Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Kualitas Tidur dan Keadaan Emosi Terhadap Performa

Saat Pertandingan Pada Atlet Pelatda PON Jabar


PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Olahraga


Program Studi Ilmu Keolahragaan

oleh

Widia Fujiyanti
NIM 1702257

PROGRAM STUDI
ILMU KEOLAHRAGAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021

1
DAFTAR ISI

Contents
BAB I.......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
1.1. Latar belakang..........................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah Penelitian...................................................................................7
1.3. Tujuan Penelitian.....................................................................................................7
1.4. Manfaat Penelitian...................................................................................................7
1.4.1. Secara Teoritis..................................................................................................7
1.4.2. Secara Praktis...................................................................................................8
1.4.3. Secara Kebijakan..............................................................................................8
1.4.4. Secara Isu dan Kebijakan Sosial.......................................................................8
1.5. Struktur Organisasi Skripsi......................................................................................8

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Tidur merupakan proses fisiologis yang sangat penting untuk hidup. Kualitas
tidur berhubungan erat dengan psikologi dan kesehatan fisik dalam kehidupan
seseorang. Tidur merupakan kebutuhan, bukan suatu keadaan istirahat yang tidak
bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan
sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing
mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga
keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. (Mass, 2002) dalam (Nayaga,
2020).

Martini (2001) dalam (Setyowati, Elizabeth Ariyani Puji, 2005) menyatakan


bahwa tidur sebagai suatu keadaan tidak sadar (unconciousness) tetapi dapat
dibangunkan dengan perangsangan sensori yang sesuai. Seseorang dikatakan tidur
apabila dalam keadaan tidak sadar namun dapat dibangunkan sebab seseorang yang
tidur mengalami peningkatan ambang respon. Potter dan Perry (2005) dalam
(Setyowati, Elizabeth Ariyani Puji, 2005) berpendapat tidur sebagai perubahan
keadaan kesadaran yang terjadi secara terus-menerus dan berulang untuk
menyimpan energi dan kesehatan.

Efek dari kekurangan tidur adalah rasa mengantuk pada siang hari, rasa lelah
dan kurang istirahat serta berpengaruh juga kepada suasana hati (mood) menurut
(Setyowati, Elizabeth Ariyani Puji, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur Alimul (2006) dalam


(Setyowati, Elizabeth Ariyani Puji, 2005), antara lain penyakit, latihan dan
kelelahan, stres psikologis, obat, nutrisi, lingkungan dan motivasi.
Aspek-aspek kualitas tidur menurut Buysse (1989) dalam (Setyowati,
Elizabeth Ariyani Puji, 2005), diantaranya kualitas tidur subyektif, tidur latensi,

3
gangguan tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, penggunaan obat tidur dan
penyalahgunaan waktu di siang hari.
Menurut Nashori, 2011dalam (Setyowati, Elizabeth Ariyani Puji, 2005) yang
menunjukan hasil penelitian bahwa tidur berpengaruh terhadap suasana hati mood
seseorang. Gerungan (1978) dalam (Setyowati, Elizabeth Ariyani Puji, 2005)
mengemukakan kestabilan emosi adalah kematangan emosional yang berdasarkan
kesadaran yang mendalam terhadap kebutuhan-kebutuhan, keinginan, cita-cita, dan
alam perasaannya serta pengintegrasian semuanya itu ke dalam suatu kepribadian
yang bulat dan harmonis. Menurut Hellriegel & Slocum, 2007 dalam (Setyowati,
Elizabeth Ariyani Puji, 2005) kestabilan emosi yaitu derajat ketenangan, aman, dan
tidak merasa khawatir. Seseorang yang memiliki emosi stabil akan bersikap
tenang, kalem, tabah, dan merasa aman dalam menjalin hubungan interpersonal
dengan orang lain.

