Abstract
The Arabic alphabet has a stable system of letters which portray phonetically the
consonant phonemes which they stand for in classical Arabic. Each letter represents usually
one sound.But there are two major defects or problems from which the Arabic writing and
reading suffers considerably. The first is that the majority of letters have various forms,
according to their position in a given word –whetherthey are initial, medial, or final– as well
as other forms dependent on the position of the letter in relation to another in the construction
of the word, as to whether it stands alone or is joined to others.Second, the problem of vowel
signs, or what are called diacriticalmarks, which do not appearusuallyin the printing
materialsor handwriting. The bare letters of the Arabic alphabet, without the vowelsigns,
make it difficultto read correctly or quickly.
A. Pendahuluan
Pentingnya bahasa Arab di dunia modern tentunya tidak lepas dari posisinya sebagai
bahasa Alquran, bahasa religius. Sebagai bahasa nasional di 20 negara1, saat ini bahasa Arab
menjadi bahasa –Semit yang tergolong ke dalam rumpun Afroasiatik–yang paling penting
(Dalby, 2004: 25). Hal ini disebabkan karena bahasa ini merupakan bahasaritual keagamaan
Islam yang digunakan oleh seluruh umat muslim di penjuru dunia.
Penyebaran agama Islam ke seluruh dunia, termasuk Indonesia2, sering kali diikuti
pula perkembangan bahasa Arab yang dibawa oleh agama tersebut. Untuk mempermudah dan
mempercepat perkembangan agama Islam, pada umumnya penyebaran agama Islam juga
dilakukan melalui penggabungan unsur-unsur kebudayaan yang ada pada suatu daerah
tertentu. Perkembangan yang berlangsung secara evolusi telah berhasil memunculkan cipta,
rasa, dan karsa oleh pemeluk-pemeluknya, misalnya penggunaan doa-doa Islam dalam
1
Aljazair, Bahrain, Mesir, Eritrea, Irak, Yordania, Kuwait, Lebanon, Libya, Mauritania, Maroko, Oman, Qatar,
Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia, Yaman, dan Palestina.
2
Menurut Karim (2007: 42)Islam sudah menyebar di pesisir pulau Jawa dan Sumatera (Maulana Maghribi dan
negeri Islam Peureulak) pada akhir abad 14 M yang penyebarannya dimulai abad 13 M, dalamarti penyebaran
yang dilakukan oleh kelompok sosial, sedangkan secara individual kontak budaya itu diperkirakan berlangsung
sejak abad 7 M.
3
Pengaruh dalam hal bahasa seperti pada Hadi (2003) dan Fauziah (2006a, 2006b, 2008); sedangkan dalam
kesusastraan dapat diamati pada Junanah (2008) dan Hindun (2012).
4
Lebih lengkap baca Hadi dalam “Kata-kata Serapan dari Bahasa Arab yang terdapat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia” (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2003).
5
Sejarah perkembangan penulisan Arab dapat dilihat pada karya Hasanah dengan judul “Tulisan Arab Dulu dan
Kini” (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, 1997).
labial labio-dental interdental dental alveolar palatal velar uvular faringal glotal
تt
b كk قq ءʔ
طṭ
hambat
دd
tb بb
ضḍ
b
afrikatif
tb جj
b فf ثθ سs صṣ شš خx حħ هh
frikatif
tb ذðظð زz غɣ عʕ
nasal مm نn
lateral لl
getar رr
semivokal وw يy
Baris mewakili perbedaan cara artikulasi, sedangkan kolom mewakili perbedaan tempat
artikulasi. Pasangan fonem merupakan variasi bunyi lemah dan emfatik.
Tabel 2 Inventarisasi FonemVokal Bahasa Arab8
6
Kami mengikuti penggunaan umum ‘/.../’ untuk mengindikasikan unsur fonemik dan ‘[...]’ untuk unsur fonetis.
Dalam tulisan ini digunakan transkripsi International Phonetic Alphabet (IPA) untuk meminimalisasi beberapa
wujud representasi yang digunakan pada makalah ini.
7
DiadopsidariRyding dalamA Reference Grammar of Modern Standard Arabic(Cambridge: Cambridge
University Press, 2005), hlm. 13.
8
Bunyi vokal direpresentasikan dengan istilah tinggi dan belakang dari posisi lidah.
Bagan 1
Pemetaan
Huruf
Arab ke
Bunyi
Bahasa Arab Fuṣha memiliki 34 fonem (28 konsonan, 3 vokal panjang, dan 3 vokal
pendek). Sistem penulisan Arab memiliki 36 huruf dan 9 tanda diakritik (termasuk tanda Alif
Ṣilah). Sebagian besar huruf dalam bahasa Arab Fuṣha memiliki pemetaan satu huruf ke satu
bunyi (bagan 1). Meskipun demikian, terdapat beberapa perkecualian umum yang penting,
yang diringkas pada penjelasan berikut.
