Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Anak Jalanan

Menurut UNICEF anak jalanan adalah anak yang bekerja di jalanan

tanpa batas waktu dan alasan yang jelas mengapa mereka berada di

jalanan. Sedangkan menurut Konferensi Regional anak jalanan di Asia,

anak jalanan dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu children on the

street dan children of the street. Disebut children on the street, jika anak

jalanan menghabiskan sebagian waktunya dijalanan untuk bekerja tetapi

masih pulang ke rumah keluarganya. Sedang children of the street, jika

anak yang hidup di jalanan yang kadangkala masih melakukan kontak

dengan keluarganya. Dalam penelitian ini, anak jalanan yang diteliti

penulis masuk ke dalam dua kelompok tersebut. Anak jalanan yang diteliti

penulis bervariasi, ada yang hidup bersama keluarga, ada yang hidup

sendiri walaupun mereka masih berhubungan dengan keluarganya tanpa

ikatan yang jelas. Mengacu pada teori Charles Y. Glock & Rodney Stark

(1968: 18-39.)

Menurut Siti Patimah (2012) Anak jalanan adalah anak yang

sebagianbesar waktunya berada dijalanan atau ditempat-tempat umum.

Anakjalanan mempunyai ciri– ciri sebagai berikut : berusia antara 5

sampaidengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran dijalanan,

penampilannya kusam dan pakaiannya tidak terurus tetapi mempunyai

9
10

mobilitas yang tinggi.Anandar (2016: 84) membagi secara garis besar

anak jalanan dapat dibedakn ke dalam 3 kelompok yaitu:

a. Children On the Street (Anak Jalanan yang bekerja di jalanan),

yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi- sebagai

pekerja anak-di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang

kuat dengan orangtua mereka. Fungsi anak jalanan pada kategori

ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi

keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti

ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua

orangtuanya.

b. Children of the street (Anak Jalanan yang hidup dijalanan), yakni

anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial

maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai

hubungan dengan orangtuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka

tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang

karena suatu sebab lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat rawan

terhadap perlakuan salah, baik secara sosial-emosional, fisik

maupun seksual.

c. Children from families of the street atau children in street, yakni

anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup dijalanan. Salah

satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan

jalaan sejak anak masih bayi bahkan sejak masih dalam

10
11

kandungan. Di Indonesia, kategori ini dengan mudah ditemui di

berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta

api, dan sebagainya walau secara kuantitatif jumlahnya belum

diketahui secara pasti.

Anak jalanan, anak gelandangan, atau disebut juga secara

eufimistis sebagai anak mandiri, sesungguhnya mereka adalah anak yang

tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang.

Kebanyakan dalam usia yang relatif dini mereka sudah harus berhadapan

dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat.

Di berbagai sudut kota, sering terjadi anak jalanan harus bertahan hidup

dengan cara-cara yang secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat

diterima masyarakat umum (Suyanto, 2010). Marginal, rentan, dan

eksploitatif adalah istilah-istilah untuk menggambarkan kondisi dan

kehidupan anak jalanan. Marginal karena mereka melakukan jenis

pekerjaan yang tidak jelas jenjang kariernya, kurang dihargai, dan

umumnya juga tidak menjanjikan prospek apapun di masa depan. Rentan

karena resiko yang harus ditanggung akibat jam kerja yang sangat

panjang, dari segi kesehatan maupun sosial. Adapun disebut eksploitatif

karena mereka biasanya memiliki posisi tawar menawar (bargaining

position) yang sangat lemah, tersubordinasi, dan cenderung menjadi objek

perlakuan yang sewenang-wenang dari keluarga, ulah preman atau

oknum aparat yang tidak bertanggung jawab (Suyanto, 2010)

11
12

Menurut Departemen Sosial RI (2005:5), Anak jalanan adalah anak

yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan

hidup sehari-hari dijalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran

dijalan dan tempat-tempat umum lainnya.Anak jalanan Mempunyai ciri-ciri,

berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau

berkeliaran dijalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian

tidak terurus, mobilitasnya tinggi.

Selain itu ,Direktorat Kesejahteran Anak, Keluarga dan

Lanjut Usia, Departemen Sosial (Kasiram : 2001) memaparkan bahwa

anak jalanan adalah ana k

yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari nafkah atau

berkeliaran dijalanan atau tempat-tempat umum lainnya, usia mereka

berkisar dari6tahun sampai18tahun.Adapunwaktuyang

dihabiskandijalanlebih dari4jamdalam satu hari.Padadasarnyaanak

jalananmenghabiskanwaktunyadijalandemimencarinafkah, baik dengan

kerelaan hatimaupun denganpaksaanorangtuanya.