Seseorang yang memiliki kestabilan emosi rendah akan bersikap lebih mudah
terpengaruh, merasa kurang aman dalam berhubungan dengan orang lain, reaktif,
dan mood berubah- ubah. Seseorang dengan emosi yang stabil akan lebih mudah
dalam mengendalikan stres daripada orang yang memiliki emosi yang kurang stabil.
Pada uraian di atas, disimpulkan bahwa kestabilan emosi merupakan suatu keadaan
emosi seseorang yang tenang walaupun berada dalam situasi yang kurang
menyenangkan menurut (Setyowati, Elizabeth Ariyani Puji, 2005).
Robbins dan Judge (2008) dalam (Setyowati, Elizabeth Ariyani Puji, 2005)
menyatakan bahwa terdapat sumber –sumber kestabilan emosi dan suasana hati
yang meliputi kepribadian, cuaca, stress, aktivitas sosial, tidur, olahraga, usia, dan
gender. Menurut Sharma (2006) dalam (Setyowati, Elizabeth Ariyani Puji, 2005)
telah mengemukakan aspek-aspek kestabilan emosi, antara lain firmly established,
well balances, dan capable remain in same status.

Selama dekade terakhir, telah terjadi peningkatan jumlah studi psikologi


olahraga yang berfokus pada pemahaman hubungan antara kesehatan emosional dan
kinerja atlet selama kompetisi menurut Brandt et al., 2016; Jacobson dan Matthaeus,

4
2014; Zandi dan Rad, 2013 dalam (Andrade et al., 2016).
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa emosi dapat memprediksi
kinerja (Lane et al., 2012) dalam (Andrade et al., 2016).
Lane et al. (2016a) dalam (Andrade et al., 2016) melaporkan bahwa untuk
mencegah kinerja yang buruk, tantangan yang lebih besar adalah mengurangi
intensitas emosi yang tidak menyenangkan. Suasana hati atlet, di antara emosi-
emosi ini, telah menerima perhatian yang meningkat dan telah dipelajari pada atlet
dari berbagai olahraga, dan tingkat kompetitif (Harris et al., 2015; Killer et al.,
2015) dalam (Andrade et al., 2016).
Atlet yang berpartisipasi dalam kompetisi mengalami tingkat stres yang
tinggi, yang dapat mengubah suasana hati dan pola tidur serta mengganggu kinerja
(Brandt et al., 2016).

Banyak atlet melaporkan kurang tidur sebelum kompetisi penting, yang

dapat menyebabkan tingkat stres, kemarahan, dan ketegangan yang lebih tinggi

keesokan harinya, peningkatan kantuk di siang hari dan performa yang lebih buruk

dalam kompetisi atau permainan (Brandt et al., 2016). Perubahan mood juga dapat

mengganggu kinerja olahraga dan secara negatif mempengaruhi proses seperti

pengambilan keputusan yang penting untuk kompetisi. (Brandt et al., 2016).

Meskipun ada pengakuan luas akan pentingnya kualitas tidur yang baik untuk

performa olahraga dan kesehatan secara keseluruhan, relatif sedikit yang diketahui

tentang pola tidur para atlet selama kompetisi olahraga (Brandt et al., 2016). Tidur

yang sedikit dan penyimpangan tidur cenderung mempengaruhi fungsi neurokognitif

seperti memori visual dan auditori serta waktu reaksi. Korteks prefrontal berperan

dalam memori motorik, perhatian dan waktu reaksi motorik (Chandrasekaran et al.,

2020).