2.1 Nama dan bentuk huruf Arab
Dalam sistem penulisan Arab tidak terdapat kapitalisasi, sehingga tidak terdapat
perbedaan antara huruf kapital dan huruf kecil. Huruf-huruf dibedakan menurut posisinya
dalam sebuah kata: berada pada awal, tengah, atau akhirkata. Setiap huruf memiliki empat
kemungkinan bentuk: berada pada awal, tengah, akhirkata, dan terpisah (tunggal).
9
Bahasa Arab mempunyai bunyi-bunyi bahasa yang spesifik, misalnya empat bunyi emfatik dalam bahasa Arab
ص/ṣ/, ض/ḍ/, ط/ṭ/, dan ظ/ð /. Salah satu bunyi bahasa yang menjadi ciri khas dan dimiliki bangsa Arab
adalah bunyi ض/ḍ/ merupakan karakteristik bahasa Arab. Inilah sebabnya bahasa Arab juga dikenal dengan
‘bahasa yang memiliki huruf ḍaḍ’ (lugat aḍ-ḍāḍ).
2.2Diakritik Opsional10
Tanda diakritik dalam bahasa Arab dapat dipetakan ke dalam bunyi-bunyi berikut.
(a) Tiga tanda diakritik untuk vokal pendek,َ ـ ـa,ُ ـ ـu, danـِ ـi ـ ـyang secara berurutan mewakili
vokal /a/, /u/, /i/. Vokal pendek ُ ـ ـudanـِ ـi ـsecara kolektif digunakan bersama
semivokalوw dan يy untuk mengindikasikan vokal panjang /ū/ (sebagai uw) dan /ī/
(iy). Vokal panjang /ā/ pada kebanyakan penulisan umum merupakan kombinasi dari
diakritik vokal pendekَ ـ ـa dan huruf اa.
(b) Tiga tanda diakritik nunasiً ـ ـã,ٌ ـ ــũ, dan ــٍ ـĩ ـmewakili kombinasi sebuah vokal pendek
dan tanda indefinit (tak takrif) /n/ dalam bahasa Arab Fuṣha yang secara berurutan:
/an/, /un/, dan /in/.
(c) Diakritik pemanjangan konsonan šadda (geminasi; konsonan ganda) dengan ّ ~ ـ ـ
(e) Diakritik vokal panjang, Alif Ṣilah12ٰـ ــá mewakili vokal panjang /ā/ pada yang muncul
sebagian kata.
Diakritik dalam bahasa Arab hanya muncul setelah hadirnya sebuah huruf. sebagai
misal vokal pendek penghubung yang diwakili oleh sebuah bunyi diam, yang sering disebut
Alif-Waṣla atau Hamzat-Waṣla, ( ٱyang sering kali secara sederhana ditulis )ا. Kalimat atau
ujaran yang diawali oleh Hamzat-Waṣla dilafalkan layaknya sebuah bunyi glotal hambat
yang diikuti vokal pendek. Kalimat yang Hamzat-Waṣlaberada di tengah dilafalkan
senyap,sebagai contoh اﻧﻜﺘﺐ ﻛﺘﺎبinkataba kitābũ ‘sebuah buku telah ditulis’ yang dilafalkan
10
Istilah linguistik yang merujuk pada sebuah unsur yang dapat dihilangkan keberadaannya dari sebuah struktur
tanpa membuat struktur tersebut tidak gramatikal (Crystal, 2008: 343).
11
Termasuk unsur penting karena dapat membedakan makna, misalnya pada kata /ħamām/ ‘merpati’ dan
/ħammām/ ‘kamar mandi’. Pastikan untuk melafalkan dua bunyi /t/ secara terpisah sebagaimana mengucapkan
/kat/ dan /tab/ secara cepat.
12
Bentuk pendek dari Alif Panjang yang ditulis di atas konsonan (menggantung di atas) seperti pada kataاﷲ
/ʔallah/ ‘Tuhan’, ٰﻫﺬا/hāðā/ ‘ini (maskulin)’, danِﻦ
ﻟٰﻜﱠ/lākinna/ ‘tetapi’.
menempati posisi stem tengah (huruf tengah) atau stem final (huruf akhir), misalnya: ﺑﺪا
/badā/ ‘dia muncul’ dan ﺑﺪأ /badaʔa/ ‘dia mulai’. Ini berarti bahwa hamza pada stem awal
merupakan Alif yang ber-hamzah yang pada umumnya dianggap oleh para penulis Arab
sebagai tanda diakritik optional jika dibandingkan dengan kasus hamzapada stem tengah dan
stem final–yang dianggap sebagai tanda diakritik yang harus muncul.
