Anda di halaman 1dari 17

Fraktur Tertutup Femur Dekstra 1/3 Proksimal

Cindy Sitarani Alaysia (102015003)


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta
Alamat Korespodensi: Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510, Indonesia
Email: Cindysitarani1406@gmail.com

Abstrak
Menurut data kecelakaan lalu lintas di Singapura, dari 1804 kasus kecelakaan nonfatal,
cedera tersering adalah cedera pada ekstremitas bawah yang meliputi 58.3%, diikuti oleh
cedera kepala sebanyak 18.1%, cedera maksilofasial 14.2% dan cedera ekstremitas atas 9.4%.
Di India, dari total 423 kecelakaan lalu lintas, 85.8% di antaranya laki-laki dan 14.2%
perempuan, jadi rasionya 6:1. Lokasi cedera terbanyak adalah di ekstremitas bawah yang
ditemukan pada 45.39% dan cedera multipel pada 26.95% kasus. Fraktur atau patah tulang
adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis yang bersifat
total maupun parsial. Fraktur juga melibatkan jaringan otot, saraf, dan pembuluh darah di
sekitarnya. Secara klinis, dibagi menjadi fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu
menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika
fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar atau kulit di lokasi fraktur masih intak.
Kata kunci: fraktur extremitas, tulang, femur
Abstract
According to data from a traffic accident in Singapore, from 1804 cases of nonfatal
accidents, the most common injury is an injury to the lower extremities which covers
58.3%, followed by a head injury as much as 18.1%, 14.2% and maxillofacial injury
upper limb injuries 9.4%. In India, out of a total of 423 traffic accidents, 85.8% among
men and 14.2% women, so the ratio is 6: 1. The location is the most injuries in the lower
extremities were found in 45.39% and multiple injuries in 26.95% of cases. Fracture or
fracture is a break of continuity of bone, joint cartilage, epiphyseal cartilage that is total
or partial. Fractures also involves a network of muscles, nerves, and blood vessels in the
vicinity. Clinically, divided into open fractures, ie if the fracture it penetrates the skin so
in touch with the outside air, and a closed fracture, that is if the bone fragments do not
relate to the outside world or the skin at the site of the fracture is still intact.
Keywords: extremity fractures, bone, femur

1
Pendahuluan
Penyakit-penyakit sistem muskuloskeletal menduduki tempat pertama di antara
penyakit-penyakit yang mengubah kualitas hidup. Keadaan ini berkaitan dengan keterbatasan
aktivitas, disabilitas, dan gangguan. Di Amerika Serikat, satu dari setiap tujuh orang
menderita salah satu jenis gangguan muskuloskeleial, yang menghabiskan biaya lebih dari 60
milyar dolar setahunnya. Biaya ini mencakup hilangnya penghasilan dan biaya pengobatan.
Penyakit sistem muskuloskeletal dapat dibagi menjadi dua golongan: penyakit sistemik dan
penyakit lokal. Pasien dengan penyakit sistemik, seperti artritis reumatoid, lupus eritematosus
sistemik, dan polimiosilis, dapat terlibat sakit kronis dengan kelemahan umum, nyeri dan
kaku sendi secara berkala. Pasien dengan penyakit lokal pada dasarnya merupakan individu
sehat yang menderita keterbatasan gerakan dan nyeri pada satu daerah tertentu. Yang
termasuk ke dalam kelompok ini adalah pasien yang menderita nyeri punggung, tennis
elbow, artritis, atau bursitis, dan juga fraktur. Di dalam makalah kali ini, akan dibahas
mengenai fraktur yang terjadi pada regio femur dextra 1/3 distal, yang terjadi akibat
kecelakaan. Fraktur sendiri berarti hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Selanjutnya akan dibahas lebih
lanjut pada subbab-subbab berikutnya.1,2
Anamnesis
Anamnesis merupakan wawancara riwayat kesehatan pasien baik secara langsung
atau tidak langsung yang memiliki tiga tujuan utama yaitu mengumpulkan informasi,
membagi informasi, dan membina hubungan saling percaya untuk mendukung kesejahteraan
pasien. Informasi atau data yang dokter dapatkan dari wawancara merupakan data subjektif
berisi hal yang diutarakan pasien kepada dokter mulai dari keluhan utama hingga riwayat
pribadi dan sosial.1
Untuk individu dewasa, riwayat komprehensif mencakup Mengidentifikasi Data dan
Sumber Riwayat, Keluhan Utama, Penyakit Saat Ini, Riwayat Kesehatan Masa Lalu, Riwayat
Keluarga, dan Riwayat Pribadi dan Sosial. Pasien yang baru dirawat di rumah sakit atau
klinik patut dilakukan pengkajian riwayat kesehatan komprehensif, akan tetapi dalam banyak
fasilitas akan lebih tepat bila dilakukan wawancara yang lebih terfokuskan atau berorientasi
masalah yang pelaksanaannya fleksibel.
Dalam kasus ini, dokter melakukan anamnesis secara langsung dari pasien karena
pasien sudah berusia 18 tahun. Riwayat kesehatan yang perlu dikumpulkan meliputi (1)
Identifikasi data meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, pekerjaan,

