Anda di halaman 1dari 17

BAB I

THAHARAH (BERSUCI)

A. ARTI THAHARAH
Thaharah artinya bersuci. Thaharah menurut syara’ ialah bersuci dari hadats dan najis.

Bersuci ada dua bagian:


1. Bersuci dari hadats
Ialah dengan mengerjakan wudhu, mandi dan tayammum.
2. Bersuci dari Najis
Ialah menghilangkan najis yang ada dibadan, tempat dan pakaian.

1. Macam-macam Air
Air yang dapat dipakai bersuci ialah air yang bersih (suci dan menyucikan) yaitu air
yang turun dari langit atau keluar dari bumi yang belum dipakai untuk bersuci.
Air yang suci dan menyucikan ialah :
a. Air hujan e. air salju
b. Air sumur f. air telaga
c. Air laut g. air embun
d. Air sungai
2. Pembagian Air
Ditinjau dari segi hukumnya, air itu dapat dibagi empat bagian:
1) Air suci dan menyucikan
Yaitu air mutlak artinya air yang masih murni, dapat digunkan untuk bersuci dengan
tidak makruh, (air mutlak artinya air yang sewajarnya)
2) Air suci dan dapat menyucikan, tetapi makruh digunakan
Yaitu air musyammas (air yang dipanaskan dengan matahri) di tempat logam yang
bukan emas.
3) Air suci tetapi tidak dapat menyucikan
Seperti air musta’mal (air yang telah dipergunakan bersuci) untuk mrnghilangkan
hadas atau najis walaupun tidak berubah warna, bau dan rasanya.
4) Air Mutanajis
Yaitu air yang kena najis (kemasukan najis) sedang jumlahnya kurang dari 2 kulah,
maka air yang semacam ini tidak suci dan tidak dapat menyucikan. Jika lebih dari 2
kulah dan tidak berubah sifatnya, maka sah untuk bersuci.
Dua kulah sama dengan 217 liter, jika berbentuk bak, maka besarnya =
panjang 62,4 cm, lebar 62,4 cm dan dalam/tinggi 62,4 cm atau melebihinya.

Peringatan !

Ada satu macam air lagi ialah suci dan menyucikan tetapi haram memakainya, yaitu
air yang diperoleh dari ghashab/mencuri, mengambil air tanpa izin.

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 1


B. MACAM-MACAM NAJIS
Najis ialah suatu benda yang kotor menurut syara’, misalnya:
1. Bangkai, kecuali manusia, ikan dan belalang
2. Darah
3. Nanah
4. Segala sesuatu yang keluar dari kubul dam dubur
5. Anjing dan babi
6. Minuman keras seperti arak dan sebagainya
7. Bagian anggota badan binatang yang terpisah karena dipotong dan sebagainya selagi
masih hidup.

1) Pembagian Najis
Najis itu dapat dibagi 3 bagian:
a. Najis Mughallazah (berat)
Ialah najis anjing dan babi serta seluruh keturunannya.
b. Najis Muhkaffafah (ringan)
Ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan belum pernah
makan sesuatu kecuali air susu ibunya.
c. Najis Mutawassitah (sedang)
Ialah semua najis selain dari najis mughallazah dan mukhaffafah, seperti segala
sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur manusia dan binatang (kotoran) kecuali
air mani, benda cair yang memabukkan, susu hewan yang tidak halal dimakan,
nanah, darah, bangkai termasuk tulang dan bulunya kecuali bangkai manusia, ikan
dan belalang.
Najis Mutawassitah dibagi menjadi dua:
1. Najis Ainiyah
Ialah najis yang berwujud (memiliki warna, aroma, dan rasa).
2. Najis Hukmiyah
Ialah najis yang tidak memiliki warna, aroma, dan rasa (tinggal hukumnya saja) seperti
bekas air kencing, arak yang sudah kering dan sebagainya.

