Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH PENGAUDITAN 1

“PERENCANAAN AUDIT”

Oleh

Kelompok 7

1. Dersiana Lawu Nedi (03/1902622010392)


2. Maria Magdalena Dabi Ate (17/1902622010406)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2021
A. Pengertian Perencanaan Audit
Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan
perencanaan audit awal sampai pada pengembangan rencana audit dan program audit
menyeluruh. Variabel ini diukur dengan menggunakan jam perencanaan audit. Keberhasilan
penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat
oleh auditor.
Menurut Standar pekerjaan lapangan pertama Profesional Akuntan Publik (SPAP)
mensyaratkan adanya perencanaan yang memadai yaitu: Pekerjaan harus direncanakan
sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. (IAI, 2001).

Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya ‘Auditing´, menerangkan bahwa: Perencanaan dan
supervise berlangsung terus menerus selama audit, auditor sebagai penanggung jawab akhir
atas audit dapat mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan supervise auditnya dalam
kantor akuntannya (asisten).

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit
yang diharapkan. sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran dan
kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas.
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:

1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat entitas
tersebut.
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
3. Metode yang digunakan oleh ent itas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi
yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah
informasi akuntansi pokok perusahaan.
4. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
6. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).
7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit,
seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
8. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan
auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan ke
Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak
perjanjian).

Tahap-tahap Perencanaan Auditing

1. Mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan usaha klien


2. Melaksanakan prosedur dan analitis
3. Menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
4. Mempertimbangkan resiko audit
5. Menetapkan strategi audit awal untuk asersi-asersi
6. Mendapatkan pemahaman tentang struktur pengendalian intern klien

Prosedur Perencanaan Audit

Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan supervise
biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan satuan usaha
dan diskusi dengan staf lain dalam kantor akuntan dan pegawai satuan usaha tersebut.

Isi Perencanaan Audit

1. Hal-hal mengenai klien, pengetahuan tentang bisnis klien membantu auditor dalam
mengindentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus; menilai kondisi
yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan,diolah, di-review dan
dikumpulkan dalam organisasi; menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas
persediaan, depresiasi, penyisihan piutang ragu-ragu, persentase penyelesaian
kontrak jangka panjang; menilai kewajaran representasi manajemenen;
mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan kecukupan
pengungkapannya.
2. Hal-hal yang mempengaruhi klien.
3. Rencana Kerja Auditor.
Elemen-elemen Perencanaan Audit

Ruang lingkup dari perencanaan pemeriksaan ini adalah bervariasi sesuai dengan
besarnya dan kompleksitas permasalahan objek yang diperiksa dan pengetahuan
mengenai jenis usaha objek yang diperiksa. Adapun elemen-elemen perencanaan audit
menurut Arens and Loebbecke (2000:219) adalah :

1. Pra Plan (Perencanaan Awal). Beberapa hal penting yang terdapat dalam
perencanaan awal ini adalah menyangkut informasi mengenai alasan klien untuk
diaudit,menerima atau menolak klien baru maupun klien lama, mengidentifikasi
alasan klien untuk diaudit, menentukan staf untuk penugasan dan memperoleh surat
penugasan.
2. Memperoleh informasi mengenai latar belakang klien. Auditor harus memiliki
tentang ciri-ciri lingkungan kegiatan perusahaan klien yang akan diaudit yang
berguna sebagai acuan dalam menentukan surat penugasan atau perlu tidaknya
prosedur-prosedur audit khusus.
3. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien. Faktor-faktor yang
menyangkut lingkungan hukum industri klien mempunyai dampak besar terhadap
hasil audit. Pengetahuan auditor untuk menafsirkan fakta yang berkaitan selama
pekerjaan berlangsung akan meyakinkan bahwa pengungkapan yang semestinya
telah dilaksanakan dalam laporan keuangan.
4. Melaksanakan prosedur menurut penelitian persiapan. Melakukan analisis ini
sangat penting artinya karena dengan demikian keseluruhan kegiatan pemeriksaan
dapat tergambar didalamnya.
5. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima.
Besarnya salah saji dalam informasi akuntansi dapat membuat pertimbangan
pengambilan keputusan terpengaruh.
6. Memahami struktur pengawasan intern dan menilai resiko kendali.
7. Mengembangkan program audit dan rencana audit. Untuk melaporkan serta
memberikan pendapat yang tepat maka auditor harus melakukan wawancara,
melakukan pemeriksaan dan meneliti keaslian bukti-bukti.
B. Penerimaan Klien Audit
Tahapan-tahapan dalam proses penerimaan klien antara lain:
1) Evaluasi latar belakang klien
Auditor harus memperoleh pengetahuan terkait bisnis klien secara memadai untuk
memungkinkannya mengidentifikasi dan memahami sejumlah peristiwa/kejadian,
transaksi dan praktik yang mungkin memiliki pengaruh penting pada laporan
keuangan atau pada laporan audit.

