Disusun oleh:
Yudhistira (1921030363)
KELAS : G / MUAMALAH
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha
Esa atas karunia dan Rahmat-Nyasehingga saya dapat menyelesaika makalah kami
yang berjudul “Tindak Pidana Pencurian” dengan lancar dan tepat pada watunya.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai
sebagai data pada karya tulis ini.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni
Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.
Adapun maksud penyusunan karya tulis ini untuk memenuhi tugas Hukum Acara
Pidana. Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang terhormat Bapak Ami
Rizki Purnawan,S.H.,M.H. selaku dosen pembimbing materi dalam pembuatan karya
tulis ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan karya tulis ini
yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen
pembimbing mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami
untuk lebih baikdi masa yang akan datang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………
A. Tindak PidanaPencurian dalam bentuk Pidana …………………………..
B. Tindak Pidana Pencurian dengan unsur-unsur yang
membertkan……………………………………………………………..
C. Tindak Pidana Pencurian ringan…………………………………………
D. Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan……………………………
E. Tindak Pidana Pencurian dalam Keluarga………………………………
DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Pencurian adalah salah satu tindakan kriminalitas yang banyak kita dapatkan
dalam masyarakat. Pencurian sendiri tidak hanya dilakukan oleh orang yang normal
jasmani dan rohaninya, tetapi ada juga tindakan pencurian yang dilakukan oleh orang
yang mengidap penyakit kleptomania. Pengidap penyakit kleptomania mencuri tidak
untuk mengambil keuntungan hanya ingin memperoleh kepuasan tersendir.
Dijelaskan dalam Pasal 362 KUHP “Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud dimiliki dengan
melawan hukum, diancam dengan pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”. Para pelaku pencurian memiliki
alasan mengapa tidakannya mencuri dilakukan, bisa tindakan pencurian tersebut
dilakukan atas dasar mencari keuntungan, pemenuhan kebutuhan, dan ada juga yang
mencuri karena adanya kesempatan.Tindakan pencurian dengan menggunakan alasan
apapun tidak dibenarkan dihadapan hukum. Dampak terjadinya pencurian pada
korban pencurian diantaranya adalah kekecewaan akan kehilangan benda,pencurian
menimbulkan keresahan dalam masyarakat. Pencurian menjadi tindakan yang sangat
diawasi oleh masyarakat karena pencurian kerap terjadi dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1) apa saja pembagian bentuk tindak pidana pencurian?
2) unsur-unsur yang memperhatikan tindak pidana pencurian?
BAB II
PEMBAHASAN
Tindak pidana pencurian pertama yang diatur dalam bab XXII buku II KUHP
ialah tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok, yang memuat semua unsure dari
tindak pidana pencurian.
Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok diatur pasal 362 KUHP, yang
rumusan aslinya dalam bahasa belanda yang artinya sebagai berikut:
“Barangsiapa mengambil sesuatu benda yang sebagian atau seluruhnya merupakan
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara
melawan hukum, karena bersalah melakukan pencurian,di pidana dengan pidana
penjara selama-lamanya lima tahun atau dengan pidana denda setinggi-tingginya
Sembilan ratus rupiah.”
Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur pasal 362
KUHP terdiri atas unsur subjektif dan unsur-unsur objektif sebagai berikut:
a. unsur subjektif: untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum;
b. unsur-unsur objektif: hij atau barangsiapa,wegnemen atau mengambil,
eenig goed atau sesuatu benda,dat geheet of gedeeltelijk aan een ander
toebhoort atau yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.
Agar seseorang dapat dinyatakan terbukti telah melakukan tindak pidana
pencurian, orang tersebut harus terbukti telah memenuhi semua unsur dari tindak
pidana pencurian yang terdapat didalam rumusan pasal 362 KUHP.
Walaupun pembentuk undang-undang tidak menyatakan dengan tegas bahwa
tindak pidana pencurian seperti yang dimaksud 362 KUHP harus dilakukan dengan
sengaja, tetapi tidak dapat disangkal lagi kebenarannya bahwa tindak pidana
pencurian tersebut harus dilakukan dengan sengaja, yakni karna undang-undang
pidana kita tidak mengenal lembaga tindak pidana pencurian yang dilakukan dengan
tidak sengaja atau culpoos diefstal. Kesengajaan atau opzet pelaku itu meliputi unsur-
unsur:
1) mengambil,
2) sesuatu benda,
3) yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain,
4) dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum
Seorang pelaku telah memenuhi unsur kesengajaan atau opzet itu, di siding
pengadilan yang memeriksa perkara pelaku harus dapat dibuktikan bahwa pelaku:
a. telah menghendaki atau bermaksud untuk melakukan perbuatan atau
mengambil
b. mengetahui bahwa benda yang diambilnya itu sebagai atau seluruhnya
kepunyaan orang lain, dan
c. telah bermaksud untuk mengusai benda tersebut secara melawan hukum.
Jika kehendak, maksud atau pengetahuan ataupun salah satu dari kehendak,
maksut atau pengetahuan pelaku itu ternyata tidak dapat dibuktikan, maka orang juga
tidak dapat mengatakan bahwa pelaku telah terbukti memenuhi unsure kesengajaan
atau opzet untuk melakukan pencurian seperti yang dimaksud dalam pasal 362
KUHP, sehingga hakim harus memberikan putusan ontslag van rectsvervolging atau
bebas dari tuntutan hukum bagi pelaku.
Dari ketentuan yang diatur dalam Pasal 367 ayat (1) KUHP orang dapat
mengetahui, bahwa keadaan-keadaan tidak becerai meja makan dan tempat tidur,
tidak bercerai harta kekayaan atau tidak bercerai antara suami-istri itu merupakan
vervolgingsuitluitinhgs gronden atau merupakan daar-dasar yang meniadakan
tuntutan bagi seorang suami-istri, jika mereka melakukan itu atau membantu
melakukan tindak pidana pencurian seperti yang diatur dalam pasal 362,363,264, dan
pasal 365 KUHP terhadap harta kekayaan berupa benda-benda bergerak kepuyaan
istri atau suami mereka, yang pada hakikatnya juga merupakan harta kekaayaan
mereka sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan