Anda di halaman 1dari 14

TUGAS EPIDEMIOLOGI

DISUSUN OLEH:

NAMA :CUTFIANTI RUMASUKUN


NIM :P07172319064
TINGKAT :II B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MALUKU

PRODI ANALIS KESEHATAN

AMBON

2021
A. Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi merupakan landasan bagi kesehatan masyarakat, yang membentuk
pengambilan keputusan dalam kebijakan publik dan praktik berbasis bukti dengan
mengidentifikasi faktor risiko penyakit dan mengidentifikasi tujuan pencegahan penyakit.
Ahli epidemiologi membantu dengan desain studi, pengumpulan dan analisis statistik
data, membuat interpretasi, dan menyebarkan temuannya (termasuk sesekali tinjauan
sejawat dan tinjauan sistematis). Epidemiologi telah membantu mengembangkan
metodologi yang digunakan dalam penelitian klinis, penelitian kesehatan masyarakat,
dan, pada tingkat lebih rendah, penelitian dasar dalam biologi.
Epidemiologi, secara harfiah berarti "studi tentang apa yang ada pada orang-orang",
berasal dari bahasa Yunani epi, yang berarti 'di antara', dan demos, yang berarti 'orang,
distrik', dan logos, yang berarti 'studi, kata, wacana', sehingga menunjukkan bahwa
epidemiologi hanya berlaku untuk populasi manusia.

Menjelaskan pengertian masing-masing studi

1. Studi deskriptif
Studi deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan
gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan
klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan
sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena
yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek
penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi yang
dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat
tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan,
memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan
informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan
mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta
untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.
 Langkah-langkah pelaksanaan studi deskriptif.
1. Rumusan Masalah
2. Memilih Data yang Dibutuhkan
3. Memilih Prosedur Penghimpunan Data
4. Kesimpulan Penelitian

 Berikan contoh dari masing-masing studi tersebut


Kerap kali pada penelitian deskriptif terdapat ciri khas dalam awalan pertanyaannya,
yakni apa. Berikut merupakan contoh penelitian deskriptif bila dilihat dari masalah atau
pertanyaan yang diajukan.
Apa yang bisa membuat siswa nyaman dengan pembelajaran daring?
Apa yang dapat memotivasi siswa dalam mendisiplinkan diri pada saat pembelajaran
daring dilaksanakan?
Apa usaha keluarga untuk bisa mendorong anaknya untuk tetap belajar di era
sekarang ini?
Apa efek sosial dari penerapan pembelajaran daring di rumah?
Apa usaha kementerian pendidikan dalam memperlancar proses pembelajaran daring?

 Kelebihan dan kekurangan


Pada penelitian deskriptif terdapat baik buruknya berikut diantaranya.
a. Kelebihan
- Penelitian deskriptif dapat memperoleh hasil analisis yang baik pada tema yang rumit
dan tidak dapat dianalisis dengan menggunakan angka.
- Bisa melaksanakan observasi pada situasi nyata atau apa adanya.
- Bisa memadukan penelitian kuantitatif dan kualitatif.
b. Kekurangan
- Merupakan penelitian yang tidak memiliki karakter signifikan.
- Sangat memungkinkan adanya bias karena karakternya dalam penghimpunan data
merupakan subjektif.
- Dalam konfirmasi atau verifikasi ulang akan rumit dan sulit, ini disebabkan
karakteristiknya yang berlandaskan observasi yang kontekstual.
a. Laporan kasus
Laporan kasus adalah laporan terperinci mengenai gejala, tanda, diagnosis,
pengobatan, dan tindak lanjut pasien individual. Laporan kasus mungkin berisi profil
demografis pasien tapi biasanya, menggambarkan kejadian yang tidak biasa atau baru.

 Langkah-langkah pelaksanaan studi laporan kasus


1. Menentukan dan mendefenisikan pertanyaan.
2. Menentukan disain dan instrumen penelitian.
3. Mengumpulkan data.
4. Menentukan teknik analisis data.
5. Mempersiapkan laporan studi kasus.

