DISUSUN OLEH:
AMBON
2021
A. Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi merupakan landasan bagi kesehatan masyarakat, yang membentuk
pengambilan keputusan dalam kebijakan publik dan praktik berbasis bukti dengan
mengidentifikasi faktor risiko penyakit dan mengidentifikasi tujuan pencegahan penyakit.
Ahli epidemiologi membantu dengan desain studi, pengumpulan dan analisis statistik
data, membuat interpretasi, dan menyebarkan temuannya (termasuk sesekali tinjauan
sejawat dan tinjauan sistematis). Epidemiologi telah membantu mengembangkan
metodologi yang digunakan dalam penelitian klinis, penelitian kesehatan masyarakat,
dan, pada tingkat lebih rendah, penelitian dasar dalam biologi.
Epidemiologi, secara harfiah berarti "studi tentang apa yang ada pada orang-orang",
berasal dari bahasa Yunani epi, yang berarti 'di antara', dan demos, yang berarti 'orang,
distrik', dan logos, yang berarti 'studi, kata, wacana', sehingga menunjukkan bahwa
epidemiologi hanya berlaku untuk populasi manusia.
1. Studi deskriptif
Studi deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan
gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan
klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan
sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena
yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek
penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi yang
dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat
tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan,
memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan
informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan
mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta
untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.
Langkah-langkah pelaksanaan studi deskriptif.
1. Rumusan Masalah
2. Memilih Data yang Dibutuhkan
3. Memilih Prosedur Penghimpunan Data
4. Kesimpulan Penelitian
Kelebihan:
1. Analisis intensif yang dilewatkan tidak dlakukan oleh metode lain.
2. Dapat menghasilkan ilmu pengetahuan pada kasus khusus.
3. Cara yang tepat untuk mengeksplorasi fenomena yang belu secara detail diteliti
4. Informasi yang dihasilkan dalam studi kasus dapat sangat bermanfaa.
5. Laporan kasus yang bagus.
Kekurangan:
1. Laporan kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau pseudo-scientific
2. Masalah generalisasi.
3. Karena lebih bersifat deskriftif.
4. Biaya penyelenggaraan yang relative mahal.
5. Karena fleksibilitas disain laporan kasus.
b. Studi ekologi
Studi ekologi digunakan untuk memahami hubungan antara hasil dan keterpaparan
pada tingkat populasi, populasi mana 'populasi' mewakili kelompok individu dengan
bersama seperti geografi, status sosial ekonomi pekerjaan.Yang membedakan studi
ekologi dari studi lain adalah bahwa analisis unit yang didasarkan pada kelompok, karena
itu tidak dapat dibuat tentang peserta studi individu. Di sisi lain, rincian hasil dan
keterpaparan dapat digeneralisasikan untuk populasi yang sedang dipelajari. Contoh studi
itu termasuk kategori asosiasi antara unit data yang dikelompokkan, seperti lingkungan
pemilihan, wilayah, atau bahkan seluruh negara.
2. Studi Analitik
Studi analitik adalah riset epidemiologi yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan
tentang faktor-faktor risiko dan penyebab penyakit. Faktor risiko adalah faktor-faktor
atau keadaan-keadaan yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status
kesehatan tertentu. Prinsip analisis yang digunakan dalam studi analitik adalah
membandingkan risiko terkena penyakit antara kelompok terpapar dan tidak terpapar
faktor penelitian.
Pada studi observasional, peneliti hanya mengamati perjalanan alamiah peristiwa,
membuat catatan siapa yang terpapar dan tidak terpapar faktor peristiwa, siapa mengalami
dan tidak mengalami penyakit yang diteliti.
Pada studi observasional, peneliti hanya mengamati perjalanan alamiah peristiwa,
membuat catatan siapa yang terpapar dan tidak terpapar faktor peristiwa, siapa mengalami
dan tidak mengalami penyakit yang diteliti.
Kekurangan:
1. Pada pencuplikan non acak sulit diketahui probabilitas subjek untuk terpilih dari
populasi sasaran. Jika pencuplikan tersebut terpengaruh oleh status penyakit dan
sasaran, maka akan terjadi bias.
2. Tidak dapat digunakan untuk menganalisa hubungan kausal penyakit dan paparan
(validitas hubungan kausal menuntut sekuensi waktu yang jelas antara paparan dan
penyakit /paparan harus mendahului penyakit).
3. Penggunaan data prevalensi menyebabkan hasil studi ini mencerminkan tidak hanya
aspek etiologi tetapi juga survivalitas penyakit. Jika data prevalensi telah terjadi
selective survival, maka frekuensi yang diamati akan lebih besar dari yang seharusnya
diukur sedangkan jika data prevalensi telah terjadi mortalitas selektif maka frekuensi
penyakit akan lebih sedikit sehingga terjadi bias (bias prevalensi-insidensi Neyman).