2) Cara Menghilangkan Najis


a. Najis Mughallazah (berat)
Sesuatu yang terkena najis mughallazah seperti jilatan atau kotoran anjing dan babi.
Cara menyucikannya adalah ahrus dengan menghilangkan benda najisnya terlebih
dahulu lalu membasuhnya dengan air 7 kali basuhan dan salah satu basuhannya harus
dicampur dengan tanah yang suci.
b. Najis Mukhaffafah (ringan)
Sesuatu yang terkena najis mukhaffafah. Cara menyucikannya adalah cukup
memercikkan air [ada tempat yang terkena najis.
c. Najis Mutawassitah (Sedang)
Sesuatu yang terkena najis mutawassitah dapat suci dengan cara dibasuh sekali, asal
sifat-sifat najisnya (warna, bau dan rasanya) itu hilang. Adapun dibasuh 3 kali basuhan
atau siraman itu lebih baik. Jika najis hukmiyah cara menghilangkannya cukup dengan
mengalirkan air saja pada najis tadi.

3) Najis Yang Dimaafkan (Ma’fu)

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 2


Najis yang dimaafkan artinya tak usah dibasuh/dicuci.
Misalnya najis bangkai hewan yang tidak mengalir darahnya, darah atau nanah yang
sedikit, debu dan air lorong-lorong yang memercik ssedikit yang sukar menghindrkannya.
Adapun cicak dan tikus yang jatuh kedalam minyak atau makanan yang beku, dan ia
mati didalamnya, maka minyak atau makanan yang terkena saja yang wajib dibuang.
Sedangkan yang lain boleh dipakai kembali. Bila minyak atau makanan yang dihinggapinya
itu cair, maka semua makanan atau minyak itu hukumnya najis, karena yang demikian itu
tidak dapat dibedakan mana yang kena najis dan mana yang tidak.

4) Istinja
Segala yang keluar dari qubul dan dubur seperti kencing dan kotoran air besar, wajib
disucikan dengan air hingga bersih.

5) Adab Buang Air


a. Jangan ditempat yang terbuka
b. Jangan ditempat yang dapat menggangu orang lain.
c. Jangan bercakap-cakap kecuali keadaan terpaksa.
d. Kalau terpaksa buang air di tempat terbuka, hendaknya jangan menghadap kiblat.
e. Jangan membawa dan membaca kalimat al-Qur’an.

C. BERWUDHU
1) Arti Wudhu
Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedang menurut syara’ artinya
membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadats kecil
Orang yang hendak melaksanakan shalat, wajib lebih dahulu berwudhu, karena wudhu
adalah menjadi syarat sahnya shalat.

2) Syarat-Syarat Wudhu
Syarat-syarat wudhu adalah
a. Islam
b. Tamyiz, dapat membedakan baik buruknya sesuatu pekerjaan
c. Tidak berhadas besar
d. Dengan air suci lagi menyucikan
e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi air, sampai ke anggota wudhu, misalnya
getah, cat dan sebagainya.
f. Mengetahui mana wajib (fardhu)dan mana yang sunnah.

3) Yang Membatalkan Wudhu


Yang membatalkan wudhu ada empat macam:
a. Keluar sesuatu dari qubul dan dubur, misalnya buang air kecil maupun besar, atau
keluar angina dan sebagainya.
b. Hilang akal sebab gila, pingsan, mabuk, dan tidur nyenyak.
c. Bersentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan yang sama-sama dewasa,
keduanya bukan muhrim dengan tidak ada penghalang antara kedua kulit tersebut
(muhrim artinya keluarga yang tidak boleh dinikahi)
d. Memegang atau menyentuh kemaluan (qubul dan dubur) dengan telapak tangan
atau dengan bagian dalam jari-jari yang tidak memakai penutup (walaupun
kemaluannya sendiri).

