Anda di halaman 1dari 29

Referat

SINDROMA METABOLIK PADA ANAK

Oleh :

Ayu Permata Sari, S. Ked


712020060

Pembimbing :
dr. Yuli Amuntiarini, Sp.A., M.Kes

BAGIAN KESEHATAN IBU DAN ANAK


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT

Judul:
SINDROMA METABOLIK PADA ANAK
Oleh:
Ayu Permata Sari, S. Ked
712020060

Telah dilaksanakan pada bulan April 2021 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Kesehatan Ibu dan Anak di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, April 2021


Pembimbing

dr. Yuli Amuntiarini, Sp.A, M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul
“Sindroma Metabolik Pada Anak” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Kesehatan Ibu dan Anak Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Yuli Amuntiarini, Sp.A., M.Kes selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik Senior di bagian Kesehatan Ibu dan Anak Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang, yang telah memberikan masukan, arahan,
serta bimbingan dalam penyelesaian referat ini.
2. Rekan-rekan co-assistensi bantuan dan kerja samanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.

Palembang, April 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang……………………………………………………………... 1
1.2 Maksud dan Tujuan……….………………………………………………. . 2
1.3 Manfaat. …………………………………………………………………... 2
1.3.1 Manfaat teoritis.. …………………………………………………….. 2
1.3.2 Manfaat praktisi……………………………………………………. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi……………………………………………………………….. ........ 4
2.2 Epidemiologi……………………………………………………………….. 5
2.3 Etiologi……………………………………………………………….. ........ 6
2.4 Faktor Risiko……………………………………………………………….. 6
2.5 Patofisiologi…………………………………………………………….. .... 7
2.6 Gejala Klinis …………………………………………………………......... 9
2.7 Diagnosis……………………………………………………….. ................. 10
2.8 Tatalaksana……………………………………………………………….... 13
2.9 Komplikasi……………………………………………………………… .... 19
2.10 Prognosis……………………………………………………………… ..... 20
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….. 20
3.2 Saran……………………………………………………………….............. 20
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 21

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengertian Berbagai Isitilah Sindroma Metabolik pada Anak ...............4

Tabel 2. Kriteria Sindroma Metabolik yang Digunakan pada Anak ......................

Tabel 3. Nilai Batasan Untuk Mengidentifikasi Massa Lemak dan Lingkar


Pinggang pada Anak dalam Pertumbuhan ..........................................................11

Tabel 4. Contoh Aktivitas Fisik pada Anak ......................................................12

Tabel 5. Komplikasi Sidroma Metabolik pada Anak ........................................13

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peranan Obesitas pada Sindroma Metabolik .....................................8

vi
DAFTAR SINGKATAN

ACEi :Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor


ADA :American Diabetes Association
ARB : Angiotensin II Receptor Blockers
ATP III :Adult Treatment Panel III
BMI : Body Mass Index
CDC : Center fro Disease Control and Prevention
CVD : Cardio Vascular Disease
DMT2 : Diabetes Mellitus Tipe 2
HbA1c : Hemoglobin A1c
HDL : High Dentisy Lipoprotein
IAP : Indian Academy of Pediatrics
LDL : Low Density Lipoprotein
NAFDL : Non- Alcoholic Fatty Liver Disease
NCEP II : National Cholestrol Education Program II
NGHS : National Growth and Healthy Survey
NHBPEP : National High Blood Pressure Education Program
WHO : World Health Organization

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sindroma metabolik merupakan kelainan metabolik kompleks yang
diakibatkan oleh peningkatan obesitas. Komponen utama sindroma metabolik
antara lain terdiri dari dislipdemia, peningkatan tekanan darah dan
peningkatan kadar glukosa plasma. Sindroma metabolik merupakan kumpulan
faktor risiko metabolik yang berkaitan langsung terhadap terjadinya penyakit
kardiovaskular.1 Sindroma metabolik pada anak merupakan masalah
kesehatan yang sedang berkembang terutama di negara maju dan angka
kejadiannya juga berkembang pesat di negara berkembang. 2
Prevalensi sindroma metabolik pada anak-anak maupun remaja terus
meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini dikarenakan proporsi penduduk
dengan obesitas terus meningkat. Anak-anak dengan sindroma metabolik
memiliki peningkatan risiko sindroma metabolik saat dewasa, dan
kemungkinan peningkatan risiko diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit
kardiovaskular.3 Angka kejadian obesitas dan overweight pada anak secara
global meningkat dari 4,2% pada tahun 1990 menjadi 6,7% pada tahun 2010.
Kecenderungan ini diperkirakan akan mencapai 9,1% atau 60 juta di tahun
2020.4
Penelitian di Jakarta mendapatkan prevalensi sindroma metabolik 34%
pada usia 10-19 tahun. Penelitian di Manado mendapatkan prevalensi
sindroma metabolik lebih rendah yaitu 23% pada anak overweight dan
obesitas yang berusia 10-14 tahun. Peningkatan prevalensi sindroma
metabolik pada anak menyebabkan kekhawatiran terjadinya epidemik
penyakit kardiovaskular di masa yang akan mendatang.4

Etiologi sindroma metabolik pada anak masih belum diketahui pasti. Akan
tetapi, suatu hipotesis menyatakan bahwa penyebab primer dari sindroma
metabolik pada anak adalah resistensi insulin.1 Ada banyak macam-macam
faktor risiko terjadinya sindroma metabolik pada anak seperti riwayat

1
2

orangtua dengan penyakit kardiovaskular atau diabetes melitus tipe-2,


riwayat diabetes melitus pada ibu selama kehamilan, riwayat lahir kecil masa
kehamilan (KMK) dengan catch-up growth dini, pola makan, gaya hidup
kurang gerak (sedentary lifestyle), faktor genetik dan lingkungan dan paparan
asap rokok.5,6
Gambaran klinis sindroma metabolik pada anak yaitu adanya obesitas,
dislipidemia, hipertensi, intoleransi glukosa dan diabetes mellitus tipe 2 serta
adanya NAFLD.7 Komplikasi yang dapat terjadi jika tidak di tatalaksana
dengan baik pada anak dengan sindroma metabolik seperti terjadinya
gangguan psikososial, gangguan sitem kardiovaskular, gangguan metabolik,
gangguan sistem saraf pusat dan gangguan sitem respirasi.8

2. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan referat ini adalah sebagai berikut.
1. Diharapkan dokter muda dapat mengetahui dan memahami materi
Sindroma Metabolik Pada Anak dengan baik dan menyeluruh
2. Diharapkan dokter muda dapat mengaplikasikan pemahaman yang
didapat mengenai kasus Sindroma Metabolik Pada Anak selama
menjalani kepaniteraan klinik dan seterusnya.
3. Diharapkan adanya pola berpikir kritis setelah dilakukan diskusi mengenai
materi Sindroma Metabolik Pada Anak.

3. Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
1) Bagi Institusi
Diharapkan referat ini dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan
dan sebagai tambahan referensi dalam bidang ilmu kesehatan
anak terutama mengenai Sindroma Metabolik Pada Anak
2) Bagi Akademik
Diharapkan referat ini dapat dijadikan landasan untuk penulisan
karya ilmiah selanjutnya.
3

1.3.2 Manfaat Praktis


Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari referat ini dalam kegiatan kepaniteraan klinik senior
(KKS) dan diterapkan di kemudian hari dalam praktik klinik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Sindroma metabolik merupakan kelainan metabolik kompleks yang
diakibatkan oleh peningkatan obesitas. Komponen utama sindroma
metabolik antara lain terdiri dari dislipdemia, peningkatan tekanan darah
dan peningkatan kadar glukosa plasma. Sindroma metabolik merupakan
kumpulan faktor risiko metabolik yang berkaitan langsung terhadap
terjadinya penyakit kardiovaskular.1
Sindroma metabolik pada anak merupakan masalah kesehatan yang
sedang berkembang terutama di negara maju dan angka kejadiannya juga
berkembang pesat di negara berkembang. Sindroma metabolik ini sendiri
adalah obesitas dengan peningkatan rasio ukuran pinggang-pinggul,
dislipidemia, resistensi insulin, hipertensi dan penyakit hati berlemak non-
alkohol (NAFLD). 2

Tabel 1. Pengertian berbagai istilah yang berkaitan dengan sindroma metabolik


pada anak.9
Kondisi Definisi menurut IAP Definisi menurut
WHO

Overweight <5tahun dan 5-19tahun (>71persentil <5tahun berat badan


untuk laki-laki, >75persentil untuk untuk tinggi badan
perempuan) +2SD,
5-19tahun >+1SD

Obesitas <5tahun dan 5-19tahun (>90persentil <5tahun berat badan


untuk laki-laki, >95persentil untuk untuk tinggi badan
perempuan) +3SD,
5-19tahun >+2SD

4
5

Hipertensi BP>90 sampai <95 atau


>120/80=prehipertensi
BP>95 sampai <99 + 5mmHg=
hipertensi tingkat 1
BP>99 + 5mmHg = hipertensi tingkat 2

Diabetes HbA1c>6,5%,
Mellitus gula darah puasa >126mg/dL,
gula darah 2 jam setelah makan
>200mg/dL
Dislipidemia Trigliserid >130 mg/dL,
LDL >130mg/dL
Total kolestrol >200mg/dL
HDL <40 mg/dL
NHDL kolestrol >145 mg/dL
NAFDL >25 U/L (laki-laki)
>22 U/L (perempuan)

2.2. Epidemiologi
Prevalensi sindroma metabolik pada anak-anak maupun remaja
terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini dikarenakan proporsi
penduduk dengan obesitas terus meningkat. Anak-anak dengan sindroma
metabolik memiliki peningkatan risiko sindroma metabolik saat dewasa,
dan kemungkinan peningkatan risiko diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit
kardiovaskular.3 Angka kejadian obesitas dan overweight pada anak secara
global meningkat dari 4,2% pada tahun 1990 menjadi 6,7% pada tahun
2010. Kecenderungan ini diperkirakan akan mencapai 9,1% atau 60 juta di
tahun 2020.4 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 Kementerian
Kesehatan, secara nasional menunjukkan bahwa masalah overweight dan
obesitas pada umur 5-12 tahun berturut-turut 10,8% dan 8,8% dimana hal
ini sudah mendekati perkiraan angka dunia di tahun 2020. 10
6

Penelitian di Jakarta mendapatkan prevalensi sindroma metabolik


34% pada usia 10-19 tahun. Penelitian di Manado mendapatkan
prevalensi sindroma metabolik lebih rendah yaitu 23% pada anak
overweight dan obesitas yang berusia 10-14 tahun, yaitu dari 30 subjek
overweight dan 13 dari subjek obesitas. Kedua penelitian tersebut
menggunakan kriteria ATP III. Peningkatan prevalensi sindroma
metabolik pada anak menyebabkan kekhawatiran terjadinya epidemik
penyakit kardiovaskular di masa mendatang pada kelompok usia tersebut.4

2.3. Etiologi
Etiologi sindroma metabolik belum diketahui pasti. Akan tetapi,
suatu hipotesis menyatakan bahwa penyebab primer dari sindroma
metabolik adalah resistensi insulin.1
Menurut pendapatt Tenebaum penyebab sindroma metabolik
adalah:1

a. Gangguan fungsi sel beta dan hipersekresi insulin untuk


mengkompensasi resistensi insulin. Hal ini memicu terjadinya
komplikasi makrovaskuler (komplikasi jantung).
b. Kerusakan berat sel beta menyebabkan penurunan progresif sekresi
insulin, sehingga menimbulkan hiperglikemia. Hal ini
menimbulkan komplikasi mikrovaskuler (neuropathy diabetica).

2.4. Faktor Risiko


Faktor risiko sindroma metabolik adalah hal-hal dalam kehidupan
yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit secara dini. Ada
banyak macam faktor risiko sindroma metabolik seperti:5,6
• Riwayat orangtua dengan penyakit kardiovaskular atau diabetes
melitus tipe-2 (DMT2)
• Riwayat diabetes melitus pada ibu selama kehamilan
• Riwayat lahir kecil masa kehamilan (KMK) dengan catch-up growth
dini
• Pola makan
7

• Gaya hidup kurang gerak (sedentary lifestyle)


• Faktor genetik dan lingkungan
• Paparan asap rokok

2.5. Patofisiologi
Tiga mekanisme patogenetik yang saling berhubungan pada
perkembangan sindroma metabolik adalah obesitas dengan jaringan
adiposa berlebih, resistensi insulin dan faktor independen lainnya
termasuk molekul bioaktif yang berasal dari hati, vaskular, dan
imunologis yang menjadi perantara komponen tertentu dari sindroma
metabolik. Keadaan proinflamasi dan perubahan hormonal adalah
kontributor lainnya. 2
Resistensi insulin tetap menjadi mekanisme patogenetik yang
mendasari berbagai gambaran klinis sindroma metabolik. Pada anak-anak
obesitas, jaringan adiposa lebih resisten terhadap insulin dibandingkan
dengan populasi anak normal. Dengan tidak adanya aksi insulin
menyebabkan pelepasan asam lemak non-esterifikasi ke dalam darah
kadarnya meningkat. Hal ini kemudian menyebabkan penumpukan lemak
abnormal di otot dan hati. Ini adalah salah satu mekanisme yang
ditunjukkan untuk penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD) yang
terlihat pada anak-anak. Selain itu, pada anak-anak obesitas terjadi
peningkatan produksi sitokin proinflamasi dan inhibitor aktivator
plasminogen oleh jaringan adiposa dan pada saat yang sama produksi
adipokin jumlahnya berkurang. 2
Akumulasi lipid ektopik di otot dan hati di sisi lain juga
mempengaruhi resistensi insulin dan dislipidemia. Lemak tubuh bagian
atas termasuk lemak subkutan perut dan lemak visceral berkorelasi lebih
kuat dengan resistensi insulin dan sindroma metabolik. Hal ini juga
nantinya akan menyebabkan lebih rentan melepaskan asam lemak non-
esterifikasi ke dalam darah. Pada saat yang sama, insulin memiliki
beberapa efek pada reabsorpsi natrium dan sistem saraf simpatis, yang
dipertahankan bahkan pada anak-anak dengan resistensi insulin. 2
8

Seiring dengan peningkatan sekresi angiotensin, renin, dan leptin ini


semuanya menyebabkan hipertensi pada anak-anak dengan sindroma
metabolik. Selain itu, resistensi insulin juga menyebabkan peningkatan
terhadap ketersediaan oksida nitrat (NO) yang nantinya dapat
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah.2

Gambar 1. Peranan obesitas pada sindroma metabolik4

2.6. Gejala Klinis


Gambaran klinis pada sindroma metabolik adalah:7
a. Obesitas
Obesitas merupakan komponen penting dari sindroma metabolik. Hal
ini dibuktikan dengan hubungan yang kuat antara tingkat obesitas dan
prevalensi sindroma metabolik dan resistensi insulin setelah
disesuaikan dengan ras dan etnis. Obesitas didiagnosis berdasarkan
indeks massa tubuh (BMI) yaitu BMI ≥ 95 persentil sesuai dengan
jenis kelamin dan usia. Sedangkan overweight didiagnosis
berdasarkan BMI ≥ 85 persentil dan <95 persentil pada anak-anak.
Selain itu, akumulasi lemak visceral berkaitan dengan sindroma
9

metabolik pada masa anak-anak yang dapat diukur dengan rasio


pinggang terhadap pinggul. 7
b. Dislipidemia
Peningkatan rasio trigliserida terhadap HDL dapat digunakan sebagai
penanda peningkatan LDL pada anak. Rasio 3 atau lebih,
menunjukkan lebih banyak partikel LDL padat dan dikaitkan dengan
risiko CVD yang lebih tinggi karena efek aterogenik LDL tersebut. 7
c. Hipertensi
Hipertensi merupakan komponen penting dari sindroma metabolik dan
faktor risiko CVD. 7
d. Intoleransi glukosa dan DMT2
Intoleransi glukosa (gangguan glukosa puasa atau gangguan toleransi
glukosa) dan DMT2 berkembang sebagai akibat dari gangguan fungsi
sel beta dan penurunan kapasitas sekresi insulin. Menurut ADA,
diabetes mellitus dapat didiagnosis bila setidaknya satu dari kriteria
berikut terpenuhi:
a. hemoglobin A1c 6,5% atau lebih
b. glukosa darah puasa 126 mg / dL atau lebih
c. glukosa darah 2 jam setelah makan 200 mg / dL atau lebih
d. Glukosa darah sewaktu 200 mg / dL atau lebih dengan gejala
hiperglikemia
Perkembangan dari resistensi insulin menjadi intoleransi glukosa
dan atau DMT2 bervariasi antar individu. Oleh karena itu, sangat
penting untuk melakukan pemantauan rutin terhadap perkembangan
dari gejala DMT2.7
e. NAFLD
NAFLD adalah penyebab tersering penyakit hati pada anak-anak
dengan peningkatan insiden baru-baru ini yang berhubungan dengan
peningkatan prevalensi obesitas di kalangan anak-anak dan remaja.7
10

2.7. Diagnosis
Kriteria sindroma metabolik yang digunakan pada anak sesuai Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria sindroma metabolik yang digunakan pada anak5

Kriteria sindroma metabolik yang dimodifikasi menurut Ikatan Dokter


Anak Indonesia adalah obesitas abdominal yang ditandai dengan lingkar
pinggang ≥ P80 menurut Taylor dkk (Tabel 3.) dan ditambah dengan ≥ 2
parameter berikut: 4
• Tekanan darah :
Hipertensi adalah nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan
atau diastolik lebih dari persentil ke-95 berdasarkan jenis kelamin,
usia, dan tinggi badan (The Fourth Report on the Diagnosis,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure in Children and
Adolescents).
11

• Kadar kolesterol HDL:


Kadar kolestrol HDL ≤ 40 mg/dL
• Kadar trigliserida:
Kadar trigliserida ≥ 110 mg/dL
• Kadar glukosa darah puasa :
Glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dL atau terdiagnosis
DMT2.11 Kadar glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dL menunjukkan
bahwa anak tersebut telah mengalami gangguan kadar glukosa
darah puasa, suatu kondisi yang termasuk dalam diagnosis pra-
diabetes. Anak ini perlu menjalani tes toleransi glukosa oral/oral
glucose tolerance test (OGTT) untuk menyingkirkan kemungkinan
anak tersebut sudah menderita DMT2. Bila anak belum mampu
puasa ≥ 8 jam, sebagai ganti kadar glukosa darah puasa dapat
dilakukan pemeriksaan HbA1c. Anak tersebut didiagnosis
menderita pra-diabetes bila mempunyai kadar HbA1c ≥ 5,7%.4

Tabel 3. Nilai batasan untuk mengidientifikasi massa lemak dan lingkar


pinggang pada anak dalam pertumbuhan.12
12

2.8. Tatalaksana
2.8.1 Terapi Non-Farmakologi
Intervensi gaya hidup adalah langkah pertama dalam pengobatan
anak dengan sindroma metabolik. Sebuah studi observasi prospektif
dilakukan pada 1.388 anak kelebihan berat badan, dengan usia rata-rata
11,4 ± 0,1 tahun, menunjukkan bahwa penurunan BMI sebesar 0,25 atau
lebih, baik secara signifikan dapat menurunkan kadar trigliserida dan
kolesterol HDL serta dapat menurunkan risiko hipertensi. Intervensi gaya
hidup dapat dilakukan dengan aktivitas fisik yang benar, pola makan yang
yang benar serta modifikasi perilaku.13
1. Aktivitas fisik yang benar
Pada anak dengan usia 6-12 tahun atau usia sekolah lebih tepat
untuk memulai aktivitas fisik seperti bersepeda, berenang, menari,
karate, senam, sepak bolam dan basket. Sedangkan untuk anak usia
lebih dari 10 tahun lebih menyukai olahraga dalam bentuk kelompok.
Aktivitas fisik sehari-hari dioptimalkan seperti berjalan kaki atau
bersepeda ke sekolah dan mengurangi lama menonton televise atau
bermain games.13
Sebuah penelitian yang melakukan intervensi konseling diet
NCEP II dan olahrga intensitas sedang seperti lari 20 menit ditambah
bulu tangkis, senam, lempar tangkap bola, lari dengan frekuensi 3 kali
seminggu dengan durasi 40 menit selama 12 minggu dapat
menurunkan berat badan sebesar 2,5kg. Diet NCEP II yang dianjurkan
didalam penelitian tersebut terdiri dari lemak <30% total kalori, asam
lemak jenuh <7% total kalori dan kolestrol <200 mg/hari. 13

Tabel 4. Contoh aktivitas fisik pada anak13

Tipe aktivitas fisik Contoh

Aerobik dengan • Rekreaksi aktif seperti mendaki dan


intensitas sedang bermain sepatu roda
13

Aerobik dengan • Bermain aktif seperti berlari


intensitas bugar • Bersepeda
• Melompat tali
• Bela diri
• Berlari
• Olahraga seperti bola basket, berenang
dan tenis

Penguatan otot • Bermain tarik tambang


• Push-up
• Panjat tebing
• Sit-up
• Senam

Penguatan tulang • Melompat tali


• Berlari
• Olahraga seperti tenis dan bola voli

2. Pola makan yang benar13


Pemberian diet seimbang sesuai requiretment daily allowances
merupakan prinsip pengaturan diet pada anak obesitas karena anak
masih bertumbuh dan berkembang dengan metode pengaturan
makan yaitu:
• Makan 3 kali per hari dengan camilan 2 kali per hari yang
terjadwal (camilan diutamakan dalam bentuk buah segar,
diberikan air putih di antara jadwal makan utama serta lama
makan 30menit/kali.
• Tidak memaksa anak untuk mengkonsumsi makanan
tertentu
• Pemberian makan sesuai dengan kebutuhan kalori yang
diperoleh dari hasil perkalian antara kebutuhan kalori
14

berdasarkan requiretment daily allowances menurut umur


dengan berat badan ideal menurut tinggi badan.
• Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%,
lemak 30%, dan protein 15-20%.

3. Modifikasi perilaku13
Beberapa cara perubahan perilaku berdasarkan metode food rules
diantaranya adalah:
• Mencatat setiap perkembangan yang dilakukan
• Control terhadap stimulus, seperti saat menonton televise
diusahan jangan makan karena menonton telvisi dapat
mencetuskan untuk makan.
• Belajar mengontrol porsi dan jenis makananan yang
dikonsumsi
• Penghargaan, orang tua dianjurkan untuk memberi
dorongan, pujian terhadap keberhasilan atau perilaku sehat
yang dilakukan anaknya.13

2.8.2 Terapi Farmakoterapi


Sampai saat ini, tidak ada rekomendasi khusus untuk
penggunaan terapi farmakologi pada anak dengan sindroma
metabolik. Statin maupun obat antihipertensi dipertimbangkan
pada kasus yang berisiko sangat tinggi dan tidak memberikan
respons terhadap modifikasi gaya hidup. Metformin dapat
dipertimbangkan sebagai terapi tambahan disamping perubahan
gaya hidup pada kasus tertentu.4
a. Statin
Pemberian terapi farmakologi yang bertujuan untuk
menurunkan kadar LDL darah diberikan pada anak dan remaja
yang mempunyai risiko tinggi setelah tatalaksana dengan diet dan
aktivitas fisik tidak berhasil. Tatalaksana dislipidemia pada anak
saat ini menggunakan algoritme menurut Holmes dkk. Apabila
15

anak mempunyai kadar profil lipid-lipoprotein darah puasa


abnormal, profil lipid-lipoprotein darah harus diulang untuk
memastikan kadar yang abnormal (borderline atau tinggi) tersebut.
Interval untuk mengulang pemeriksaan profil lipid-lipoprotein
minimal tiga minggu.14
Tatalaksana dislipidemia lebih lanjut pada anak diberikan
berdasarkan kadar kolesterol LDL darah puasa yaitu:4
• Edukasi mengenai makanan dan faktor risiko, pemantauan
dalam lima tahun dilakukan jika kadar kolesterol LDL
darah normal (< 110 mg/dL)
• Edukasi mengenai faktor risiko dan diet NCEP step I,
evaluasi ulang kadar lipid-lipoprotein setelah satu tahun
dilakukan jika kadar kolesterol LDL darah borderline (110-
129 mg/dL). Pada keadaan ini, tatalaksana dyslipidemia
ditujukan untuk mencapai kadar kolesterol LDL darah
normal, sedangkan obat penurun kadar lipid darah tidak
diindikasikan pada anak
• Pemberian diet NCEP step I, skrining dislipidemia pada
orangtua dan saudara sekandung, perubahan gaya hidup,
serta menyingkirkan penyebab sekunder dislipidemia,
seperti gangguan tiroid, hati, dan ginjal dilakukan jika kadar
kolesterol LDL darah tinggi (≥130 mg/dL).
Profil lipid-lipoprotein darah harus diulang setelah
tatalaksana dislipidemia dilakukan minimal tiga bulan.
Apabila kadar kolesterol LDL darah < 130 mg/dL, anak dan
remaja dapat meneruskan diet yang sama dan pemeriksaan
profil lipid-lipoprotein darah diulang setelah satu tahun.
Anak dan remaja yang masih mempunyai kadar kolesterol
LDL darah > 130 mg/dL harus memulai diet NCEP step II,
selanjutnya pemeriksaan profil lipid-lipoprotein darah
diulang minimal tiga bulan. Pada keadaan kadar kolesterol
LDL darah tetap > 130 mg/dL dengan diet NCEP step II,
16

anak dan remaja harus meneruskan diet NCEP step II dan


perubahan gaya hidup, dengan atau tanpa obat penurun
kadar lipid darah.4
Pemberian terapi farmakologi dapat dipertimbangkan
apabila:4
• Konsentrasi kolestrol LDL darah tetap >190 mg/dL
setelah dilakukan terapi diet pada subyek yang
tidak memiliki faktor risiko penyakit jantung
koroner
• Konsentrasi kolestrol LDL darah tetap >160
mg/dLsetelah dilakukan terapi diet pada subyek
yang mempunyai faktor risiko lain, seperti obesitas,
hipertensu atau riwayat keluarga dengan penyakit
jantung koroner dini.
• Konsentrasi kolestrol LDL darah >130 mg/dL pada
anak dengan diabetes mellitus.

Terapi farmakologi yang diberikan pada anak dan


remaja adalah golongan 3-hydroxy-3-methyl-glutaryl
coenzyme A reductase inhibitors (statin) yang dimulai
setelah menstruasi pada anak perempuan dan usia 10 tahun
pada anak laki-laki. Apabila dislipidemia menetap setelah
pemberian terapi modifikasi gaya hidup dan farmakologik,
pasien harus segera dirujuk ke Spesialis Anak Konsultan
terkait.4

b. Tatalaksana hipertensi4
Pengobatan non-farmakologis:
• Mengubah kebiasaan
• Pengobatan tahap awal hipertensi pada sindrom
metabolik adalah seiring dengan tata laksana
kondisi dasarnya, yaitu penurunan berat badan,
17

diet rendah lemak dan garam, olahraga secara


teratur, ditambah dengan menghilangkan
kebiasaan tidak sehat, misalnya berhenti merokok
dan minum alkohol. Diet rendah garam yang
dianjurkan adalah 1,2 g/hari (4-8 tahun) dan 1,5
g/hari untuk anak lebih besar.

Pengobatan farmakologis:
Indikasi pemberian obat hipertensi pada anak:
• Hipertensi simtomatik
• Ada kerusakan organ (retinopati, hipertrofi
ventrikel kiri, proteinuria)
• Hipertensi sekunder
• Diabetes Mellitus
• Hipertensi derajat 1 yang tidak respon
dengan terapi
• Hipertensi derajat 2

Obat antihipertensi yang digunakan:4,15


• Golongan ACEi seperti kaptropril dengan
dosis 0,3-0,5 mg/kg/kali dan lain-lain.
• Golongan ARB seperti losartan dengan dosis
0,7 mg/kg/hari sampai 50 mg/hari (1x1) dan
lain-lain.
• Golongan Calcium Channel Blocker seperti
amlodipine dengan dosis 2,5-5mg 1x1.
• Golongan diuretic seperti hidroklorotiazid
dengan dosis 1mg/kg/hari.

c. Metformin
Modifikasi gaya hidup, menurunkan asupan kalori,
dan meningkatkan aktivitas fisik masih merupakan
18

tatalaksana terpenting sindrom metabolik. Namun, beberapa


systematic review menunjukkan bahwa penggunaan
metformin 1000-2000 mg/hari dalam dosis terbagi dua
selama 6-12 bulan dapat sedikit menurunkan BMI dan
memperbaiki sensitivitas insulin pada anak yang mengalami
obesitas dan resistensi insulin.1