Tiga sumber utama untuk memperoleh informasi tentang klien:


 Pengalamannya dengan klien, metode yang dapat digunakan untuk memperoleh
informasi dengan cara reviu atas dokumentasi, berdiskusi dengan pengacara klien,
banker, manajer audit sebelumnya.
 Informasi yang tersedia secara umum, metode ini dilakukan dengan pencarian
terhadap media dan basis data, situs website perusahaan dsb.
 Informasi dari klien itu sendiri, metode dengan cara mereviu atas dokumentasi
klien, diskusi dengan manajemen dan staf. Diskusi ini dapat digunakan untuk
mengetahui sistem pengendalian internal klien, tata kelola dan risiko-risiko bisnis
klien.
2) Kemampuan memenuhi persyaratan etika dan kompetensi tertentu
Auditor akan memastikan bahwa para anggota tim audit dan kantor akuntan publik
secara keseluruhan memenuhi persyaratan etika. Kode etik akuntan profesional
menurut International Ethics Standards Board of Accountant (IESBA) menyatakan
bahwa tanggung jawab auditor untuk mengambil tindakan dengan memperhatikan
kepentingan publik, bukan hanya untuk memuaskan klien atau pemberi kerja.
3) Penggunaan pekerjaan auditor lainnya
Pendidikan dan pengalaman auditor memungkinkannya untuk memiliki pengetahuan
terkait jumlah permasalahan bisnis secara umum, tapi pihaknya tidak diharapkan
akan memiliki keahlian dari individu-individu yang terlatih untuk profesinya, seperti
aktuaris atau tenaga ahli perekayasaan. Jika auditor memerlukan keahlian khusus,
auditor harus mempertimbangkan untuk mempekerjakan tenaga ahli yang dapat
membantu mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan.
ISA 620 mendefinisikan tenaga ahli sebagai individu atau organisasi yang memiliki
keahlian dalam suatu bidang selain akuntansi atau auditing, yang bekerja dalam
bidang yang digunakan oleh auditor untuk membantu auditor tersebut dalam
memperoleh bukti audit yang cukup dan layak.
4) Komunikasi dengan auditor sebelumnya
Tujuan komunikasi ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan ancaman-
ancaman dengan memperoleh informasi atas fakta-fakta atau situasi-situasi yang
dimaksud, yang mana akuntan yang diajukan perlu menyadari sebelum memutuskan
apakah akan menerima penugasan atau tidak menurut opini akuntan yang ada saat
ini.
5) Penerimaan oleh klien – Proposal penugasan
Terdapat dua tipe dasar proposal penugasan audit, yakni:
1. Proposal untuk melanjutkan hubungan dengan klien yang telah ada.
Proposal untuk klien yang telah ada akan berbeda di antara kantor-kantor
akuntan publik. Pada umumnya proposal tersebut mendiskusikan:
 Reviu tentang bagaimana kantor akuntan publik dapat menambah nilai, baik
untuk perusahaan-perusahaan secara umum dan untuk pihak-pihak yang
bertanggung jawab secara langsung atas penugasan auditor, misalnya Komite
Audit.
 Rencana-rencana untuk pengembangan lebih lanjut atas nilai tambah
termasuk pembahasan tentang tren regulasi terkini, ruang lingkup audit, dan
setiap perubahan terbaru dalam perusahaan yang dapat memengaruhi audit.
 Deskripsi dari tim audit dan setiap perubahan dalam tim audit dari tahun
sebelumnya.
 Proposal imbalan jasa secara terinci.
2. Proposal klien baru
Proposal untuk klien baru membahas ekspektasi bisnis dan audit, kekuatan-
kekuatan kantor akuntan publik, tim audit, pendekatan audit, ketergantungan
pada auditor-auditor internal, kebutuhan transisi dan manajemen, pemantauan
setelah jasa audit dilakukan dan rincian biaya.
6) Surat penugasan audit
Surat penugasan (engagement letter) adalah perjanjian antara kantor akuntan publik
dan klien untuk melakukan audit dan jasa-jasa terkait. Bentuk dan isi surat penugasan
dapat bervariasi untuk setiap klien. Isi surat penugasan mencakup:
 Tujuan audit atas informasi keuangan.
 Tanggung jawab auditor.
 Tanggung jawab manajemen.
 Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
 Rujukan pada bentuk dan isi yang diharapkan atas setiap laporan yang diterbitkan
oleh auditor, serta pernyataan bahwa mungkin terdapat situasi-situasi yang mana
laporan dapat berbeda dari bentuk dan isi yang diharapkan.
Auditor juga dapat menyertakan hal-hal lain seperti elaborasi ruang lingkup audit,
termasuk rujukan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, regulasi, ISA
dan etika, serta pernyataan-pernyataan lainnya dari badan profesional yang harus diikuti
oleh auditor.