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 3


4) Cara Berwudhu
Orang yang hendak mengerjakan shalat, wajib berwudhu lebih dahulu karena wudhu
menjadi syarat sahnya shalat. Sebelum berwudhu kita harus membersihkan dahulu najis-
najis yang ada pada badan, kalau memang ada.
Cara Mengerjakan Wudhu Ialah:

1. Membaca
sambil mencuci kedua belah tangan sampai
pergelangan tangan dengan bersih.

2. Selesai membersihkan tangan terus


berkumur-kumur 3 kali sambil membersihkan gigi.

3. Selesai berkumur-kumur kemudian


mencuci lubang hidung 3 kali.

4. Selesai mencuci lubang hidung terus mencuci


muka 3 kali, mulai dari tempat tumbuhnya rambut
kepala hingga bawah dagu dan dari telinga kanan
ke telinga kiri sambil niat wudhu sebagai berikut:

Artinya: “Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadast


kecil wajib karena Allah Ta’ala”

5. Selesai membasuh muka (mencuci muka), lalu


membasuh (mencuci) kedua belah tangan
hingga siku 3 kali.

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 4


6. Selesai mencuci kedua belah tanagn,
terus mengucsap sebagian rambut kepala 3 kali.

7. Selesai mengusap sebagian rambut kepala,


terus mengusap kedua belah telinga 3 kali.

8. Dan yang terakhir membasuh kedua belah kaki


sampai mata kaki 3 kali.

Keterangan: dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan


Tersebut diatas, wajib dikerjakan dengan berturut-turut,
artinya rukun-0rukun yang ahrus dahulu didahulukan
dan rukun-rukun yang harus akhir diakhirkan.

5) Do’a Sesudah Berwudhu

6) Mandi
Shalat sebagaimana kita ketahui, sahnya juga suci dari hadas besar. Cara menghilangkan
hadas besar dengan mandi wajib, yaitu membasuh seluruh tubuh mulai dari [puncak kepala hingga
ujung kaki.
Hal-hal yang mewajibkan mandi:
a. Bertemunya 2 khitan (bersetubuh) baik keluar sperma ataupun tidak, baik dengan sadar atau
tidak.
b. Keluar mani (sperma) baik keluarnya karena mimpi atau sebab lain. Baik sengaja atau tidak,
dengan perbuatan sendiri atau tidak. (poin a dan b dinamakan juga degan janabat/junub).
c. Mati, dan matinya itu bukan mati syahid atau bayi yang mati karena keguguran dan tubuhnya
belum berbentuk.

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 5


d. Selesai nifas (bersalin; setelah berhentinya darah yang keluar dari rahim sesudah melahirkan).
e. Wiladah (setelah melahirkan).
f. Selesai haidh.

1. Fardhu Mandi
a. Niat
Bersamaan dengan mula-mula menyiram tubuh.
Lafal niat:

b. Menyiram seluruh badan dengan air, yakni meratakan air ke seluruh tubuh
c. Menghilangkan najis.
2. Sunnah Mandi
a. Mendahulukan membasuh segala kotoran dan najis dari seluruh badan.
b. Mendahuliukan mengambil air wudhu, yakni sebelum mandi disunnahkan berwudhu
lebih dahulu.
c. Berdiri
d. Menghadap kiblat sewaktu mandi dan mendahulukan bagian kanan daripada kiri.
e. Membaca “bismillaahir-rahmaanir-rahiim” pada permulaan mandi.
f. Menggosok seluruh badan dengan teliti (lipatan-lipatan kulit) sampai 3 kali.
g. Membaca do’a sebagaimana membca do’a sesudah berwudhu.
3. Larangan bagi orang yang sedang junub
Bagi mereka yang berjunub, yakni mereka yang masih berhadas besar tidak boleh
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melaksanakan shalat
b. Melakukan thawaf di baitullah
c. Memegang, membawa, mengangkat dan membaca kitab suci al-Qur’an
d. Berdiam diri di masjid
4. Larangan bagi yang sedang haidh
Mereka yang sedang haidh selain dilarang melakukan larangan-larangan sebagaimana
orang yang junub, juga dilarang:
a. Bersenang-senang dengan apa yang ada diantara pusat dan lutut
b. Berpuasa, baik puasa wajib maupun sunnah
c. Dithalaq (dicerai)
d. Lewat didalam masjid apabila dikhawatirkan akan mengotorinya, jika tidak maka
diperbolehkan.

7) Tayammum
a. Arti tayammum
Tayammum ialah mengusap muka dan kedua belah tangan dengan debu yang suci. Pada
suatu ketika tayammum itu dapat menggantikan wudhu dan mandi dengan syarat-syarat
tertentu.
b. Sebab-sebab tayammum
1. Karena tidak adanya air yang memenuhi syarat kesucian dan telah berusaha
mencarinya, tetapi tidak mendapatkan.
2. Berhalangan menggunakan air, misalnya karena sakit yang apabila menggunakan air
akan bertambah sakitnya.
3. Adanya air yang diperlukan untuk yang lebih penting.
c. Syarat-syarat tayammum

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 6


1. Menggunakan debu yang suci yang belum digunakan untuk bersuci dan tidak
bersampur dengan sesuatu.
2. Mengusap wajah dan kedua tangan.
3. Terlebih dahulu menghilangkan najis.
4. Telah masuk waktu shalat.
5. Tayammum hanya untuk sekali shalat fardhu.
d. Fardhu yatammum
1. Niat (untuk dibolehkan mengerjakan shalat)
Lafal niat:

“aku niat bertayammum untuk dapat mengerjakan shalat fardhu karena Allah Ta’ala”
2. Memindahkan debu dari tempatnya
ke wajah dan tangan.
Gambar 1
Mula-mula meletakkan dua belah tangan
diatas debu untuk diusapkan ke muka.

3. Mengusap muka dengan debu


dengan sekali usapan
Gambar 2

Gambar 3
Meletakkan kedua belah telapak tangan
diatas debu yang kedua untuk diusapkan

4. Mengusap dua belah tangan hingga


siku-siku dengan debu sekali usapan.
Gambar 4

5. Tertib (berurutan)
Yaitu urut diantara kedua usapan tersebut
(wajah dahulu kemudian kedua tangan)

e. Sunnah tayammum
1. Membaca “bismillaahir-rahmaanir-raahim”
2. Mendahulukan anggota yang kanan daripada yang kiri
3. Menipiskan debu

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 7


f. Batalnya tayammum
1. Segala yang membatalkan wudhu
2. Melihat air sebelum shalat, kecuali yang bertayammum karena sakit
3. Murtad (keluar dari islam)

BAB II
SHALAT
A. ARTI SHALAT
Shalat ialah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadah, dengan penuh kekhusyukan dan
keikhlasan di dalam beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara’.

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 8


1. Dalil Yang Mengerjakan Shalat
Dalil yang mewajibkan shalat banyak sekali, baik dalam al-Qur’an maupun dalam hadits Nbai
Muhammad saw.
Dalil ayat-ayat al-Qur’an yang mewajibkan shalat antara lain: (Q.S. Al-Baqarah/2: 43)

“Dan laksanakanlah sakit, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang yang rukuk”. (Q.S. Al-
Baqarah/2: 43).

“Dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan
mungkar”. (Q.S. Al-Ankabut/29: 45).

Perintah shalat ini hendaklah ditanamkan kedalam hati dan jiwa anak-anak dengan cara
pendidikan yang cermat , dan dilakukan sejak kecil, sebagaimana tersebut dalam hadis Nabi
Muhammad saw. Sebagai berikut:

“Perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat diwaktu usia mereka meningkat tujuh


tahun, dan pukullah (kalau enggan melakukan shalat) diwaktu mereka meningkat usia sepuluh
tahun. (HR. Abu Dawud).