2
dan status perkawinan; (2) Keluhan utama yang berasal dari kata-kata pasien sendiri yang
menyebabkan pasien mencari perawatan; (3) Penyakit saat ini meliputi perincian tentang
tujuh karakteristik gejala dari keluhan utama yaitu lokasi, kualitas, kuantitas, waktu
terjadinya gejala, kondisi saat gejala terjadi, faktor yang meredakan atau memperburuk
penyakit, dan manifestasi terkait (hal-hal lain yang menyertai gejala); (4) Riwayat kesehatan
masa lalu seperti pemeliharaan kesehatan, mencakup imunisasi, uji skrining dan penyakit
yang diderita pada masa kanak-kanak, penyakit yang dialami saat dewasa lengkap dengan
waktunya mencakut empat kategori yaitu medis, pembedahan, obstetrik, dan psikiatrik; (5)
Riwayat keluarga yaitu diagram usia dan kesehatan, atau usia dan penyebab kematian dari
setiap hubungan keluarga yang paling dekat mencakup kakek-nenek, orang tua, saudara
kandung, anak, cucu dan (6) Riwayat Pribadi dan Sosial seperti aktivitas dan gaya hidup
sehari-hari, situasi rumah dan orang terdekat, sumber stress jangka pendek dan panjang,
pekerjaan dan pendidikan. Dalam kasus ini, hanya didapatkan keluhan utama, keluhan
tambahan, dan riwayat penyakit sekarang.2
Pada kejadian fraktur, biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik
fraktur), baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk
menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak
selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain. Trauma
dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh di kamar mandi
pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena
mesin atau karena trauma olah raga. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri,
pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau
datang dengan gejala-gejala lain.2
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:1,2
1.Syok, anemia, atau perdarahan, 2.Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak,
sumsum tulang belakang, atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul, dan abdomen,
3,Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis. 2Pada pemeriksaan fisik selanjutnya,
dilakukan inspeksi (look), palpasi (feel), pergerakan (move), dan pemeriksaan neurologis.
1. Inspeksi (Look)
Bandingkan dengan bagian yang sehat, perhatikan posisi anggota gerak, keadaan umum
penderita secara keseluruhan, ekspresi wajah karena nyeri, lidah kering atau basah, adanya

3
tanda-tanda anemia karena perdarahan, apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak
untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka, ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa
jam sarnpai beberapa hari, perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan
kependekan, lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain,
perhatikan kondisi mental penderita, keadaan vaskularisasi.2
2. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat
nyeri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:3
1.Temperatur setempat yang meningkat. 2.Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat
superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur
pada tulang. 3.Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-
hati. 4.Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri
dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena. 5.Refilling
(pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma, temperatur kulit.
6.Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan
panjang tungkai.
3. Pergerakan (Move)
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan pasif
sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita dengan
fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh
dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
lunak seperti pembuluh darah dan saraf.
4. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris serta
gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau neurotmesis. Kelainan
saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan masalah asuransi
dan tuntutan (klaim) penderita serta merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis
Foto polos