C. Bisnis Dan Bidang Usaha Klien


Standar auditing (SA 315. 11) menyatakan bahwa auditor harus memperoleh pemahaman
atas entitas dan lingkungannya. Adapun yang harus di peroleh yaitu :
a. Faktor- faktor industri, peraturan dan faktor eksternal lain termasuk kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku
b. Sifat entitas, termasuk :
 Operasinya
 Struktur kepemilikan dan tata kelolanya
 Jenis investasi dan rencana entitas
 Cara entitas tersebut distrukturisasi dan pendanaan entitas tersebut
c. Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi oleh entitas, termasuk perubahannya
d. Tujuan dan strategi entitas serta risiko yang mungkin terjadi
e. Pengukuran dan penelaahan atas kinerja keuangan entitas

Sifat bisnis dan bidang usaha klien mempengaruhi risiko bisnis klien dan risiko terjadinya
kesalahan peyajian material dalam laporan keuangan. Berikut ini sejumlah faktor yang telah
meningkatkan pentingnya pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien bebrapa tahun
terakhir adalah :

 Penurunan kondisi ekonomi dunia


 Teknologi informs yang telah menghubungkan klien dengan pelanggan utama seta
pemasok utama
 Klien telah mengembangan bisisnya secara global
 Teknologi informasi mempengaruhi proses internal klien, memperbaiki kualiatas dan
ketepatan waktu informasi akuntansi
 Meningkatkan arti pentingnya SDM dan asset tak berwujud lainnya

Sistem Strategik untuk memahami Bisnis dan Bidang Usaha Klien


a. Bidang Usaha Dan Lingkungan Eksternal

Ada 3 alasan utama mengapa auditor harus mendapatkan pemahaman yang baik tentang
Bidang Usaha dan Lingkungan Eksternal klien, yaitu :

1. Risiko yang berkaitan dengan bidang usaha tertentu dapat mempengaruhi penilaian
auditor
2. Pengenalan atas risiko inheren yang ada dapat membantu auditor dalam menilai
relevansinya terhadap klien
3. Banyak bidang usaha yang memiliki persyaratan akuntasi yang unik dan harus
dipahami oleh auditor untuk menilai kesesuaiannya dengan standar akuntansi yang
berlaku
b. Operasi Dan Proses Bisnis

Auditor harus memahami berbagai faktor seperti misalnya sumber- sumber utama
pendapatan, pelanggan dan pemasok utama, sumber pendanaan dan informasi tentang ada
tidaknya hubungan istimewa yang bias menjadi petunjuk bagian mana yang memiliki
risiko tinggi. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu seperti:

1. Mengunjungi fasilitas dan tempat operasi klien


Disini auditor dapat melakukan observasi dan melihat secara langsung fasilitas yang
dimiliki klien dan berkenalan dengan pejabat pejabat kunci di perusahaan
2. Mengidentifikasi hubungan dengan pihak berelasi.
Pihak berelasi adalah suatu perusahaan afiliasi, pemilik utama perusahaan klien atau
pihak yang bekerjasama dengan klien dimana salah satu pihak bisa mempengaruhi
manajemen atau sistem operasi perusahaan lain.
c. Manajemen Dan Tata Kelola Bisnis

auditor harus menilai falsafah manajemen dan gaya operasi serta kemampuan
mengidentifikasi menanggapi risiko, karena hal hal teserbut berpengaruh signifikan
terhadap risiko terjadinya kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan.

dalam memahami sistem tata kelola klien maka auditor harus memahami bagaimana dewan
komisaris dan komite audit melaksanakan pengawasan, termasuk di dalamnya perumusan
kode etik perusahaan dan pengevaluasian notulen rapat.

d. Tujuan Dan Strategi Klien

Strategi adalah pendekatan yang diikuti perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi.
Auditor harus memahami tujuan klien yang berkaitan dengan :

a. Reliabilitas pelaporan keuangan


b. Efektivitas dan efesiensi operasi
c. Kesesuaian dengan undang- undang dan peraturan- peraturan yang berlaku
e. Pengukuran Kinerja

Sistem pengukuran kinerja klien meliputi indicator-indikator kineja kunci yang digunakan
manajemen untuk mengukur progress dalam upaya pencapaian tujuan. Indicator kinerja
kunci tersebut meliputi pangsa pasar, penjualan per tenaga pemasaran, perkembangan
harga jual per unit, kunjungan ke Web –site, penjualan per negara, dan penjualan per meter
persegi untuk sebuah took pengecer.

D. Menilai Resiko Bisnis Klien


Auditor menggunakan pemahamannya tentang bisnis dan bidang usaha klien untuk menilai
risiko bisnis klien, yaitu risiko kegagalan klien dalam mencapai tujuannya. Risiko bisnis klien
bisa timbul dari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap klien danlingkungannya, seperti
terjadinya penurunan ekonomi yang memperburuk aliran kas klien,teknologi baru yang
mengganggu keuntungan kompetitif klien atau klien tidak berhasil melaksanakan strateginya
sebaik yang dilakukan para pesaingnya
SA 315.15 menegaskan bahwa auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang apakah
entitas memiliki suatu proses untuk:
1. Mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan
2. Mengestimasi signifikansi risiko
3. Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut
4. Memutuskan tindakan untuk menangani risiko tersebut

Proses penilaian risiko entitas membentuk suatu basis bagi manajemen untuk menentukan
bagaimana risiko dikelola. jika proses tersebut sudah tepat sesuai dengankondisinya,
termasuk sifat, ukuran, dan kompleksitas entitas, maka hal ini membantu auditor dalam
mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material. Ketepatan atas kesesuaian proses
penilaian risiko entitas dengan kondisinya ditentukan oleh pertimbangan auditor

E. Melakukan Prosedur Analitis


Prosedur Analitis adalah salah satu prosedur Audit yang melibatkan analisis keterkaitan antara
data keuangan dan data non-keuangan. Prosedur Analitis juga menginvestigasi adanya
ketidaksesuaian antara data keuangan dan non-keuangan tersebut serta dengan bukti-bukti
Audit yang lainnya (Obaidullah:2019).
Prosedur Analitis bisa digunakan dalam setiap tahapan Audit. Dalam tahap perencanaan,
Prosedur Analitis bisa membantu Auditor untuk menentukan sifat, waktu dan jenis prosedur
audit yang akan digunakan untuk mendapatkan bukti audit yang memadai atas transaksi
spesifik yang terjadi.

