Anda di halaman 1dari 10

FONOLOGI DAN ORTOGRAFI BAHASA ARAB

Eric Kunto Aribowo


Pendidikan Bahasa Jawa – FKIP
Universitas Widya Dharma Klaten
erickunto@unwidha.ac.id

Abstract
The Arabic alphabet has a stable system of letters which portray phonetically the
consonant phonemes which they stand for in classical Arabic. Each letter represents usually
one sound.But there are two major defects or problems from which the Arabic writing and
reading suffers considerably. The first is that the majority of letters have various forms,
according to their position in a given word –whetherthey are initial, medial, or final– as well
as other forms dependent on the position of the letter in relation to another in the construction
of the word, as to whether it stands alone or is joined to others.Second, the problem of vowel
signs, or what are called diacriticalmarks, which do not appearusuallyin the printing
materialsor handwriting. The bare letters of the Arabic alphabet, without the vowelsigns,
make it difficultto read correctly or quickly.

Keywords: Arabic phonology, Arabic orthography, Arabicdiacritic

A. Pendahuluan
Pentingnya bahasa Arab di dunia modern tentunya tidak lepas dari posisinya sebagai
bahasa Alquran, bahasa religius. Sebagai bahasa nasional di 20 negara1, saat ini bahasa Arab
menjadi bahasa –Semit yang tergolong ke dalam rumpun Afroasiatik–yang paling penting
(Dalby, 2004: 25). Hal ini disebabkan karena bahasa ini merupakan bahasaritual keagamaan
Islam yang digunakan oleh seluruh umat muslim di penjuru dunia.
Penyebaran agama Islam ke seluruh dunia, termasuk Indonesia2, sering kali diikuti
pula perkembangan bahasa Arab yang dibawa oleh agama tersebut. Untuk mempermudah dan
mempercepat perkembangan agama Islam, pada umumnya penyebaran agama Islam juga
dilakukan melalui penggabungan unsur-unsur kebudayaan yang ada pada suatu daerah
tertentu. Perkembangan yang berlangsung secara evolusi telah berhasil memunculkan cipta,
rasa, dan karsa oleh pemeluk-pemeluknya, misalnya penggunaan doa-doa Islam dalam

1
Aljazair, Bahrain, Mesir, Eritrea, Irak, Yordania, Kuwait, Lebanon, Libya, Mauritania, Maroko, Oman, Qatar,
Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia, Yaman, dan Palestina.
2
Menurut Karim (2007: 42)Islam sudah menyebar di pesisir pulau Jawa dan Sumatera (Maulana Maghribi dan
negeri Islam Peureulak) pada akhir abad 14 M yang penyebarannya dimulai abad 13 M, dalamarti penyebaran
yang dilakukan oleh kelompok sosial, sedangkan secara individual kontak budaya itu diperkirakan berlangsung
sejak abad 7 M.

