Anda di halaman 1dari 22

Referat

PROSES MENDENGAR

Oleh :
Ayu Permata Sari
712020060

Pembimbing:
dr. Taufik Hidayat, Sp. THT-KL

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT THT RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH PALEMBANG BARI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan Referat dengan judul

PROSES MENDENGAR

Dipersiapkan dan disusun oleh:


Ayu Permata Sari
NIM. 712020060

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang di Bagian Ilmu Penyakit THT Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang Bari

Palembang, Juni 2021


Dosen Pembimbing

dr. Taufik Hidayat, Sp. THT-KL


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Zat Yang Maha Indah dengan segala
keindahan-Nya, Zat Yang Maha Pengasih dengan segala Kasih Sayang-Nya, yang
terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk.
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “Proses Mendengar” sebagai salah satu
syarat dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang di Bagian Ilmu Penyakit
THT Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1. dr. Taufik Hidayat, Sp. THT-KL, selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit THT Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari yang telah memberikan masukan, arahan, serta
bimbingan selama penyusunan referat ini.
2. Orang tua dan saudaraku tercinta yang telah banyak membantu dengan
doa yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan-rekan co-assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran.

Palembang, Juni 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 3
2.1 Anatomi Telinga ............................................................................. 3
2.1.1 Telinga Luar .......................................................................... 4
2.1.2 Telinga Tengah ...................................................................... 6
2.1.3.Telinga Dalam ....................................................................... 7
2.1.4 Vaskularisasi Telinga ............................................................ 12
2.1.5.Inervasi Telinga ..................................................................... 13
2.2 Fisiologi Pendengaran .................................................................... 13
BAB III. KESIMPULAN ............................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Organ Pendengaran Sentral dan Perifer ....................................3

Gambar 2. Anatomi Telinga ....................................................................................4

Gambar 3. Anatomi Auricula ..................................................................................4

Gambar 4. Anatomi Telinga Tengah .......................................................................6

Gambar 5. Skema Labirin .......................................................................................7

Gambar 6. Organon Corti ........................................................................................9

Gambar 7. Depolarisasi dan Hiperpolarisasi pada Stereosilia ..............................14

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Telinga manusia merupakan organ yang terbagi menjadi telinga luar,
tengah dan dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan kanalis akustikus
eksternus. Sepertiga luar kanalis akustikus eksternus tersusun atas kartilago
yang mengandung folikel rambut dan kelenjar seruminosa sedangkan dua
pertiga bagian dalam merupakan bagian tulang yang dilapisi oleh epitel.1
Telinga manusia dapat menangkap dan merubah bunyi berupa energi
mekanis menjadi energi elektris secara efisien dan diteruskan ke otak untuk
disadari serta dimengerti, sebagai sistem organ pendengaran, telinga dibagi
menjadi sistem organ pendengaran perifer dan sentral.2
Beberapa organ yang berperan penting dalam proses pendengaran adalah
membran tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga struktur
penting tersebut sangat berperan dalam proses pendengaran.3
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang
suara (akustik) adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah
bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara
yang berselang seling dengan daerah bertekanan rendah akibat penjarangan
(rarefaction) molekul tersebut. Pendengaran merupakan indra
mekanoreseptor. Hal ini karena telinga memberikan respon terhadap getaran
mekanik gelombang suara yang terdapat di udara.4
Pada seseorang dapat menerima suara berupa getaran pada gendang telinga
dalam daerah frekuensi pendengaran manusia. Getaran tersebut dihasilkan
dari sejumlah variasi tekanan udara yang dihasilkan oleh sumber bunyi dan
dirambatkan ke medium sekitarnya. Pada telinga manusia mampu mendengar
suara dengan frekuensi dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. Namun yang paling
sensitif adalah antara 1000 – 4.000 Hz. 4

1
2

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan referat ini adalah sebagai berikut.
1. Diharapkan dokter muda dapat mengetahui dan memahami materi Proses
Mendengar dengan baik dan menyeluruh
2. Diharapkan dokter muda dapat mengaplikasikan pemahaman yang
didapat mengenai Proses Mendengar selama menjalani kepaniteraan
klinik dan seterusnya.
3. Diharapkan adanya pola berpikir kritis setelah dilakukan diskusi mengenai
materi Proses Mendengar

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1) Bagi Institusi
Diharapkan referat ini dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan
dan sebagai tambahan referensi dalam bidang ilmu kesehatan
gigi dan mulut terutama mengenai Proses Mendengar
2) Bagi Akademik
Diharapkan referat ini dapat dijadikan landasan untuk penulisan
karya ilmiah selanjutnya.

1.3.2 Manfaat Praktis


Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari referat ini dalam kegiatan kepaniteraan klinik senior
(KKS) dan diterapkan di kemudian hari dalam praktik klinik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Telinga


Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran
yang berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah,
telinga dalam dan saraf kokhlearis sedangkan organ pendengaran sentral
adalah struktur yang berada di dalam batang otak dan otak yaitu nukleus
koklearis, nukleus olivatorius superior, lemnikus lateralis, kolikulus inferior
dan kortek serebri lobus temporalis area wernicke.5

Gambar 1. Skema Organ Pendengaran Sentral dan Perifer5

Pada telinga manusia terdiri atas tiga bagian dasar, yaitu telinga
bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam. Setiap bagian
telinga bekerja dengan tugas khusus untuk mendeteksi dan
menginterpretasikan bunyi.6

3
4

Gambar 2. Anatomi Telinga6

2.1.1. Telinga Luar


Telinga luar merupakan bagian telinga yang terdapat di lateral dari
membran timpani, terdiri dari auricula, meatus akustikus eksternus (MAE)
dan membran timpani. Telinga luar terdiri dari auricula dan meatus
acusticus externus:6
1. Auricula
Auricula merupakan tulang rawan fibro elastis yang
dilapisi kulit, berbentuk pipih dan permukaannya tidak rata.
Melekat pada tulang temporal melalui otot-otot dan ligamen.
Bagiannya terdiri heliks, antiheliks, tragus, antitragus dan
konka. Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi
mengumpulkan getaran udara. Terdiri atas lempeng tulang
rawan elastis tipis yang ditutupi kulit. Auricula mempunyai otot
intrinsik dan ekstrisik, keduanya disarafi oleh nervus facialis.6

Gambar 3. Anatomi auricula3


5

2. Meatus Acusticus Externus


Meatus acusticus externus merupakan tabung berbentuk S,
dimulai dari dasar konka aurikula sampai pada membran
timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter lebih
kurang 0,5 cm. MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars
cartilage yang berada di sepertiga lateral dan pars osseus yang
berada di dua pertiganya. Pars cartilage berjalan ke arah
posterior superior , merupakan perluasan dari tulang rawan daun
telinga, tulang rawan ini melekat erat di tulang temporal, dilapisi
oleh kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga,
kulit tersebut mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan
kelenjar sebasea. Kelenjar serumen memproduksi bahan seperli
lilin berwarna coklat merupakan pengelupasan lapisan
epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut serumen atau
kotoran telinga.6
Pars osseus berjalan ke rangka sepertiga bagian luar
meatus adalah cartilago elastis, dan dua pertiga bagian dalam
adalah tulang, yang dibentuk oleh lempeng tympani. Meatus
dilapisi kulit, dan sepertiga bagian luarnya mempunyai rambut,
glandula sebasea, dan glandula ceruminosa. Glandula
ceruminosa merupakan modifikasi kelenjar keringat yang
menghasilkan secret lilin bewarna coklat kekuningan. Rambut
dan lilin ini merupakan barier yang lengket, untuk mencegah
masuknya benda asing.6
Meatus acusticus externus dialiri arteri temporalis
superfisialis dan arteri aurikularis posterior serta arteri
aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke vena maksilaris,
jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe
menuju ke aurikularis anterior, posterior dan inferior. Inervasi
oleh cabang aurikularis dari n. vagus dan cabang
aurikulotemporalis dari n. mandibularis.6
6