4
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun
demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi
fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka
sebaiknya kita mempergunakan bulai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara
sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis. Bila secara klinis ada atau diduga ada fraktur,
maka harus dibuat 2 foto tulang yang bersangkutan. Sebaiknya dibuat foto antero-posterior
(AP) dan lateral. Bila kedua proyeksi ini tidak dapat dibuat karena keadaan pasien yang tidak
mengizinkan, maka dibuat 2 proyeksi yang tegak lurus satu sama lain. Perlu diingat bahwa
bila hanya 1 proyeksi yang dibuat, ada kemungkinan fraktur tidak dapat dilihat. Adakalanya
diperlukan proyeksi khusus, misalnya proyeksi aksial, bila ada fraktur pada femur proksimal
atau humerus proksimal.2,4
Tujuan pemeriksaan radiologis:
Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi, untuk konfirmasi adanya fraktur,
untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya, untuk
menentukan teknik pengobatan, untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak, untuk
menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler, untuk melihat adanya
keadaan patologis lain pada tulang, untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.
Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua: 4
• Dua posisi proyeksi; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-posterior dan
lateral.
• Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di atas dan di bawah sendi
yang mengalami fraktur.
• Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada ke dua anggota
gerak terutama pada fraktur epifisis.
• Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua daerah
tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto pada
panggul dan tulang belakang.
• Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto
pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari
kemudian.2
Pemeriksaan radiologis lainnya
Pemeriksaan khusus dengan: Tomografi, misalnya pada fraktur vertebra atau kondilus
tibia, CT – scan, MRI, Radioisotop scanning

5
Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu dinyatakan
apakah fraktur terbuka/tertutup, tulang mana yang terkena dan lokalisasinya, apakah sendi
juga mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu sendiri. 3,4 Konfigurasi fraktur dapat
menentukan prognosis serta waktu penyembuhan fraktur misalnya penyembuhan fraktur
transversal lebih lambat dari fraktur oblik karena kontak yang kurang.
Working diagnosis
Wanita usia 60 tahun ini diduga mengalami fraktur tertutup satu pertiga proksimal os
femur karena tanda-tanda pasti fraktur positif yaitu pemendekan dan rotasi. Tanda-tanda lain
seperti nyeri dan juga edema positif.
Tulang paha atau os femur merupakan bagian dari extremitas inferior atau bahagian
tulang di bahagian bawah badan yaitu dari os coxae sehingga pedis. Tulang paha merupakan
bagian dari ossa membri superios libera yang terdiri daripada os femur, os tibia, os fibula dan
pedis (ossa tarsalia, ossa metatarsalia dan ossa phalanges).3, 4
Secara spesifik, os femur merupakan tulang kaki yang terletak paling proksimal pada tubuh.
Tulang-tulang di bagian ini berperan menerima seluruh berat tubuh, maka ia lebih tebal
daripada tulang-tulang di ekstrimitas superior. Femur dikatakan tulang terpanjang dan
terberat dengan ukuran paling tulang terkuat dalam tubuh manusia.

Gambar 1 : Anatomi tulang femur.5


Tulang femur ini berartikulasio dengan tulang coxae pada sendi. Artikulasi ini
merupakan gabungan enarthrodial atau ball-and-socket, yang dibentuk oleh penerimaan dari
kepala femur ke dalam rongga berbentuk cekung dari acetabulum. Tulang rawan artikular
meliputi daerah cekung acetabulum, kepala femur yang lebih tebal di tengah daripada lingkar,
meliputi seluruh permukaan dengan kecuali femoris fovea capitis menyediakan lebih

6
stabilitas dan penyerapan tekanan. Dalam permukaan cekung juga ada lingkaran depresi
tanpa tulang rawan, diduduki dalam keadaan segar oleh massa lemak, ditutupi oleh membran
sinovial.5

Gambar 2 : Gambar femur dan coxae yang normal dan fraktur.6


Apabila berlaku fraktur pada collum, menyebabkan bukan sahaja fraktur tetapi juga
dapat menyebabkan dislokasi dimana posisi caput femur bukan lagi pada acetabulum di
coxae.
Differensial diagnosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai penurunan densitas massa
tulang dan pemburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah
patah. Osteoporosis banyak ditemukan pada usia lanjut karena hormon estrogen menurun
apabila wanita hampir kepada menopause. Apabila densitas dan massa tulang semakin
berkurang, tulang menjadi rapuh dan mudah patah apabila terkena tekanan walaupun tekanan

