Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sri Ayun Supu

NIM : C01418161

Kelas : A Keperawatan 2018

Tugas : AIK 4

RESUME PENGAJIAN RAMADHAN DENGAN TEMA

“Tuntutan Sholat Idul Fitri Dimasa Pendemi Covid-19”

Moderator : Bpk, Dr. Munkizul Umam Kau, S.Fil.I, M.Phil

Lampiran Gambar :

Materi Pengantar : Bapak Dr. H Sabara Karim Ngou, M.pd.I

“Menyampaikan bahwa hasil infaq pembangunan mesjid Darul Akram dari sejak hari
petama Ramadhan sampai dengan hari ke 25 Ramadhan dan beliau juga menyampaikan
perkembangan zakat fitrah dan zakat mal melalui bajismu komisi”.

Lampiran Gambar :
Pemateri : Ustadz Muhammad Dzikron, Lc, M.Hum

Saat ini diindoseia khususnya dikalangan muslim memang terjadi sautu perbedaan
pendapat tentang pelaksanaan idul fitri ditahun ini, ada sekitar 4 kelompok umat muslim
diindonesia ini yang memiliki pandagan yang berbeda-beda atau sikap yang berbeda-beda
mengenai sholat idul fitri, yaitu :

1) melakukan sholat idul fitri dilapangan atau seperti biasanya jadi merasa aman dan
seterusnya maka tetap dilapangan karena merasa bahwa dilpangan yang paling
utama.
2) ada yang dimasjid yaitu berpandangan kalau dilapngan terlalu banyak nanti
menggundang banyk orang sehingga perlu dikonsentrasikan dimesjid sehingga
suatu strategi untuk menggurai jam’ah tidak berpusat semuanya disuatu tempat
tapi bisa dibagi-bagi sehingga peluang untuk terjadinya penularan itu dianggap
sebagai lebih minimal.
3) sholat idul fitri tetap dirumah ini didasarkan pada banyak dalil, banyak argument
yang nanti dan mungkin akan menjadi pandangan muhammadiyah.
4) adalah sholat idulfitri itu ditiadakan karena itu hukumnya sunnah muakkad
sehingga ketika terjadi fenomena atau pendemi covid 19 ini tidak perlu
dilakukana, kalau sudah tidak dilakukan dilapangan tidak usah dilakukan dirumah.
Sholat idul fitri 1441 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena pendemi covid 19
yang saat ini telah menyabar keseluruh dunia termasuk Indonesia dan kita tau diindonesia ini
semakin hari semakin bertambah jumlah yang terkena covid19. suatu dasar yang perlu kita
ketahui adalah islam ini adalah agama rahma jadi tujuan agama islam untuk rahmatan
lilalamin. yang kedua , bahwa agama itu menjadi petunjuk bagi setiap manusia dalam
kehidupan. kemudian yang perlu kita ketahui juga adalah 3 asa dalam mengamalkan agam
islam yang arahnya dalah sesuai dengan makmumat putusan muhammadiyah bahwa idul fitri
tahun ini ditengah pendemi kita minta untuk memiliki sikap yang bijak dalam ajaran agama
islam, yang pertama islam memberikan kemudahan contohnya adalah sholat, sholat tidak
mampu berdiri bisa duduk, tidak bisa duduk bisa baring dan setursnyaa kemudian berwudhu,
wudhu tidak ada air bisa bertayamum dan masi banyk lagi.ajaran islam pasti memberikan
kemudahan meskin pun jangan sampai kita salah aritikan.
Yang kedua keimanan yang kita lakukan itu sesuai dengan kemampuan manusia. sholat
idul fitri dirumah ini sebagaima dalam hijrah muhori yang riwayatkan anas bin malik dan
beberpa sahabat kemudian terlewatkan sholat jam’ah Idnya sudah selesai maka mereka yang
yang ketinggalan dalam suatu riwayat yang disampaika oleh yayasan al-azhar dikatakan jika
ketingglan sholat id besama imam maka ia mengumpulkan banyak dan sholat bersama
mereka seperti shoalat seorang imam dalam sholat Id.\
Kemudian sholat Id dirumah ini apakah termasuk bid’ah kalau kita melihat suatu riwayat
tadi juga melihat argumentasi-argumentasi yang tadi maka dalam kaitan tidak pernahnya
rasulullah mengerjakan sholat Id dirumah ini dapat dipandang bukan merupakan sunnah
targiah karana tidak ada dijaman beliau sholat Id dirumah karena tidak ada halangan. saat ini
umat islam mengunakan cara pandang bahwa yang pertama islam itu rahmatanlilalamin
kemudian tidak membuat kemudorotan kemudian ditambah dengan hadis-hadis tadi maka
sesungguhnya kita bisa mengatkan ini bukanlah suatu bid’ah apalagi sholat Id ini merupakan
sholat sunnah muakkad yang sesungguhnya yang tidak dilakukan tidak diperbolehkan. ini
juga merupakan satu pandangan kita.
Yang ke empat menyiadakan sholat Id dilapangan atau dimasjid itu juga bukan berarti
menggurangi-menggurangi porsi agama yang kita pilih justru dalam pendemi covid19 sholat
Id dirumah bersama keluarga maka ibadah yang kita lakukan dalam rangka terarh dalam
perwujudan makositu syari’ah. dalam rangka kita sholat dirumah ini sangat keputusan yang
diambil oleh muhammadiyah meskipun kita ketahui luar biasa prokontra baik dikalangan
muhammadiyah sendiri maupun dikalangan yang non muhammadiayah atau atau umat islam
secara keseluruhan. tapi jika pemerintah mengatakan sudahlah kita berdamai dengan covid19
tapi muhammadiyah dengan ijtuhatnya tidak dalam rangka untuk sombong tidak bagian dari
riya tapi bagian dari tanggung jawab moral yang dihidupkan oleh muhammdiyah sebagi satu
gerakan muhammadiyah amal ma’ruf nahi munkar, tidak kata untuk berdamai dengan covid
19 .
Covid19 ini sangat cepat penyebarannya pun sangat mudah maka dari itu menggarah ke
berkumpulnya banyak orang dimilimalisir dan melakukanya dengan dirumah tentu tidak
menggurangi yang berkaitan dengan pahala sama fungsinya hanya saja dan itu merupakan
ikhtiar.