Olahraga apa pun membutuhkan waktu reaksi yang cepat bersama dengan

5
ketajaman indera visual dan pendengaran yang bertanggung jawab atas
keseimbangan, kelincahan dan kekuatan dalam berbagai variasi kontak atau
olahraga non-kontak. Literatur mengklaim bahwa waktu reaksi yang buruk
berkontribusi pada cedera olahraga (Chandrasekaran et al., 2020). Kesalahan
kelalaian lebih lanjut (tidak ada respons terhadap rangsangan) dan komisi (respons
terhadap tidak ada rangsangan) biasa terjadi karena kurang tidur yang menyebabkan
beberapa kesalahan penilaian dalam menerima bola, menyeimbangkan lompat
galah, menargetkan gawang atau keranjang, menangani atau melindungi lawan dan
sebagainya (Chandrasekaran et al., 2020). Memori visuotemporal, kepercayaan diri,
perilaku menghakimi, penghambatan respon berhubungan dengan tidur yang
merupakan komponen penting untuk kinerja olahraga yang efektif (Chandrasekaran
et al., 2020). Tidur yang nyenyak diketahui berkontribusi pada keterampilan belajar
yang efisien, taktik, dan memperoleh keterampilan olahraga. Untuk kinerja olahraga
yang efisien, kognisi yang signifikan, taktik perencanaan, dan memori olahraga
adalah penting. Tidur terbukti penting dalam meningkatkan kognisi, memori, taktik,
atau pembelajaran dan konsentrasi keterampilan (Chandrasekaran et al., 2020).
Kurang tidur, telah ditemukan terkait dengan kinerja yang sangat buruk dalam
pelatihan dan kompetisi. Atlet elit yang menunjukkan kinerja yang buruk dalam
kompetisi mungkin tidak hanya disebabkan oleh kemampuan, keterampilan, dan
psikologi mereka, tetapi juga praktik tidur dan kebersihan yang buruk. Tidur tidak
hanya penting untuk konsolidasi memori tetapi juga mempersiapkan pengaturan
memori hari berikutnya. Perhatian, kewaspadaan, dan memori deklaratif juga
diketahui terkait dengan tidur (Chandrasekaran et al., 2020).
Evaluasi keadaan mood dan kualitas tidur atlet dilakukan hingga 60 menit
sebelum kompetisi olahraga nasional dan internasional dimulai (Brandt et al., 2016).
Statistik deskriptif dan inferensial (termasuk regresi logistik) digunakan untuk
mengevaluasi hubungan kualitas tidur dan suasana hati dengan kinerja (yaitu,
menang atau kalah). Para atlet biasanya memiliki kualitas tidur yang baik dan
keadaan suasana hati yang mirip dengan profil Gunung Es (yaitu, semangat tinggi
dan ketegangan rendah, depresi, kemarahan, kelelahan, dan kebingungan mental)

6
(Brandt et al., 2016).

Tes Wald mengungkapkan bahwa tidur, amarah, ketegangan, dan kekuatan


memprediksi kinerja atlet. Secara khusus, kualitas tidur yang buruk dan semangat
rendah dan amarah menurunkan kemungkinan menang, sedangkan ketegangan yang
lebih tinggi meningkatkan peluang ini. The Hosmer – Lemeshow tes menunjukkan
bahwa hasil cukup digeneralisasikan. Secara keseluruhan, kami mengamati hubungan
yang signifikan antara tidur dan suasana hati, yang pada akhirnya memengaruhi
performa olahraga atlet secara signifikan. Jadi, staf pelatih dan atlet harus memantau
kualitas tidur atlet sebelum kompetisi memastikan atlet dalam kondisi optimal untuk
performa menurut (Brandt et al., 2016).

1.2. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, telah didapatkan
rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :
1) Apakah terdapat pengaruh kualitas tidur dan keadaan emosi terhadap
performance atlet ketika pertandingan?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur dan keadaan emosi terhadap


performance atlet ketika pertandingan?

1.4. Manfaat Penelitian


Pada penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang terbagi dalam beberapa
aspek, yaitu :

7
1.4.1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber
informasi dan keilmuan yang berarti sebagai referensi bagi pembaca terkait
pengaruh kualitas tidur dan keadaan mood terhadap performance atlet ketika
bertanding, sehingga pelatih dapat mengetahui dan mengatasi keadaan
seorang atlet untuk mencapai performance yang baik dalam pertandingan.

1.4.2. Secara Praktis


Secara praktis penelitian ini merupakan pengaplikasian dalam
mengembangkan diri untuk menambah wawasan, menambah pengetahuan,
dan sebagai pengalaman pada pengkajian ilmu keolahragaan khususnya
dibidang psikologi olahraga, serta dapat dijadikan bahan evaluasi bagi
pelatih untuk mencapai performance atlet yang baik dalam pertandingan.

1.4.3. Secara Kebijakan


Secara kebijakan penelitian kini sangat penting untuk bahan
pembelajaran seorang pelatih untuk memahami keadaan atlet dari segi
psikologi dan fisiologis atlet ketika berlatih dan bertanding, serta pelatih
dapat memberikan pengarahan solusi untuk seorang atlet yang sedang
mengalami permasalahan psikologi dan kesulitan tidur untuk mencapai
performance yang baik bagi atlet itu sendiri.

