Pohon ini dari jenis tanaman keras yang hidup di pulau Jawa dan Sumatra. Dikenal juga dengan
nama lokal pule, kayu gabus, lame, lamo dan jelutung. kualitas kayunya tidak terlalu keras dan
kurang disukai untuk bahan bangunan karena kayunya mudah melengkung jika lembap, tetapi
banyak digunakan untuk membuat perkakas rumah tangga dari kayu dan ukiran serta patung.
Kayu pulai memiliki keawetan yang rendah sehingga hanya memungkinkan untuk digunakan
sebagai konstruksi ringan di dalam ruangan atau untuk industri pulp dan kertas. Selain itu, pulai
juga dimanfaatkan sebagai bahan industri kerajinan tangan dan sebagai bahan dalam bidang
farmasi karena kulitnya mengandung alkaloid yang dapat digunakan sebagai obat. Kayunya
banyak digunakan untuk papan tulis sekolah sehingga dinamakan scholaris (Pratiwi, 2000).
Pohon ini banyak digunakan untuk penghijauan karena daunnya hijau mengkilat, rimbun dan
melebar ke samping sehingga memberikan kesejukan. Daunnya yang menjari dengan jumlah tiga
sampai sepuluh daun dan petiole sepanjang 3 cm. Bunganya mekar di bulan Oktober dan
memiliki aroma yang harum. Bunga pule merupakan tipe bunga majemuk, dengan kelopak bulat
telur, berwarna putih kekuningan.Biji dari pulai berbentuk oblong dan berambut. Kulit kayunya
tidak memiliki bau namun memiliki rasa yang sangat pahit, dengan getah yang cukup banyak.
Kulitnya digunakan untuk bahan baku obat. berkhasiat untuk mengobati penyakit radang
tenggorokan dan lain-lain. Batangnya berwarna hijau gelap. Buah tanaman ini berbentuk pita,
berwarna putih, dengan panjang 20-50 mm. Biji berukuran kecil berwarna putih dengan panjang
1,5 - 2 cm. Akar atau yang disebut dengan jangkar tanaman berbentuk tunggang dan berwarna
coklat.
Daun pulai mengandung beberapa senyawa antara lain arcubin atau irridoids, kumarin,
plobatamin, fenolat, alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, dan steroid. Pada umumnya, tumbuhan
Alstonia mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya flavonoid, alkaloid, steroid dan
triterpenoid (Hirasawa, et al., 2009). Senyawa alkaloid tumbuhan ini dicirikan oleh adanya
alkaloid indol. Senyawa golongan triterpenoid pada tumbuhan merupakan turunan oleanan,
fridelin dan lupan sedangkan steroid merupakan turunan stigmastan. Senyawa flavonoid pada
tumbuhan ini diantaranya jenis calkon, dihidrocalkon, flavanon, flavon dan flavonol (Hirasawa,
et al., 2009). Golongan alkaloid tumbuhan Alstonia dicirikan oleh kandungan kimia berupa
alkaloid indol monoterpen yang dari segi struktur molekul dibedakan atas beberapa jenis.
Kerangka dasar dari masing-masing alkaloid ini diturunkan dari hasil kondensasi antara asam
amino triptofan dan monoterpen sekologanin yang menghasilkan berbagai kerangka indol
monoterpen seperti jenis korinantan, kuran, kordilofolan, akuamilan, stemadenin,
aspidodasikarpin, echitamin, narelin, valesamin, sekoangustilobin, ajmalicin, dan sebagainya.
Alkaloid korinantan yang dihasilkan oleh kondensasi ini, melalui senyawa antara striktosidin,
selanjutnya mengalami penganekaragaman kerangka dasar (Cordel dan Geoffrey, 2006).
Senyawa-senyawa alkaloid indol monoterpen dari tumbuhan ini ditemukan pada semua jaringan
antara lain daun, bunga, kulit batang, dan akar.
Harborne JB.1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB. [3] Darlimatha, S.1999. Atlas Tumbuhan
Obat Indonesia . Jilid 1. Jakarta Trubus Agriwidya [4] Khyade. dan Vaioks. 2009.
Phytochemikal and antibacteria properties of leaves of Alstonia Scholaris R.Br. African Journal
of Biotechnologi. Vol 8 No 22 : 6434-6436.