 Contoh dari laporan kasus


Adalah tentang pengalaman menarik dari seseorang(kasus) yang berisi detail laporan
atau profil dari pasien (kasus)
Contoh :Laporan kasus pada tahun 2014 tentang 1 perempuan berusia 40 tahun di Paris
terkena Ebola.

 Kelebihan:
1. Analisis intensif yang dilewatkan tidak dlakukan oleh metode lain.
2. Dapat menghasilkan ilmu pengetahuan pada kasus khusus.
3.  Cara yang tepat untuk mengeksplorasi fenomena yang belu secara detail diteliti
4.  Informasi yang dihasilkan dalam studi kasus dapat sangat bermanfaa.
5. Laporan kasus yang bagus.
 Kekurangan:
1. Laporan kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau pseudo-scientific
2. Masalah generalisasi.
3. Karena lebih bersifat deskriftif.
4. Biaya penyelenggaraan yang relative mahal.
5. Karena fleksibilitas disain laporan kasus.
b. Studi ekologi
Studi ekologi digunakan untuk memahami hubungan antara hasil dan keterpaparan
pada tingkat populasi, populasi mana 'populasi' mewakili kelompok individu dengan
bersama seperti geografi, status sosial ekonomi pekerjaan.Yang membedakan studi
ekologi dari studi lain adalah bahwa analisis unit yang didasarkan pada kelompok, karena
itu tidak dapat dibuat tentang peserta studi individu. Di sisi lain, rincian hasil dan
keterpaparan dapat digeneralisasikan untuk populasi yang sedang dipelajari. Contoh studi
itu termasuk kategori asosiasi antara unit data yang dikelompokkan, seperti lingkungan
pemilihan, wilayah, atau bahkan seluruh negara.

 Langkah-langkah studi ekologi


1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan
manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.
3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.

 Contoh studi ekologi


Diet dan kanker Sunting. Faktor risiko makanan untuk kankerjuga telah menggunakan
studi ekologi dan geografis. Studi ekologi multi-negara tentang kejadian kanker dan
tingkat kematian terkait dengan pola makan nasional telah menunjukkan bahwa beberapa
faktor makanan seperti produk hewani (daging, susu, ikan dan telur), tambahan pemanis /
gula, dan beberapa lemak menjadi faktor risiko banyak jenis kanker , sedangkan sereal /
biji-bijian dan produk secara total menjadi faktor risiko untuk berbagai jenis kanker.
Perubahan temporal di Jepang pada jenis kanker yang umum di negara maju Barat telah
berpindah-pindah nutrisi ke pola makan Barat.

 Kelebihan dan kekurangan studi ekologi


Studi ekologi sangat berguna untuk menghasilkan hipotesis karena mereka dapat
menggunakan kumpulan data yang ada dan hipotesis dengan cepat. Keuntungan dari studi
ekologi termasuk banyaknya orang yang dapat disertakan dalam studi dan banyaknya
faktor pengubah risiko yang dapat diterima.
Istilah " kekeliruan ekologis"berarti bahwa asosiasi risiko terlihat antara berbagai
kelompok orang mungkin tidak akurat mencerminkan hubungan yang sebenarnya antara
individu dalam kelompok tersebut. Studi ekologi harus mencakup sebanyak mungkin
faktor pemodifikasi risiko yang diketahui untuk hasil apa pun, menambahkan faktor lain
jika diperlukan. Kemudian hasilnya harus dievaluasi dengan metode lain, menggunakan,
misalnya,kriteria Hill untuk kausalitas dalam sistem biologis.

c. Cross sectional survey


Penelitian potong lintang atau cross-sectional study adalah jenis penelitian yang
mengamati data-data populasi atau sampel satu kali saja pada saat yang sama (data
potong lintang). Misalnya, dalam penelitian kedokteran, jenis penelitian ini mengamati
hubungan antara faktor-faktor risiko dengan dampaknya dengan cara mengukur korelasi
prevalensi faktor dan dampak tersebut pada saat yang sama. Jenis penelitian ini memiliki
kelemahan di antaranya nilai prediksi (daya ramalnya). lebih lemah dibandingkan
penelitian lain, misalnya penelitian kasus kontrol.

