Anda di halaman 1dari 13

Home

Kesehatan Pernapasan
Asma

Asma
Definisi|Tanda-tanda & Gejala|Penyebab|Faktor Risiko|Diagnosis|Pengobatan|Komplikasi|
Pencegahan
Definisi
Apa itu asma?
Asma bronkial, atau Anda mungkin lebih akrab dengan “asma” saja,
merupakan penyakit akibat peradangan dalam saluran udara (bronkus).
Peradangan itu akhirnya membuat saluran pernapasan bengkak dan sangat
sensitif.

Akibatnya, saluran pernapasan menyempit sehingga udara yang masuk ke


paru-paru jadi terbatas.

Peradangan juga membuat sel di saluran pernapasan membuat lebih banyak


lendir dari biasanya. Lendir ini dapat makin mempersempit saluran
pernapasan dan menyulitkan Anda untuk bernapas lega.

Tergantung faktor pemicunya, asma biasanya dibedakan menjadi beberapa


jenis, yaitu:

 Asma olahraga
 Asma nokturnal (kambuh hanya di malam hari)
 Asma karena pekerjaan tertentu
 Asma batuk
 Asma alergi
Salah satu mitos tentang asma yang cukup dipercaya banyak orang adalah
bahwa penyakit ini bisa disembuhkan. Sayangnya, hal ini tidak tepat.
Asma tidak bisa sembuh secara total. Jika Anda tidak merasakan gejala-
gejalanya sesering dulu, ini menandakan bahwa Anda mampu mengendalikan
asma yang Anda miliki dengan baik.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Menurut data World Health Organization (WHO), lebih dari 339 juta orang di
dunia memiliki kondisi ini. Indonesia sendiri menempati peringkat ke-20
sebagai negara dengan kasus kematian akibat asma yang terbanyak.
Penyakit yang memengaruhi pernapasan ini lebih sering menyerang anak-
anak. Namun, orang dewasa yang berusia di bawah 40 tahun juga bisa
mengalaminya.
Asma bronkial adalah salah satu penyakit tidak menular paling umum di
seluruh dunia, dengan tingkat kematian yang relatif rendah.

Namun, kebanyakan kasus kematiannya ditemukan di negara berpenghasilan


rendah dan menengah ke bawah, termasuk Indonesia.

Tanda-tanda & Gejala


Apa saja tanda dan gejala asma?

Ketika seseorang mengalami serangan asma, gejala-gejala yang timbul


sangatlah beragam. Setiap orang bisa saja mengalami gejala yang berbeda,
baik dari tingkat keparahan, durasi serangan, maupun frekuensinya.
Anda mungkin saja “kumat” setelah lama tidak, selanjutnya tiba-tiba jadi
“rutin” mengalami serangan asma. Sementara itu, orang lain bisa saja
mengalami gejala setiap hari, atau hanya malam hari, atau mungkin juga
hanya setelah beraktivitas.

Beberapa ciri-ciri dan gejala khas dari penyakit asma adalah:


 Batuk
 Mengi
 Dada sesak
 Sesak napas
Selain empat yang paling umum di atas, gejala lain yang mungkin saja muncul
karena asma, antara lain:

 Badan lemas, lesu, dan tidak bertenaga


 Suara sengau
 Menghela napas terus-terusan
 Rasa gelisah yang tidak biasa
Bila Anda mencurigai satu atau beberapa gejala yang sudah disebutkan,
jangan ragu untuk segera periksa ke dokter.

Mengenali tingkat keparahan asma


Tidak hanya mengetahui gejala, penting juga untuk memahami tingkat
keparahan dari asma bronkial yang Anda derita.

Pasalnya, kekambuhan asma biasanya tergantung seberapa parah kondisi


yang Anda miliki.

Berikut adalah tingkat-tingkat keparahan asma:

 Intermiten
 Persisten ringan
 Persisten sedang
 Persisten berat

Penyebab
Apa penyebab asma?

Para ahli belum mengetahui secara pasti apa yang menjadi penyebab asma.
Akan tetapi, serangan umumnya terjadi ketika seseorang terpapar pemicunya.
Beberapa hal yang mungkin bisa menjadi penyebab alias pemicu asma, antara
lain:
 Perokok aktif dan perokok pasif.
 Infeksi saluran pernapasan atas (seperti pilek, flu, atau pneumonia).
 Alergi terhadap makanan, serbuk sari, jamur, tungau debu, dan bulu
hewan peliharaan.
 Paparan zat-zat di udara (seperti polusi udara, asap kimia, atau racun).
 Faktor cuaca (seperti cuaca dingin, berangin, dan panas yang didukung
dengan kualitas udara yang buruk dan perubahan suhu secara drastis).
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu (seperti aspirin, NSAID, dan beta-
blocker).
 Makanan atau minuman yang mengandung pengawet (seperti MSG).
 Mengalami stres dan kecemasan berat.
 Bernyanyi, tertawa, atau menangis yang terlalu berlebihan.
 Parfum dan wewangian.
 Memiliki riwayat penyakit refluks asam lambung (GERD).