MenurutSurjana(dalamSiregar,dkk.,2006)menyebutkanbahwa factor

yang mendoronganak turun kejalan terbagi dalam tigatingkatan,yakni:

1. Tingkatmikromemberikanpenjelasanbahwaanakmemilihuntukturunkejal

ananlebihdilatarbelakangiolehanakitusendiridandarikeluarga.Sebab-

sebab dari disisianakyaitu seperti laridari rumah

(sebagaicontohanakyang selaluhidupdenganorang tuayang

terbiasadenganmenggunakankekerasan,

12
13

sepertiseringmenampar,memukul,menganiayakarenakesalahankecil,jik

asudahmelampauibatastoleransianak,makaanakcenderung

memilihkeluardari rumahdanhidupdijalanan),disuruhbekerja

dengankondisimasihsekolahatau

disuruhputussekolah,berpetualang,ataubermain-main.Sebab-

sebabyang

berasaldarikeluargaadalahpenelantaran,ketidakmampuanorangtua

menyediakankebutuhandasar,salahperawatandariorangtuasehingga

mengalamikekerasandirumah(childabuse), serta

kesulitanberhubungandengan

keluargakarenaterpisahdariorangtua.Permasalahanatausebab-

sebabyang timbulbaik dari anak maupun keluargainisalingterkaitsatu

sama lain.

2. Tingkatmessomemberikanpenjelasanbahwaanakturunke jalanandilatar

belakangioleh factor masyarakat(lingkungansosial)

sepertikebiasaanyang mengajarkanuntukbekerja,sehingga

suatusaatmenjadikeharusankemudian meninggalkan sekolah. Sebab-

sebab yang dapatdiidentifikasikanialahpada

komunitasmasyarakatmiskin,anak-anakadalah asset untukmembantu

meningkatkan ekonomikeluarga.Oleh karenaitu anak-anak diajarkan

untuk bekerja pada masyarakatlainsepertipergike kota

untukbekerja,halinisudah menjadi kebiasaan padamasyarakat

dewasadan anak-anak.

13
14

Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan pada tingkat

messo ini yaitu faktor yang ada di masyarakat. Menurut Departemen

Sosial RI (2001: 25-26), pada tingkat messo (masyarakat), sebab

yang

dapat diidentifikasi meliputi:1) Pada masyarakat miskin, anak-anak

adalah aset untuk membantupeningkatan pendapatan keluarga, anak-

anak diajarkan bekerjayang menyebabkan drop out dari sekolah.2)

Pada masyarakat lain, urbanisasi menjadi menjadi kebiasaan

dananak-anak mengikuti kebiasaan itu.3) Penolakan masyarakat dan

anggapan anak jalanan sebagai calon

kriminal.

Faktorlingkungan munculnya anak jalanan yang bisa

dikategorikan dalamfaktor pada tingkat messo yakni sebagai berikut.a.

Ikut-ikutan teman berdasarkan pengalaman pendampingan daristudi

yang ada menjadi salah satu faktor risiko yang membuatanak turun ke

jalanan. Teman di sini bisa berarti teman-teman dilingkungan sekitar

tempat tinggal anak atau teman-teman disekolahnya yang telah lebih

dahulu melakukan aktivitas ataukegiatan di jalanan. Keterpengaruhan

akan sangat cepat apabilasebagian besar teman-temannya sudah

berada di jalanan. Awalnyamereka mungkin hanya menonton saja

ketika diajak untukmengikuti temannya. Secara perlahan, anak mulai

ditawari atauterdorong untuk ikut terlibat dalam kegiatan di jalanan

ketikamengetahui teman-temannnya bisa menghasilkan uang.

14
15

Keterpengaruhan dari teman akan semakin tinggi apabila pihak

keluarga dan komunitas sekitar tidak memiliki kepedulian

terhadap keberadaan anak-anak di jalanan. Sehingga ketika anak

mereka turun ke jalanan, tidak ada upaya untuk mencegahnya.b.

Bermasalah dengan tetangga atau komunitasAnak yang turun ke jalan

karena memiliki masalah dengantetangga atau komunitasnya,

biasanya berawal dari tindakan anakyang melakukan tindakan

kriminal seperti melakukan pencurian.c. Ketidakpedulian atau toleransi

lingkungan terhadap keberadaananak jalanan

Ketidakpedulian komunitas di sekitar tempat tinggal anak atau

adanya toleransi dari mereka terhadap keberadaan anak-anak di

jalanan menjadi situasi yang sangat mendukung bertambahnya

anak-anak untuk turut ke jalan. Biasanya ini terjadi pada

komunitas-komunitas masyarakat miskin yang sebagian besar

warganya bekerja di jalanan terutama sebagai pengemis.