2.1.2. Telinga Tengah


Ruang telinga tengah disebut juga kavum tympani atau tympanic
cavity. Dilapisi oleh membran mukosa, topografinya di bagian medial
dibatasi oleh promontorium, lateral oleh MT, anterior oleh muara tuba
Eustachius, posterior oleh aditus ad antrum dari mastoid, superior oleh
tegmen timpani fossa kranii, inferior oleh bulbus vena.6
Telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran, susunan dari luar
ke dalam yaitu maleus, incus dan stapes yang saling berikatan dan
berhubungan membentuk artikulasi. Prosesus longus maleus melekat pada
membran timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada
stapes. Stapes terletak tingkap lonjong atau foramen ovale yang
berhubungan dengan koklea.6

Gambar 4. Anatomi telinga Tengah6

Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan
m. stapedius. M tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor
timpani dan berinsersio di bagian atas tulang maleus, inervasi oleh cabang
saraf trigeminus. Otot ini menyebabkan membran timpani tertarik ke arah
dalam sehingga menjadi lebih tegang.dan meningkatkan frekuensi
resonansi sistem penghantar suara dan melemahkan suara dengan
frekuensi rendah. M. stapedius berorigo di dalam eminensia pyramid dan
berinsersio di ujung posterior kolumna stapes, hal ini menyebabkan stapes
kaku, memperlemah transmini suara dan meningkatkan resonansi tulang-
tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi mempertahankan ,
7

memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu keras sehingga
dapat mencegah kerusakan organ koklea.6

2.1.3. Telinga Dalam atau Labyrinthus


Telinga dalam terletak di dalam tulang temporal bagian petrosa, di
dalamnya dijumpai labirin periotik yang mengelilingi struktur telinga
dalam yaitu labirin, merupakan suatu rangkaian berkesinambungan antara
tuba dan rongga telinga dalam yang dilapisi epitel. Labirin terdiri dari
labirin membran berisi endolim yang merupakan satu-satunya cairan
ekstraselular dalam tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin
membran ini di kelilingi oleh labirin tulang, diantara labirin tulang dan
membran terisi cairan perilim dengan komposisi elektrolit tinggi natrium
rendah kalium. Labirin terdiri dari tiga bagian yaitu pars superior, pars
inferior dan pars intermedia. Pars superior terdiri dari utrikulus dan saluran
semisirkularis, pars inferior terdiri dari sakulus dan koklea sedangkan pars
intermedia terdiri dari duktus dan sakus endolimpaticus.6

Gambar 5. Skema labirin6


8

Fungsi telinga dalam ada dua yaitu koklea yang berperan sebagai
organ auditus atau indera pendengaran dan kanalis semisirkularis sebagai
alat keseimbangan. Kedua organ tersebut saling berhubungan sehingga
apabila salah satu organ tersebut mengalami gangguan maka yang lain
akan terganggu. TD disuplai oleh arteri auditorius interna cabang dari
arteri cerebelaris inferior. Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri.6

1. Koklea
Koklea adalah organ pendengaran berbentuk menyerupai rumah
siput dengan dua dan satu setengah putaran pada aksis memiliki panjang
lebih kurang 3,5 centimeter. Sentral aksis disebut sebagai modiolus
dengan tinggi lebih kurang 5 milimeter, berisi berkas saraf dan suplai
arteri dari arteri vertebralis.6
Struktur duktus koklea dan ruang periotik sangat kompleks
membentuk suatu sistem dengan tiga ruangan yaitu skala vestibuli, skala
media dan skala timpani. Skala vestibuli dan skala tympani berisi cairan
perilim sedangkan skala media berisi endolimf. Skala vestibuli dan skala
media dipisahkan oleh membran reissner, skala media dan skala timpani
dipisahkan oleh membran basilar.6

2. Organon Corti
Organon corti (OC) terletak di atas membran basilaris dari basis ke
apeks, yang mengandung organel penting untuk mekanisme saraf
pendengaran perifer OC terdiri satu baris sel rambut dalam yang berjumlah
sekitar 3 000 dan tiga baris sel rambut luar yang berjumlah sekitar 12 000.
Rambut halus atau silia menonjol ke atas dari sel-sel rambut menyentuh
atau tertanam pada permukaan lapisan gel dari membran tektorial. Ujung
atas sel-sel rambut terfiksasi secara erat dalam struktur sangat kaku pada
lamina retikularis. Serat kaku dan pendek dekat basis koklea mempunyai
kecenderungan untuk bergetar pada frekuensi tinggi sedangkan serat
panjang dan lentur dekat helikotrema mempunyai kecenderungan untuk
bergetar pada frekuensi rendah.6
9

