Anda di halaman 1dari 6

JIM FKep Vol. III No.

4 2018

FAKTOR RISIKO TERJADINYA PNEUMONIA PADA BALITA

RISK FACTORS OF PNEUMONIA ON UNDER-FIVE CHILDREN

Yuni Ellyana1, Imelda2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Anak Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
e-mail: allyana@mhs.unsyiah.ac.id; ilacuesta@ymail.com

ABSTRAK

Pneumonia merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada balita dan masih menjadi salah satu
penyebab kematian terbanyak pada anak berusia kurang dari 5 tahun. Salah satu upaya untuk menurunkannya
adalah dengan mengetahui faktor risiko yang menyebabkan terjadinya pneumonia. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran faktor risiko pneumonia pada balita di rumah sakit umum daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh. Jenis penelitian ini deskriptif eksploratif. Populasinya adalah seluruh balita yang telah
didiagnosis pneumonia di rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling yaitu sebanyak 72 responden. Alat pengumpulan data
berupa kuesioner dengan teknik wawancara terpimpin, pengukuran BB serta TB menggunakan timbangan dan
pita meteran. Hasil penelitian didapatkan mayoritas balita dengan pneumonia berstatus gizi normal yaitu 51
balita (71%), mayoritas balita dengan pneumonia mempunyai berat badan lahir ≥2500 gram yaitu 57 balita
(79,1%), mayoritas balita dengan pneumonia telah mendapatkan ASI eksklusif yaitu 39 balita (54,1%),
mayoritas balita dengan pneumonia telah diimunisasi campak yaitu 45 balita (62,5%), dan mayoritas balita
dengan pneumonia tinggal di rumah yang terdapat polusi udara yaitu 41 balita (57%). Diharapkan kepada
petugas kesehatan dan orang tua agar dapat mengendalikan faktor risiko terjadinya pneumonia dengan
memperhatikan anak-anak yang lebih rentan terhadap pneumonia.

Kata Kunci: Pneumonia, Faktor Risiko, Balita

ABSTRACT

Pneumonia is a health issue that often occurs in children and becomes one of the main causes of mortality in
under-five children. One of the efforts to reduce the number of mortality is by studying the risk factor
ofpneumonia. This research aims to define the overview of the risk factor of pneumonia in under-five children
in dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital. The type of this research is exploratory descriptive. The population
is all the under-five children who diagnosed with pneumonia in dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital. The
sampling technique in this research is a purposive sampling with 72 respondents. The data collection instrument
is a questionnaire with guided interview, weight and height measurement using scale and stadiometer. The
result from the research shows that majority of the children with pneumonia has normal nutritional status with
51children (71%), majority of the children with pneumonia has birth weight ≥ 2.500 gram with 57 children
(79,1%), majority of the children with pneumonia have exclusive breast milk with 39 children (54,1%),
majority of the student with pneumonia has immunized against measles with 45 children (62,5%), and the
majority of the children with pneumonia live in house which has indoor air pollution with 41 children (57%).
The health workers and parents are expected to control the risk factor pneumonia by paying attention to children
who are more susceptible to pneumonia
.
Keywords : Pneumonia, risk factor of pneumonia, under-five children
JIM FKep Vol. III No. 4 2018