3. Tingkatyangterakhir, yakni tingkatmakro memberikan

penjelasansepertipeluangpekerjaanpada sector

informalyangtidakterlalumembutuhkanmodal dankeahlianyang

besar,biayapendidikanyangtinggidanperilakuguruyang

diskriminatif,danbelumadanya

kesamaanpersepsiinstansipemerintahterhadap anak jalanan.Oleh

karenanya, anak dengan keterbatasan kemampuanyang

15
16

dimilikinyacenderungmemilihuntukturunkejalananyangtidakmemerluka

n keahlian besar.

Pada Penelitiansebelumnya Farida (Suryanto: 2010:

24),menyebutkan“Anak jalanan adalah anakyangberusia

dibawah18tahunyangmenghabiskansebagianbesar waktu mereka

untukbekerja di jalanan, baiksebagaipedagangkoran,pengemis

atauyanglain.Dalam hubungannyadengan

masyarakatantarmenghadapistereotipdari masyarakatyangsudah

sedemikian rendahstereotiptersebut seolah-olah menjadi

alasanpembenaran bagimerekauntuk melakukantindakan-

tindakandistrutifperilakudan kehidupananakjalananyang

selaludiidentikkandenganhalyangselalu negative

membuatmerekamerasadisaingi dantidakmaubergaulkembali secara

normal denganlingkunganmasyarakat,di manapadadasarnyaanak-anak

jalananpun membutuhkansesuatupengakuandengan

positifdarimasyarakat.

Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan pada tingkat

makro yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro.

Departemen Sosial RI (2001: 25-26) menjelaskan bahwa pada tingkat

makro (struktur masyarakat), sebab yang dapat diidentifikasi adalah:

1) Ekonomi, adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal yangtidak

terlalu membutuhkan modal keahlian, mereka harus lama di

jalanan dan meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa dan

16
17

kota yang mendorong urbanisasi. Migrasi dari desa ke kota

mencari kerja, yang diakibatkan kesenjangan pembangunan desakota,

kemudahan transportasi dan ajakan kerabat, membuat

banyak keluarga dari desa pindah ke kota dan sebagian dari

mereka terlantar, hal ini mengakibatkan anak-anak mereka

terlempar ke jalanan.

2) Penggusuran dan pengusiran keluarga miskin dari tanah/rumah

mereka dengan alasan “demi pembangunan”, mereka semakin

tidak berdaya dengan kebijakan ekonomi makro pemerintah yang

lebih memguntungkan segelintir orang.

3) Pendidikan, adalah biaya sekolah yang tinggi, perilaku guru yang

diskriminatif, dan ketentuan-ketentuan teknis dan birokratis yang

mengalahkan kesempatan belajar. Meningkatnya angka anak

putus sekolah karena alasan ekonomi, telah mendorong sebagian

anak untuk menjadi pencari kerja dan jalanan mereka jadikan

salah satu tempat untuk mendapatkan uang.

4) Belum beragamnya unsur-unsur pemerintah memandang anak

jalanan antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan

(pendekatan kesejahteraan) dam pendekatan yang menganggap

anak jalanan sebagai trouble maker atau pembuat masalah

(security approach / pendekatan keamanan).

17
18

5) Adanya kesenjangan sistem jaring pengamanan sosial sehingga

jaring pengamanan sosial tidak ada ketika keluarga dan anak

menghadapi kesulitan.

6) Pembangunan telah mengorbankan ruang bermain bagi anak

(lapangan, taman, dan lahan-lahan kosong). Dampaknya sangat

terasa pada daerah-daerah kumuh perkotaan, dimana anak-anak

menjadikan jalanan sebagai ajang bermain dan bekerja

Anak jalanan dalam kaitan ilmu sosiologi, tidak harus merupakan

produk dari kondisi kemiskinan tetapi merupakan akibat dari kondisi

keluarga yang tidak cocok bagi perkembangan si anak, misalnya produk

keluargabroken home,orangtua yang terlalu sibuk sehingga kurang

memperhatikan kebutuhan si anak, tidak ada kasih sayang yang

dirasakan anak. Ketidak kondusifan tersebut memicu anak untuk mencari

kehidupan di luar rumah, apa yang tidak ia temukan dalam lingkungan

keluarga Mereka hidup di jalan-jalan dengan melakukan aktivitas yang

dipandangnegatifoleh norma masyarakat.Rata-rata mereka membentuk

komunitas dan kelompok sosial tersendiri di luar kelompok masyarakat.

Komunitas dan kelompok sosial tersendiri itu biasanya berbentuk Geng.

Geng tersebut berfungsi sebagai keluarga bayangan bagi anak-anak yang

bermasalah.