 Langkah-langkah pelaksanaan studi cross sectional survey


Untuk melakukan penelitian dengan pendekatan cross sectional dibutuhkan langkah-
langkah sebagai berikut.
1. Identifikasi dan perumusan masalah
2. Menentukan tujuan penelitian
3. Menentukan lokasi dan polulasi studi
4. Menentukan cara dan besar sampel
5. Memberikan definisi operasional
6. Menentukan variabel yang diukur
7. Menyusun instrumen penyusunan data
8. Rencana analisis.

 Kelebihan dan kekurangan cross sectional survey


Kekurangan atau kelemahan dari penelitian dengan metode Cross Sectional adalah
ketidakmampuannya dala m menjelaskan proses yang terjadi dalam objek atau variabel
yang diteliti serta hubungan korelasinya. Rancangan Cross Sectional mampu
menjelaskan hubungan antara variabel dua, namun penelitian ini tidak mampu
menunjukkan arah hubungan kausal antara variabel kedua yang diamati (Shklovski et al,
2004).

2. Studi Analitik
Studi analitik adalah riset epidemiologi yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan
tentang faktor-faktor risiko dan penyebab penyakit. Faktor risiko adalah faktor-faktor
atau keadaan-keadaan yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status
kesehatan tertentu. Prinsip analisis yang digunakan dalam studi analitik adalah
membandingkan risiko terkena penyakit antara kelompok terpapar dan tidak terpapar
faktor penelitian.
Pada studi observasional, peneliti hanya mengamati perjalanan alamiah peristiwa,
membuat catatan siapa yang terpapar dan tidak terpapar faktor peristiwa, siapa mengalami
dan tidak mengalami penyakit yang diteliti.
Pada studi observasional, peneliti hanya mengamati perjalanan alamiah peristiwa,
membuat catatan siapa yang terpapar dan tidak terpapar faktor peristiwa, siapa mengalami
dan tidak mengalami penyakit yang diteliti.

a. Metode Cross Sectional (Potong Lintang)


Adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan
paparan (faktor penelitian) dengan mengamati status paparan dan penyakit serentak
pada individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau periode.
Dalam rancangan studi ini peneliti memotret frekuensi dan karakter penyakit, serta
paparan faktor penelitian pada populasi dan pada satu saat tertentu. Konsekuensinya
data yang dihasilkan adalah prevalensi bukan insidensi.
Tujuan cross sectional adalah untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan
determinan-determinannya pada populasi sasaran.

 Langkah penelitian cross sectional yaitu:


1. Mengidentifikasi variabel variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor risiko serta
faktor efek.
2. Menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampel.
3. Melakukan observasi atau pengukuran variabel – variabel faktor risiko dan efek
sekaligus berdasarkan status keadaan variabel saat itu. (pengumpulan data).
4. Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan Proporsi antar kelompok
hasil observasi.

 Kekurangan:
1. Pada pencuplikan non acak sulit diketahui probabilitas subjek untuk terpilih dari
populasi sasaran. Jika pencuplikan tersebut terpengaruh oleh status penyakit dan
sasaran, maka akan terjadi bias.
2. Tidak dapat digunakan untuk menganalisa hubungan kausal penyakit dan paparan
(validitas hubungan kausal menuntut sekuensi waktu yang jelas antara paparan dan
penyakit /paparan harus mendahului penyakit).
3. Penggunaan data prevalensi menyebabkan hasil studi ini mencerminkan tidak hanya
aspek etiologi tetapi juga survivalitas penyakit. Jika data prevalensi telah terjadi
selective survival, maka frekuensi yang diamati akan lebih besar dari yang seharusnya
diukur sedangkan jika data prevalensi telah terjadi mortalitas selektif maka frekuensi
penyakit akan lebih sedikit sehingga terjadi bias (bias prevalensi-insidensi Neyman).
 Kelebihan:
1. Mudah dilakukan, sederhana dan murah karena tidak memerlukan follow up
2. Dalam waktu yang bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak baik variabel
risiko maupun variabel efek.
3. Tidak memaksa subjek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan
kesehatan (faktor risiko).