7
yang ringan. Fraktur pada osteoporosis adalah fraktur patologis karena berpunca dari proses
pelemahan tulang.7
Fraktur distal femur seringkali menembus intra articular dan membutuhkan reposisi
anatomis sendi dan memberikan indikasi untuk di operasi. Pada fraktur distal femur sering
terjadi komplikasi neurovascular.
Fraktur dislokasi pinggul adalah cedera umum untuk sendi panggul. Dislokasi dapat terjadi
tanpa berlakunya fraktur. Dislokasi terjadi ketika kepala berbentuk bola pada femur keluar
dari acetabulum berbentuk cangkir diatur dalam pelvis, tulang femur tidak lagi berartikulasio
pada coxae.6,7

Gambar 3 : Dislokasi tulang femur.8


Kecederaan sendi sakroiliaka adalah sakit pada tulang sacrum dan iliaka yang terletak
pada daerah panggul. Banyak pasien menyatakan bahwa rasa sakit mereka mulai secara
spontan, sedangkan yang lain dapat menyebutkan peristiwa menghasut tertentu dan 58% dari
pasien yang didiagnosis dengan nyeri sendi sakroiliaca semasa pemeriksaan klinis mengeluh
merasa nyeri pada bagian panggul. Penyebab langsung nyeri sendi sakroiliaca berhubungan
dengan cedera intercalated disk pada vertebrae. Selain itu dapat juga disebabkan oleh trauma
yang berlaku seperti mengangkat barang atau trauma lebih berat seperti kecelakaan.8
Etiologi
Fraktur collum femur ini dapat terjadi kepada semua golongan usia tetapi puncanya bisa
berbeda-beda. Fraktur dapat disebabkan beberapa faktor :6,8
1) Fraktur akibat peristiwa trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat yang terkena,
hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak disekitarnya. Jika kekuatan tidak
langsung mengenai tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang
terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada.
Trauma juga terdiri dari pelbagai bentuk :

8
a. Trauma langsung
Bila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut terdapat paksaan, misalnya : benturan
atau pukulan pada tulang yang mengakibatkan fraktur.
b. Trauma tidak langsung
Pasien jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi, dapat terjadi fraktur pada pergelangan
tangan, suprakondiskuler, klavikula. Bila terjatuh dalam keadaan duduk, dapat terjadi
dislokasi coxae dan fraktur femur.
c. Trauma ringan
Pasien selalu mengangkat barang, walaupun barang itu tidak terlalu berat, tetapi masih dapat
menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh karena osteoporosis atau ada
kelainan patologis seperti infeksi, metastase dari tumor, atau karena tarikan spontan otot yang
kuat.
2) Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut tidak mampu
mengabsobsi energi atau kekuatan yang menimpanya seperti ketabrakan atau terjatuh dengan
kuat.
3) Fraktur Patologis
Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses pelemahan tulang
akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau osteoporosis.
Fraktur collum femur pada pasien muda biasanya disebabkan oleh trauma energi tinggi dan
sering dikaitkan dengan beberapa luka-luka dan tingginya tingkat nekrosis avascular dan
nonunion.7,8
Klasifikasi Klinis -
Fraktur tertutup (simple fracture)
Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia
luar.
Fraktur terbuka (compound fracture)
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui
luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from
without (dari luar).9
Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya
malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.9

9
Klasifikasi Radiologis
Klasifikasi ini berdasarkan atas:
1.Lokalisasi (gambar 4):
Diafisial, Metafisial, Intra-artikuler, Fraktur dengan dislokasi.8,9

Gambar 4. Fraktur tulang berdasarkan lokalisasi; Diafisial (a), Metafisial (b), fraktur
dengan dislokasi (c), dan Intra-artikuler (d).8

2.Konfigurasi (gambar 5, gambar 6):