Mereka merasa mendapatkan apa yang tidak didapat dalam

keluarga. Kelompok sosial tersebut juga melahirkan sebuah strata sendiri.

Anak jalanan dari golongan atasbiasanya melakukan aktifitas kebut-

18
19

kebutan dengan mobil dan corat-coret di dinding. Kemudian dari golongan

lapisan menengah biasanya melakukan aktivitas kebut-kebutan dengan

sepeda motor dan juga corat-coret di dinding. Dan produk lapisan bawah

biasanya sering melakukan aktifitas nongkrongdi jalan-jalan dan tidak

jarang mereka berprilaku mengganggu orang yang sedang lewat.

Anakmempunyaiposisipenting

sebagaipenerusketurunankeluargamaupun peneruscita-

citabangsa.Agarmampu memikul tanggung jawab tersebut,anak perlu

mendapatperhatiankhususdankesempatanyang seluas-

luasnyauntukterpenuhi

kebutuhannya.Padakenyataannya,masihbanyakanakyanghidupdalamkond

isi yang tidakdapatterpenuhikebutuhannya,terutamamerekayang

berasaldarikeluarga kurang

mampu,sehinggaterpaksabekerjademimemenuhikebutuhanekonomi

keluarga.

Semua anak sebenarnya memiliki hak penghidupan yang layak

tidak terkecuali anak jalanan. Namun ternyata realita berbicara lain,

mayoritas dan bisa dikatakan semua anak jalanan terpinggirkan dalam

segala aspek kehidupan. Setiap anak bangsa berhak mendapatkan

kesejehteraan yang layak dan tak ada perbedaan, anak jalanan

merupakan salah satu dari sekian juta rakyat Indonesia dan mereka

adalah anak-anak penerus hebat bangsa ini, bangsa yang didirikan

dengan darah dan air mata para pejuang-pejuang kemerdekaan.

19
20

Peneliti melakukan penelitian supaya kedepan penelitian menjadi

acuan untuk para peneliti selanjutnya agar dapat selalu mengingatkan kita

kepada kurangnya kesejahteraan dalam bangsa ini dan supaya

pemerintah dapat mendukung pembrantasan, pengurangan anak jalanan

di negeri ini karena sangat miris kita melihat anak jalanan selalu

melakukan hal-hal yang kurang wajar dalam berprilaku, diumurnya yang

seharus nya mengecam pendidikan mereka di hadapkan dengan masalah

moral, norma, dan kemiskinan sehingga secara tidak langsung mereka

terjerumus dengan kehidupan jalanan.

Menurut beberapa pandangan di atas dapat di simpulkan, anak

jalanan adalah anak-anak yangsebagian waktunyabekerja dijalanan atau

tempat-tempat umum lainnya. ada beberapa anak yang rela melakukan

kegiatan mencari nafkah di jalananan dengan kesadaran sendiri, namun

banyak pula anak-anak yang di paksa untuk bekerja di jalan (mengemis,

mengamen, menjadi penyemir sepatu, dan lain-lain) oleh orang-orang di

sekitar mereka, entah orang tua atau pihak keluarga lain dengan alasan

ekonomi keluarga yang rendah. Ciri-ciri anak jalanan adalah anak yang

berusia 6-18 tahun, berada dijalanan lebih dari 4 jam dalam satu hari. Dan

kebanyakan berpenampilan kusam dan pakaian tidak terurus dan

mobilitasnya tinggi.Pendapatansudah mencapaitingkat kebutuhan dasar

minimum,tetapimasihjauhdibandingkandengan

pendapatanmasyarakatsekitarnya,makaorang ataurumahtanggatersebut

masihdikatagorikan dalamkeadaanmiskin.

20
21

Faktor-faktor penyebab

kemiskinanyaitu:a.Rendahnyatarafpendidikan. Taraf pendidikan

yangrendah mengakibatkan kemampuan pengembangandiriterbatasdan

menyebabkan sempitnyalapangankerjayangdapat

dimasuki.b.Rendahnyaderajatkesehatan.Tarafkesehatandangiziyangrenda

h menyebabkanrendahnyadayatahanfisik, dayapikir, dan

prakarsa.c.Terbatasnyalapangankerja.Kemiskinankarenakondisipendidika

n yang diperberatolehterbatasnyalapanganpekerjaan.Selamaada

lapangankerjaataukegiatanusaha,selamaitupulaadaharapan untuk

memutus lingkarankemiskinan

tersebut.d.Kondisiketerisolasian.Banyakpendudukmiskin,secaraekonomi

tidakberdayakarenaterpencildanterisolasi.Mereka hidupterpencil

sehinggasulitatau tidakdapatterjangkauoleh pelayananpendidikan,

kesehatan,dangerakkemajuanyang dinikmatimasyarakat lainnya.