PENDAHULUAN masalah kesehatan yang sering terjadi pada


Pneumonia merupakan infeksi akut yang balita dan masih menjadi salah satu penyebab
mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang kematian terbanyak pada anak berusia kurang
dapat disebabkan oleh berbagai dari 5 tahun. Kejadian pneumonia pada masa
mikroorganisme seperti virus, jamur dan balita berdampak jangka panjang yang akan
bakteri. Gejala penyakit pneumonia yaitu muncul pada masa dewasa yaitu penurunan
menggigil, demam, sakit kepala, batuk, fungsi paru. Hal ini disebabkan karena
mengeluarkan dahak dan sesak napas. Salah beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin,
satu upaya yang dilakukan untuk berat badan lahir, riwayat pemberian Air Susu
mengendalikan penyakit ini yaitu dengan Ibu (ASI), status gizi, riwayat imunisasi,
meningkatkan penemuan pneumonia pada riwayat pemberian vitamin, polusi udara dalam
balita (Kemenkes RI, 2016). ruangan, tingkat pengetahuan ibu, dan
kebiasaan merokok anggota keluarga di dalam
Tingginya angka kejadian pneumonia tidak rumah, maka peneliti merumuskan masalah
terlepas dari faktor risiko pneumonia. Faktor apa saja faktor risiko pneumonia pada balita di
risiko yang sudah teridentifikasi meliputi: Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
status gizi, BBLR (<2500 gram ) kurangnya Banda Aceh.
pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama
kehidupan, imunisasi campak dan kepadatan METODE
rumah. Pada tahun 2008, WHO menambahkan Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
faktor risiko pneumonia lain yang deskriptif eksploratif menggunakan desain
berhubungan dengan host, lingkungan, dan cross sectional studi. Penelitian ini telah
agent yang meliputi malnutrisi, berat badan dilaksanakan pada tanggal 19 s/d 31 Juli 2018
lahir rendah, ASI non eksklusif, kurangnya di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
imunisasi campak, polusi udara di dalam Abidin Banda Aceh. Tehnik pengambilan
rumah dan kepadatan rumah (Rudan, 2008). sampel dalam penelitian ini secara purposive
sampling sebanyak 72 responden.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia Pengumpulan data dilakukan dengan
tahun 2016, pada tahun 2014 angka cakupan wawancara terpimpin menggunakan kuesioner
penemuan pneumonia balita tidak mengalami yang terdiri dari 11 item pertanyaan terkait
perkembangan berarti yaitu berkisar antara factor risiko pneumonia berbentuk skala
20%-30%. Pada tahun 2015 terjadi dikotomous dan menggunakan timbangan injak
peningkatan penemuan pneumonia menjadi serta pita meteran untuk mengukur berat badan
63,45% dan pada tahun 2016 meningkat (BB) dan tinggi badan (TB)/ panjang badan
menjadi 65,27%. Peningkatan cakupan pada (PB) balita. Data diolah dengan langkah-
tahun 2015 karena perubahan angka perkiraan langkah : Editing, coding, processing, dan
kasus dari 10% menjadi 3,55%, selain itu ada cleaning.
peningkatan dalam kelengkapan pelaporan dari
83,08% pada tahun 2014 menjadi 91,91% pada Etika penelitian didapat dari komite etik
tahun 2015 dan 94,12% pada tahun 2016. penelitian Fakultas Keperawatan Universitas
(Kemenkes RI, 2016). Syiah Kuala Banda Aceh pada tanggal 23 Mei
2018 dengan kode penelitian 111119030718.
Penelitian yang dilakukan oleh Efni, dkk Analisa data dalam penelitian ini
(2016) tentang faktor risiko yang berhubungan menggunakan metode statistik deskriptif
dengan kejadian pneumonia pada Balita di eksploratif untuk menentukan rata-rata atau
Kelurahan Air Tawar Barat Padang mean masing-masing variabel penelitian
menunjukkan hasil penelitiannya yaitu balita sehingga dapat ditentukan berdasarkan hasil
pada kelompok kasus yang tidak mendapatkan yang didapat dengan menggunakan analisis
ASI eksklusif (81,5%), paparan asap rokok univariat.
(74,1%), riwayat bayi berat lahir rendah
(3,7%), tidak mendapatkan imunisasi campak HASIL
(40,7%) dan gizi kurang (25,9%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, Zainoel Abidin pada 72 responden didapatkan
mengingat penyakit pneumonia merupakan hasil penelitian sebagai berikut :
JIM FKep Vol. III No. 4 2018

Table 1. Data Demografi Ibu


Tabel 4. Faktor risiko terjadinya pneumonia
No Karakteristik f % pada balita berdasarkan berat badan lahir
Ibu
No Kategori f %
1 Umur 1 BBLR 15 20,9
Dewasa Awal 72 100 2
(20-40 tahun)
Tidak BBLR 57 79,1
(Erikson) Total 72 100
2 Pendidikan
Rendah 6 8,3 Berdasarkan table 4. menunjukkan bahwa
Menengah 43 59,7 mayoritas balita yang menderita
Tinggi 23 32 pneumonia mempunyai berat badan lahir
3 Pekerjaan ≥2500 gram yaitu 57 balita (79,1%).
Bekerja 23 32
Tidak Bekerja 49 68 Tabel 5. Faktor risiko terjadinya pneumonia
Berdasarkan table 1. menunjukkan bahwa pada balita berdasarkan ASI eksklusif
mayoritas umur responden berada pada
katagori dewasa awal (20-40 tahun) yaitu 72
No Kategori f %
responden (100%), mayoritas pendidikan
1 ASI eksklusif 39 54,1
orang tua berada pada katagori menengah yaitu
2 Non eksklusif 33 45,9
43 responden (59,7%), dan mayoritas
pekerjaan responden berada pada katagori Total 72 100
tidak bekerja yaitu 49 responden (68%).

Tabel 2. Data Demografi Anak Berdasarkan table 5. menunjukkan bahwa


No. Karakteristik f % mayoritas balita yang menderita
Anak pneumonia telah mendapatkan ASI
1. Umur eksklusif yaitu 39 balita (54,1%).
1 – 12 bulan 12 16,7
13 – 36 bulan 48 66,6 Tabel 6. Faktor risiko terjadinya pneumonia
37 – 60 bulan 12 16,7 pada balita berdasarkan imunisasi campak

2. Jenis Kelamin No Kategori f %


Laki-laki 33 45,8 1 Sudah diimunisasi 45 62,5
Perempuan 39 54,2 campak
2 Belum diimunisasi 27 37,5
Berdasarkan table 2. menunjukkan bahwa campak
mayoritas balita dengan pneumonia terjadi Total 72 100
pada anak usia 13 – 36 bulan yaitu 48 balita Berdasarkan table 6. menunjukkan bahwa
(66,6%), dan mayoritas balita berjenis kelamin mayoritas balita yang menderita pneumonia
perempuan yaitu 39 balita (54,2%). sudah diimunisasi campak yaitu 45 balita
(62,5%).
Tabel 3. Faktor risiko terjadinya pneumonia
pada balita berdasarkan status gizi Tabel 7. Faktor risiko terjadinya pneumonia
pada balita berdasarkan polusi udara dalam
No Kategori f % ruangan
1 BB/TB No Kategori f %
Kurus 21 29,1 1 Ada polusi udara 41 57
Normal 51 70,9 2 Tidak ada polusi 31 43
Total 72 100 udara
Berdasarkan table 3. menunjukkan bahwa Total 72 100
mayoritas balita pneumonia mempunyai status
gizi normal51 balita (71%).
JIM FKep Vol. III No. 4 2018

Berdasarkan table 7. menunjukkan bahwa imunisasi campak dengan kejadian pneumonia