2. Syarat-Syarat Wajib Shalat


a. Beragama Islam
b. Sudah baligh
c. Berakal
d. Suci dari haid dan nifas
e. Telah mendengar ajakan dakwah Islam

3. Syarat-syarat Sah Shalat


a. Suci dari dua hadats (kecil dan besar)
b. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat dari najis.
c. Menutup aurat
Bagi laki-laki auratnya antara pusar dan lutut, sedang wanita seluruh anggota badannya
kecuali muka dan kedua telapak tangan.
d. Masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing-masing shalat.
e. Menghadap kiblat
f. Mengetahui mana yang fardhu dan mana yang sunnah
g. Menjauhi perkara-perkara yang menbatalkan shalat

4. Rukun Shalat
a. Niat
b. Takbiratul ihram
c. Berdiri tegak bagi yang kuasa/mampu. Boleh sambil duduk atau berbaring bagi yang
sedang sakit.
d. Membaca surah al-Fatihah pada tiap-tiap rakaat
e. Rukuk dengan tumakninah
f. I’tidal dengan tumakninah
g. Sujud dua kali dengan tumakninah
h. Duduk diantara dua sujud dengan tumakninah

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 9


i. Duduk tasyahud akhir dengan tumakninah
j. Membaca tasyahud akhir
k. Membaca shalat kepada Nabi Muhammad saw. Ketika tasyahdu akhir.
l. Membaca salam yang pertama
m. Tertib. Berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut.

5. Yang Membatalkan Shalat


Shalat itu batal (tidak sah) apabila salah satu syarat rukunnya tidak dilaksanakan atau
ditinggalkan dengan sengaja.
Shalat dihukumi batal karena terjadi hal-hal seperti dibawah ini:
a. Berhadats
b. Terkena najis yang tidak di maafkan
c. Berkata-kata dengan sengaja walaupun dengan satu huruf yang memberikan pengertian
d. Terbukanya aurat, apabila tidak ditutup seketika
e. Mengubah niat. Misalnya ingin memutuskan shalat
f. Bergerak berturut-turut 3 kali
g. Melompat dengan keras walaupun sekali
h. Membelakangi kiblat
i. Menambah rukun yang berupa perbuatan. Seperti rukuk dan sujud
j. Tertawa terbahak-bahak
k. Mendahului iman dengan 2 rukun fi’li dan tertinggal 2 rukun fi’li tanpa uzur
l. Murtad, artinya keluar dari Islam

6. Perbuatan Makruh dalam Shalat


Orang yang sedang shalat dimakruhkan:
a. Menaruh telapak tangannya di dalam lengan bajunya ketika takbiratul ihram, rukuk dan
sujud
b. Menutup mulutnya rapat-rapat
c. Terbuka kepalanya
d. Bertolak pinggang
e. Memalingkan muka ke kiri dan ke kanan
f. Memejamkan mata
g. Menengadah ke langit
h. Menahan hadas
i. Berludah
j. Mengerjakan shalat di atas kuburan
k. Melakukan hal-hal yang mengurangi kekhusyukan shalat

7. Perbedaan Laki-Laki Dan Wanita Dalam Shalat


Laki-Laki: Perempuan:
a. Merenggangkan 2 siku tangannya dari a. Merapatkan satu anggota kepada anggota
kedua lambunya waktu rukuk dan sujud. lainnya.
b. Waktu rukuk dan sujud mengangkat b. Meletakkan perutnya pada dua
perutnya dari dua pahanya. tangan/sikunya ketika sujud.
c. Menyaringkan suaranya/bacaannya pada c. Merendahkan suaranya/bacaannya di
shalat jahr. hadapan laki-laki lain, yakni yang bukan
muhrimnya.
d. Bila memberitahu sesuatu kepada iman d. Bila memberitahu sesuatu kepada iman
maka membaca tasbih, yakni membaca dengan bertepuk tangan, yakni tangan
“subhaanallah”. yang kanan dipukulkan pada punggung
telapak tangan kiri.
e. Aurat laki-laki dalam shalat adalah anggota e. Aurat wanita dalam shalat adalah seluruh
badan antara pusat dan lutut. tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan.