MenurutSuparlan(1993)kemiskinanditinjaudarisudutsosiologis

memilikibeberapa

pola,yaitu:a.KemiskinanIndividuKemiskinanindividuterjadikarena

adanyakekurangan-kekuranganyang dipandang olehseseorang

mengenaisyarat-syaratyang diperlukanuntukmengatasidirinyadari lembah

kemiskinan.b.KemiskinanRelatifKemiskinan relative

merupakanpengertianyang disebutdengansocialeconomicsstatusatau

disingkatdenganSES (biasanya

untukkeluargaataurumahtangga).Dalamkaitanini

21
22

diadakanperbandinganantara kekayaanmaterildarikeluarga atau

rukuntetanggadi dalamsuatu komunitas

teritorial.c.KemiskinanStrukturalKemiskinanstrukturaladalahkemiskinan

yangdisebabkanolehstruktursosialekonomiyangsedemikianrupa

sehinggamasyarakatmenjadibagiannyadanlambatlaunmengalami

kemiskinan karenastruktur

ekonomiyangrendah.d.KemiskinanBudayaKemiskinanbudayaadalahkemis

kinanyang dideritaolehsuatumasyarakatditengah-tengahlingkunganalam

yangmengandungbanyakbahanyang bisadimanfaatkanuntuk

memperbaikitaraf hidup.

Adapunistilahbudayakemiskinan adalah tatahidupyang

mengandung sistemkaidahsertasistemnilaiyang

menganggapbahwatarafhidupmiskinyang dipandang suatu

masyarakatpada suatuwaktuadalahwajardantidakperlu

diusahakannyaperbaikan.Menurut beberapa ahli diatas, dapat di

simpulkan beberapa faktor penyebab menjadi anak jalanan adalah

keluarga,kemiskinan,dimana peran penting pola asuh orang tua terhadap

anak sangat berpengaruh besar terhadap kelangsungan anak jalanan,

selain keluarga adalah faktor ekonomi yang lemah membuat anak jalanan

turut ikut serta dalam hal mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

Ciri-Ciri Anak Jalanan Anak jalanan pada dasarnya adalah anak-

anak marginal di perkotaan yang mengalami proses dehumanisasi

22
23

.Mereka bukan saja harus mampu bertahan hidup dalam suasana

kehidupan kota yang keras, tidak bersahabat dan tidak kondusif bagi

proses tumbuh kembang anak. Tetapi, lebih dari itu mereka juga

cenderung dikucilkan masyarakat, menjadi objek pemerasan, sasaran

eksploitasi, korban pemerkosaan dan segala bentuk penindasan lainnya.

Hal inilah yang membuat anak jalanan memiliki ciri dan karakteristik

khusus, yang membedakan anak jalanan dengan masyarakat pada

umumnya.

Menurut Sadli (Sudarsono, 2009) anak jalanan memiliki ciri khas

baik secara psikologisnyamaupun kreativitasnya, sebagai berikut

:a.Mudah tersinggung perasaannya, b.Mudah putus asa dan cepat

murung, c.Nekat tanpa dapat dipengaruhi secara mudah oleh orang lain

yang ingin membantunya, d.Tidak berbeda dengan anak-anak yang

lainnya yang selalu menginginkan kasih sayang, e.Tidak mau bertatap

muka dalam arti bila mereka diajak bicara, mereka tidak mau melihat

orang lain secara terbuka, f.Sesuai dengan taraf perkembangannya yang

masih kanak-kanak, mereka sangatlah labil, g.Mereka memiliki suatu

keterampilan, namun keterampilan ini tidak selalu sesuai bila diukur

dengan ukuran normatif masyarakat umumnya.

Berdasarkan hasil penelitian Yayasan Nanda Dian Nusantara yang

bergerak dalam bidang perlindungan anak pada tahun 1996, ada

beberapa ciri secara umum anak jalanan antara lain : a.Berada di tempat

umum (jalanan, pasar, pertokoan, tempat-tempat hiburan) selama 24 jam,

23
24

b.Berpendidikan rendah (kebanyakan putus sekolah, serta sedikit sekali

yang lulus SD), c.Berasal dari keluarga-keluarga tidak mampu

(kebanyakan kaum urban dan beberapa diantaranya tidak jelas

keluarganya), d.Melakukan aktifitas ekonomi (melakukan pekerjaan pada

sektor informal). Keterlibatan anak jalanan dalam kegiatan ekonomi akan

berdampak kurang baik bagi perkembangan dan masa depan anak,

kondisi ini jelas tidak menguntungkan bahkan cenderung membutakan

terhadap masa depan mereka, mengingat anak adalah aset masa depan

bangsa.