Fraktur transversal (2a, 3a), Fraktur oblik (2b, 2b), Fraktur spiral (2c, 3d), Fraktur Z (2d),
Fraktur segmental (2f, 3cd), Fraktur komunitif (2e, 3e), fraktur lebih dari dua fragmen,
Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi. Fraktur avulsi, fragmen kecil
tertarik oleh otot atau tendo misalnya fraktur epikondilus humeri, fraktur trokanter mayor,
fraktur patela, Fraktur depresi (2g, 3f), karena trauma langsung misalnya pada tulang
tengkorak, Fraktur impaksi, fragmen-fragmen saling tertekan satu sama lain, tanpa adanya
garis fraktur yang jelas, Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah
misalnya pada fraktur vertebra, patela, talus, kalkaneus, Fraktur epifisis, biasanya terjadi pada
anak usia di bawah 16 tahun.8,9

10
Gambar 5. Fraktur tulang berdasarkan konfigurasi.9

Gambar 6. Beberapa gambaran radiologik konfigurasi fraktur.9


3.Menurut Ekstensi
Fraktur total, Fraktur tidak total (fraktur crack), Fraktur buckle atau torus, Fraktur garis
rambut2, Fraktur greenstick, tulang anak bersifat fleksibel, sehingga fraktur dapat berupa
bengkokan tulang di satu sisi dan patahan korteks di sisi lainnya. Tulang juga dapat
melengkung tanpa disertai patahan yang nyata.10

11
4.Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya :
1.Tidak bergeser (undisplaced)
2.Bergeser (displaced)10
Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara (gambar 4): Bersampingan(a), Angulasi(b),
Rotasi(c), Distraksi(d), Over-riding(e), Impaksi(f).

Gambar 7. Pergeseran fraktur tulang.12

Epidemiologi
Fraktur ini berlaku di seluruh dunia walaupun puncanya macam-macam. Insidensi
fraktur kolum femur meningkat sejalan dengan meningkatnya usia terutama fraktur atas
sebab osteoporosis dan penuaan Insidensi tertinggi adalah pada usia 70-80 tahun dan lebih
sering pada wanita berbanding laki-laki dengan rasio 5 : 1. Lesi ini jarang terjadi pada orang
yang menderita osteoarthritis pada panggulnya.11,12
Angka mortilitas pada usia 60 tahun meningkat terus karena kerapuhan tulang akibat
kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause yang disebabkan turunnya
hormon estrogen.
Patofisiologi
Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus
mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah.
Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir
(shearing). Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama
tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma bisa bersifat langsung dan tidak
langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur
pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersilat komunitif dan jaringan lunak ikut

12
mengalami kerusakan. Trauma tidak langsung adalah trauma dihantarkan ke daerah yang
lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan
fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Tekanan pada
tulang dapat berupa; tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral alau oblik,
tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal, tekanan sepanjang aksis tulang
yang dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi atau fraktur dislokasi, kompresi vertikal
dapat menyebabkan fraktur komunitif atau rnernecah misalnya pada badan vertebra, talus atau
fraktur buckle pada anak-anak, trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak
tertentu akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z, fraktur oleh karena remuk, dan
trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian tulang. Selain itu, umur
penderita dan lokasi fraktur juga dapat mempengaruhi jenis-jenis fraktur yang terjadi. Bila
trauma terjadi pada atau dekat persendian, mungkin terdapat fraktur pada tulang disertai
dislokasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.12
Gejala klinis
Pasien yang mengalami fraktur collum femur akan merasakan nyeri terus menerus
dan bertambah beratnya sehingga bukan sahaja nyeri saat dilakukan palpasi tetapi juga juga
sukar untuk menggerakkan anggota yang fraktur. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak
dapat digunakan dan cenderung bergerak secara luar biasa, bukan tetap rigid seperti
normalnya. Pergeseran frakmen tungkai menyebabkan deformitas. Ekstremitas yang bisa
diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal.13
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
otot yang melekat di atas dan di bawah tempat fraktur. Saat ekstremitas diperiksa dengan
tangan, teraba adanya serpihan tulang yang dinamakan krepitasi atau krepitus yang teraba
akibat gesekan antara frakmen satu dengan yang lain dan menghasilkan bunyi.
Pembengkakan selalunya terjadi bersamaan perubahan warna lokal pada kulit akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau hari
setelah cidera. Edema mungkin disebabkan oleh pendarahan dalaman fraktur tertutup.13