Faktor Risiko
Siapa saja yang berisiko tinggi terkena penyakit ini?

Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, bahkan orang dewasa yang berusia 30
atau 40-an sekalipun. Memang, kebanyakan kasus sudah diketahui sejak
pasien masih bayi atau kanak-kanak.

Namun, kira-kira sejumlah 25 persen dari pengidap asma bronkial baru


pertama kali mengalami serangan di usia dewasa.

Menurut WHO, penyakit ini adalah penyakit yang paling umum dialami anak-
anak karena:

 Orangtua memiliki riwayat penyakit ini.


 Memiliki infeksi pernapasan, misalnya pneumonia dan bronkitis.
 Memiliki alergi atopik tertentu, misalnya alergi makanan atau eksim.
 Lahir dengan berat badan rendah.
 Kelahiran prematur.

Diagnosis
Bagaimana cara dokter mendiagnosis penyakit ini?

Kondisi ini hanya bisa didiagnosis oleh dokter. Dokter akan menanyakan
riwayat kesehatan Anda (termasuk jenis dan frekuensi gejala), riwayat medis
keluarga, serta menjalani pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru-paru.

Beri tahu dokter bila keluarga terdekat Anda, seperti orangtua, saudara
kandung, serta kakek dan nenek ada yang mengalami kondisi ini.

Beri tahu pula soal gejala yang Anda rasakan, mulai dari kapan dan seberapa
sering Anda mengalaminya.
Selama pemeriksaan fisik, dokter akan mendengarkan pernapasan Anda dan
mencari tanda-tanda penyakit pernapasan atau alergi.

Dokter kemudian akan menggunakan tes spirometri untuk memeriksa cara


kerja paru-paru Anda. Tes ini mengukur seberapa cepat dan banyak udara
yang dapat Anda hirup serta embuskan.
Bila diperlukan, dokter juga dapat melakukan sejumlah tes lain, seperti:

 Tes alergi untuk mengetahui alergen yang mempengaruhi Anda, jika


ada.
 Tes bronkus untuk mengukur sensitivitas saluran pernapasan Anda.
 Tes untuk menunjukkan apakah Anda memiliki kondisi lain dengan
gejala yang sama seperti asma (misalnya refluks asam lambung, kelainan pita
suara, atau sleep apnea)
 Rontgen dada atau EKG (elektrokardiogram). Tes ini akan membantu
mengetahui apakah benda asing atau penyakit lainnya menyebabkan gejala
Anda.

Pengobatan
Bagaimana cara mengobati asma?

Penyakit ini tidak dapat disembuhkan. Pengobatan yang diberikan hanya


bertujuan untuk mengurangi gejala dan mencegah kambuh.

Pengobatan asma harus dibicarakan antara Anda dengan dokter. Hal ini
dilakukan guna mendapatkan hasil pengobatan yang efektif dan maksimal.
Berikut adalah pilihan pengobatan yang diberikan oleh dokter:

1. Obat kontrol jangka panjang


Apabila kondisi yang dialami termasuk kronis atau persisten ringan hingga
berat, pengobatan yang cocok untuk Anda adalah terapi jangka panjang.

Pengobatan jangka panjang bertujuan untuk mengendalikan keparahan


gejala, dan mencegahnya kambuh secara berkelanjutan.
2. Obat kontrol jangka pendek
Pengobatan jangka pendek lebih bertujuan untuk meredakan serangan akut
dengan segera saat kejadian. Fungsi obat ini adalah membantu meringankan
gejala yang baru muncul dan kambuh sewaktu-waktu. Namun, obat ini tidak
boleh diminum lebih dari 2 minggu.

Jika Anda menggunakan obat-obatan ini lebih dari 2 minggu, segera


konsultasi ke dokter.

Dokter dapat membuat perubahan rencana aksi asma yang disesuaikan


dengan kondisi Anda.

Komplikasi
Apa saja komplikasi asma yang mungkin terjadi?

Penyakit asma yang tidak dikendalikan dengan baik dapat memengaruhi


kesehatan Anda secara keseluruhan. Bahkan, penyakit ini bisa berdampak
langsung pada fungsi tubuh Anda. Begitu pula jika pengobatannya tidak
tepat.

Berikut beberapa komplikasi asma yang mungkin bisa terjadi:


 Pneumonia (infeksi paru-paru)
 Rusaknya paru-paru sebagian atau keseluruhan
 Kegagalan pernapasan, di mana kadar oksigen dalam darah menjadi
sangat rendah, atau kadar karbon dioksida menjadi sangat tinggi
 Status asmatikus (serangan asma berat yang tidak merespon
pengobatan)
Berbagai komplikasi ini membutuhkan bantuan medis darurat karena dapat
berisiko fatal.