Kelebihan:
1. Mudah dilakukan, sederhana dan murah karena tidak memerlukan follow up
2. Dalam waktu yang bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak baik variabel
risiko maupun variabel efek.
3. Tidak memaksa subjek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan
kesehatan (faktor risiko).
Contoh kasus:
Mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir
(BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan cross sectional.
- Langkah Pertama : Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan
kedudukannya masing-masing.
ü Variabel dependen (efek ) : BBL
ü Variebel independen (risiko ) : anemia besi.
ü Variabel independent (risiko) yang dikendalikan : paritas, umur ibu, perawatan
kehamilan, dan sebagainya.
- Langkah kedua : Menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya.
Subjek penelitian : ibu-ibu yang baru melahirkan, dengan lingkup daerah yang dibatasi
misal lingkup Rumah sakit,Rumah bersalin atau rumah sakit bersalin. Batas waktu dan
cara pengambilan sampel (teknik random, atau non random) ditentukan.
- Langkah ketiga : Melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap
variabel dependen-independen dan variabel-variabel yang dikendalikan dalam waktu
yang sama.
Caranya mengukur berat badan bayi yang sedang lahir, memeriksa Hb ibu,
menanyakan umur, paritas dan variabel-variabel kendali yang lain.
- Langkah keempat : Mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan
antar kelompok hasil. Bandingkan Berat bayi lahir dengan Hb darah ibu. Dari analisis
ini akan diperoleh bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia dengan
BBL.
Kekurangan:
1. Terjadi bias informasi akibat ketidakteraturan dan ketidaklengkapan data tentang
paparan atau pemberian dan pencatatan informasi tentang status paparan dipengaruhi
oleh status penyakit subjek.
2. Tidak efisien jika digunakan untuk mempelajari paparan-paparan yang langka jika
beda risiko (RD) antara populasi yang berpenyakit dan tak berpenyakit kecil.
Dibutuhkan ukuran sampel yang besar dan prevalensi paparan pada populasi yang
berpenyakit yang cukup tinggi.
3. Tidak dapat menghitung laju insidensi (kecepatan kejadian penyakit) baik yang
terpapar maupun tidak terpapar karena subjek dipilih berdasarkan status penyakit.
4. Pada beberapa situasi tidak mudah untuk memastikan hubungan temporal antara
paparan dan penyakit.
5. Kelompok kasus dan kontrol dipilih dari dua populasi yang terpisah, sehingga sulit
dipastikan apakah benar-benar setara dalam hal faktor luar dan sumber distorsi
lainnya.
Kelebihan:
1. Relatif murah dan mudah dilakukan.
2. Cocok untuk meneliti penyakit dengan periode laten yang panjang. Peneliti cukup
mengidentifikasi penyakit subjek yang telah mengalami penyakit dan tidak
mengalami penyakit lalu mencatat riwayat paparan jadi tidak perlu mengikuti
perkembangan penyakit bertahun-tahun.
3. Subjek dipilih berdasarkan status penyakit, peneliti leluasa menentukan rasio ukuran
sampel kasus dan kontrol yang optimal.
4. Dapat meneliti pengaruh sejumlah paparan terhadap sejumlah penyakit sehingga tidak
saja cocok untuk menguji hipotesis tetapi juga untuk mengeksplorasi kemungkinan
hubungan paparan dan penyakit yang masih belum jelas.
Contoh kasus:
Hubungan antara Penyakit Diabetes Mellitus (DM) pada remaja dengan perilaku
pemberian makanan.
- Tahap pertama : Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian
ü Variabel dependen: remaja yang menderita DM (juvenile diabetes mellitus)
ü Variabel independen: perilaku ibu dalam memberikan makanan.
ü Variabel independent yang lain: pendidikan ibu, pendapatan keluarga, informasi
mengenai komposisi gula dalam makanan
- Tahap kedua : Menentukan subjek penelitian (populasi dan sample penelitian).
Subjeknya adalah ibu dan anak remajanya. Subjek ini perlu dibatasi daerah mana
yang dianggap menjadi populasi dan sample penelitian ini.
- Tahap ketiga : Mengidentifikasi kasus, yaitu remaja yang menderita diabetes mellitus.
Remaja yang menderita DM ditentukan dengan standar kadar gula dalam darah.
- Tahap keempat : Pemilihan subjek sebagai kontrol, remaja yang tidak menderita
diabetes mellitus. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan pada kesamaan
karakteristik subjek pada kasus. (ciri-ciri masyarakat, sosial ekonomi dan sebagainya).
- Tahap kelima : Melakukan pengukuran secara retrospektif. Pengukuran terhadap
kasus (remaja yang menderita DM) dan dari kontrol (remaja yang tidak menderita
DM). Memberikan pertanyaan kepada remaja dan orang tuanya dengan metode recall.