202 SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA DAN SASTRA 2013


upacara adat, seperti kelahiran, selapanan(peringatan bayi berusia 35 hari), perkawinan, seni
wayang kulit, beberapa arsitektur bangunan, kesusastraan, danbahasa3.
Dalam hal kebahasaan, fakta tentang adanya kira-kira 3.000 kata4 –ataulebih– yang
berasal dari bahasa Arab dapat ditemukan dalam kamus-kamus bahasa Indonesia, bukan
berarti kata-kata ini biasa digunakan dalam pergaulan sehari-hari, bahkan belum tentu
masyarakat Indonesia mengetahuimaknanya, baik mereka yang terpelajar maupun tidak. Atau
mungkin masyarakat tidak mengetahui bahwa kata-kata dalam bahasa Indonesia modern yang
mereka pakai ternyata berasal dari bahasa Arab.
Pada makalah ini, penulis sampaikan mengenai deskripsi dasar fonologi dan konsep-
konsep yang berkaitan mengenai bahasa Arab Fuṣha (bahasa Arab baku/standar). Diikuti
deskripsi tentang ortografi bahasa Arab5, misalnya standar pengucapan, yang digunakan
untuk memetakan fonologi ke/dari tulisan Arab. Hal ini dimaksudkan agar pengenalan
terhadap bahasa Arab menjadi lebih mudah dan universal. Dengan demikian, bermunculan
kajian-kajian baru berkaitan dengan akulturasi dua budaya yang berbeda tersebut.
B. Pembahasan
1. Fonologi bahasa Arab
Pada bagian ini ditampilkan pengantar awal kepada fonologi bahasa Arab. Istilah-
istilah fonologi dimunculkan sebagaimana diperlukan. Meskipun bahasa Arab memiliki
variasi dialektal yang berbeda dari bahasa Arab Fuṣha, tidak kami bahasa di sini.
1.1 Konsep dasar
Fonologi merupakan studi mengenai bagaimana bunyi-bunyi atau fon-fon tersusun
secara sistematis di dalam bahasa manusia. Konsep utama pada fonologi adalah fonem,
satuan makna terkecil bunyi dalam bahasa yang membedakan makna. Membedakan berarti
bahwa dalam bahasa dianggap memiliki pasangan minimal yang melibatkan fonem: dua kata
yang memiliki perbedaan makna dan terjadi karena perbedaan fonologis pada fonem. Sebagai
misal, kata dalam bahasa Arab Fuṣha‫ ﻗﻠﺐ‬/qalb/ ‘hati’ dan‫ ﻛﻠﺐ‬/kalb/ ‘anjing’ yang
merupakan bagian dari pasangan minimal untuk fonem /q/ dan /k/. Sebuah fonem dapat
berkorespondensi (memiliki kesamaan bunyi) terhadap beberapa fon atau bunyi dasar yang
didistribusikan menurut aturan-aturan yang dapat diprediksi, dikenal dengan istilah
fonotaktik. Bunyi-bunyi yang dapat diprediksi tersebut berasosiasi (memiliki hubungan)
dengan sebuah fonem yang disebut alofon. Sebagai misal, bahasa Arab Fuṣha tidak memiliki
fonem /p/, yang sering kali menyebabkan karakteristik aksen bahasa Arab p-b yang
membingungkan dalam pelafalan orang-orang non-Arab, fon [p] muncul sebagai alofon dari
fonem /b/ pada konteks-konteks tertentu, misalnya bunyi tak bersuara pada kata ‫دﺑﺲ‬dibs

3
Pengaruh dalam hal bahasa seperti pada Hadi (2003) dan Fauziah (2006a, 2006b, 2008); sedangkan dalam
kesusastraan dapat diamati pada Junanah (2008) dan Hindun (2012).
4
Lebih lengkap baca Hadi dalam “Kata-kata Serapan dari Bahasa Arab yang terdapat dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia” (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2003).
5
Sejarah perkembangan penulisan Arab dapat dilihat pada karya Hasanah dengan judul “Tulisan Arab Dulu dan
Kini” (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, 1997).

SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA DAN SASTRA 2013 203


‘manisan anggur’ yang secara fonemis direpresentasikan sebagai /dibs/, tetapi secara fonetik
sebagai [dips]. 6

1.2 Sketsa Fonologi bahasa Arab


Tabel 1 Inventarisasi Fonem Konsonan Bahasa Arab7

labial labio-dental interdental dental alveolar palatal velar uvular faringal glotal

‫ت‬t
b ‫ك‬k ‫ق‬q ‫ء‬ʔ
‫ط‬ṭ
hambat
‫د‬d
tb ‫ب‬b
‫ض‬ḍ
b
afrikatif
tb ‫ج‬j
b ‫ف‬f ‫ث‬θ ‫ س‬s ‫ص‬ṣ ‫ش‬š ‫خ‬x ‫ح‬ħ ‫ه‬h
frikatif
tb ‫ذ‬ð‫ظ‬ð ‫ز‬z ‫غ‬ɣ ‫ع‬ʕ
nasal ‫م‬m ‫ن‬n
lateral ‫ل‬l
getar ‫ر‬r
semivokal ‫و‬w ‫ي‬y