2.9. Komplikasi
Komplikasi dari sindroma metabolik seperti pada table berikut:8

Tabel 5. Komplikasi Sindroma Metabolik pada Anak

Komplikasi Efek

Psikososial Perlakuan berbeda dari teman


sebaya, diejek dan terisolasi

Kardiovaskular Hipertrofi jantung, penyakit


jantung iskemik

Metabolik Gout, steatosis hepatic,


kolelitiasis, sindroma ovarium
polikistik

Sistem saraf pusat Pseudotumor cerebri, neuropati,


retinopati

Respirasi Sleep apnea

2.10. Prognosis
Komponen sindroma metabolik dapat mengalami perbaikan
dengan tatalaksana yang memprioritaskan program tatalaksana berat badan
19

yang intensif, disamping modifikasi gaya hidup dan tatalaksana faktor


risiko klinis lain terkait dengan penyakit kardiovaskular. 4
BAB I II

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
1. Sindroma metabolik adalah obesitas dengan peningkatan rasio ukuran
pinggang-pinggul, dislipidemia, resistensi insulin, hipertensi dan penyakit
hati berlemak non-alkohol (NAFLD)
2. Etiologi primer dari sindroma metabolik pada anak adalah resistensi
insulin
3. Gejala sindroma metabolik berupa obesitas, dislipidemia, hipertensi,
intoleransi glukosa dan diabetes mellitus tipe 2 serta NAFLD
4. Diagnosis sindroma metabolik ditegakkan dengan adanya obesitas
abdominal yang ditandai dengan lingkar pinggang abnormal serta
ditambah ≥ 2 parameter berikut seperti hipertensi, kadar kolestrol HDL
menurun, kadar trigliserida meningkat, kadar glukosa darah puasa
meningkat.
5. Terapi sindroma metabolik meliputi terapi non-farmakologi dan terapi
farmakologi
6. Komplikasi sindroma metabolik berupa gangguan psikososial, gangguan
sistem kardiovaskular, gangguan metabolik, gangguan sistem saraf pusat
dan gangguan sistem respirasi

3.2. Saran
Adapun perlunya anamnesis yang teliti terhadap riwayat medis pasien,
pemeriksaan fisik dan penunjang yang tepat agar dapat melakukan tatalaksana
yang sesuai dan optimal dan dapat mencegah komplikasi dari Sindroma
Metabolik.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Sandra R. Sindroma Metabolik Vol.4, No.4. 2015. Tersedia di:


https://www.juke.kedokteran.unila.ac.id

2. Prateek KP. Metabolic Syndrome in Children: Definition, Risk Factors,


Prevention and Management-A Brief Overview Vol.16, Issue 3:67-72.
2019. Available from: https://doi.org/10.7199/ped.oncall.2019.17

3. Ogden CL, et al. Trends in Obesity Prevalence Among Children and


Adolescents in United States, 1988-1994 Through 2013-2014. 2016.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov

4. Konsensus Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diagnosis dan Tatalaksana


Sindrom Metabolik pada Anak dan Remaja. 2014. Tersedia di:
https://www.spesialis1.ika.fk.unair.ac.id

5. Lee L, Sanders RA. Metabolic Syndrome. Pediatric in Review. 2012.


Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov

6. Weiss R. Childhood metabolic syndrome Diabetes Care. 2011. Available


from: https://www.care.diabetesjournals.org

7. Dania A, Vandana A. Metabolic Syndrome in Children and Adolescents.


2017. Availbale from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov

8. Marcdante, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi 6. 2014.

9. Valerio G, Balsamo A, Baroni MG, et al. Childhood obesity Classification


Systems and Cardiometabolic risk Factors: a Comparassionof the Italian,
World Health Organization and International Obesity Task Force
Reference.Ital J Pediatr. 2017. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov

10. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013.

11. International Diabetes Federation. The IDF consensus definition of


metabolic syndrome in children and adolescents. 2007. Available from:
https://www.idf.org

12. Taylor RW, Jones IE, Williams SM, Goulding A. Evaluation of waist
circumference, waist-to-hip ratio, and the conicity index as screening tools
for high trunk fat mass, as measured by dual-energy X-ray absorptiometry,
in children aged 3-19 y. Am J Clin Nutr. 2000. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov

21
22

13. Unit Kerja dan Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Mteabolik. Rekomendasi
Diagnosis, Tatalaksana dan Pencegahan Obesitas Pada Anak dan Remaja.
2014.

14. Holmes KW, Kwiterovich PO. Treatment of dyslipidemia in children and


adolescents. CurrCardiol Rep. 2005. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov

15. Elena F, Claudio M. Treatment of Metabolic Syndrome in Children. 2019.


Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov

16. Brufani C, et al. Systematic Review of Metformin Use in Obese


Nondiabetic Children and Adolescents. Horm Res Paediatr 2013.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov

Anda mungkin juga menyukai