Selama dalam pelaksanaan Audit, dengan kombinasi prosedur test substantif, Prosedur
Analitis bisa digunakan untuk mendapatkan kesalahan saji pada transaksi keuangan yang
terjadi. Dengan menggunakan Prosedur Analitis, maka resiko tidak terdeteksinya kesalahan
saji bisa diminimalisir.
Contoh dari Prosedur Analitis :
1. Melakukan review atas penggunaan rasio dari laporan kinerja/keuangan selama beberapa
periode. Misalnya perbandingan asset sekarang dengan hutang jangka pendek haruslah
diperlakukan sama dalam setiap periode, kecuali ada kebijakan lain yang ditetapkan yang
berhubungan dengan piutang, barang persediaan dan hutang yang terjadi. Kondisi diatas
adalah suatu bentuk Analisis Rasio dari suatu Prosedur Analitis.
2. Melakukan analisa atas grafik penyerapan anggaran yang dilakukan oleh Satker. Kondisi
ini haruslah terjadi secara gradual dan sesuai dengan perencanaan yang ada. Apabila
terjadi lonjakan yang terlalu signifikan dan tidak sesuai dengan perencanaan yang ada,
maka manajemen kemungkinan tidak melakukan evaluasi pelaksanaan pekerjaan secara
timely manner atau perencanaan yang dilakukan diawal tahun tidak matang sehingga
sering berubah-ubah programnya. Ini adalah suatu bentuk trend analysis dari Prosedur
Analitis.
F. Lima ( 5 ) Tipe Prosedur Analitis
Auditor membandingkan saldo-saldo tahun kini sebelum diaudit dengan tahun sebelumnya.
Auditor juga menghitung rasio-rasio kunci dan membandingkannya dengan tahun lalu dan
rata-rata industri. Auditor mengembangkan ekspektasi tentang suatu saldo akun atau rasio
dengan mempertimbangkan informasi dari periode sebelumnya, tren industri, anggaran yang
disusun klien, dan informasi non-keuangan. Auditor biasanya membandingkan saldo-saldo
akun dalam pembukuan kliendan rasio-rasio dengan saldo dan rasio yang diharapkan auditor
dengan menggunakan satuatau lebih dari tipe-tipe prosedur analitis di bawah ini. Dalam
prosedur analitis, auditor membandingkan data klien dengan:
1. Membandingkan data klien dengan industri.
manfaat terpenting dari pembandingan dengan data industri adalah membantu dalam
memahami bisnis klien dan sebagai petunjuk kemungkinan adanya kesalahankeuangan.
Perbandingan semacam itu kurang bermanfaat dalam menunjukkan potensikesalahan
penyajian
2. Membandingkan data klien dengan data yang serupa pada periode sebelumnya.
3. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan klien.
Pada umumnya perusahaan membuat anggaran untuk berbagai aspek operasi danhasil
keuangannya. Karena anggaran mencerminkan ekspektasi !harapan" klien untuk
periodetertentu, auditor harus menyelidiki perbedaan yang paling signifikan
antaraanggaran dengan hasil sesungguhnya karena hal itu bisa mengandung kesalahan
penyajian potensial. Tidak adanya perbedaan menunjukkan bahwa kesalahan penyajian
kecil mungkin terjadi.
4. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor.
Pembandingan lain yang lazim dilakukan antara data klien dengan hasil
yangdiharapkan terjadi ketika auditor menghitung saldo yang diharapkan untuk
dibandingkan dengan saldo sesungguhnya. dalam prosedur analitis jenis ini, auditor
membuat suatu estimasi tentang berapa besar saldo seharusnya dengan
menghubungkan saldo tersebut dengan saldo-saldo akun neraca atau akun laba rugi
atau dengan membuat suatu proyeksi berdasarkan data nonkeuangan atau trend
masalalu
5. Membandingkan data klien dengan hasil perkirakaan yang menggunakan data non
keuangan.

Prosedur analitis biasa digunakan auditor untuk menilai kelayakan data.Selain itu, prosedur
analitis juga dapat digunakan untuk memahami industri danbisnis klien, menilai kemampuan
keberlanjutan bisnis entitas, menunjukkan munculnya kemungkinan kesalahan pengujian
dalam laporan keuangan, sertamengurangi pengujian audit rinci.
https://hanggaryudha.wordpress.com/2012/11/06/perencanaan-auditing/

http://coreaccountingindonesia.blogspot.com/2019/03/penerimaan-klien-audit.html

http://itjen.pu.go.id/single_kolom/15

https://www.academia.edu/28219075/Perencanaan_Audit.docx

Anda mungkin juga menyukai