
Kehamilan pertama
Kehamilan kembar
Obesitas sebelum hamil
Risiko preeklapsia meningkat hampir 4 kali lipat pada wanita dengan diabetes
sebelum hamil
Penyakit ginjal
Sindrom antifosfolipid
Hipertensi kronik
Gejala
Peningkatan tekanan darah akan terjadi perlahan-lahan atau dengan onset yang
tiba-tiba. Pemantauan tekanan darah merupakan bagian penting dari perawatan
kehamilan karena tanda pertama dari preeklampsia biasanya terjadi peningkatan
darah. Tanda dan gejala lain termasuk:
Sakit kepala
Nyeri ulu hati
Mual dan/atau muntah
Bengkak
Gangguan penglihatan
Penurunan volume berkemih
Mudah marah dan mudah lelah
Sulit tidur
1. Perdarahan
2. Demam atau panas tinggi
3. Keluar air ketuban sebelum waktunya
4. Bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang
5. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
6. Ibu muntah terus dan tidak mau makan
Komplikasi
Sindrom ini lebih berat dan dapat dengan cepat mengancam jiwa ibu dan janin.
Gejalaya berupa mual, muntah, nyeri kepala, nyeri ulu hati, dan dapat merusak
organ tubuh
1. Skrining risiko preeklampsia untuk setiap wanita hamil sejak awal kehamilan
2. Pola makan seimbang dengan nutrisi terpenuhi
3. Aktivitas fisik rutin
4. Manajemen stres
5. Kontrol kehamilan rutin
Penanganan
1. Pengobatan antihipertensi.
2. Pengobatan magnesium sulfat untuk mencegah kejang pada preeklampsia dan
mengontrol kejang pada eklampsia.
3. Pemantauan tekanan darah.
4. Pemantauan detak jantung janin.
5. Pertimbangan persalinan
6. Tetap terhidrasi
3. Hyperemesis gravidarum
Penyebab pasti dari hiperemesis gravidarum belum diketahui hingga saat ini. Dugaan
utama adalah akibat perubahan hormon, seperti hormon glikoprotein atau Human
Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah.
Pemberian obat-obatan lewat suntikan, seperti vitamin B6, vitamin B12, serta
antiemetik atau antimual, untuk meringankan gejala hiperemesis gravidarum.
Pemasangan cairan infus, untuk menjaga asupan cairan yang dibutuhkan oleh
pengidap agar terhindar dari dehidrasi.
Perubahan kebiasaan dan lingkungan, seperti banyak istirahat dan kurangi gerak,
menggunakan pakaian longgar, menghindari aroma-aroma, suara bising, dan
kedipan cahaya berlebih yang dapat memicu mual. Selain itu, konsumsi kudapan
kering (misalnya biskuit) secara berkala, konsumsi makanan tinggi karbohidrat tapi
rendah lemak, serta minum air jahe ketika merasa mual.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hiperemesis gravidarum adalah dengan
berkonsultasi dengan dokter saat merencanakan kehamilan dan menghindari faktor-
faktor yang dapat menjadi pemicunya.
4. Anemia
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang
sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh tidak
mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderita anemia pucat dan mudah lelah.
Penyebab Anemia
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin.
Akibatnya, sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan tidak berfungsi secara
normal (hipoksemia).
Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:
Berikut ini adalah jenis-jenis anemia yang umum terjadi berdasarkan penyebabnya:
4. Anemia aplastik
Anemia aplastik terjadi ketika kerusakan pada sumsum tulang membuat tubuh tidak
mampu lagi menghasilkan sel darah merah dengan optimal. Kondisi ini diduga
dipicu oleh infeksi, penyakit autoimun, paparan zat kimia beracun, serta efek
samping obat antibiotik dan obat untuk mengatasi rheumatoid arthritis.
5. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi ketika penghancuran sel darah merah lebih cepat daripada
pembentukannya. Kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua, atau didapat setelah
lahir akibat kanker darah, infeksi bakteri atau virus, penyakit autoimun, serta efek
samping obat-obatan, seperti paracetamol, penisilin, dan obat antimalaria.
6. Anemia akibat penyakit kronis
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses pembentukan sel darah merah,
terutama bila berlangsung dalam jangka panjang.
Beberapa di antaranya adalah penyakit Crohn, penyakit ginjal, kanker, rheumatoid
arthritis, dan HIV/AIDS.
7. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)
Anemia sel sabit disebabkan oleh mutasi (perubahan) genetik pada hemoglobin.
Akibatnya, hemoglobin menjadi lengket dan berbentuk tidak normal, yaitu seperti
bulan sabit. Seseorang bisa terserang anemia sel sabit apabila memiliki kedua orang
tua yang sama-sama mengalami mutasi genetik tersebut.
8. Thalasemia
Thalasemia disebabkan oleh mutasi gen yang memengaruhi produksi hemoglobin.
Seseorang dapat menderita thalasemia jika satu atau kedua orang tuanya memiliki
kondisi yang sama.
Gejala Anemia
Gejala anemia sangat bervariasi, tergantung pada penyebabnya. Penderita anemia bisa
mengalami gejala berupa:
Gejala di atas awalnya sering tidak disadari oleh penderita, namun akan makin terasa
seiring bertambah parahnya kondisi anemia.
Pengobatan Anemia
Metode pengobatan anemia tergantung pada jenis anemia yang diderita pasien. Perlu
diketahui, pengobatan bagi satu jenis anemia bisa berbahaya bagi anemia jenis yang lain.
Oleh karena itu, dokter tidak akan memulai pengobatan sebelum mengetahui
penyebabnya dengan pasti.
Beberapa contoh pengobatan anemia atau obat kurang darah berdasarkan jenisnya
adalah:
Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi makanan dan suplemen zat besi. Pada kasus
yang parah, diperlukan transfusi darah.
Kondisi ini ditangani dengan pemberian suplemen zat besi, vitamin B12 dan asam folat,
yang dosisnya ditentukan oleh dokter.
Anemia akibat perdarahan
Kondisi ini diobati dengan menghentikan perdarahan. Bila diperlukan, dokter juga akan
memberikan suplemen zat besi atau transfusi darah.
Anemia aplastik
Pengobatannya adalah dengan transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah, atau transplantasi (cangkok) sumsum tulang bila sumsum tulang pasien tidak bisa
lagi menghasilkan sel darah merah yang sehat.
Anemia hemolitik
Kondisi ini ditangani dengan suplemen zat besi dan asam folat, cangkok sumsum tulang,
dan pemberian kemoterapi, seperti hydroxyurea. Dalam kondisi tertentu, dokter akan
memberikan obat pereda nyeri dan antibiotik.
Thalassemia
Komplikasi Anemia
Jika dibiarkan tanpa penanganan, anemia berisiko menyebabkan beberapa komplikasi
serius, seperti:
Pencegahan Anemia
Beberapa jenis anemia, seperti anemia pada masa kehamilan dan anemia akibat
kekurangan zat besi, dapat dicegah dengan pola makan kaya nutrisi, terutama:
Makanan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-kacangan,
sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan
Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta makanan
berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu.
Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi.