Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 – 21 Juli 2021, dengan jumlah

responden sebanyak 24 kasus dan 24 kontrol. Tujuan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

BBLR di RSIA Husada Bunda Salo tahun 2021. Hasil penelitian ini

dikelompokkan berdasarkan data univariat dan bivariat yang dapat dilihat dari

tabel di bawah ini :

A. Analisa Univariat

Adapun untuk melihat distribusi frekuensi responden

berdasarkan umur, paritas, dan jarak kehamilan dapat dilihat pada tabel

berikut:

1. Umur

Tabel.4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di


RSIA Husada Bunda Tahun 2021

No Umur Kasus % Kontrol % Total

1 Beresiko 1 11,1 8 88,9 100

2 Tidak Beresiko 23 59,0 16 41,0 100


Jumlah 24 50 24 50 100

Sumber :Rekam medis

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 24 kelompok

kasus, pada kategori umur sebagian besar berada pada kategori tidak

beresiko sebanyak 23 orang (59,0%), dan pada kelompok kontrol


39

sebagian besar berada pada kategori tidak beresiko sebanyak 16

(41,0%).

2. Paritas

Tabel.4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas di


RSIA Husada Bunda Tahun 2021

No Paritas Kasus % Kontrol % Total


1 Beresiko 22 66,7 11 33,3 100
2 Tidak beresiko 2 13,3 13 86,7 100
Jumlah 24 50 24 50 100
Sumber :Rekam medis

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 24 kelompok

kasus, pada kategori paritas sebagian besar berada pada kategori

beresiko sebanyak 22 orang (66,7%), dan pada kelompok kontrol

sebagian besar berada pada kategori tidak beresiko sebanyak 13

(86,7%).

3. Jarak Kehamilan

Tabel.4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak


Kehamilan di RSIA Husada Bunda Tahun 2021

No Jarak Kehamilan Kasus % Kontrol % Total


1 Beresiko 19 76,0 6 24,0 100
2 Tidak beresiko 5 21,7 18 78,3 100
Jumlah 24 50 24 50 100
Sumber :Rekam medis

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 24 kelompok

kasus, pada kategori jarak kemamilan sebagian besar berada pada

kategori beresiko sebanyak 19 orang (76,0%), dan pada kelompok

kontrol sebagian besar berada pada kategori tidak beresiko sebanyak

18 (78,3%).
40

4. Kejasian BBLR

Tabel.4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian


BBLR di RSUD Bangkinang Tahun 2019

No BBLR Jumlah %
1 Ya 24 50
2 Tidak 24 50
Jumlah 48 100
Sumber :Rekam medis

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 48 responden

sebagian responden mengalami BBLR yaitu 24 responden (50%) dan

sebagian tidak mengalami BBLR sebanyak 24 responden (50%).

B. Analisa Bivariat

Analisa bivariat ini memberikan gambaran ada tidaknya hubungan

antara variabel independen.

1. Hubungan Umur dengan Kejadian BBLR di RSIA Husada Bunda


Tahun 2021

Tabel 4.5: Hubungan Umur dengan Kejadian BBLR di RSIA Husada


Bunda

BBLR Total
Umur Ya (kasus) Tidak (kontrol) P OR
value
N % N % N %
Beresiko 1 11,1 8 88,9 9 18,8
Tidak beresiko 23 59,0 16 41,0 39 81,2 0,023 0,87

Jumlah 24 50 24 50 48 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 24 responden

kelompok kasus, terdapat 23 responden yang memiliki umur tidak

beresiko, sedangkan dari 24 responden kelompok control terdapat 8

responden yang memiliki umur beresiko. Berdasarkan uji statistik


41

diperoleh nilai p value = 0,023 (p > 0,05), dengan derajat kemaknaan

(α = 0,05). Ini berarti tidak ada hubungan antara umur dengan

kejadian BBLR

2. Hubungan Paritas dengan Kejadian BBLR di RSIA Husada


Bunda Tahun 2021

Tabel 4.6: Hubungan Paritas dengan Kejadian BBLR di RSIA Husada


Bunda

BBLR Total
Paritas Ya (kasus) Tidak (kontrol) P OR
value
N % N % N %
Beresiko 22 66,7 11 33,3 33 68,8
Tidak beresiko 2 13,3 13 86,7 15 31,2 0,004 11,0