(jenis-jenis makanan, minuman dan komposisi gula di dalamnya dan lain-lain).
- Tahap keenam : Melakukan pengolahan dan analisis data. Dilakukan dengan
membandingkan proporsi remaja yang mengkonsumsi gula pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol. Diharapkan akan muncul atau tidaknya bukti hubungan antara
penyakit DM dengan konsumsi gula pada remaja.
Kelebihan:
1. Kesesuaian logika studi eksperimental dalam membuat interferensi kausal (pada saat
dimulai penelitian telah dipastikan semua subjek tidak berpenyakit sehingga sekuensi
waktu antara paparan dan penyakit dapat diketahui dengan jelas.
2. Peneliti dapat menghitung laju insidensi
3. Sesuai untuk meneliti paparan yang langka (misal faktor lingkungan).
4. Peneliti dapat mempelajari sejumlah efek secara serentak dari sebuah paparan.
5. Pada studi kohor prospektif kemungkinan terjadi bias kecil dalam menyeleksi subjek
dan menentukan status paparan.
6. Tidak ada subjek yang sengaja dirugikan karena tidak mendapat terapi yang
bermanfaat atau mendapat paparan faktor yang merugikan kesehatan.
Kekurangan:
1. Rancangan kohor prospektif lebih mahal dan butuh waktu yang lama daripada case
control atau kohor retrospektif.
2. Pada studi kohor retrospektif butuh data sekunder yang lengkap dan handal
3. Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka kecuali jika
ukuran sampel relatif besar atau prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup
tinggi.
4. Jika subjek hilang (karena migrasi, meninggal, tingkat partisipasi rendah, dsb ) dan
terkait dengan paparan serta penyakit yang diteliti maka temuan menjadi tidak valid
karena adanya bias waktu follow up.
5. Tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor etiologi lain untuk penyakit
tersebut karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih dahulu.
Contoh kasus:
Penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara Ca paru (efek) dengan
merokok (resiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.
- Tahap pertama : Mengidentifikasi faktor efek (variabel dependen) dan resiko (variabel
independen) serta variabel-variabel pengendali (variabel kontrol).
ü Variabel dependen : Ca. Paru
ü Variabel independen : merokok
ü Variabel pengendali : umur, pekerjaan dan sebagainya.
- Tahap kedua : Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sampel penelitian.
Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria di suatu wilayah atau tempat
tertentu, dengan umur antara 40 sampai dengan 50 tahun, baik yang merokok maupun
yang tidak merokok.
- Tahap ketiga : Mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif) dari populasi
tersebut, dan juga mengidentifikasi subjek yang tidak merokok (resiko negatif)
sejumlah yang kurang lebih sama dengan kelompok merokok.
- Tahap keempat : Mengobservasi perkembangan efek pada kelompok orang-orang
yang merokok (resiko positif) dan kelompok orang yang tidak merokok (kontrol)
sampai pada waktu tertentu, misal selama 10 tahun ke depan, untuk mengetahui
adanya perkembangan atau kejadian Ca paru.
- Tahap kelima : Mengolah dan menganalisis data. Analisis dilakukan dengan
membandingkan proporsi orang-orang yang menderita Ca paru dengan proporsi
orang-orang yang tidak menderita Ca paru, diantaranya kelompok perokok dan
kelompok tidak merokok.
d. Eksperimental uji klinik dan uji lapangan
Pada desain kohort, kita hanya mengobservasi sehingga kita tidak dapat memberikan
intervensi atau faktor paparan secara random pada kelompok paparan dan tidak paparan.
Pada pembahasan ini, kita akan membahas penelitian eksperimental atau intervensi
(intervention trial). Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk mengukur efek
dari suatu intervensi terhadap hasil tertentu yang diprediksi sebelumnya.Desain ini
merupakan metode utama untuk menginvestigasi terapi baru.Misal, efek dari obat X dan
obat Y terhadap kesembuhan penyakit Z atau efektivitas suatu program kesehatan
terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Beberapa contoh penelitian dengan desain
eksperimental, seperti:
mengukur efektivitas penggunaan antibiotik terhadap perawatan wanita dengan gejala
infeksi saluran urin dengan hasil tes urin negatif /negative urine dipstict testing secara
efektivitas program MEND (Mind, Exercise, Nutrition, Do it) terhadap tingkat obesitas
pada anak-anak (www.mendcentral.org) dan efektifitas kawasan tanpa rokok (non-
smoking area) pada tingkat rumah tangga di Kabupaten Ogan Ilir pada tahun 2014,
Sumatera Selatan.
Kelebihan
penelitian eksperimental adalah memungkinkan untuk dilakukan randomisasi dan
melakukan penilaian penelitian dengan double-blind. Teknik randomisasi hanya dapat
dilakukan pada penelitian intervensi dibandingkan penelitian observasional.