1.4.4. Secara Isu dan Kebijakan Sosial


Secara isu dan kebijakan social penelitian ini dapat dijadikan sumber
pembelajaran dan meberikan edukasi untuk masyarakat khususnya untuk
para pelatih bagaimana pentingnya untuk memahami pengaruh keadaan
mood dan kualitas tidur untuk performance seorang atlet. Selain itu,
penelitian ini juga diharapkan menjadi pembelajaran dan informasi bagi
masyarakat luas, tidak hanya untuk pelatih dan atlet, kualitas tidur dan
keadaan mood juga berpengaruh untuk kita melakukan aktivitas dalam
sehari-hari.

8
1.5. Struktur Organisasi Skripsi
Bab I merupakan bab yang menjelaskan alasan dari pengambilan judul
“Pengaruh Kualitas Tidur dan Keadaan Emosi Terhadap Performa Saat
Pertandingan Pada Atlet Pelatda PON Jabar”. Dalam bab ini dijelaskan mengapa
peneliti mengambil masalah tersebut untuk diteliti dan alasan diperkuat dengan
beberapa pendapat para ahli dan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan.

Bab II merupakan penjelasan teori-teori secara mendalam yang akan diteliti


dalam penelitian ini berdasarkan pendapat para ahli dan penelitian sebelumnya yang
sudah ada, yang akan dijelaskan dalam bab ini diantaranya definisi tidur, mood,
performance, pengaruh kualitas tidur dan keadaan mood terhadap performance
atlet, serta dibab ini dijelaskan mengenai teori yang relevan, penelitian yang relevan,
hipotesis penelitian, dan asumsi peneliti.

Bab III menjelaskan alur jalannya dari skripsi penelitian ini, desain penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan ekperimental.
Penulis memilih variabel studi kualitas tidur dan keadaan mood prakompetitif untuk
menentukan dampak dari variabel-variabel ini di antara atlet segera sebelum mereka
mulai berkompetisi, penulis menganggap desain penelitian ini sangat valid secara
ekologis dan memiliki potensi untuk menawarkan kontribusi yang substansial untuk
pengembangan intervensi untuk digunakan oleh teknisi. Untuk tujuan ini, penulis
memilih ukuran yang agak singkat dari 2 variabel, yang telah dilakukan pada
penelitian sebelumnya. Instrumen yang digunakan untuk menyelidiki pengaruh
kualitas tidur yang dilaporkan sendiri dan suasana hati tentang performa olahraga
atlet, penulis menggunakan Brunel Mood Scale (BRUMS) dan pertanyaan tentang
kualitas tidur yang dirasakan. Untuk membandingkan suasana hati peserta
berdasarkan jenis kelamin, tidur kualitas, waktu latihan, modalitas olahraga, dan
kinerja, penulis menggunakan uji Kruskal-Wallis dan Uji U Mann-Whitney. Semua
analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS (Statistical Product for Sosial
Science). (Brandt et al., 2016)

9
Daftar Pustaka

Andrade, A., Bevilacqua, G. G., Coimbra, D. R., Pereira, F. S., & Brandt, R. (2016).
Sleep quality, mood and performance: A study of elite Brazilian volleyball
athletes. Journal of Sports Science and Medicine, 15(4), 601–605.

Brandt, R., Bevilacqua, G. G., & Andrade, A. (2016). Perceived Sleep Quality, Mood
States, and Their Relationship with Performance Among a Competitive Period.
Journal of Strength and Conditioning Research, 31(4), 1033–1039.

Chandrasekaran, B., Fernandes, S., & Davis, F. (2020). Science of sleep and sports
performance – a scoping review. Science and Sports, 35(1), 3–11.
https://doi.org/10.1016/j.scispo.2019.03.006

Nayaga, S. (2020). Analisis Kebiasaan Tidur Pada Fase Latihan Atlet Bola Basket.
Olahraga, Volume 3,. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-
prestasi-olahraga/article/view/35860

Setyowati, Elizabeth Ariyani Puji, et all. (2005). Hubungan antara Kualitas Tidur
dan Kestabilan Emosi dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Aktif Paduan
Suara Voca Erudita UNS The Relationship between Sleep Quality and
Emotional Stability with Academic Performance on Students Members of Voca
Erudita Student. 2, 68–80.

10

Anda mungkin juga menyukai