Jumlah 24 50 24 50 48 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 24 responden

kelompok kasus, terdapat 2 responden yang memiliki paritas tidak

beresiko, sedangkan dari 24 responden kelompok kontrol terdapat 11

responden yang memiliki paritas beresiko. Berdasarkan uji statistik

diperoleh nilai p value = 0,004 (p > 0,05), dengan derajat kemaknaan

(α = 0,05). Ini berarti ada hubungan antara paritas dengan kejadian

BBLR.
42

3. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian BBLR di RSIA


Husada Bunda Tahun 2021

Tabel 4.7: Hubungan Jarak kehamilan dengan Kejadian BBLR di


RSIA Husada Bunda

BBLR Total
Jarak Kehamilan Ya (kasus) Tidak (kontrol) P OR
value
N % N % N %
Beresiko 19 76,0 6 24,0 25 52,1
Tidak beresiko 5 21,7 18 78,3 23 47,9 0,001 11,4

Jumlah 24 50 24 50 48 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 24 responden

kelompok kasus, terdapat 5 responden yang memiliki jarak kehamilan

tidak beresiko, sedangkan dari 24 responden kelompok kontrol

terdapat 6 responden yang memiliki jarak kehamilan beresiko.

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p value = 0,001 (p > 0,05),

dengan derajat kemaknaan (α = 0,05). Ini berarti ada hubungan antara

jarak kehamilan dengan kejadian BBLR


43

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas pembahasan berdasarkan hasil penelitian dari

analisis univariat dan bivariat tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian BBLR di RSIA Husada Bunda Tahun 2021, dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Hubungan Umur dengan Kejadian BBLR di RSIA Husada Bunda

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 24 responden

kelompok kasus, terdapat 23 responden yang memiliki umur tidak beresiko,

sedangkan dari 24 responden kelompok control terdapat 8 responden yang

memiliki umur beresiko. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p value =

0,023 (p > 0,05), dengan derajat kemaknaan (α = 0,05). Ini berarti tidak ada

hubungan antara umur dengan kejadian BBLR.

Menurut asumsi peneliti, faktor umur bukan satu-satunya yang

menyebabkan BBLR, umur juga tidak selalu mempunyai pengaruh negatif

terhadap kesehatan seseorang., tetapi juga bisa dipengaruhi oleh faktor

pekerjaan dan pendidikan ibu yang masih rendah. Ibu hamil dengan tingkat

pendidikan rendah memiliki risiko lebih besar untuk melahirkan BBLR

dibandingkan ibu hamil dengan tingkat pendidikan tinggi. Pendidikan ibu yang

rendah berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki ibu, sehingga ibu

terpengaruh dengan kebiasaan hidup yang tidak menunjang gaya hidup seperti

makanan tidak bergizi (hanya berkarbohidrat, sedikit sayur, sedikit daging).


44

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka wawasan yang dimiliki ibu akan

semakin tinggi dan memiliki pola pikir yang terbuka untuk menerima

pengetahuan baru yang dianggap bermanfaat dalam masa kehamilannya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wahyu Ernawati (2017) di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul yang menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian BBLR dengan nilai

p value 0,35.

Menurut Efendi dan Makhfudli (2015) Umur mempunyai pengaruh

terhadap kehamilan dan persalinan ibu. yang mengungkapkan secara umum,

seorang wanita dikatakan siap secara fisik jika sudah menyelesaikan

pertumbuhan tubuhnya, yaitu sekitar usia 20 tahun, sehingga usia 20 tahun bisa

dijadikan pedoman kesiapan fisik dan usia kehamilan yang ideal berada pada

rentang umur 20-35 tahun.

2. Hubungan Paritas dengan Kejadian BBLR Di RSIA Husada Bunda

Dari hasil penelitian diketahui bahwa bahwa dari 24 responden kelompok

kasus, terdapat 2 responden yang memiliki paritas tidak beresiko, sedangkan

dari 24 responden kelompok kontrol terdapat 11 responden yang memiliki

paritas beresiko. Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p value = 0,004 (p >

0,05), dengan derajat kemaknaan (α = 0,05). Ini berarti ada hubungan antara

paritas dengan kejadian BBLR.

Asumsi peneliti kehamilan pertama biasanya pengalaman pertama bagi

ibu untuk hamil sehingga ibu cemas dan memikirkan banyak hal tentang proses

kehamilan dan persalinan yang akan dihadapi. Pengetahuan dan pengalaman


45

yang kurang membuat ibu kurang menjaga status gizinya dan janin yang

dikandungnya sehingga berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah.

Mempunyai anak lebih dari tiga meningkatkan resiko kesehatan ibu hamil dan

bersalin sehingga bisa menimbulkan komplikasi baik pada ibu maupun

bayinya. Paritas tinggi juga akan mengurangi daya lentur (elastisitas) uterus

sehingga cenderung timbul kelainan letak ataupun kelainan pertumbuhan

plasenta dan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi berat lahir rendah

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri

Handayani (2019) bahwa Paritas berhubungan dengan kejadian BBLR dengan

nilai p-value 0,037, selanjutnya paritas tinggi yaitu jumlah kelahiran tiga atau

lebih berhubungan dengan bayi BBLR, tetapi pada paritas rendah tidak ada

hubungan dengan bayi BBLR.

Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa memperhatikan

apakah bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah

melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan aborsi (Maulana,2010). Paritas

yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik

bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Kehamilan dan persalinan yang

berulang-ulang menyebabkan kerusakan pembuluh darah di dinding rahim dan

kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali

diregangkan saat kehamilan sehingga cenderung timbul kelainan letak ataupun

kelainan pertumbuhan plasenta dan pertumbuhan janin sehingga melahirkan

BBLR (Nurseha,2017).
46

3. Hubungan Jarak kehamilan dengan Kejadian BBLR di RSIA Husada

Bunda

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 24 responden

kelompok kasus, terdapat 5 responden yang memiliki jarak kehamilan tidak

beresiko, sedangkan dari 24 responden kelompok kontrol terdapat 6 responden

yang memiliki jarak kehamilan beresiko. Berdasarkan uji statistik diperoleh

nilai p value = 0,001 (p > 0,05), dengan derajat kemaknaan (α = 0,05). Ini

berarti ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR.

Menurut Asumsi peneliti Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun

menyebabkan rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Keadaan

tersebut perlu diwaspadai karena kemungkinan janin dapat mengalami

pertumbuhan kurang baik. Jarak kehamilan yang pendek menyebabkan

kelemahan dan kelelahan otot rahim, sehingga rahim belum siap menerima

implantasi. Oleh karena itu, janin tumbuh kurang sempurna. Rahim yang lemah

tidak mampu mempertahankan hasil konsepsi sampai aterm sehingga terjadi

kelahiran sebelum waktunya yang menyebabkan janin lahir dengan berat badan

lahir rendah.

Jarak kehamilan adalah selisih waktu antara kehamilan sebelumnya

dengan kehamilan selanjutnya. Jarak kehamilan yang terlalu dekat perlu

diwaspadai karena fungsi alat reproduksi tidak berfungsi secara optimal

sehingga memungkinkan pertumbuhan janin kurang baik. Selain itu bayi yang

dilahirkan dapat mengalami berat lahir rendah, Nutrisi kurang, waktu/lama

menyusui berkurang. Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan


47

pertumbuhan janin yang kurang baik, persalinan lama dan pendarahan saat

persalinan karena rahim belum pulih dengan baik. Jarak kelahiran lebih lama

akan memberikan kesempatan pada ibu untuk memperbaiki Gizi dan

kesehatan nya (Manuaba, 2010).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mahayana (2015),

bahwa persentase BBLR pada jarak kehamilan tidak berisiko (>2 tahun)

sebesar 81,9% lebih besar dibandingkan dengan jarak kehamilan berisiko (< 2

tahun) sebesar 18,1 %..


48

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian BBLR di RSIA Husada Bunda, dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Sebagian besar responden berada pada kategori umur tidak beresiko

melahirkan bayi dengan BBLR baik kelompok kasus maupun kelompok

kontrol,

2. Sebagian besar responden berada pada kategori paritas beresiko

melahirkan bayi dengan BBLR pada kelompok kasus dan paritas tidak

beresiko melahirkan bayi dengan BBLR pada kelompok kontrol,

3. Sebagian besar responden berada pada kategori jarak kehamilan beresiko

melahirkan bayi dengan BBLR pada kelompok kasus dan jarak kehamilan

tidak beresiko melahirkan bayi dengan BBLR pada kelompok kontrol,

4. Tidak Ada hubungan umur dengan kejadian BBLR di RSIA Husada

Bunda,

5. Ada hubungan paritas dengan kejadian BBLR di RSIA Husada Bunda

6. Ada hubungan jarak kehamilan dengan kejadian BBLR di RSIA Husada

Bunda.
49

B. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan kepada responden lebih memperhatikan faktor umur, paritas

dan jarak kehamilan dalam merencanakan kehamilannya karena akan

berpengaruh kepada proses melahirkan nantinya dan mendengarkan

penyuluhan kesehatan bagi ibu terkait tentang kehamilan serta

meningkatkan kesadaran dalam melakukan pemeriksaan antenatal care

(ANC) secara teratur.

2. RSIA Husada Bunda

Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk sering memberikan

penyuluhan kesehatan kepada masyarakat terkait pentingnya

memperhatikan faktor umur, paritas dan jarak kehamilan dalam

merencanakan kehamilannya, sehinggan dapat mengurangi kemungkinan

komplikasi kehamilan termasuk melahirkan bayi dengan BBLR.

3. Peneliti Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya yang mengambil masalah yang sama dapat

menganalisis faktor-faktor lain yang juga akan dapat mempengaruhi

terjadinya BBLR.

Anda mungkin juga menyukai