mayoritas balita yang menderita pneumonia pada balita usia 12-59 bulan di Rumah Sakit
tinggal di rumah yang terdapat polusi udara Islam Pondok Kopi Jakarta yang menyatakan
yaitu 41 balita (57%). anak dengan berat badan lahir ≥2500 gram
lebih banyak yang mengalami pneumonia
PEMBAHASAN dengan persentase 72,8%. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Imelda (2017) tentang
Faktor risiko terjadinya pneumonia pada hubungan berat badan lahir rendah dengan
balita berdasarkan status gizi kejadian infeksi saluran pernafasan balita di
Aceh Besar didapatkan mayoritas responden
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dengan berat lahir rendah. Bayi dengan
bahwa faktor risiko terjadinya pneumonia pada berat lahir rendah (BBLR) mempunyai
balita berdasarkan status gizi mayoritas balita risiko kematian yang lebih besar
berada pada status gizi normal yaitu sebanyak
dibandingkan dengan berat badan lahir
51 balita (71%).
normal, terutama pada bulan-bulan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian pertama kelahiran karena pembentukan zat
yang dilakukan oleh Efni, dkk (2016) tentang anti kekebalan kurang sempurna sehingga
faktor-faktor yang berhubungan dengan lebih mudah terkena penyakit infeksi
kejadian pneumonia balita di kelurahan Air terutama pneumonia.
Tawar Barat Padang lebih banyak ditemukan
pada balita dengan gizi baik yaitu 20 orang Menurut peneliti, mayoritas balita dengan
(74,1%) dibanding balita dengan gizi kurang pneumonia mempunyai berat badan lahir ≥
yaitu 7 orang (25,9%). Hasil penelitian yang 2500 gram sebanyak 57 balita (79,1%). Risiko
dilakukan oleh Adawiyah & Duarsa (2012) kesakitan hingga risiko kematian pada BBLR
tentang faktor-faktor yang berpengaruh cukup tinggi oleh karena adanya gangguan
terhadap kejadian pneumonia pada balita di pertumbuhan dan imaturitas organ. Penyebab
Puskesmas Susunan Kota Bandar Lampung utama kematian pada BBLR adalah afiksia,
menunjukkan terdapat perbedaan cukup tinggi sindroma gangguan pernapasan, infeksi dan
antara katagori status gizi kurang dan status komplikasi hipotermia. Pada bayi BBLR,
gizi baik pada balita yang terkena pneumonia. pembentukan zat anti kekebalan kurang
sempurna sehingga lebih mudah terkena
Menurut peneliti, mayoritas balita yang penyakit infeksi terutama pneumonia
menderita pneumonia memiliki status gizi
normal yaitu sekitar 51 balita (71%). Faktor risiko terjadinya pneumonia pada
Pemberian nutrisi yang sesuai dengan balita berdasarkan ASI eksklusif
pertumbuhan dan perkembangan balita dapat
mencegah anak terhindar dari penyakit infeksi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
sehingga pertumbuhan dan perkembangan bahwa faktor risiko terjadinya pneumonia pada
anak menjadi optimal. Namun, balita dengan balita berdasarkan pemberian ASI eksklusif
gizi yang kurang akan lebih mudah terserang didapatkan mayoritas balita telah mendapatkan
penyakit infeksi salah satunya pneumonia ASI eksklusif yaitu sebanyak 39 balita
dibandingkan balita dengan gizi normal karena (54,1%).
imunitas yang berkurang.
Hal ini bebeda dengan penelitian yang
Faktor risiko terjadinya pneumonia pada dilakukan oleh Adawaiyah & Duarsa (2012)
balita berdasarkan berat badan lahir tentang faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian pneumonia pada balita di
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Puskesmas Susunan Kota Bandar Lampung
bahwa balita yang menderita pneumonia dimana pengelompokan pemberian ASI
dengan berat badan lahir ≥2500 gram lebih Eksklusif terdapat perbedaan yang cukup
banyak yaitu 57 balita (79,1%). tinggi antara katagori tidak diberi ASI
Eksklusif dan diberi ASI Eksklusif pada balita.
Hasil Penelitan ini sama dengan hasil Pada balita dengan pneumonia yang tidak
penelitian Hariyanti (2010) tentang hubungan diberi ASI Eksklusif mencakup 80,0% jauh
JIM FKep Vol. III No. 4 2018

lebih tinggi daripada kategori balita dengan Faktor risiko terjadinya pneumonia pada
pneumonia yang diberi ASI Eksklusif yang balita berdasarkan polusi udara dalam
hanya mencapai 20,0%. ruangan

Menurut peneliti, mayoritas balita dengan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan


pneumonia telah mendapatkan ASI eksklusif mayoritas balita yang menderita pneumonia
yaitu 39 balita (54,1%). Hal ini dapat terjadi tinggal di rumah yang terdapat polusi udara
kemungkinan karena ada beberapa faktor yang yaitu 41 balita (57%).
lebih berpengaruh dengan kondisi balita selain
ASI eksklusif seperti asupan nutrisi yang Hal ini serupa dengan penelitian yang
kurang, lingkungan yang tidak aman sehingga dilakukan oleh Yulianti, dkk (2003) di kota
kekebalan tubuh menjadi menurun dan Banjarmasin yang menyatakan bahwa balita
terserang penyakit. Pentingnya pemberian ASI yang tinggal di rumah dengan dapur yang tidak
pada anak terutama ASI eksklusif, dikarenakan ada lubang asap berisiko menderita pneumonia
di dalam ASI banyak terkandung zat-zat nutrisi 2 kali lipat bila dibandingkan dengan balita
yang dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh ynag tinggal di rumah dengan dapur yang ada
kembangnya serta mencegah timbulnya lubang asapnya. Hasil penelitian Budiati &
berbagai penyakit khususnya infeksi. Duarsa (2012) mengatakan pencemaran udara
dalam rumah berhubungan dengan kejadian
Faktor risiko terjadinya pneumonia pada pneumonia. Balita yang tinggal di rumah
balita berdasarkan imunisasi campak dengan pencemaran udara berisiko 7,73 (95%
CI: 2,99-20,01) kali terkena pneumonia
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan balita yang tinggal di
balita yang menderita pneumonia dan telah rumah tanpa pencemaran udara.
mendapatkan imunisasi campak sebanyak 45
balita (62,5%). Menurut peneliti, mayoritas balita yang
menderita pneumonia tinggal di rumah yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdapat polusi udara yaitu 41 balita (57%).
yang telah dilakukan oleh Dani, dkk (2013) Dari 72 balita yang diteliti, sebanyak 42 balita
tentang gambaran karakteristik balita penderita (58,3%) mempunyai keluarga khususnya orang
pneumonia di RS Immanuel Bandung yang tua yang merokok di dalam rumah. Adanya
menyatakan bahwa balita dengan pneumonia anggota keluarga serumah yang mempunyai
dan telah mendapatkan vaksin campak kebiasaan merokok dapat memperbesar risiko
sebanyak 29 kasus (64,4%), sedangkan yang untuk menderita gangguan pernapasan.
belum mendapatkan vaksin campak lebih Pencemaran udara di rumah terjadi akibat asap
sedikit yaitu 16 kasus (35,6 %). Hasil rokok dapat mengganggu saluran pernapasan
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian dan memicu pneumonia pada balita. Udara
yang dilakukan oleh Hartati (2011) di Jakarta yang bersih merupakan komponen yang utama
yang menyebutkan dari 63 pasien yang di dalam rumah yang sangat diperlukan
dinyatakan pneumonia, 35 pasien diantaranya manusia untuk hidup sehat.
tidak mendapatkan imunisasi campak.
REFERENSI
Menurut peneliti, mayoritas balita yang
menderita pneumonia sudah diimunisasi Adawiyah, R., & Duarsa, A. (2016). Faktor-
campak yaitu 45 balita (62,5%). Balita yang faktor Yang Berpengaruh Terhadap
telah mendapatkan imunisasi campak tetapi Kejadian Pneumonia Pada Balita di
masih mengalami penyakit pneumonia bisa Puskesmas Susunan Kota Bandar
disebabkan karena pengaruh usia balita yang Lampung Tahun 2012. Jurnal
masih rentan terhadap penyakit, karena virus Kedokteran Yarsi, 24(1), 51–68.
pernapasan paling sering terjadi pada bayi dan
todler, selain itu bisa juga dipengaruhi oleh
cuaca, dimana pneumonia sering terjadi pada
musim dingin dan awal musim semi.
JIM FKep Vol. III No. 4 2018

Budiati E, & Duarsa ABS. (2012). Kondisi Epidemiology and etiology of childhood
Rumah dan Pencemaran Udara Dalam pneumonia. Bulletin of the World Health
Rumah Sebagai Faktor Risiko Kejadian Organization, 86(5), 408–416. Diakses
Pneumonia Balita. Jurnal Kedokteran dari:https://doi.org/10.2471/BLT.07.048
Yarsi, 20(2), 87–101. 769

Dani; Widyarto, B.; Mairi, M. (2013). Yulianti, Isda, dkk .(2003). Faktor Risiko
Gambaran Karakteristik Balita Penderita Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di
Pneumonia Di Rumah Sakit Immanuel Kota Banjarmasin.
Bandung Tahun 2013. Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha. [dikutip 1 Juni 2018].
Tersedia dari:
http://repository.maranatha.edu/12596/1
0/1110087_Journal.pdf.

Efni, Y., Machmud, R., & Pertiwi, D. (2016).


Artikel Penelitian Faktor Risiko yang
Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia pada Balita di Kelurahan Air
Tawar Barat Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas Vol. 5 No. 2: 365–370. [dikutip
29 Mei 2018]. Diakses dari:
jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/artic
le/download/523/428

Hartati, S. (2011). Analisis Faktor Risiko yang


Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia Pada Anak Balita di RSUD
Pasar Rebo Jakarta. Depok: Universitas
Indonesia.

Hariyanti, I. (2010). Hubungan Imunisasi


Campak dengan Kejadian Pneumonia
Pada Balita Usia 12-59 Bulan di Rumah
Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta Tahun
2010. Tesis. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Program Studi Epidemiologi
Kekhususan Epidemiologi Komunitas
Universitas Indonesia, Depok.

Imelda. (2017). Hubungan Berat Badan Lahir


Rendah dan Status Imunisasi dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut
pada Balita di Aceh Besar. Jurnal Ilmu
Keperawatan. 5:2.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.


(2016). Profil kesehatan Indonesia tahun
2015. Jakarta.

Rudan, I., Boschi-Pinto, C., Biloglav, Z.,


Mulholland, K., & Campbell, H. (2008).

Anda mungkin juga menyukai