13
Gambar 8 : Kepala femur menunjukkan flap tulang rawan (osteochondritis dissecans) karena
nekrosis avaskular.14

Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan fraktur adalah 4R yaitu recognition atau pengenalan,
reduction atau pengurangan, retaining atau mempertahankan dan rehabilitation atau
rehabilitasi.
Pengenalan adalah proses saat mengenal pasti tanda dan gejala fraktur, bagian atau
lokasi yang fraktur, rasa sakit dinilai untuk mengetahui darjat fraktur, perubahan warna yang
berlaku sama ada merah atau kebiruan, trauma ekstremitas, kelumpuhan atau
ketidakmampuan untuk bergerak dan rasa parasthesia ( kesemutan ). Sekiranya fraktur adalah
fraktur tertutup harus segera dikenal pasti apakah terjadinya pendarahan dalaman atau
pendarahan pada fraktur tertutup agar pasien tidak kehilangan darah.15
Pengurangan adalah usaha untuk meminimalisasikan kecederaan, kerusakan dan
risiko bagi pasien. Tindakan reposisi semula juga dilakukan semula agar dapat kembali ke
posisi asal berfungsi seperti yang asal. Ekstremitas juga dipertahankan dengan tindakan
imobilisasi anggota yang sakit sehingga mendapat kesembuhan. Imobilisasi yang tidak
adekuat memberikan dampak pada penyembuhan, rehabilitasi dan kondisi pasien pada masa
akan datang.
Rehabilitasi dilakukan sebaik sahaja kondisi pasien memungkinkan. Tindakan ini
membantu pasien mengembalikan kemampuan darim anggota yang sakit dan cedera agar
dapat berfungsi sebaik mungkin.11,15
Selain itu, sekiranya kondisi fraktur sangat teruk, pembedahan akan diperlukan untuk
memperbaiki keadaan anggota ke yang normal agar dapat tetap berfungsi dengan baik dan
tidak akan menyebabkan komplikasi lain.
Untuk menghilangkan rasa nyeri dan inflamasi, pengobatan secara medika mentosa
dilakukan dengan pemberian acetaminophen atau Non Steroid Anti-Inflammation Drug
(NSAID) yang diresepkan untuk nyeri akut patah tulang. Namun, apabila pasien masih
merasa nyeri dengan asetaminofen atau NSAID saja, obat analgesic opiod seperti candu
mungkin diperlukan, terutama untuk nyeri yang sangat. Penyesuaian obat nyeri mungkin
diperlukan, terutama pada fase akut.15
Komplikasi

14
Komplikasi dapat terjadi sama ada semasa fraktur berlaku, semasa perawatan
dilakukan dan setelas selesai perawatan. Komplikasi yang boleh terjadi antaranya termasuk
emboli lemak yang dapat menyebabkan emboli lemak pulmonal. Emboli lemak pulmonal
menyebabkan obstruksi yang fatal. Emboli lemak sistemik dapay mengalir pada sirkulasi
darah dan menuju ke kapiler organ seperti otak, ginjal, kulit lalu menyebabkan perdarahan
segera. Emboli lemak dapat berjalan melalui sistem vena menuju ke paru-paru dan dapat
menutup jalan kapiler paru. Emboli lemak dapat menyebabkan cor pulmonale jika
kompensasi vasodilatasi paru yang memadai tidak terjadi. Asam lemak bebas yang beredar
adalah toksik untuk pneumocytes dan kapiler endotelium di paru-paru, menyebabkan
perdarahan interstitial, edema dan pneumonitis kimia.16
Selain itu dapat terjadi trombosis vena dalam, yaitu terjadi pembentukan bekuan
darah atau thrombus pada vena yang sering terjadi pada kaki. Seperti emboli lemak, ia akan
menyebabkan emboli paru, suatu komplikasi yang berpotensi mengancam nyawa,
disebabkan oleh perlepasan (embolisasi) dari bekuan yang bergerak ke paru-paru. Bersama-
sama, thrombosis vena dalam dan emboli paru merupakan proses penyakit tunggal yang
dikenal sebagai tromboemboli vena yang fatal karena menghalang pengaliran darah yang
membawa oksigen. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan iskemia dan komplikasi
jantung.15,16
Fraktur tertutup dapat dikaitkan dengan pendarahan dalaman yaitu kehilangan darah
yang terjadi dari sistem vaskular ke dalam rongga atau ruang tubuh. Hal ini berpotensi dapat
menyebabkan kematian dan serangan jantung jika pengobatan medis yang tepat tidak
diterima dengan cepat.
Prognosis
Secara umunya prognosis bagi fraktur collum femur adalah baik apabila penanganan
dan control ke dokter baik. Tulang yang fraktur dapat dibaiki dan fungsinya dapat
dikembalikan kepada normal. Nyeri dan edema juga akan dapat sembuh.
Prognosis bagi yang berusia lanjut, bagi laki-laki umunya lebih baik daripada wanita karena
wanita usia lanjut mengalami menopause seiring dengan kurangnya produksi dan sekresi
hormon estrogen yang membantu meningkatkan absorpsi kalsium oleh tulang. Jadi, tulang
memerlukan waktu yang lebih lama untuk pulih.16
Pencegahan
Secara umumnya fraktur collum femur ini dapat dicegah dengan sifat seseorang agar
berhati-hati dalam melakukan aktifitas seharian agar tidak berlaku apa-apa trauma ataupun