Baris mewakili perbedaan cara artikulasi, sedangkan kolom mewakili perbedaan tempat
artikulasi. Pasangan fonem merupakan variasi bunyi lemah dan emfatik.
Tabel 2 Inventarisasi FonemVokal Bahasa Arab8

depan tengah belakang


tinggi iī uū
sedang
rendah aā

6
Kami mengikuti penggunaan umum ‘/.../’ untuk mengindikasikan unsur fonemik dan ‘[...]’ untuk unsur fonetis.
Dalam tulisan ini digunakan transkripsi International Phonetic Alphabet (IPA) untuk meminimalisasi beberapa
wujud representasi yang digunakan pada makalah ini.
7
DiadopsidariRyding dalamA Reference Grammar of Modern Standard Arabic(Cambridge: Cambridge
University Press, 2005), hlm. 13.
8
Bunyi vokal direpresentasikan dengan istilah tinggi dan belakang dari posisi lidah.

204 SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA DAN SASTRA 2013


Profil fonologis dasar dalam bahasa Arab mengandung 28 konsonan, tiga vokal
pendek, dan tiga vokal panjang. Sebagai tambahan, bahasa Arab memiliki dua diftong: /ay/
dan /aw/. Tabel 1 dan 2 menampilkan variasi fonem konsonan dan vokal dalam bahasa Arab.
Pada Tabel 1, kehadiran pasangan fonem di satu sel, sebagai misal ‘t ṭ’ mengindikasikan
adanya bunyi datar dan emfatik9. Emfasis (‫ﺗﻔﺨﻴﻢ‬tafxiym) merupakan efek bas yang diberikan
sebagai resonansi penekanan atau pemberatan pada bunyi dasar. Pasangan fonem vokal pada
Tabel 2 mengindikasikan perbedaan panjang (pendek dan panjang).Sebagai pembeda antara
vokal pendek dan vokal panjang adalah kata /mudīruna/ ‘(seorang) direktur kami’ dan
/mudīrūna/ ‘direktur-direktur kami’.
Sebagai kontras pembeda pada konsonan emfatik, dalam bahasa Arab terdapat kata
‫ ﺑﺎس‬/bās/ ‘mencium’ dan ‫ ﺑﺎص‬/bāṣ/ ‘bis’.
2. Ortografi bahasa Arab
Ortografi merupakan sebuah spesifikasi bagaimana bunyi-bunyi dalam sebuah bahasa
dipetakan atau digambarkan ke/dari sebuah tulisan tertentu. Pada bagian ini, kami tampilkan
ortografi bahasa Arab Fuṣha menggunakan tulisan Arab. Korespondensi antara penulisan dan
pelafalan dalam bahasa Arab ditunjukkan pada bagan berikut.

Bagan 1
Pemetaan
Huruf
Arab ke
Bunyi

Bahasa Arab Fuṣha memiliki 34 fonem (28 konsonan, 3 vokal panjang, dan 3 vokal
pendek). Sistem penulisan Arab memiliki 36 huruf dan 9 tanda diakritik (termasuk tanda Alif
Ṣilah). Sebagian besar huruf dalam bahasa Arab Fuṣha memiliki pemetaan satu huruf ke satu
bunyi (bagan 1). Meskipun demikian, terdapat beberapa perkecualian umum yang penting,
yang diringkas pada penjelasan berikut.
2.1 Nama dan bentuk huruf Arab
Dalam sistem penulisan Arab tidak terdapat kapitalisasi, sehingga tidak terdapat
perbedaan antara huruf kapital dan huruf kecil. Huruf-huruf dibedakan menurut posisinya
dalam sebuah kata: berada pada awal, tengah, atau akhirkata. Setiap huruf memiliki empat
kemungkinan bentuk: berada pada awal, tengah, akhirkata, dan terpisah (tunggal).

9
Bahasa Arab mempunyai bunyi-bunyi bahasa yang spesifik, misalnya empat bunyi emfatik dalam bahasa Arab
‫ ص‬/ṣ/, ‫ ض‬/ḍ/, ‫ ط‬/ṭ/, dan ‫ ظ‬/ð /. Salah satu bunyi bahasa yang menjadi ciri khas dan dimiliki bangsa Arab
adalah bunyi‫ ض‬/ḍ/ merupakan karakteristik bahasa Arab. Inilah sebabnya bahasa Arab juga dikenal dengan
‘bahasa yang memiliki huruf ḍaḍ’ (lugat aḍ-ḍāḍ).

SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA DAN SASTRA 2013 205


‫‪Tabel 3 Bentuk Huruf Arab berdasarkan Posisinya‬‬

‫‪Nama‬‬ ‫‪Akhir Tengah Awal Tunggal‬‬


‫)‪(hamza‬‬ ‫ء‬
‫‪alif‬‬ ‫ــﺎ‬ ‫ــﺎ‬ ‫ا‬ ‫ا‬
‫‪bāʔ‬‬ ‫ــﺐ‬ ‫ـ ـﺒـ ـ‬ ‫ﺑـ ـ‬ ‫ب‬
‫‪tāʔ‬‬ ‫ــﺖ‬ ‫ـ ـﺘـ ـ‬ ‫ﺗـ ـ‬ ‫ت‬
‫‪θāʔ‬‬ ‫ــﺚ‬ ‫ـ ـﺜـ ـ‬ ‫ﺛـ ـ‬ ‫ث‬
‫‪jīm‬‬ ‫ــﺞ‬ ‫ـﺠـ ـ‬ ‫ﺟـ‬ ‫ج‬
‫‪ħāʔ‬‬ ‫ــﺢ‬ ‫ـﺤـ ـ‬ ‫ﺣـ‬ ‫ح‬
‫‪xāʔ‬‬ ‫ــﺦ‬ ‫ـﺨـ ـ‬ ‫ﺧـ‬ ‫خ‬
‫‪dāl‬‬ ‫ــﺪ‬ ‫ــﺪ‬ ‫د‬ ‫د‬
‫‪ðāl‬‬ ‫ــﺬ‬ ‫ــﺬ‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬
‫‪rāʔ‬‬ ‫ــﺮ‬ ‫ــﺮ‬ ‫ر‬ ‫ر‬
‫‪zay‬‬ ‫ــﺰ‬ ‫ــﺰ‬ ‫ز‬ ‫ز‬
‫‪sīn‬‬ ‫ــﺲ‬ ‫ـ ﺴـ ـ‬ ‫ﺳـ‬ ‫س‬
‫‪šīn‬‬ ‫ــﺶ‬ ‫ـ ﺸـ ـ‬ ‫ﺷـ‬ ‫ش‬
‫‪ṣād‬‬ ‫ــﺺ‬ ‫ـ ﺼـ ـ‬ ‫ﺻـ ـ‬ ‫ص‬
‫‪ḍād‬‬ ‫ــﺾ‬ ‫ـ ﻀـ ـ‬ ‫ﺿـ ـ‬ ‫ض‬
‫‪ṭāʔ‬‬ ‫ــﻂ‬ ‫ـ ﻄـ ـ‬ ‫ﻃـ ـ‬ ‫ط‬
‫‪ð āʔ‬‬ ‫ــﻆ‬ ‫ـ ﻈـ ـ‬ ‫ﻇـ ـ‬ ‫ظ‬
‫‪ʕayn‬‬ ‫ــﻊ‬ ‫ـ ـﻌـ ـ‬ ‫ﻋـ ـ‬ ‫ع‬
‫‪ɣayn‬‬ ‫ــﻎ‬ ‫ـ ـﻐـ ـ‬ ‫ﻏـ ـ‬ ‫غ‬
‫‪fāʔ‬‬ ‫ــﻒ‬ ‫ـ ـﻔـ ـ‬ ‫ﻓـ ـ‬ ‫ف‬
‫‪qāf‬‬ ‫ــﻖ‬ ‫ـ ـﻘـ ـ‬ ‫ﻗـ ـ‬ ‫ق‬
‫‪kāf‬‬ ‫ــﻚ‬ ‫ـﻜـ ـ‬ ‫ﻛـ‬ ‫ك‬
‫‪lām‬‬ ‫ــﻞ‬ ‫ـ ـﻠـ ـ‬ ‫ﻟـ ـ‬ ‫ل‬
‫‪mīm‬‬ ‫ــﻢ‬ ‫ـ ـﻤـ ـ‬ ‫ﻣـ ـ‬ ‫م‬
‫‪nūn‬‬ ‫ــﻦ‬ ‫ـ ـﻨـ ـ‬ ‫ﻧـ ـ‬ ‫ن‬

‫‪206‬‬ ‫‪SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA DAN SASTRA 2013‬‬


hāʔ ‫ــﻪ‬ ‫ـ ـﻬـ ـ‬ ‫ﻫـ ـ‬ ‫ه‬
wāw ‫ــﻮ‬ ‫ــﻮ‬ ‫و‬ ‫و‬
yāʔ ‫ــﻲ‬ ‫ـ ـﻴـ ـ‬ ‫ﻳـ ـ‬ ‫ي‬

2.2Diakritik Opsional10
Tanda diakritik dalam bahasa Arab dapat dipetakan ke dalam bunyi-bunyi berikut.
(a) Tiga tanda diakritik untuk vokal pendek,َ ‫ ـ ـ‬a,ُ ‫ ـ ـ‬u, dan‫ـِ ـ‬i‫ ـ ـ‬yang secara berurutan mewakili

vokal /a/, /u/, /i/. Vokal pendek ُ ‫ ـ ـ‬udan‫ـِ ـ‬i‫ ـ‬secara kolektif digunakan bersama

semivokal‫و‬w dan ‫ي‬y untuk mengindikasikan vokal panjang /ū/ (sebagai uw) dan /ī/
(iy). Vokal panjang /ā/ pada kebanyakan penulisan umum merupakan kombinasi dari
diakritik vokal pendekَ ‫ ـ ـ‬a dan huruf ‫ا‬a.

(b) Tiga tanda diakritik nunasiً ‫ ـ ـ‬ã,ٌ‫ ـ ــ‬ũ, dan ‫ ــٍ ـ‬ĩ‫ ـ‬mewakili kombinasi sebuah vokal pendek
dan tanda indefinit (tak takrif) /n/ dalam bahasa Arab Fuṣha yang secara berurutan:
/an/, /un/, dan /in/.
(c) Diakritik pemanjangan konsonan šadda (geminasi; konsonan ganda) dengan ّ ‫~ ـ ـ‬

pengulangan/pemanjangan konsonan sebelumnya, misalnya ‫ﻛﺘّﺐ‬kat~ab yang


dilafalkan /kattab/11.
(d) Sukun ‫ ـ‬diakritik
ْ ‫ــ‬ yang menandai ketidakhadiran vokal.

(e) Diakritik vokal panjang, Alif Ṣilah12ٰ‫ـ ــ‬á mewakili vokal panjang /ā/ pada yang muncul
sebagian kata.
Diakritik dalam bahasa Arab hanya muncul setelah hadirnya sebuah huruf. sebagai
misal vokal pendek penghubung yang diwakili oleh sebuah bunyi diam, yang sering disebut
Alif-Waṣla atau Hamzat-Waṣla, ‫( ٱ‬yang sering kali secara sederhana ditulis ‫)ا‬. Kalimat atau
ujaran yang diawali oleh Hamzat-Waṣla dilafalkan layaknya sebuah bunyi glotal hambat
yang diikuti vokal pendek. Kalimat yang Hamzat-Waṣlaberada di tengah dilafalkan
senyap,sebagai contoh ‫اﻧﻜﺘﺐ ﻛﺘﺎب‬inkataba kitābũ ‘sebuah buku telah ditulis’ yang dilafalkan

10
Istilah linguistik yang merujuk pada sebuah unsur yang dapat dihilangkan keberadaannya dari sebuah struktur
tanpa membuat struktur tersebut tidak gramatikal (Crystal, 2008: 343).
11
Termasuk unsur penting karena dapat membedakan makna, misalnya pada kata /ħamām/ ‘merpati’ dan
/ħammām/ ‘kamar mandi’. Pastikan untuk melafalkan dua bunyi /t/ secara terpisah sebagaimana mengucapkan
/kat/ dan /tab/ secara cepat.
12
Bentuk pendek dari Alif Panjang yang ditulis di atas konsonan (menggantung di atas) seperti pada kata‫اﷲ‬
/ʔallah/ ‘Tuhan’, ‫ ٰﻫﺬا‬/hāðā/ ‘ini (maskulin)’, dan‫ِﻦ‬
‫ ﻟٰﻜﱠ‬/lākinna/ ‘tetapi’.

SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA DAN SASTRA 2013 207


/ʔinkataba kitābun/, tetapi pada ‫ﻛﺘﺎب اﻧﻜﺘﺐ‬kitābũn inkataba dilafalkan /kitābun inkataba/.
Hamzah sejatinya selalu dilafalkan sebagai bunyi glotal hambat. Hamzat-Waṣla muncul pada
umumnya di sebagian Alif yang berfungsi sebagai artikel definit al. Selain itu, juga muncul
pada kata-kata khusus dan kelas-kelas kata seperti pronomina relatif, misalnya allaðiy ‘yang’.
Sebagian besar problematika yang terjadi adalah pada diakritik optional. Bukan
sebuah permasalahan yang besar ketika memetakan dari fonologi ke tulisan, tetapi arah
sebaliknya. Tanda diakritik pada umumnya terbatas pada teks-teks religius dan buku-buku
teks bahasa Arab. Tanda diakritik akan dibubuhkan pada suatu kata hanya untuk menghindari
ambiguitas. Beberapa tanda ini ada yang bersifat leksikal (di mana sebuah kata memiliki
beberapa makna) dan ada yang bersifat infleksional (di mana terdapat variasi kasus pada
nomina atau modus pada verba). Tanda infleksional ini berada di akhir kata.
2.3Pelafalan Hamza
Sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya, konsonan hamza (glotal hambat
/ʔ/) memiliki beberapa bentuk pada sistem penulisan Arab: ‫ء‬, ‫آ‬, ‫أ‬, ‫ؤ‬, ‫إ‬, dan ‫ئ‬. Aturan
mengenai pelafalan hamza utamanya berdasar pada konteks vokal dan morfologis. Sebagai
misal, perbedaan bentuk hamzah pada beberapa kata yang bermakna ‘kemenangannya’ ketika
penanda kasusnya berubah: ‫ ﺑـﻬﺎءﻩ‬/bahāʔahu/ (akusatif), ‫ ﺑـﻬﺎؤﻩ‬/bahāʔuhu/ (nominatif), dan ‫ﺑـﻬﺎﺋﻪ‬
/bahāʔihi/ (genitif).
Pelafalan hamza dianggap lebih membingungkan karena pada faktanya bahwa
penulis-penulisArab sering kali mengganti huruf yang ber-hamza dengan bentuk tidak ber-
hamza, misalnya ‫أ‬ yang digantikan dengan ‫ا‬. Variasi umum ini tidak selalu memunculkan
ambiguitas, khususnya ketika hamza merupakan stem awal (huruf pertama), misalnya pada
kata‫أول‬/‫‘اول‬pertama’. Pada kasus lain, ambiguitas akan terjadi, pada umumnya ketika hamza

menempati posisi stem tengah (huruf tengah) atau stem final (huruf akhir), misalnya: ‫ﺑﺪا‬
/badā/ ‘dia muncul’ dan ‫ﺑﺪأ‬ /badaʔa/ ‘dia mulai’. Ini berarti bahwa hamza pada stem awal
merupakan Alif yang ber-hamzah yang pada umumnya dianggap oleh para penulis Arab
sebagai tanda diakritik optional jika dibandingkan dengan kasus hamzapada stem tengah dan
stem final–yang dianggap sebagai tanda diakritik yang harus muncul.
2.4Pelafalan Morfofonemik
Sistem penulisan Arab memiliki jumlah kecil berkaitan dengan pelafalan
morfofonemik/leksikal, beberapa di antaranya yang umum terjadi:
(a) Tā Marbuta (‫ ة‬h) pada umumnya merupakan akhiran penunjuk feminin, misalnya