Faktor Penyebab Seiring dengan berkembangnya waktu, fenomena

anak jalanan atau pekerja anak banyak terkait dengan alasan ekonomi

keluarga (kemiskinan) dan kecilnya kesempatan untuk memperoleh

pendidikan. Pendapatan orang tua yang sangat sedikit tidak mampu lagi

untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehingga memaksa mereka

Menurut Mulandar (1996), penyebab dari fenomena anak bekerja

antara lain:a.Dipaksa orang tua, b.Tekanan ekonomi keluarga, c.Diculik

dan terpaksa bekerja oleh orang yang lebih dewasa, d.Asumsi dengan

bekerja bisa digunakan sebagai sarana bermain, e.Pembenaran dari

budaya bahwa sejak kecil anak harus bekerja. Sesungguhnya ada banyak

faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di

jalanan antara lain: a.Kesulitan keuangan b.Tekanan kemiskinan

c.Ketidakharmonisan rumah tangga d.Hubungan orang tua dan anak

Kombinasi dari faktor ini sering kali memaksa anak-anak mengambil

24
25

inisiatif mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan. Kadang pengaruh

teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan hidup di jalanan.

Studi yang dilakukan Depsos Pusat dan Unika Atma Jaya Jakarta (1999)

di Surabaya yang mewawancarai 889 anak jalanan di berbagai sudut kota

menemukan bahwa faktor penyebab atau alasan anak memilih hidup di

jalanan adalah karena kurang biaya sekolah (28,2%) dan

(28,6%)membantu pekerjaan orang tua (Suyanto, 2010). Pada batas-

batas tertentu, memang tekanan kemiskinan merupakan kondisi yang

mendorong anak-anak hidup di jalanan.

Namun, bukan berarti kemiskinan merupakan satu-satunya faktor

determinan yang menyebabkan anak lari dari rumah dan terpaksa hidup di

jalanan. Kebanyakan anak bekerja di jalanan bukanlah atas kemauan

mereka sendiri, melainkan sekitar 60% di antaranya karena dipaksa oleh

orang tua. Biasanya, anak-anak yang memiliki keluarga, orang tua penjudi

dan peminum alkohol, relatif lebih rawan untuk memperoleh perlakuan

yang salah. Pada kasus semacam ini, ibu sering kali menjadi objek

perasaan ganda yang membingungkan. Ia dibutuhkan kasih dan

perlindungannya, namun sekaligus dibenci karena perbuatannya.

Anak yang hidup dengan orang tua yang terbiasa menggunakan

bahasa kekerasan seperti, menampar anak karena kesalahan kecil,

melakukan pemukulan sampai dengan tindak penganiayaan. Apabila

semuanya sudah dirasa melampaui batas toleransi anak itu sendiri, maka

mereka akan cenderung memilih keluar dari rumah dan hidup di jalanan.

25
26

Bagi anak jalanan sendiri, sub-kultur kehidupan urban menawarkan

kebebasan, kesetiaan dan dalam taraf tertentu juga “perlindungan”

kepada anak-anak yang minggat dari rumah akibat diperlakukan salah,

telah menjadi daya tarik yang luar biasa. Menurut Agustin (2002), makin

lama anak hidup di jalan, maka makin sulit mereka meninggalkan dunia

dan kehidupan jalanan itu.

Anak Jalanan biasanya melakukan berbagai pekerjaan di sektor

informal, baik yang legal maupun yang ilegal di mata hukum untuk

bertahan hidup di tengah kehidupan kota yang keras. Ada yang bekerja

sebagai pedagang asongan di kereta api dan bus kota, menjajakan koran,

menyemir sepatu, mencari barang bekas atau sampah, mengamen di

perempatan lampu merah, tukang lap mobil, dan tidak jarang pula ada

anak-anak jalanan yang terlibat pada jenis pekerjaan berbau kriminal,

mengompas, mencuri, bahkan menjadi bagian dari komplotan perampok.

Tantangan kehidupan yang mereka hadapi pada umumnya memang

berbeda dengan kehidupan normatif yang ada di masyarakat. Dalam

banyak kasus, anak jalanan sering hidup dan berkembang di bawah

tekanan dan stigma atau cap sebagai pengganggu ketertiban.

Perilaku mereka sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari

stigma sosial dan keterasingan mereka dalam masyarakat. Tidak ada

yang berpihak kepada mereka, justru perilaku mereka sebenarnya

mencerminkan cara masyarakat memperlakukan mereka, serta harapan

masyarakat terhadap perilaku mereka (Suyanto, 2010) anak-anak jalanan

26
27

cenderung rawan terjerumus dalam tindakan salah. Salah satu perilaku

menyimpang yang populer di kalangan anak-anak jalanan adalah ngelem,

secara harafiah berarti menghisap lem. Di perkirakan 65-70% anak yang

seharian hidup dan mencari nafkah di jalanan pernah menggunakan zat

ini

B.Perilaku Sosial Anak putus sekolah

Menurut Hurlock (2003:261) berpendapat bahwa prilaku sosial

menunjukkan kemampuan untuk menjadi orang yang bermasyarakat.