Gambar 6. Organon Corti6

Labyrinthus terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial


terhadap telinga tengah Terdiri dari labyrinthus osseus, tersusun dari
sejumlah rongga di dalam tulang dan labyrinthus membranaceus, tersusun
dari sejumlah saccus dan ductus membranosa di dalam labyrinthus osseus.
Untuk deskripsi rinci struktur mikroskopik labyrinthus disarankan
membaca buku histologi.6
a. Labyrinthus Osseus
Labyrinthus osseus terdiri atas tiga bagian:
vestibulum, canalis semicircularis, dan cochlea. Ketiganya
merupakan rongga-rongga yang terletak di dalam substantia
compacta tulang. Mereka dilapisi oleh endosteum dan berisi
cairan bening, perilympha, yang di dalamnya terdapat
labyrinthus membranaceus.6
• Vestibulum
Vestibulum merupakan bagian tengah
labyrinthus osseus, terletak posterior terhadap
cochlea dan anterior terhadap canalis semicircularis.
10

Pada dinding lateralnya terdapat fenestra vestibuli


yang ditutupi oleh basis stapedis dan ligamentum
annularenya, dan fenestra cochleae yang ditutupi
oleh membrana tympanica secundaria. Di dalam
vestibulum terdapat sacculus dan utriculus
labyrinthus membranosa.6
• Canalis Semicircularis
Ketiga canalis semicircularis, yaitu canalis
semicircularis superior, posterior, dan lateral
bermuara ke bagian posterior vetibulum. Setiap
canalis mempunyai sebuah pelebaran diujungnya
disebut ampulla. Canalis bermuara ke dalam
vestibulum melalui lima lubang, salah satunya
dipergunakan bersama oleh dua canalis. Di dalam
canalis terdapat ductus semicircularis. Canalis
semicircularis superior terletak vertikal dan tegak
lurus terhadap sumbu panjang os petrosum. Canalis
semicircularis posterior juga vertikal, tetapi terletak
sejajar dengan sumbu panjang os petrosum. Canalis
semicircularis lateralis terletak horizontal pada
dinding medial aditus ad antrum, di atas canalis
nervi facialis.6
• Cochlea
Cochlea berbentuk seperti rumah siput.
Cohclea bermuara ke dalam bagian anterior
vestibulum. Umumnya terdiri atas satu pilar sentral,
modiolus cochleae, dan modiolus ini dikelilingi
tabung tulang yang sempit sebanyak dua setengah
putaran. Setiap putaran berikutnya mempunyai
radius yang lebih kecil sehingga bangunan
keseluruhannya berbentuk kerucut. Apex
menghadap ke anterolateral dan basisnya ke
11

posteromedial. Putaran basal pertama dari cochlea


inilah yang tampak sebagai promontorium pada
dinding medial cavitas tympani. Modiolus
mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar
meatus acusticus internus. Modiolus ditembus oleh
cabang-cabang nervus cochlearis. Pinggir spiral,
lamina spiralis, mengelilingi modiolus dan
menonjol ke dalam canalis dan membagi canalis ini.
Membrana basilaris terbentang dari pinggir bebas
lamina spiralis sampai ke dinding luar tulang,
sehingga membelah canalis cochlearis menjadi
scala vestibuli di sebelah atas dan scala tympani di
sebelah bawah. Perilympha di dalam scala vestibuli
dipisahkan dari cavitas tympani oleh basis stapedis
dan ligamentum annulare pada fenestra vestibuli.
Perilympha di dalam scala tympani dipisahkan dari
cavitas tympani oleh membrana tympanica
secundaria pada fenestra cochleae.6,7

b. Labyrinthus Membranaceus6
Labyrinthus membranaceus terletak di dalam
labyrinthus osseus. Labyrinthus ini berisi endolympha dan
dikelilingi oleh perilympha. Labyrinthus membranaceus
terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam
vestibulum osseus; tiga ductus semicircularis, yang terletak
di dalam canalis semicircularis osseus dan ductus
cohclearis yang terletak di dalam cochlea. Struktur-struktur
ini saling berhubungan dengan bebas. Utriculus adalah
yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada.
Utriculus dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan
ductus endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis..
Ductus endolymphaticus, setelah bergabung dengan ductus
utriculosaccularis akan berakhir di dalam kantung buntu
12