2.4Pelafalan Morfofonemik
Sistem penulisan Arab memiliki jumlah kecil berkaitan dengan pelafalan
morfofonemik/leksikal, beberapa di antaranya yang umum terjadi:
(a) Tā Marbuta ( ةh) pada umumnya merupakan akhiran penunjuk feminin, misalnya
ﻃﺎﻟﺒﺔ/ṭālibah/ ‘mahasiswi’yang hanya muncul pada akhir sebuah kata dan selalu
diikuti sebuah tanda diakritik. Pada bahasa Arab Fuṣha dilafalkan sebagai /t/,
kecuali jika tidak diikuti oleh vokal (seperti pada bunyi waqf), pada kasus tersebut
setelah vokal pendek /a/ pada akhir sebuah kata. Sebagai misal ﻋﺼﻰ ‘durhaka;
C. Penutup
Bahasa Arab memiliki vokal panjang dan penggandaan konsonan yang tidak dimiliki
oleh bahasa Indonesia. Selain itu, bunyi-bunyi yang berdekatan dan bunyi emfatik merupakan
ciri khas bahasa Arab yang sering kali menjadi kendala dalam pembelajaran bahasa. Pada
konteks sistem penulisan, para pembelajar bahasa Arab awal (yang belum mengenal tata
13
Simbol asterik (*) yang mengawali sebuah contoh merupakan tanda linguistik yang mengindikasikan bahwa
contoh tersebut salah atau tidak berterima.
Daftar Pustaka
Crystal, David. 2008.A Dictionary of Linguistics and Phonetics. 6th Edition. Oxford:
Blackwell Publishing.
Dalby, Andrew. 2004. Dictionary of Languages: The Definitive Reference to more than 400
Languages. London: A&C Black.
Fauziah. 2006a.“Perubahan Makna Leksikal Verba Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab”.
Karya ilmiah (tidak dipublikasikan). Medan: Universitas Sumatera Utara.
_______. 2006b.“Unsur-unsur Bunyi Kata-kata Serapan dari Bahasa Arab dalam Bahasa
Melayu Deli”. Karya ilmiah (tidak dipublikasikan). Medan: Universitas Sumatera
Utara.
_______. 2008.“Sisi Monograf Pengaruh Bahasa Arab terhadap Bahasa Jawi (Aksara
Melayu) Indonesia”. Karya ilmiah (tidak dipublikasikan). Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Hadi, Syamsul. 2003. “Kata-kata Serapan dari Bahasa Arab yang terdapat dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia”. Disertasi (belum dipublikasikan). Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Hasanah, Uswatun. 1997. “Tulisan Arab Dulu dan Kini”.Dalam Jurnal HumanioraTahun
1997 Volume 4. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.
Hindun. 2012. “Syingir: Transformasi Puisi Arab ke dalam Puisi Jawa”. Dalam
JurnalHumaniora Volume 24 No. 1 Februari 2012. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Gadjah Mada.
Junanah. 2008.“Dialektika Bahasa Arab dalam Karya Serat Centhini”. Dalam
JurnalFenomena Volume 6 No. 1 Maret 2008.
Karim, Abdul. 2007. Islam Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Pedoman Transliterasi Arab-Latin. Keputusan BersamaMenteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan KebudayaanRepublik IndonesiaNomor : 158 Tahun1987Nomor :
0543b/U/1987.
Rogers, Henry. 2005. Writing Systems: A Linguistics Approach. Oxford: Blackwell
Publishing.
Ryding, Karin C. 2005. A Reference Grammar of Modern Standard Arabic. Cambridge:
Cambridge University Press.
The International Phonetic Alphabet (revised to 2005).
Wightwick, Jane dan Mahmoud Gaafar. 2005. Mastering Arabic Script: A Guide to
Handwriting. New York: Palgrave Macmillan.
Eric Kunto Aribowo, S.S., M.A. lahir di Yogyakarta pada 7 Maret 1986. Saat ini penulis tinggal
di Botokan RT 08 RW V Ngaran, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah. Pendidikan Sekolah
Dasar diselesaikan di Klaten (1997), Sekolah Menengah Pertama di Palangkaraya (2000), dan
Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta (2005).
Gelar Sarjana Sastra (S1) diraih di Jurusan Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Gadjah Mada (2009) dengan judul skripsi “Kekohesifan dalam Wacana Tajuk
RencanaMajalah “Deutschland” Terbitan Tahun 2008:Analisis Wacana”. Mendapatkan gelas
Master of Arts di jurusan Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (2011)
dengan judul “Perbandingan GramatikaBahasa Arab Fuṣḥā dan ‘Āmiyyah Mesir”.
Sejak tahun 2011 mengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Universitas Widya Dharma Klaten sampai sekarang yang bertanggung jawab pada mata
kuliah Bahasa Arab.