8. Hal-hal yang Mungkin Dilupakan


Dalam melaksanakan shalat mungkin ada hal-hal dilupakan, misalnya:

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 10


a. Lupa melaksanakan yang fardhu
Jika yang dilupakan itu fardhu, maka tidak cukup diganti dengan sujud sahwi. Jika orang
telah ingat ketika ia sedang shalat, haruslah cepat-cepat ia melaksanakannya, atau ingat
setelah salam, sedang jarak waktunya masih sebentar, maka wajiblah ia menunaikannya
apa yang terlupakan, lalu sujud sahwi (sujud sunnah karena lupa).
b. Lupa melaksanakan sunnah ab’adh
Jika yang dilupakan itu sunnah ab’adh, maka tidak perlu diulangi, yakni kita meneruskan
shalat itu hingga selesai, dan sebelum salam kita disunnahkan sujud sahwi.
c. Lupa melaksanakan sunnah hai’at
Jika yang terlupakan itu sunnah hai’at , maka tidak perlu diulangi apa yang dilupakan itu,
dan tidak perlu sujud sahwi.
Lafal sujud sahwi:

“Mahasuci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa”


Sujud sahwi itu hukumnya sunnah, dan letaknya sebelum salam, dikerjakan dua kali
sebagaimana sujud biasa.
Apabila orang bimbang atau ragu-ragu tentang jumlah bilangan rakaat yang telah
dilakukan, haruslah ia menetapkan yang yakin, yaitu yang paling sedikit dan hendalah sujud
sahwi.

B. BACAAN-BACAAN DALAM SHALAT


1. Cara-Cara Mengerjakan Shalat
a. Berdiri tegak menghadap kiblat dan niat mengerjakan shalat.
Niat shalat menurut shalat yang sedang dikerjakan,
misalnya shalat subuh dan sebagainya.
(Niat shalat ialah didalam hati, dan untuk
memudahkan dapat pula kita pelajari seperti yang
terlampir didalam buku ini).

b. Lalu mengangkat kedua belah tangan serta membaca “Allaahu Akbar,” (takbiratul ihram)

c. Setelah takbiratul ihram kedua belah tangannya disedekapkan pada dada. Kemudian
membaca do’a iftitah.

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 11


2. Bacaan Do’a Iftitah

“Allah Mahabesar lagi sempurna kebesaran-Nya, segala puji hanya kepunyaan Allah, pujian yang
banyak dan mahasuci Allah di waktu pagi dan petang. Kuhadapkan wajahku (hatiku) kepada Tuhan
yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan menyerahkan diri dan aku bukanlah
dari golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk
Allah. Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak
menyekutukan-Nya. Dan aku dari golongan orang muslimin.

3. Surah Al-Fatihah
Selesai membaca doa iftitah, kemudian membaca surah al-Fatihah sebagai berikut:

4. Surah-Surah Pendek dan Mudah Dihafal


Selesai membaca al-Fatihah pada rakaat yang pertama dan kedua bagi orang yang shalat
sendirian atau imam, disunnahkan membaca surah atau ayat al-Qur’an.
Surah-surah yang dibaca dalam shalat antara lain:
Surah Al-Ikhlas

5. Rukuk
Selesai membaca surah, lalu mengangkat kedua
belah tangan setinggi telinga seraya membaca
“Allahu akbar”, kemudian rukuk (badannya membungkuk,
kedua tangannya memegang lutut dan ditekankan
antara punggung dan kepala supaya rata).
Setelah cukup sempurna bacalah tasbih sebagai berikut:

3x
“Mahasuci Tuhanku, Tuhan yang Mahaagung serta memujilah aku kepada-Nya”.

6. I’tidal
Selesai rukuk, terus bangkitlah tegak dengan mengangkat
kedua belah tangan setenteng telinga, seraya membaca:

“Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya”

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 12


Pada waktu berdiri tegak (I’tidal) ters membaca:

“Ya Tuhan kami! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit


dan bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki sesudah itu”.