 Contoh kasus:
Mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir
(BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan cross sectional.
- Langkah Pertama : Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan
kedudukannya masing-masing.
ü Variabel dependen (efek ) : BBL
ü Variebel independen (risiko ) : anemia besi.
ü Variabel independent (risiko) yang dikendalikan : paritas, umur ibu, perawatan
kehamilan, dan sebagainya.
- Langkah kedua : Menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya.
Subjek penelitian : ibu-ibu yang baru melahirkan, dengan lingkup daerah yang dibatasi
misal lingkup Rumah sakit,Rumah bersalin atau rumah sakit bersalin. Batas waktu dan
cara pengambilan sampel (teknik random, atau non random) ditentukan.
- Langkah ketiga : Melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap
variabel dependen-independen dan variabel-variabel yang dikendalikan dalam waktu
yang sama.
Caranya mengukur berat badan bayi yang sedang lahir, memeriksa Hb ibu,
menanyakan umur, paritas dan variabel-variabel kendali yang lain.
- Langkah keempat : Mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan
antar kelompok hasil. Bandingkan Berat bayi lahir dengan Hb darah ibu. Dari analisis
ini akan diperoleh bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia dengan
BBL.

b. Metode Case Control / Kasus Kontrol


Adalah rancangan studi epidemiologi mempelajari hubungan antara paparan (faktor
penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok
kontrol berdasarkan status paparannya.
Ciri studi kasus kontrol adalah pemilihan subjek berdasarkan status penyakit,
kemudian dilakukan pengamatan apakah subjek mempunyai faktor risiko atau tidak.
Subjek yang menderita faktor risiko disebut kasus, sedangkan yang tidak menderita
penyakit disebut kontrol.

 Langkah-langkah kasus kontrol sebagai berikut:


1. Identifikasi dan perumusan masalah.
2. Menentukan tujuan penelitian.
3. Menentukan lokasi dan populasi studi.
4. Menentukan cara dan besar sampel.
5. Memberikan definisi operasional.
6. Menentukan variabel yang akan diukur.
7. Menyusun instrumen pengumpulan data.
8. Rencana analisis.
Tahap Penelitian case control:

- Identifikasi variabel – variabel penelitian (faktor risiko dan efek)


- Menetapkan subjek Penelitian (populasi dan sampel)
- Identifikasi kasus
- Pemilihan subjek sebagai control
- Melakukan Pengukuran retrospektif (melihat kebelakang) untuk melihat faktor risiko
- Melakukan analisis dengan membandingkan Proporsi antara variabel-variabel objek
penelitian dengan variabel – variabel control.

 Kekurangan:
1. Terjadi bias informasi akibat ketidakteraturan dan ketidaklengkapan data tentang
paparan atau pemberian dan pencatatan informasi tentang status paparan dipengaruhi
oleh status penyakit subjek.
2. Tidak efisien jika digunakan untuk mempelajari paparan-paparan yang langka jika
beda risiko (RD) antara populasi yang berpenyakit dan tak berpenyakit kecil.
Dibutuhkan ukuran sampel yang besar dan prevalensi paparan pada populasi yang
berpenyakit yang cukup tinggi.
3. Tidak dapat menghitung laju insidensi (kecepatan kejadian penyakit) baik yang
terpapar maupun tidak terpapar karena subjek dipilih berdasarkan status penyakit.
4. Pada beberapa situasi tidak mudah untuk memastikan hubungan temporal antara
paparan dan penyakit.
5. Kelompok kasus dan kontrol dipilih dari dua populasi yang terpisah, sehingga sulit
dipastikan apakah benar-benar setara dalam hal faktor luar dan sumber distorsi
lainnya.
 Kelebihan:
1. Relatif murah dan mudah dilakukan.
2. Cocok untuk meneliti penyakit dengan periode laten yang panjang. Peneliti cukup
mengidentifikasi penyakit subjek yang telah mengalami penyakit dan tidak
mengalami penyakit lalu mencatat riwayat paparan jadi tidak perlu mengikuti
perkembangan penyakit bertahun-tahun.
3. Subjek dipilih berdasarkan status penyakit, peneliti leluasa menentukan rasio ukuran
sampel kasus dan kontrol yang optimal.
4. Dapat meneliti pengaruh sejumlah paparan terhadap sejumlah penyakit sehingga tidak
saja cocok untuk menguji hipotesis tetapi juga untuk mengeksplorasi kemungkinan
hubungan paparan dan penyakit yang masih belum jelas.

