Laporan Pendahuluan LP
Laporan Pendahuluan LP
Disusun oleh:
HABIBAH HUSNA
201510201092
1
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH
KETIDAKBERDAYAAN
1. Diagnosa keperawatan
KETIDAKBERDAYAAN
Data :
Nn. M 26 tahun, mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tangan kanan dan
kaki kanannya patah sehingga harus bedrest untuk waktu yang cukup lama guna
penyembuhan sedangkan ia adalah mahasiswa semester 10 yang tengah
menyelesaikan tugas skripsinya. Dengan kondisi yang demikian ia tidak dapat
melakukan bimbingan skripsi dengan dosen pembimbingnya sedangkan ini
adalah semester terakhirnya untuk menyelesaikan kuliahnya karena akan di drop
out bila melebihi 10 semester. Nn.M mengatakan sepertinya tidak mampu
menyelesaikan skripsinya, bingung, jarang mandi, sering menangis saat ditanya-
tanya tentang skripsi, sering melamun, tidak punya selera makan, sering menolak
orang yang ingin menjenguk keadaanya, dan sering menyalahkan dirinya tentang
kecelakaan itu.
2. Proses terjadinya
a. Pengertian
Ketidakberdayaan adalah presepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan di mana individu kurang
dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan
(NANDA,2014). Menurut Townsend (2009), ketidakberdayaan di mana individu
dengan kondisi depresi, apatis dan kehilangan kontrol yang diekspresikan oleh
individu baik verbal maupun non verbal. Kondisi depresi merupakan salah satu
masalah yang berakibat pada konsisi psikososial dengan ketidakberdayaan.
Kondisi ketidakberdayaan pada individu terjadi bila individu tidak dapat
mengatasi solusi dari masalahnya, sehingga individu percaya hal tersebut diluar
kendalinya untuk mencapai solusi tersebut.
Dianalisa dari proses terjadinya, ketidakberdayaan bersal dari
ketidakmampuan individu dalam mengatasi masalah sehingga menimbulkan
stres yang diawali dengan perubahan respon otak dalam menafsirkan perubahan
2
yang terjadi. Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan sinyal
menuju hipotalamus, kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu
bagian pentingnya adalah amigdala yang akan bertanggung jawab terhadap
status emosional individu terhadap akibat dari pengaktifan sistem hipotalamus
pitutary adrenal (HPA) dan menyebabkan kerusakan pada hipotalamus membuat
seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan malas
melakukan sesuatu, hambatan emosi pada klien dengan ketidakberdayaan,
kadang berubah menjadi sedih atau murung, sehingga merasa tidak berguna atau
merasa gagal terus menerus. Dampak pada hormon glucocorticoid pada lapisan
luar adrenal sehingga berpengaruh pada metabolisme glukosa, selain gangguan
pada struktur otak, terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter di otak.
Neurotransmiter merupakan zat kimiawi otak yang akan ditransmisikan oleh satu
neuron ke neuron lain dengan rangsang tersebut (Struart & Laraia,2005).
Tanda dan gejala
Data subyektif :
a) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi.
b) Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
c) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan
untuk melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya.
d) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
e) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
Data obyektif :
a) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan.
b) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan
kesempatan.
c) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya.
d) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas, ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah.
e) Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain
ketika mendapat perlawanan.
f) Apatis dan pasif.
g) Ekspresi muka murung.
3
h) Bicara dan gerakan lambat.
i) Tidak berlebihan.
j) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
k) Menghindari orang lain.
b) Psikologis
1) Pengalaman traumatis (khususnya dalam enam bulan terakhir) :
cidera fisik yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
2) Gangguan konsep diri karena menganggap dirinya terancam oleh
kegagalan dalam mencapai tujuan sehingga menimbulkan perasaan
frustasi.
3) Adanya ancaman terhadap konsep diri (harga diri dan perubahan
peran).
4) Mengalami stres psikologis akibat tidak mampu mengontrol stimulus
yang ada.
5) Kemampuan melakukan komunikasi verbal, berinteraksi dengan
orang lain.
6) Kemampuan mengungkapkan masalah pada orang lain.
7) Tipe kepribadian yang dimiliki.
8) Adanya pengalaman tidak menyenangkan yang menyebabkan trauma
9) Motivasi: kurangnya dukungan dari orang lain.
4
10) Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan (terlalu sedih).
11) Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan
mudah menyerah/pesimis.
12) Persepsi individu yang buruk tentang dirinya sendiri dan orang lain.
13) Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu
berkonsentrasi.
c) Sosial budaya
1) Usia: Pada usia tersebut individu memiliki tingkat produktifitas yang
tinggi, namu ketika tekanan dan fungsinya tidak terjalani maka akan
memberikan dampak yang besar pada keputusan yang diambilnya.