15
kecederaan. Selain itu, faktor sosial seperti cara hidup, pola pemakanan dan aktifitas seharian
dapat membantu mencegah fraktir collum femur dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung kalsiun dan vitamin D.17
Wanita yang semakin hampir kepada usia menopause boleh melakukan terapi hormon
tetapi harus konsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Mengkonsumsi kalsium antara 1000-
1500 miligram juga dapat membantu mensuplai kalsium. Penjagaan ginjal juga penting
karena ginjal akan mengekskresi kalsium. Ekskresi yang berlebihan akan menyebabkan
penurunan kadar kalsium.13,17
Kesimpulan
Fraktur pada os femur dapat terjadi kepada sesiapa sahaja karena factor risikonya
boleh terjadi kepada sesiapa sahaja dalam kondisi apa-apa sahaja. Tulang yang mengalami
penurunan densitas dan massa tulang pasti memiliki risiko yang lebih tinggi karena tulang
semakin mudah patah. Orang yang melakukan kerja berat sehingga menyebabkan femur
sering mengalami tekanan juga terdedak kepada fraktur ini. Trauma yang kecil tetapi
berterusan turut juga menyebabkan fraktur. Penanganan dan perawatan yang baik bukan
sahaja dapat mengembalikan rupa asal tetapi dapat mengembalikan fungsi asal anggota yang
mengalami kecederaan.

16
Daftar Pustaka
1. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC; 2010
2. Rasjad C. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Edisi ke-3. Jakarta: Yarsif Watampone;
2007
3. Burnside JW, McGlynn TJ. Adams diagnosis fisik. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 1995.
4. Rasad S. Radiologi diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009
5. Anatomi tulang femur . Diunduh dari :
http://hermanypk.files.wordpress.com/2011/07/human-leg-bone-structure.jpeg
6. Gambar femur dan coxae yang normal dan fraktur.Diunduh dari :
http://www.ahlibedahtulang.com/tinymcpuk/gambar/image/4-25a.JPG
7. Davies K. Buku pintar nyeri tulang dan otot. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007
8. Dislokasi tulang femur. Diunduh dari :
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/63/Hueftluxation_links.png
/300px-Hueftluxation_links.png
9. Staff pengajar bagian ilmu bedah FKUI Jakarta. Kumpulan kuliah ilmu bedah.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009
10. Patel PR. Lecture notes: radiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007
11. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2009
12. Sabiston. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC;2009
13. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth, penyunting. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-
5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran –
Universitas Indonesia; 2012
14. Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007
15. Corwin. EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2009
16. Ruedi TP, Buckley RE, Moran CG. AO principles of fracture management: specific
fractures, volume 1. Switzerland: AO Publishing;2007
17. Tank PW, Gest TR. Lippincott Williams & Wilkins Atlas of Anatomy. Canada:
Lippincott Williams & Wilkin; 2008

17

Anda mungkin juga menyukai