 Contoh kasus:
Hubungan antara Penyakit Diabetes Mellitus (DM) pada remaja dengan perilaku
pemberian makanan.
- Tahap pertama : Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian
ü Variabel dependen: remaja yang menderita DM (juvenile diabetes mellitus)
ü Variabel independen: perilaku ibu dalam memberikan makanan.
ü Variabel independent yang lain: pendidikan ibu, pendapatan keluarga, informasi
mengenai komposisi gula dalam makanan
- Tahap kedua : Menentukan subjek penelitian (populasi dan sample penelitian).
Subjeknya adalah ibu dan anak remajanya. Subjek ini perlu dibatasi daerah mana
yang dianggap menjadi populasi dan sample penelitian ini.
- Tahap ketiga : Mengidentifikasi kasus, yaitu remaja yang menderita diabetes mellitus.
Remaja yang menderita DM ditentukan dengan standar kadar gula dalam darah.
- Tahap keempat : Pemilihan subjek sebagai kontrol, remaja yang tidak menderita
diabetes mellitus. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan pada kesamaan
karakteristik subjek pada kasus. (ciri-ciri masyarakat, sosial ekonomi dan sebagainya).
- Tahap kelima : Melakukan pengukuran secara retrospektif. Pengukuran terhadap
kasus (remaja yang menderita DM) dan dari kontrol (remaja yang tidak menderita
DM). Memberikan pertanyaan kepada remaja dan orang tuanya dengan metode recall.
(jenis-jenis makanan, minuman dan komposisi gula di dalamnya dan lain-lain).
- Tahap keenam : Melakukan pengolahan dan analisis data. Dilakukan dengan
membandingkan proporsi remaja yang mengkonsumsi gula pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol. Diharapkan akan muncul atau tidaknya bukti hubungan antara
penyakit DM dengan konsumsi gula pada remaja.

c. Metode Cohort (Kohor)


Adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit,
dengan cara membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok tak
terpapar berdasarkan status penyakit.
Ciri studi kohor adalah pemilihan subjek berdasarkan status paparannya kemudian
dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subjek mengalami penyakit yang diteliti
atau tidak. Ciri lainnya adalah dimungkinkannya penghitungan laju insidensi (ID) dar
masing-masing kelompok studi.

 Langkah pelaksanaan penelitian cohort:


1. Identifikasi faktor-fakor rasio dan efek
2. Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)
3. Pemilihan subjek dengan faktor resiko positif dari subjek dengan efek negative
4. Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok control
5. Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan,
selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok
6. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapatkan efek positif
dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok resiko positif maupun
kelompok kontrol.