2) Pembatasan aktifitas oleh tim medis/keluarga akibat penyakit/trauma
yang diderita.
3) Kondisi pasien yang belum mampu menyelesaikan skripsinya.
4) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk
berpartisipasi lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina
hubungan interpersonal dengan orang lain,(mengungkapkan respon
ketidakberdayaan dengan kesulitan dalam hubungan interpersonal
yang berakar dari keterbatasan fisiknya).
5) Agama dan keyakinan: kurangnya rasa percaya atas hal positif dari
hikmah kejadian yang diberikan Tuhan.
A. Kognitif
1) Lapang pandang menjadi sempit.
2) Kurang mampu menerima rangsang dari luar.
3) Waspada dengan gejala fisiologis.
4) Bingung.
5) Takut akan konsekuensi yang abstrak.
6) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
7) Berfokus pada diri sendiri.
8) Kurang konsentrasi.
9) Gangguan perhatian.
5
10) Mengungkapkan ketidakmampuan karena perubahan dalam fungsi
tubuh yang mengalami gangguan.
11) Mengungkapkan keluhan karena perubahan pada kejadian kehidupan.
12) Sulit mengambil keputusan.
13) Mengatakan takut kehilangan kontrol.
B. Afektif
1) Gelisah.
2) Sedih yang mendalam hingga mengalami frustasi.
3) Menangis.
4) Mengalami penyesalan.
5) Merasa tidak berdaya.
6) Berfokus pada diri sendiri.
7) Merasa bingung.
8) Ragu dan tidak percaya diri.
9) Merasa khawatir.
10) Cenderung menyalahkan diri sendiri.
11) Apatis.
12) Pesimis.
13) Mudah marah.
C. Fisiologis
1) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, suhu badan.
2) Berat badan.
3) Wajah murung dan muka berkerut.
4) Suara bergetar dan kadang melemah / pelan.
5) Gangguan pola tidur (tidur berlebihan).
6) Nafsu makan menurun/ hilang sama sekali.
7) Simpatik:
a) Anoreksia.
b) Mulut kering.
c) Wajah pucat.
d) Nadi dan tekanan darah turun.
6
e) Pupil menyempit.
f) Lemah.
g) Nafas pelan sesekali nafas dalam.
8) Parasimpatik:
a) Nyeri kepala (pusing).
b) Penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi.
c) Letih.
d) Tidur berlebihan.
e) Lesu.
D. Perilaku
1) Gerakan pelan dan lemas.
2) Penurunan produktivitas.
3) Gelisah dan melihat hanya sepintas.
4) Kontak mata buruk.
5) Apatis.
6) Melamun.
7) Menunduk.
8) Memalingkan wajah.
E. Sosial
1) Bicara pelan dan lirih.
2) Menarik diri dari hubungan interpersonal.
3) Kurang inisiatif.
4) Menghindari kontak sosial dengan orang lain.
5) Menunjukkan sikap apatis.
F. Sumber Koping
a) Personal ability
1) Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
2) Kemampuan klien mengatasi masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
7
3) Jenis upaya klien mengatasi masalah yang dirasakan
(ketidakberdayaan).
4) Kemampuan dalam memecahkan masalah.
b) Sosial support
1) Caregiver utama dalam keluarga.
2) Kader kesehatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
3) Peer group yang ada turut serta dalam memberi dukungan.
c) Material asset
1) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki
(tanah, rumah, tabungan) serta fasilitas yang membantunya selama
proses gangguan fisiologis.
2) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
3) arak/ akses pelayanan kesehatan yang dikunjungi
d) Positive belief
1) Keyakinan dan nilai positif tentang ketidakberdayaan yang dirasakan:
tidak ada.
2) Keyakinan dan nilai positif tentang pelayanan kesehatan yang ada.
G. Mekanisme Koping
a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis.
2) Kreatif dalam mencari informasi terkait perubahan status
kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal.
3) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan
perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami.
4) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami
perubahan kondisi kesehatan.
b. Destruktif
1) Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah atau
meminta bantuan.
8
2) Menggunakan mekanisme pertahanan yang tidak sesuai.
3) Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan (mengalami
ketegangan peran, konflik peran).
4) Mengungkapkan kesulitan dalam berkeinginan mencapai tujuan.
5) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti makan minum,
kebersihan diri, istirahat dan tidur dan berdandan
6) Perubahan dalam interaksi sosial (menarik diri, bergantung pada
orang lain).
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
1. Pohon Diagnosa
ketidakberdayaan
Kurang pengetahuan
Antara lain :
Daftar Pustaka
12
H. Dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus Tipe 2 Di Ruang Antasena
Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. FK.UI.Jakarta. diakses 27 Maret 2017
Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC.
13