kecil, yaitu saccus endolymphaticus. Saccus ini terletak di


bawah duramater pada permukaan posterior pars petrosa
ossis temporalis. Pada dinding utriculus dan sacculus
terdapat receptor sensoris khusus yang peka terhadap
orientasi kepala akibat gaya berat atau tenaga percepatan
lain. Ductus semicircularis meskipun diameternya jauh
lebih kecil dari canalis semicircularis mempunyai
konfigurasi yang sama. Ketiganya tersusun tegak lurus satu
dengan lainnya, sehingga ketiga bidang terwakili. Setiap
kali kepala mulai atau berhenti bergerak, atau Jika
kecepatan gerak kepala bertambah atau berkurang,
kecepatan gerak endolympha di dalam ductus
semicircularis akan berubah sesuai dengan hal tersebut
terhadap dinding ductus semicircularis. Perubahan ini
dideteksi oleh receptor sensoris di dalam ampulla ductus
semicircularis. Ductus cochlearis berbentuk segitiga pada
potongan melintang dan berhubungan dengan sacculus
melalui ductus reuniens. Epitel sangat khusus yang terletak
di atas membrana basilaris membentuk organ Corti dan
mengandung receptor receptor sensoris untuk pendengaran.

2.1.4. Vaskularisasi Telinga


Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirintin cabang A.
Cerebelaris anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A.
Verteberalis. Arteri ini masuk ke meatus akustikus internus dan terpisah
menjadi A. Vestibularis anterior dan A. Kohlearis communis yang
bercabang pula menjadi A. Kohlearis dan A. Vestibulokohlearis.8
A. Vestibularis anterior memperdarahi N. Vestibularis, utrikulus
dan sebagian duktus semisirkularis. A.Vestibulokohlearis sampai di daerah
putaran basal kohlea terpisah menjadi cabang terminal vestibularis dan
cabang kohlear. Cabang vestibular memperdarahi sakulus, sebagian besar
kanalis semisirkularis dan ujung basal kohlear. Cabang kohlear
13

memperdarahi ganglion spiralis, lamina spiralis ossea, limbus dan ligamen


spiralis. A. Kohlearis berjalan mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus
internus dan didalam kohlea mengitari modiolus.8
Vena dialirkan ke V. Labirintin yang diteruskan ke sinus petrosus
inferior atau sinus sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuauktus
vestibularis dan kohlearis ke sinus petrosus superior dan inferior.8

2.1.5. Inervasi Telinga


N. Vestibulokohlearis (N. Akustikus) yang dibentuk oleh bagian kohlear
dan vestibular, didalam meatus akustikus internus bersatu pada sisi lateral
akar N. Fasialis dan masuk batang otak antara pons dan medula. Sel-sel
sensoris vestibularis dipersarafi oleh N. Kohlearis dengan ganglion
vestibularis terletak didasar dari meatus akustikus internus. Sel-sel sensoris
pendengaran dipersarafi N. Kohlearis dengan ganglion spiralis corti.8

2.2 Fisiologi Pendengaran


Beberapa organ yang berperan penting dalam proses pendengaran
adalah membran tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga
struktur penting tersebut sangat berperan dalam proses mendengar. Pada
bagian apikal sel rambut sangat kaku dan terdapat penahan yang kuat antara
satu bundle dengan bundel lainnya, sehingga bila mendapat stimulus akustik
akan terjadi gerakan yang kaku bersamaan. Pada bagian puncak stereosillia
terdapat rantai pengikat yang menghubungkan stereosilia yang tinggi
dengan stereosilia yang lebih rendah, sehingga pada saat terjadi defleksi
gabungan stereosilia akan mendorong gabungan-gabungan yang lain,
sehingga akan menimbulkan regangan pada rantai yang menghubungkan
stereosilia tersebut. Keadaan tersebut akan mengakibatkan terbukanya kanal
ion pada membran sel, maka terjadilah depolarisasi. Gerakan yang
berlawanan arah akan mengakibatkan regangan pada rantai tersebut
berkurang dan kanal ion akan menutup. Terdapat perbedaan potensial antara
intra sel, perilimfa, dan endolimfa yang menunjang terjadinya proses
tersebut. Potensial listrik koklea disebut koklea mikrofonik, berupa
14