 Kelebihan:
1. Kesesuaian logika studi eksperimental dalam membuat interferensi kausal (pada saat
dimulai penelitian telah dipastikan semua subjek tidak berpenyakit sehingga sekuensi
waktu antara paparan dan penyakit dapat diketahui dengan jelas.
2. Peneliti dapat menghitung laju insidensi
3. Sesuai untuk meneliti paparan yang langka (misal faktor lingkungan).
4. Peneliti dapat mempelajari sejumlah efek secara serentak dari sebuah paparan.
5. Pada studi kohor prospektif kemungkinan terjadi bias kecil dalam menyeleksi subjek
dan menentukan status paparan.
6. Tidak ada subjek yang sengaja dirugikan karena tidak mendapat terapi yang
bermanfaat atau mendapat paparan faktor yang merugikan kesehatan.
 Kekurangan:
1. Rancangan kohor prospektif lebih mahal dan butuh waktu yang lama daripada case
control atau kohor retrospektif.
2. Pada studi kohor retrospektif butuh data sekunder yang lengkap dan handal
3. Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka kecuali jika
ukuran sampel relatif besar atau prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup
tinggi.
4. Jika subjek hilang (karena migrasi, meninggal, tingkat partisipasi rendah, dsb ) dan
terkait dengan paparan serta penyakit yang diteliti maka temuan menjadi tidak valid
karena adanya bias waktu follow up.
5. Tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor etiologi lain untuk penyakit
tersebut karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih dahulu.

 Contoh kasus:
Penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara Ca paru (efek) dengan
merokok (resiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.
- Tahap pertama : Mengidentifikasi faktor efek (variabel dependen) dan resiko (variabel
independen) serta variabel-variabel pengendali (variabel kontrol).
ü Variabel dependen : Ca. Paru
ü Variabel independen : merokok
ü Variabel pengendali : umur, pekerjaan dan sebagainya.
- Tahap kedua : Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian.
Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria di suatu wilayah atau tempat
tertentu, dengan umur antara 40 sampai dengan 50 tahun, baik yang merokok maupun
yang tidak merokok.
- Tahap ketiga : Mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif) dari populasi
tersebut, dan juga mengidentifikasi subjek yang tidak merokok (resiko negatif)
sejumlah yang kurang lebih sama dengan kelompok merokok.
- Tahap keempat : Mengobservasi perkembangan efek pada kelompok orang-orang
yang merokok (resiko positif) dan kelompok orang yang tidak merokok (kontrol)
sampai pada waktu tertentu, misal selama 10 tahun ke depan, untuk mengetahui
adanya perkembangan atau kejadian Ca paru.
- Tahap kelima : Mengolah dan menganalisis data. Analisis dilakukan dengan
membandingkan proporsi orang-orang yang menderita Ca paru dengan proporsi
orang-orang yang tidak menderita Ca paru, diantaranya kelompok perokok dan
kelompok tidak merokok.
d. Eksperimental uji klinik dan uji lapangan
Pada desain kohort, kita hanya mengobservasi sehingga kita tidak dapat memberikan
intervensi atau faktor paparan secara random pada kelompok paparan dan tidak paparan.
Pada pembahasan ini, kita akan membahas penelitian eksperimental atau intervensi
(intervention trial). Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk mengukur efek
dari suatu intervensi terhadap hasil tertentu yang diprediksi sebelumnya.Desain ini
merupakan metode utama untuk menginvestigasi terapi baru.Misal, efek dari obat X dan
obat Y terhadap kesembuhan penyakit Z atau efektivitas suatu program kesehatan
terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Beberapa contoh penelitian dengan desain
eksperimental, seperti:
mengukur efektivitas penggunaan antibiotik terhadap perawatan wanita dengan gejala
infeksi saluran urin dengan hasil tes urin negatif /negative urine dipstict testing secara
efektivitas program MEND (Mind, Exercise, Nutrition, Do it) terhadap tingkat obesitas
pada anak-anak (www.mendcentral.org) dan efektifitas kawasan tanpa rokok (non-
smoking area) pada tingkat rumah tangga di Kabupaten Ogan Ilir pada tahun 2014,
Sumatera Selatan.

 Kelebihan
penelitian eksperimental adalah memungkinkan untuk dilakukan randomisasi dan
melakukan penilaian penelitian dengan double-blind. Teknik randomisasi hanya dapat
dilakukan pada penelitian intervensi dibandingkan penelitian observasional.

Anda mungkin juga menyukai