Lebih lanjut lagi, prilaku sosial adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan prilaku umum yang ditunjukkan oleh individu dalam

masyrakat. Yang pada dasar nya sebagai respon terhadap apa yang

dianggap dapat diterima oleh kelompok sebaya seseorang. Prilaku

tersebut ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap, keyakinan,

kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Prilaku sosial adalah

aktivitas fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau sebaliknya

dalam rangkka memenuhi diri atau orang lain sesuai dengan tuntutan

sosial (Notoatmodjo: 2010).Prilaku juga sering disebut dengan akhlak atau

moral. Moral ialah kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai)

masyarakat, yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang

disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan atau tindakan

tersebut.Salah satu yang menarik adalah prilaku sosial anak jalanan.

Perilaku anak putus sekolah adalah prilaku yang unik, walaupun

banyak diantara mereka yang beresiko merugikan masyarakat,tetapi ada

27
28

juga halpositif dari mereka,yaitu pandaimembacapeluang, tahan bekerja

keras,memilikisolidaritas yang tinggidengansesamateman,mudah

membuat keterampilan,bersikapterbuka dansaling

percaya.Bahkanpadaumumnya anak jalananmempunyaiharapanuntuk

menyelesaikan sekolah,memperoleh pekerjaan tetap dan uang cukup,

bersatu kembali dengan keluarga,memulai hidup baru, salah satu

prilakunya mengamen, mengemis, ojek payung, semir sepatu, jual Koran

dan lain-lain.

Kehidupanyangdihadapianak

jalananmembentukpolaperilakumereka yang jauh dari kehidupan normatif,

sehingga segala bentukpenyimpangandankekerasan adalah

pengetahuanawambagipara anak jalanan. Pola

perilakuadalahsuatubentuk sikap dan tingkah lakuyang tetap danyang

dilakukan secaraberulang-ulangatau sikap dan tingkah lakuyang hamper

sama dilakukan dengan yang sebelumnya oleh individu kepada

individumaupunyangdilakukan individukepada kelompok. menjadi

suaturealitabagi masyarakat, khususnyabagipengguna jalan.

Setiapharimasyarakatyang melintasijalan rayaselaludisuguhkan hiburan

olehanak jalanan, pengamen, pengemis, mereka memberikan

hiburanbertujuan untuk mendapatkan imbalan penghasilanyang mereka

harapkan.Ketika pengamen jalanantidakmendapatkanimbalan

yangmereka harapkan,maka sering terjadi pengamen, pengemis jalanan

akan melakukantindakan pemaksaan terhadap masyarakatyangtidak

28
29

memberikan imbalan kepada pengamen tersebut dan sering berbicara

kasar dan tidak sopan (Twikromo, 1999).

Dari beberapa pandangan ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

prilaku sosial anak jalanan adalah prilaku-prilaku yang kurang terkontrol

dan kurangnya edukasi-edukasi tentang prilaku sosial yang seharus nya,

dapat dikatakan prilaku sosial anak jalanan tergantung dengan kondisi

dijalan ketika harapan akan penghasilan mereka cukup mereka akan

terlihat biasa-biasa saja terhadap masyarakat, dan ketika kondisinya

berbeda disaat bekerja penghasilan tersebut tidak cukup mereka akan

berprilaku sosial yang buruk, meminta dengan memaksa,berbicara kotor

dan tidak sopan terhadap masyarakat.

C.FaktorPenyebab Prilaku Sosial (Internal & Eksternal)

Menurut Twikromo (1999) ada empat kategori utama yang dapat

membentuk prilaku sosial dan menjadi penyebabnya yaitu (syamsuddin

makmum):

1.Perilaku dan karakteristik orang lain.

Jikaseseorang lebih sering bergaul denganorang-orang yang

memiliki karakter positif, ada kemungkinan besar iaakan berperilaku

seperti kebanyakan orang-orang berkarakter positif dalam lingkungan

pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter

negatif, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu.Pada aspek ini

guru memegang perananpenting sebagai sosok yang akan dapat

mempengaruhi pembentukan perilaku sosial anakkarena ia akan

29
30

memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan anak untuk

melakukan sesuatu perbuatan.

2.Proses kognitif.

Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan

pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan

berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang calonpelatih

yang terusberpikir agar kelak dikemudian hari menjadi pelatihyang baik,

menjadi idolabagi atletnya dan orang lainakan terus berupaya dan

berproses mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku

sosialnya. Contoh lain misalnya seorangsiswa karena selalumemperoleh

tantangan dan pengalaman suksesdalam pembelajaran penjas maka ia

memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmaniyang ditunjukkan

olehperilaku sosialnya yang akan mendukung teman-temannya untuk

beraktivitas jasmani dengan benar.

3.Faktor lingkungan.

Lingkungan mempengaruhiperilakusosialseseorang. Misalnya

orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa

berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolahkeras pula, ketika

berada di lingkungan masyarakatyang terbiasalembut dan halus dalam

bertutur kata, maka prilaku sosial nya seolah lembut dan halus juga.

4. Tatar Budaya.

30
31

Sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi Misalnya,

seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkinakan terasa

berperilaku sosial aneh ketika berada dalamlingkungan masyarakat yang

beretnis budaya lain atauberbeda. Dalamkonteks pembelajaran

pendidikanjasmaniyang terpenting adalah untuk saling menghargai

perbedaan yang dimiliki oleh setiap

anak.Sulitmenghapusanggapanumumbagianak jalanan, yang sudah

terlanjurtertanamdalam masyarakatdimanamerekaitumalingkecil, anak

nakal, pengacau ketertiban,jorok dan mengotorikota, ada dua faktor

penyebab tentang penilaian masyarakat tersebut, yaitu (Makmum,

2003) :Faktor internal.1.Sifat malas dan tidak mau bekerja. 2.Adanya

cacat-cacat yang bersifat biologis-psikologis, cacat keturunan yangbersifat

biologis yaitu kurang berfunsinya organ genital yang menimpa seseorang

sedangkan cacat psikologis adalah kurang berfungsinya mental dan

tingkah laku seseorang untuk bersosialisasi dimasyarakat.3.Tidak ada

kegemaran dan hobi, seorang anak yang tidak memiliki hobi yangsehat

atau kegemaran yang positif untuk mengisi waktu luangnya maka dengan

mudah untuk melakukan tindakan/prilaku sosial negatif.

4.Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan yang

baik dan kreatif, ketidakmampuan penyesuain diri atau adaptasi terhadap

perubahan lingkungan yang baik dan kreatif menimbulkan tindakan moral

atau tindakan yang mengarah padaperubahan yang negatif.5.Impian

kebebasan berbagai masalah yang dihadapi anakdidalam keluarga dapat

31
32

menimbulkan pemberontakan didalam dirinya dan berusaha mencari jalan

keluar. Seorang anak merasa bosan dan tersiksa dirumah karena setiap

hari menyaksikan kedua orang tuanya bertengkar dan tidak

memperhatikan mereka, pada akhirnya dia memilih kejalanan karena ia

merasa memiliki kebebasan dan memiliki banyak teman yang bisa

manampung keluh kesah nya.

Faktor eksternal: 1.Dorongan keluarga, keluarga dalam hal ini

biasanya adalah ibu atau kakak mereka, adalah pihak yang turut andil

mendorong anak pergi kejalanan biasanya dorongan dari keluarga dengan

cara mengajak anak pergi kejalanan untuk membantu pekerjaan orang

tuanya (biasanya membantu mengemis) dan menyuruh anak untuk

melakukan kegiatan-kegiatan dijalanan yang menghasilkan

uang.2.Pengaruh teman menjadi salah satu faktor yang menyebabkan

anak pergi kejalanan, pengaruh teman menunjukkan dampak besar anak

pergi anak jalanan, terlebih bila dorongan pergi kejalanan mendapatkan

dukungan dari orang tua atau keluarga.3.Kekerasan dalam keluarga,

tindak kekerasan yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap anak

yang menjadi salah satu faktor yang mendorong anak lari dari rumah dan

pergi kejalanan. Menurut pandangan beberapa ahli diatas, dapat

disimpulkan bahwa Keberadaananakjalanandilator belakangioleh

kemiskinan,lingkungan, penyimpangankepribadian,danfaktor luar darianak

jalanan tersebut.Faktanyasebagian besar anak jalanan memang berasal

darikeluarga miskin. Hal inilahyang merupakan pemicu utama anak

32
33

negeri 5 Buntubuda kabupaten Mamasa. Adapun skema kerangka berpikir

dalam penelitian ini sebagai berikut.

Anak Putus Sekolah

Di Desa Buntubuda Kabupaten Mamasa

Perilaku Sosial:
1. Tidak Hormat, tidak sopan dan santun
2. Tidak peka, tidak ada kebaikan hati, tidak
suka menolong dan mencuri
3. Tidak Memiliki empati
4. Tidak dapat Mengendalikan diri

Hasil

Kesimpulan

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

33

Anda mungkin juga menyukai