Pencegahan
Bagaimana cara mencegah kambuhnya serangan asma?
Meski tak bisa disembuhkan, serangan penyakit ini dapat Anda cegah supaya
tidak kambuh.
Berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah kambuhnya
asma, di antaranya:
1. Buat rencana aksi asma
Setiap pasien dengan kondisi ini dianjurkan untuk menentukan rencana
perawatan bersama dokter dan tim kesehatan lainnya. Ini disebut rencana aksi
asma. Dokter akan membantu dalam menentukan jenis obat dan perawatan
yang sesuai dengan kondisi Anda.
Pastikan Anda mengikuti rancangan perawatan tersebut supaya kambuhnya
gejala dapat dicegah.
2. Menghindari faktor pemicunya
Seseorang akan mengalami serangan gejala bila terpapar pemicunya. Maka
dari itu, kenali hal-hal apa saja yang dapat memicu kekambuhan gejala Anda.
Beberapa faktor pemicu yang paling umum adalah paparan zat iritan dari asap
rokok, polusi udara, bahan kimia dalam produk rumah tangga hingga bulu
binatang dan serbuk sari.
3. Rutin cek fungsi paru-paru
Rutin mengecek fungsi paru-paru dengan peak flow meter juga bisa jadi cara
mencegah kekambuhan serangan. Peak flow meter membantu mengukur
jumlah aliran udara dalam napas penderita sehingga akan memudahkan
penanganan sebelum gejalanya memburuk.
Di sisi lain ini alat ini pun dapat membantu mengenali pemicunya sehingga
penderita dapat menghindarinya.
4. Minum obat sesuai yang dianjurkan dokter
Ketika gejala penyakit asma muncul, segera minum obat yang dianjurkan
dokter dan hentikan aktivitas yang memicu kekambuhan gejala. Bila gejala
yang Anda alami tidak juga membaik, jangan ragu untuk segera periksa ke
dokter.
Jangan menghentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter meski Anda
merasa sudah lebih baik.

Pastikan Anda juga selalu membawa obat-obatan asma ke mana pun Anda
pergi, dan setiap kali akan berkonsultasi ke dokter. Hal ini akan memudahkan
dokter untuk melihat efek pengobatan yang sedang Anda jalani.
6. Vaksin flu
Gejala dapat kambuh dipicu oleh batuk berkepanjangan akibat flu. Maka itu,
tidak ada salahnya untuk melakukan vaksin flu. Namun pastikan Anda
berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter.
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau
perawatan.

Sumber

ARTIKEL TERKAIT

Mengatasi dan Mencegah Asma Kambuh karena Stres

Mewaspadai Flu pada Orang Asma dan Cara Mengatasinya

Daftar Makanan yang Direkomendasikan dan yang Harus Dibatasi


Penderita Asma

Berbagai Pilihan Obat Asma yang Manjur dan Aman untuk Anak

Ditulis oleh Risky Candra Swari Diperbarui 23/12/2020


Ditinjau secara medis oleh dr Tania Savitri
ARTIKEL SELANJUTNYA

Benarkah Orang yang Punya Asma


Lebih Berisiko Kena Pneumonia?
Gejala serangan asma dan pneumonia sekilas bisa tampak mirip, sehingga
mungkin banyak orang yang kebingungan membedakan keduanya. Banyak
juga yang bertanya-tanya apakah asma bisa menyebabkan pneumonia, atau
apakah pneumonia bisa menyebabkan asma? Atau memang asma dan
pneumonia memang saling berkaitan? Artikel ini akan menjawab kebingungan
Anda mengenai asma dan pneumonia.
Apakah asma bisa menyebabkan pneumonia?
Pneumonia adalah infeksi yang memicu peradangan pada kantong-kantong
udara (alveolus) di salah satu atau kedua paru-paru.

Pada orang pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung


saluran pernapasan dalam paru-paru akan membengkak dan dipenuhi cairan.
Makanya, orang juga menyebut kondisi ini sebagai paru-paru basah.

Sementara itu, asma adalah jenis penyakit kronis (menahun) pada saluran
pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran
napas (bronkus) yang membuat sesak napas.

Gejala lain yang juga dialami orang asma adalah nyeri dada, batuk-batuk, dan
mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia, baik muda atau tua.

Hubungan antara asma dan pneumonia hingga saat ini masih diperdebatkan.
Namun FDA, setara badan BPOM, memperingatkan ada efek samping dari
beberapa obat yang digunakan untuk pengobatan asma.

Ingin Kulit Sehat Dengan Biaya Murah?


Ikuti newsletter kami dan dapatkan informasi kecantikan dan kesehatan
seputar kulitmu!

Saya Menerima Kebijakan Privasi dan Data


Daftar
Pada sebuah penelitian ditemukan pneumonia terjadi dua kali lebih sering
pada pasien asma setelah menggunakan pengobatan kombinasi, yaitu obat
steroid dan inhaler LABA (long-acting bronchodilator/long-acting beta2-
agonist).

Penelitian itu dibandingkan dengan pasien asma yang hanya menggunakan


inhaler LABA saja. Namun, hasil dari penelitian ini masih harus ditelusuri lebih
lanjut.

Temuan penelitian itu tidak berarti mengharuskan Anda berhenti minum obat
asma Anda.

Penting untuk Anda tahu bahwa risiko pneumonia baru meningkat secara
signifikan pada pasien asma yang berusia 65 tahun ke atas.

Anda mungkin juga menyukai