‫ ﻃﺎﻟﺒﺔ‬/ṭālibah/ ‘mahasiswi’yang hanya muncul pada akhir sebuah kata dan selalu
diikuti sebuah tanda diakritik. Pada bahasa Arab Fuṣha dilafalkan sebagai /t/,
kecuali jika tidak diikuti oleh vokal (seperti pada bunyi waqf), pada kasus tersebut

208 SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA DAN SASTRA 2013


tidak dilafalkan. Sebagai misal ‫اﳌﻜﺘﺒﺔ‬ ‘perpustakaan’ yang diucapkan
/ʔalmaktabatu/ (normal) atau /ʔalmaktabata/ (waqf).
(b) Alif Maqṣūra (‫ى‬ý) yang merupakan tanda derivasional senyap yang selalu berada

setelah vokal pendek /a/ pada akhir sebuah kata. Sebagai misal ‫ﻋﺼﻰ‬ ‘durhaka;

melawan’ dan ‫‘ ﻋﺼﺎ‬tongkat’ yang keduanya dilafalkan /ʕaṣā/.


(c) Artikel Definit yakni proklitik yang berasimilasi terhadap konsonan pertama pada
nomina atau adjektiva, memodifikasi apabila terdapat konsonan merupakan yang
bagian dari fonem alveolar, dental, atau interdental (kecuali /j/). Rangkaian 14
konsonan ini disebut sebagai Huruf Šamsiyyah, yakni: ‫ت‬t, ‫ث‬θ, ‫د‬d, ‫ذ‬ð, ‫ر‬r, ‫ز‬z, ‫س‬s,
‫ش‬š, ‫ص‬ṣ, ‫ض‬ḍ, ‫ط‬ṭ, ‫ظ‬ð , ‫ل‬l, dan ‫ن‬n. Sebagai contoh kata‫اﻟﺸﻤﺲ‬al+šams ‘matahari’
yang diucapkan /ʔaššams/ bukan */ʔalšams/13. Konsonan-konsonan lain disebut
sebagai Huruf Qamariyyah, artikel definit yang tidak berasimilasi terhadap
hamza. Sebagai contoh kata‫اﻟﻘﻤﺮ‬al+qamar ‘bulan’ yang dilafalkan /ʔalqamar/
bukan */ʔaqqamar/. Aturan pelafalan bahasa Arab diperlukan penambahan sebuah
tanda diakritik šadda pada huruf šamsiyyah untuk mengindikasikan bunyi yang
berasimilasi tanpa menghapus ‫ل‬l, seperti ‫اﻟﺸﱠﻤﺲ‬.
(d) Nunasi(tanwin) merupakan pelafalan morfem indefinit dengan tanda
diakritik.Merupakan contoh lain dari pelafalan morfofonemis yang telah dibahas
pada tanda diakritik sebelumnya.
(e) Huruf Senyap merupakan bunyi Alif senyap yang muncul pada morfem ‫ وا‬/ū/ ( ‫واو‬

‫اﳉﻤﺎﻋﺔ‬waw al-jamāʕah) yang mengindikasikan sebuah konjugasi maskulin plural


pada verba. Alif senyap yang lain tampak pada kata yang diakhiri oleh nomina
yang bertanda nunasi (sebelum atau setelah tanda diakritik), misalnya ‫ﻛﺘﺎﺑﺎ‬
/kitāban/. Selain itu, pelafalan yang berbeda tampak pada nama diri ‫ﻋﻤﺮو‬ʕamruw
/ʕamr/ ‘Amr’ di mana bunyi akhir ‫و‬w senyap.

C. Penutup
Bahasa Arab memiliki vokal panjang dan penggandaan konsonan yang tidak dimiliki
oleh bahasa Indonesia. Selain itu, bunyi-bunyi yang berdekatan dan bunyi emfatik merupakan
ciri khas bahasa Arab yang sering kali menjadi kendala dalam pembelajaran bahasa. Pada
konteks sistem penulisan, para pembelajar bahasa Arab awal (yang belum mengenal tata

13
Simbol asterik (*) yang mengawali sebuah contoh merupakan tanda linguistik yang mengindikasikan bahwa
contoh tersebut salah atau tidak berterima.

SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA DAN SASTRA 2013 209


bahasa Arab) masih sangat bergantung pada tanda diakritik. Lebih lagi, hadirnya alif dan
hamza sering kali masih menimbulkan kebingungan dalam membedakannya.

Daftar Pustaka
Crystal, David. 2008.A Dictionary of Linguistics and Phonetics. 6th Edition. Oxford:
Blackwell Publishing.
Dalby, Andrew. 2004. Dictionary of Languages: The Definitive Reference to more than 400
Languages. London: A&C Black.

Fauziah. 2006a.“Perubahan Makna Leksikal Verba Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab”.
Karya ilmiah (tidak dipublikasikan). Medan: Universitas Sumatera Utara.
_______. 2006b.“Unsur-unsur Bunyi Kata-kata Serapan dari Bahasa Arab dalam Bahasa
Melayu Deli”. Karya ilmiah (tidak dipublikasikan). Medan: Universitas Sumatera
Utara.
_______. 2008.“Sisi Monograf Pengaruh Bahasa Arab terhadap Bahasa Jawi (Aksara
Melayu) Indonesia”. Karya ilmiah (tidak dipublikasikan). Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Hadi, Syamsul. 2003. “Kata-kata Serapan dari Bahasa Arab yang terdapat dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia”. Disertasi (belum dipublikasikan). Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.

Hasanah, Uswatun. 1997. “Tulisan Arab Dulu dan Kini”.Dalam Jurnal HumanioraTahun
1997 Volume 4. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.
Hindun. 2012. “Syingir: Transformasi Puisi Arab ke dalam Puisi Jawa”. Dalam
JurnalHumaniora Volume 24 No. 1 Februari 2012. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Gadjah Mada.
Junanah. 2008.“Dialektika Bahasa Arab dalam Karya Serat Centhini”. Dalam
JurnalFenomena Volume 6 No. 1 Maret 2008.
Karim, Abdul. 2007. Islam Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Pedoman Transliterasi Arab-Latin. Keputusan BersamaMenteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan KebudayaanRepublik IndonesiaNomor : 158 Tahun1987Nomor :
0543b/U/1987.
Rogers, Henry. 2005. Writing Systems: A Linguistics Approach. Oxford: Blackwell
Publishing.
Ryding, Karin C. 2005. A Reference Grammar of Modern Standard Arabic. Cambridge:
Cambridge University Press.
The International Phonetic Alphabet (revised to 2005).
Wightwick, Jane dan Mahmoud Gaafar. 2005. Mastering Arabic Script: A Guide to
Handwriting. New York: Palgrave Macmillan.

210 SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA DAN SASTRA 2013


Riwayat Hidup

Eric Kunto Aribowo, S.S., M.A. lahir di Yogyakarta pada 7 Maret 1986. Saat ini penulis tinggal
di Botokan RT 08 RW V Ngaran, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah. Pendidikan Sekolah
Dasar diselesaikan di Klaten (1997), Sekolah Menengah Pertama di Palangkaraya (2000), dan
Sekolah Menengah Atas di Yogyakarta (2005).

Gelar Sarjana Sastra (S1) diraih di Jurusan Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Gadjah Mada (2009) dengan judul skripsi “Kekohesifan dalam Wacana Tajuk
RencanaMajalah “Deutschland” Terbitan Tahun 2008:Analisis Wacana”. Mendapatkan gelas
Master of Arts di jurusan Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (2011)
dengan judul “Perbandingan GramatikaBahasa Arab Fuṣḥā dan ‘Āmiyyah Mesir”.

Sejak tahun 2011 mengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Universitas Widya Dharma Klaten sampai sekarang yang bertanggung jawab pada mata
kuliah Bahasa Arab.

SEMINAR NASIONAL BULAN BAHASA DAN SASTRA 2013 211

Anda mungkin juga menyukai