Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Suatu perusahaan dalam mengembangkan usahanya memerlukan modal yang cukup besar.
Perusahaan tersebut mendapatkan modal dari beberapa sumber seperti modal pribadi,
pinjaman bank, atau melakukan penawaran saham di pasar modal. Pengertian pasar modal
adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan investasi kolektif,
kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. (Undang-Undang Pasar Modal No.8
Tahun 1995).

Menurut Er & Vuran (2012:109), pasar modal memiliki peran ganda dalam perekonomian yaitu
memberikan kesempatan bagi perusahaan yang ingin mendapatkan tambahan modal dengan
menjual sekuritas dan menciptakan peluang bagi investor untuk menginvestasikan dananya.

Pada saat krisis ekonomi yang menghantam global pada tahun 2008, kinerja pasar modal di
Indonesia mengalami penurunan. Kondisi ini tentu mempengaruhi investor untuk melakukan
investasi di pasar modal khususnya saham dan akan berdampak terhadap harga pasar saham di
bursa. Selain itu krisis ekonomi juga menyebabkan variabel-variabel ekonomi, seperti kurs
dolar/rupiah, inflasi, maupun pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan yang cukup tajam.
Kurs dolar/rupiah mengalami penurunan, pada penutupan triwulan IV-2008 nilai rupiah
terperosok ke angka Rp. 11.092,- per dolar AS dibandingkan pada triwulan IV-2007 sebesar Rp.
9.376,- per dolar AS. Angka inflasi juga mengalami lonjakan, pada tahun 2008 inflasi meningkat
menjadi 11,06 persen (y o y) dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
6,59 persen. (Badan Pusat Statistik, 2009).

Salah satu indikator yang sering digunakan untuk melihat perkembangan pasar modal di
Indonesia yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG merupakan salah satu indeks pasar
saham dari sekian banyak indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indikator pasar modal ini sangat
fluktuatif terpengaruh oleh perubahan-perubahan indikator ekonomi makro yang ada. Seiring
dengan indikator pasar modal, indikator ekonomi makro juga bersifat fluktuatif. Sehingga
pergerakan IHSG cukup sulit untuk diperkirakan karena terpengaruhi indikator ekonomi makro
yang fluktuatif.

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
faktor yang berasal dari luar negeri dan faktor yang berasal dari dalam negeri. Faktor yang
berasal dari luar negeri bisa berasal dari tren perubahan minyak dunia, tren harga emas,
pengaruh sentimen pasar global, maupun indeks bursa negara lain (Dow Jones, Hang Seng,
Nikkei, dll). Sedangkan faktor dari dalam negeri bisa dari nilai tukar mata uang, tingkat suku
bunga, inflasi, kondisi sosial politik suatu negara, dan lain sebagainya. (Salim dkk, 2017)
Salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yaitu
Harga Minyak Mentah Dunia (Crude Oil Price). Minyak mentah memegang peranan penting
pada aktivitas perekonomian. Pada tahun 2015, pemerintah memutuskan untuk mencabut
subsidi BBM yang artinya Harga Minyak Mentah Dunia akan langsung mempengaruhi harga
BBM. Dampak langsung saat BBM di non-subsidi adalah perubahan biaya-biaya operasional
yang mengakibatkan tingkat keuntungan kegiatan investasi akan mengalami dampaknya.

Handiani (2014) menyatakan bahwa Harga Minyak Mentah mempengaruhi perubahan IHSG
secara positif. Hal tersebut dikarenakan bagi negara pengekspor minyak dan perusahaan sektor
pertambangan, kenaikan harga minyak dunia dapat memberikan keuntungan karena akan
menarik minat investor. Akan tetapi, bagi perusahaan di luar sektor pertambangan, hal ini akan
mengakibatkan kerugian karena biaya operasional meningkat. Peningkatan dan penurunan laba
berdampak pada harga saham perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai IHSG.

Pada umumnya bursa efek pada negara yang tergolong maju seperti bursa Amerika, Jepang,
Inggris, dan lain sebagainya memiliki pengaruh kuat terhadap kinerja bursa efek negara lainnya.
Selain itu bursa efek yang berada dalam satu kawasan juga dapat mempengaruhi karena letak
geografisnya yang saling berdekatan seperti, Indeks STI di Singapura, Nikkei di Jepang, Hang
Seng di Hong Kong, Kospi di Korea Selatan, KLSE di Malaysia, dan lain sebagainya.

Amerika Serikat merupakan salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
Melemahnya Dow Jones Industrial Average (DJIA) dapat menyebabkan melemahnya juga bursa
efek di negara lain. Hubungan DJIA dengan bursa efek di negara-negara lain dapat terlihat pada
tahun 2008 dimana pada saat itu di Amerika Serikat sedang mengalami krisis yang dikenal
dengan krisis subprime mortgage. Indeks Dow Jones Industrial Average mengalami penurunan
sebesar 26,29 persen dari posisi 12.650,36 point pada Januari 2008 menjadi 9.325,01 poin pada
perdagangan bulan Oktober dan berdampak pada Indeks Harga Saham Gabungan. Bursa Efek
Indonesia (BEI) mencatat bahwa perdagangan bulan Oktober IHSG merosot dari 2.830,263 pada
Januari 2008 ke angka 1.111,390 pada Oktober 2008. (Kompas, 2008)

Ernayani (2014) menyatakan bahwa Dow Jones mempengaruhi perubahan IHSG secara positif.
Hal tersebut dikarenakan Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor utama bagi
Indonesia. Sehingga perubahan kondisi perekonomian Amerika Serikat akan tercerminkan pada
Indeks Dow Jones. Indeks Dow Jones yang bergerak naik, menandakan kinerja perekonomian
Amerika Serikat secara umum berada pada posisi yang baik. Perubahan kondisi perekonomian
yang baik, akan menggerakkan perekonomian Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran
modal masuk baik investasi langsung maupun melalui pasar modal. Aliran modal yang masuk
melalui pasar modal tentu akan memiliki pengaruh terhadap perubahan IHSG.

Sukirno (2015:14) memberikan definisi bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga
yang berlaku dalam suatu perekonomian. Peningkatan inflasi merupakan sinyal negatif bagi
investor di pasar modal. Kenaikan inflasi akan mempengaruhi pendapatan dan biaya produksi
perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga perusahaan
maka laba perusahaan akan turun. Penurunan laba akan menurunkan minat investor untuk
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di
bursa efek, turunnya minat investor tercermin pada harga saham tersebut.

Apriansyah (2014) menyatakan bahwa Inflasi mempengaruhi perubahan IHSG secara positif. Hal
tersebut dikarenakan inflasi pada umumnya menyebabkan terjadinya kenaikan pada bahan-
bahan baku. Pada kondisi ini, perusahaan bisa mengambil dua alternatif, apakah mengurangi
produksi atau menaikkan harga yang akan dijual ke produsen. Inflasi membawa pengaruh
positif dapat terjadi pada investasi jangka panjang. Saat terjadi inflasi ringan, para investor yang
menginvestasikan dananya dalam investasi jangka panjang akan menahan saham mereka agar
tidak terjadi kerugian pada saat terjadinya inflasi tersebut. Investor akan tetap menahan
sahamnya sampai kondisi perekonomian menjadi stabil.

Perindustrian di Indonesia sedang mengalami masa pertumbuhan. Banyak perusahaan-


perusahaan yang aktif melakukan kegiatan ekspor dan impor. Salah satu faktor yang
melancarkan kegiatan ekspor dan impor tersebut adalah adanya mata uang sebagai alat
transaksi. Salah satu mata uang yang umum digunakan dalam perdagangan internasional
adalah dollar Amerika Serikat. Bagi perusahaan-perusahaan yang aktif melakukan kegiatan
ekspor dan impor kestabilan nilai kurs mata dollar terhadap rupiah menjadi hal yang penting.
Sebab ketika nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terdepreriasi, hal ini akan
mengakibatkan barang-barang impor menjadi mahal. Apabila bahan baku perusahaan
menggunakan bahan impor, secara otomatis akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi.
Kenaikan biaya produksi akan mengurangi laba perusahaan. Turunnya laba perusahaan tentu
akan mempengaruhi investor terhadap saham perusahaan yang bersangkutan. Secara umum,
hal ini akan mendorong pelemahan indeks harga saham di negara tersebut.

Gumilang (2014) menyatakan bahwa Kurs mempengaruhi perubahan IHSG secara negatif.
Apresiasi nilai rupiah menunjukkan bahwa keadaan perekonomian Indonesia sedang membaik.
Sebaliknya, saat nilai rupiah terdepresiasi artinya keadaan perekonomian Indonesia sedang
mengalami gejolak. Gejolak perekonomian dalam negeri akan menurunkan minat investor
dalam berinvestasi karena keadaan perekonomian yang kurang baik akan mendorong naiknya
resiko dalam berinvestasi.

TEORI

Ilmu ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari terkait dengan pilihan-pilihan dalam
mengoptimalkan kemampuannya dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki untuk
mencapai kepuasan maksimum. Sedangkan ekonomi makro adalah ilmu ekonomi yang
mempelajari kegiatan ekonomi secara menyeluruh. Yang dibicarakan bukan lagi bagian-bagian
dalam suatu perekonomian atau hanya perusahaan saja, namun sudah membicarakan kegiatan
ekonomi menyeluruh dalam perekonomian. (Veritia dkk, 2019)

Makro ekonomi berfokus pada perilaku dan kebijakan ekonomi yang dapat mempengaruhi
tingkat konsumsi dan investasi, neraca perdagangan dan pembayaran suatu negara, faktor-
faktor penting yang mempengaruhi perubahan harga dan upah, kebijakan fiskal dan moneter,
jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga dan jumlah utang negara. (Sampurna, 2016)

Perkembangan pasar modal suatu negara dapat dianalisis menggunakan indeks harga. Dalam
keputusan direksi PT. Bursa Efek Indonesia, Indeks dapat berupa satu saham, sekumpulan
saham dalam suatu industri tertentu atau semua saham gabungan (IHSG). Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) merupakan salah satu indeks yang digunakan di Bursa Efek Indonesia. Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada 1 April 1983 sebagai indikator
pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia. Perhitungan IHSG menggunakan semua perusahaan
yang terdaftar di bursa sebagai komponen perhitungan indeks. (Bursa Efek Indonesia, 2010)

Minyak mentah (crude oil) merupakan komoditas dan sumber energi yang sangat dibutuhkan
bagi pertumbuhan suatu negara. Minyak mentah termasuk dalam sumber daya yang tidak
dapat diperbaharui, sehingga menurunnya cadangan minyak mentah menyebabkan harganya
bergejolak.

Minyak mentah diukur dari harga spot pasar minyak dunia, pada umumnya yang digunakan
menjadi standar adalah West Texas Intermediate dan Brent. Minyak dunia yang
diperdagangkan di West Texas Intermediate (WTI) merupakan minyak mentah yang berkualitas
tinggi. Minyak mentah yang diperdagangkan WTI berjenis light-weight dan memiliki kadar
belerang yang rendah. Minyak mentah yang diperdagangkan Brent merupakan campuran dari
15 jenis minyak mentah dari 15 ladang minyak yang berbeda di Laut Utara.

Minyak mentah yang diperdagangkan OPEC merupakan harga minyak campuran dari negara-
negara yang tergabung dalam OPEC. Harga minyak OPEC lebih rendah karena minyak dari
beberapa negara anggota OPEC memiliki kadar belerang yang cukup tinggi sehingga lebih susah
untuk dijadikan sebagai bahan bakar.

Indeks Dow Jones merupakan salah satu dari 3 indeks utama di Amerika Serikat. Selain Dow
Jones terdapat juga Indeks Nasdaq Composite dan Standard & Poor’s 500. Indeks Dow Jones
didirikan pada tahun 26 Mei 1982 oleh editor The Wall Street Journal, Edward Jones dan
Charles Dow. Indeks ini dikhususkan untuk mencerminkan kinerja perusahaan-perusahaan
terbesar di Amerika. Saat ini Dow Jones Industrial Average merupakan indeks pasar AS tertua
yang masih berjalan. Pada awalnya di tahun 1896 terdapat 12 perusahaan yang terdaftar di
Dow Jones Industrial Average. Jumlah keanggotaan bursa kemudian diperbanyak menjadi 20
pada tahun 1916, dan akhirnya menjadi 30 perusahaan sejak tahun 1928 hingga sekarang.
(Dewanto, 2014)

Inflasi menurut Sukirno (2015:14) merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku
dalam suatu perekonomian. Penghitungan inflasi, pengeluaran masyarakat dikelompokkan ke
dalam tujuh jenis kelompok pengeluaran barang/jasa yaitu kelompok bahan makanan,
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok perumahan, air, listrik, gas,
dan bahan bakar, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan
olah raga dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

Bank Indonesia (2018) dalam website resminya menyatakan inflasi yang rendah dan stabil
merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya
memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian
inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan
dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Kurs menurut Sukirno (2015:397) merupakan banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk
memperoleh satu unit mata uang asing. Kenaikan nilai tukar (kurs) mata uang dalam negeri
disebut apresiasi atas mata uang (mata uang asing lebih murah, hal ini berarti nilai mata uang
asing dalam negeri meningkat). Penurunan nilai tukar (kurs) disebut depresiasi mata uang
dalam negeri (mata uang asing menjadi lebih mahal, yang berarti mata uang dalam negeri
menjadi merosot).

Perubahan nilai pada kurs akan memberikan dampak yang berbeda pada perusahaan. Misalnya,
perusahaan yang berorientasi pada impor, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang
tajam akan berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan. Sementara itu, perusahaan
yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap
dolar Amerika. Ini berarti harga saham yang terkena dampak negatif akan mengalami
penurunan di Bursa Efek Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak positif
akan mengalami kenaikan harga sahamnya.

Anda mungkin juga menyukai