Lampiran Gambar :
Tanya Jawab (Berisi Pertanyaan Dan Jawaban Pemateri :

1. pertanyaan:
berpa batas jumlah anggota keluarga jika kita mengumpulkan sholat Id
dirumah Karena ada dari jam’ah kita muhammadiyah itu akan bergabung bersama
dirumah jumlahnya hingga 30 puluan orang.

jawaban:
kita kembali kepada satu tujuan kenapa dilakukan sholat Idnya dilakukan
dirumah masing-masing itu dalam rangka tentu untuk membentengi atau lebih
mencari aman supaya kita terjadi satu atau terkumpul atau terkosentrasi banyak orang
2. pertanyaan:
jika hanya 2 orang apakah sholat Idnya berjam’ah dan pakai khotbah karena difawah
MUI jam’ah minimal 4 orang bagaiman pandangan tarjih

jawaban:
jika tidak melaksankan sholat Id bisa mau sholat Id tidak dikhotbah juga tidak
masalah.
3. pertanyaan:
jika mau sholat dirumah bacaannya kurang fasi atau tidak bisa baca al-quran justru
istri yang bacaannya lebih bagus bahkan hafidzjah qur’an apakah istri bisa menjadi
khotib dan imam.

jawaban:
maka dalam hal tentu tetap sang suami menjadi imam atau khotib jika bisa,
perdebatan seorang perempuan menjadi imam makmum laki-laki ini perdebatan yang
sangat panjang dan ada pembahasanya sendiri bukan hanya dalam sholat Id tetapi juga
mencakup sholat-sholat fardu lainya. dibolehkan jika dalam keadaan darurat
dibolehkan,keadaan darurat meliputi jika sang suami atau imam mengucapkan
bismillah tidak mampu. tapi tadi saya melihat sang suami yang suaranya kurang bagus
atau hapalan kurang bagus dan masi agak bisa tetap diperkanankan untuk menjadi
soerang imam dan khotibnya.
4. pertanyaan:
dalam satu keluarga semua anak-anaknya perempuan kerika hari raya idufiti
semua berhalangan, apa perlu beliau sholat bahkan dengan khotbah

jawaban:
sholat Id fitri pun bisa dilakukan sendiri dan tidak pakai khotbah pun itu juga
boleh, kalaupun sendiri tapi tidak mantap tidak dilakukan pun tidak masalah.
5. Pertanyaan:
Apakah jika tidak berpuasa dibeoleh menjadi imam atau pun khotib pada idul firti?

jawaban:
apapun sakitnya dan berapun lama sakitnya jika beliau di 1 syawal diberi
amanah untuk melakukan atau menjadi khotib maka diperbolehkan. kecuali jika
berpuasanya bukan karena sakit yang memang sengaja tidak berpuasa jagan sampai
kita menjadi seorang khotib idul fitri adalah orang yang pasif orang yang tidak mau
menarik peraturan karena puasa itu suatu yang wajib maka dia meninggkan
kewajibannya dengan sengaja maka jangan sampai itu yang dipilih.tapi jika ia tidak
kuat puasa sebentar saja berapa hari dan itu pun karena sakit kemudian ditunjuk dan
mampu menjadi khotib itu tidak masalah.
6. pertanyaan:
ketika diluar pendemi misalnya ada salah satu anggota keluarga sakit tidak
bisa ikut sholat dilapangan, apakah boleh anggota keluarga yang lain untuk supaya
membantu yang sakit ini melaksanakan sholat dirumah supaya sisakit ini juga bisa
ikut sholat Id dirumah. misalnya setalag pandemic

jawaban:
boleh-boleh saja, ini adalah sholat yang tidak mengharuskan di tanah lapang,
dimasjid juga boleh tapi lebih afdolnya ditanah lapang sebagai bentuk syiar sebagai
bentk kebersmaan, persatuan dan sebaginya.

Pernyataan Penutup Oleh Pemateti/Moderator :

Inilah kita suatu organisasi dakwah bukan suatu institusi yang formil seperti
pemerintah tentu tidak ada sangsin dan tidak ada apapun tapi secara moral dan bisa
dipertanggung jawabkan ini adalah himbaun yang betul-betul disampaikan bukan karena
ingin ego egoan sendiri tapi sesungunya ini adalah bagian dari tanggung jawab moral yang
ingin disampaikan atau yang ingi dilakukan oleh organisasi tercinta kita yaitu
muhammadiyah.

Lampiran Gambar :

Anda mungkin juga menyukai