perubahan potensial listrik endolimfa yang berfungsi sebagai pembangkit


pembesaran gelombang energi akustik dan sepenuhnya diproduksi oleh sel
rambut luar.9,10
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
tulang ke koklea. Proses mendengar melalui tiga tahapan yaitu tahap
pemindahan energi fisik berupa stimulus bunyi ke organ pendengaran,
tahap konversi atau tranduksi yaitu pengubahan energi fisik stimulasi
tersebut ke organ penerima dan tahap penghantaran impuls saraf ke kortek
pendengaran. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke
stapes sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran
diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan
membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel rambut sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan
ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan
neurotransmiter kedalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran di lobus temporalis.9,10

Gambar 7. Depolarisasi dan Hiperpolarisasi pada Stereosilia9


15

Getaran akibat getaran perilimfa diteruskan melalui membran


Reissner yang akan mendorong endolimfa sehingga akan terjadi gerak
relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini
merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan
ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam
sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu
dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39
- 40) di lobus temporalis.9,10
Akan tetapi, tidak seluruh getaran di alam bisa didengar oleh manusia.
Frekuensi sonik adalah frekuensi yang dapat dipersepsi manusia sebagai
bunyi. Rentang frekuensi sonik antara 20 Hz – 20.000 Hz. Frekuensi sonik
yang sangat diperlukan untuk komunikasi percakapan sehari-hari adalah
antara 500 Hz sampai 2000 Hz. Frekuensi kurang dari 20 Hz disebut
subsonik sedangkan diatas 20.000 Hz disebut suprasonik atau ultrasonik.
Kedua frekuensi tersebut tidak terdengar oleh manusia.9,10
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
1. Proses mendengar terjadi karena adanya peran dari beberapa organ seperti
membran tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga
struktur penting tersebut sangat berperan penting dalam proses
mendengar.
2. Proses mendengar melalui tiga tahapan yaitu tahap pemindahan energi
fisik berupa stimulus bunyi ke organ pendengaran, tahap konversi atau
tranduksi yaitu pengubahan energi fisik stimulasi tersebut ke organ
penerima dan tahap penghantaran impuls saraf ke kortek pendengaran.
3. Frekuensi sonik manusia yaitu 20 Hz – 20.000 Hz. Frekuensi sonik yang
sangat diperlukan untuk komunikasi percakapan sehari-hari adalah antara
500 Hz sampai 2000 Hz.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. CIE. 2012. Choclea. The Natural Sciences Anatomy Illustrated. Emily Car
University.202-2012.

2. Nugroho, P.S. & Wiyadi, H.M.S. 2009. Anatomi dan Fisiologi


Pendengaran Perifer. Jurnal THT-KL. 2(2).

3. Szymanski, A., dan Bhimji, S.S. 2017, ‘Anatomy, head, ear’, StatPearls.
Diakses pada 20 Juni 2021, Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470359.

4. Irawati, L. 2012. Fisika Medik Proses Pendengaran. Majalah Kedokteran


Andalas. 2(36).

5. Hans , Cassady. The hearing process. 2007. Diakses pada 20 Juni 2021.
Citation available from : www.faqs.org/health/Body-byDesign-V2/The-
Special-Senses.html.

6. Snell, R.S. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC.

7. Casale J, Kandle PF, Murray I, et al. Physiology, Cochlear Function.


[Updated 2021 Apr 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531483
8. Sherwood L. 2014. Human Physiology: From Cells to Systems: 9thed.
USA : The Thomson Corporation.

9. Guyton, A., Hall, J. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta: EGC

10. Barrett E.,et al,. Ganong’s Review of Medical Physiology: Hearing &
Equilibrium. 23rded. Singapore : Mc Graw Hill; 2011.p.203-13.

17

Anda mungkin juga menyukai