7. Sujud
Setelah I’tifal terus sujud (tersungkur ke bumi)
dengan meletakkan dahi ke bumi dan ketika
turun seraya membaca “allahu akbar”, dan
setelah sujud membaca tasbih sebagai berikut:

8. Duduk antara Dua Sujud


Setelah sujud kemudian duduk serta membaca
“Allaahu Akbar” dan setelah duduk membaca:

9. Sujud Kedua
Sujud kedua, ketiga dan keempat dikerjakan
seperti pada waktu sujud yang pertama,
baik caranya maupun bacaannya.

10. Duduk Tasyahud/Tahiyat Awal


Pada rakaat kedua, kalau shalat kita tiga rakaat
atau empat rakaat, maka pada rakaat kedua ini
kita duduk untuk membaca tasyahud/tahiyat
awal, dengan duduk kaki kanan tegak dan
telapak kaki kiri diduduki.

Bacaan Tasyahud/Tahiyat Awal

11. Tasyahud Akhir


Bacaan tasyahud/tahiyat akhir ialah seperti
tahiyat awal yang ditambah dengan shalawat
atas keluarga Nabi Muhammad, dan lafalnya
sebagai berikut:

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 13


“Ya Allah! Limpahkanlah rahmat atas keluarga nabi Muhammad!”

Cara duduk pada tahiyat akhir ialah:


a. Supaya pantai langsung ke tanah, dan kaki kiri dimasukkan ke bawah kaki kanan.
b. Jari-jari kaki kanan tetap menekan ke tanah, (seperti gambar no.9)
Pada tahiyat akhir disunnahkan membaca shalawat ibrahimiyah.

12. Salam
Setelah tahiyat akhir, kemudian salam dengan
menengok ke kanan dank e kiri dengan membaca:

“Keselamatan dan Rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian”.

13. Do’a Qunut


Apabila mengerjakan shalat subuh, maka pada rakaat yang kedua, pada waktu I’tidal berdiri
tegak dari rukuk setelah membaca: “rabbana lakal-hamdu…” lalu membaca qunut sebagai
berikut:

“Ya Allah, berilah aku petunjuk seperti orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan
seperti orang yang telah Engkau beri kesehatan. Pimpinlah aku bersama-sama orang-orang yang telah Engkau
pimpin. Berilah berkah pada segala apa yang telah Engkau pimpin. Berilah berkah pada segala apa yang telah
Engkau berikan kepadaku. Dan peliharalah aku dari kejahatan yang Engkau pastikan. Karena sesungguhnya
Engkau-lah yang menentukan dan tidak ada yang menghukum (menentukan) atas Engkau. Sesungguhnya
tidaklah akan hina orang-orang yang telah Engkau beri kekuasaan. Dan tidaklah akan mulia orang yang
Engkau musuhi. Maha Berkahlah Engkau dan Maha Luhurlah Engkau. Segala puji bagi-Mu atas yang telah
Engkau pastikan. Aku mohon ampun dan tobat kepada Engkau. Semoga Allah memberi rahmat dan salam atas
junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarganya dan sahabatnya.”

14. Niat-Niat Shalar Fardhu


1) Niat Shalat Zhuhur

“saya menyengaja shalat fardhu zuhur empat rakaat menghadap kiblat


(makmuman/imaman) karena Allah ta’ala”.

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 14


Allaahu Akbar.

2) Niat Shalat Asar

“saya menyengaja shalat fardhu asar empat empat rakaat menghadap kiblat
(makmuman/imaman) karena Allah ta’ala”.
Allaahu Akbar.

3) Niat Shalat Maghrib

“aku menyengaja shalat fardhu maghrib tiga rakaat menghadap kiblat


(makmuman/imaman) karena Allah ta’ala”.
Allaahu Akbar.

4) Niat Shalat Isya’

“aku menyengaja shalat fardhu Isya’ empat rakaat menghadap kiblat


(makmuman/imaman) karena Allah ta’ala”.
Allaahu Akbar.

5) Niat Shalat Subuh

“aku menyengaja shalat fardhu subuh dua rakaat menghadap kiblat


(makmuman/imaman) karena Allah ta’ala”.
Allaahu Akbar.

6) Niat Shalat Jum’at

“aku menyengaja shalat fardhu jum’at dua rakaat menghadap kiblat


(makmuman/imaman) karena Allah ta’ala”.
Allaahu Akbar.

C. SHALAT JAMA’AH
Shalat jama’ah ialah shalat bersama, sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang, yaitu seorang
imam dan seorang makmum.
Shalat berjama’ah meskipun hukumnya sunnah tetapi sangat ditekankan. Adapun cara
mengerjakannya adalah imam berdiri di depan dan makmum di belakangnya. Makmum harus
mengikuti perbuatan imam dan tidak boleh mendahuluinya dalam setiap gerakan.
1. Yang Boleh Jadi Imam
a. Laki-laki makmum kepada laki-laki
b. Perempuan makmum kepada laki-laki
c. Perempuan Makmum kepada perempuan
d. Banci makmum kepada laki-laki
e. Perempuan makmum kepada banci
2. Yang Tidak Boleh dijadikan Imam
a. Laki-laki makmum kepada banci
b. Laki-laki makmum kepada peremupuan
c. Banci makmum kepada perempuan
d. Banci makmum kepada banci
Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 15
e. Orang yang fasih (dapat membaca al-Qur’an dengan baik) makmum kepada orang yang
tidak tahu membaca (yang banyak).
3. Makmum Yang Terlambat Datang (Masbuq)
Jika seorang makmum mendapatkan imamnya sedang rukuk dan terus
mengikutinya, maka sempurnakanlah rakaat itu baginya meskipun ia tidak sempat membaca
al-Fatihah.
Jika ia mengikuti imam sesudah rukuk, maka ia harus mengulang rakaat itu nanti,
karena rakaat ini tidak sempurna dan tidak termasuk hitungan baginya.
Jika makmum yang mengikuti imam tasyahud akhir dari salah satu shalat, maka
tasyahud yang dikerjakan oleh makmum itu tidak termasuk bilangan baginya dan ia harus
menyempurnakan shalatnya sebagaimana biasa sesudah imam memberi salam.

D. SHALAT JUM’AT
Shalat Jum’at itu hukumnya fardhu ‘ain bagi tiap-tiap muslim, mukallaf, laki-laki, sehat dan
bermukim.
1. Syarat Sah Shalat Jum’at
a. Tempat shalat jum’at harus tertentu
b. Jumlah orang yang berjamaah sekurang-kurangnya 40 orang laki-laki
c. Dilakukan dalam waktu dhuhur
d. Sebelum shalat jumat didahului oleh dua khutbah
2. Sunnah Jum’at
a. Mandi dan membersihkan tubuh
b. Memakai pakaian putih
c. Memotong kuku
d. Memakai wangi-wangian
e. Memperbanyak membaca ayat-ayat al-Qur’an, doa dan dzikir
f. tenang waktu khatib membaca khutbah
3. Rukun Khutbah
a. Membaca “Alhamdulillah “ dalam dua khutbah

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 16


b. Membaca shalat atas nabi Muhammad saw. Dalam dua khutbah
c. Berwasiat dengan taqwa kepada Allah swt dalam dua khutbah
d. Membaca ayat suci al-qur’an dalam satu khutbah
e. Memohonkan maghfirah bagi sekalian mukminin pada khutbah yang kedua
4. Syarat Khutbah
a. Isi rukun khutbah dapat didengar oleh 40 orang ahli jum’ah
b. Berturut-turut antara khutbah pertama dengan khutbah kedua
c. Menutup aurat
d. Badan, pakaian dan tempatnya suci dari hadas dan najis

Modul Fiqhi pada MTs Plus Al Mubarak Page 17

Anda mungkin juga menyukai