Anda di halaman 1dari 19

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk- Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT DALAM

Hari / Tanggal / Presentasi Kasus:

SMF ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN

Nama : Raymond Gunawan Tanda Tangan

Nim : 112017174

Dr. Pembimbing/Penguji : dr. Etty Christiati Sujudi, Sp.A

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. O Jenis kelamin : Laki-laki


Umur : 2 bulan Suku bangsa : Jawa
Tanggal Lahir : 9/11/2018 Agama : Islam
Alamat : Jl. Jelambar Utara IV Tgl masuk RS: 31 Januari 2019

A. ANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan pada hari Jumat 1 Februari 2019 pukul 15.00 di ruang Melati
lantai 5 RSUD Tarakan

Keluhan Utama
BAB cair sejak 3 hari SMRS

Keluhan tambahan
Muntah dan demam

Riwayat Penyakit Sekarang


Seorang anak laki-laki rujukan dari PKM Grogol datang dibawa oleh ibunya ke IGD
RSUD Tarakan pukul 21.25 WIB tanggal 31 Januari 2019 dengan keluhan bab cair sejak 2
hari SMRS
Tiga hari SMRS, pasien muntah ± 2 kali kira-kira 1 gelas. BAB cair kurang lebih 3
kali .BAK normal. Anak masih aktif minum ASI maupun susu formula.
Dua hari SMRS anak muntah 3 kali dan BAB cair + 4-5 kali, berbau asam, berwarna
kuning dan hijau, ampas (+), lendir (+), dan darah (-). Volume kira-kira setengah pampers.
Demam (+) naik turun. BAK normal dan anak mulai tidak terlalu aktif seperti biasanya. Anus
lecet (-).
1 hari SMRS muntah dan BAB cair anak semakin sering. BAB cair 7 kali, ampas (-),
lendir (+), darah (-), BAB berbau asam, BAB hijau. Muntah sebanyak 6 kali setiap kali
masuk minuman. Demam (+) naik turun. Anak tidak mau minum susu. Anak tidak aktif dan
lemas.
4 Jam SMRS anak semakin lemas, mata cekung, mengantuk, haus, dan belum BAK
selama 6 jam. BAB cair berbau asam, muntah, dan demam masih belum membaik, sehingga
ibu membawa anak ke rumah sakit.
Anak tidak ada keluhan batuk, pilek, dan sesak. Anak tidak memiliki riwayat alergi
terhadap susu sapi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Selama ini pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit tertentu.

Riwayat Keluarga
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi - +
Asma - +
Tuberkulosis - +
Hipertensi - +
Diabetes - +
Kejang Demam - +
Alergi Susu Sapi - +
HIV + - Ibu
Sifilis + - Ibu
Family tree

Keterangan:

= Laki-laki

= Perempuan

= Anak

Riwayat Sosial
Anak tinggal di rumah beton berukuran 6x12 meter dengan ayah, ibu, 2 kakaknya.
Diketahui bahwa semenjak lahir anak tidur di kamar dengan kamar mandi di dalam kamar,
dimana pencucian botol anak dilakukan di kamar mandi tersebut. Biasanya pasien minum
susu formula. Pasien hanya menggunakan 1 botol untuk memberikan susu.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


 KEHAMILAN
Perawatan Antenatal : rutin dan teratur di puskesmas
Penyakit kehamilan : Ibu dengan HIV dan sifilis
 KELAHIRAN
Tempat Kelahiran : Rumah sakit
Penolong persalinan : dokter
Cara persalinan : SC
Masa gestasi : cukup bulan
Keadaan anak : BB lahir: 2600 gr
PB lahir: 50 cm
Lingkar kepala: 34 cm
Langsung menangis
Tidak pucat/biru/kuning/kejang
Nilai APGAR: 8/9
Kelainan bawaan: tidak ada
Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama : belum ada.
Psikomotor
Tangan kaki gerak aktif : 1 bulan
Kepala noreh ke kanan dan kiri : 1 bulan
Mengangkat kepala ketika tengkurap : 2 bulan
Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi pasien tidak lengkap. Menurut ibunya pasien baru diberikan imunisasi HB
Riwayat Nutrisi
Anak diberikan ASI saat baru lahir. Dimulai umur 1 bulan pasien diberikan susu formula.
Pemeriksaan Fisik
Tanggal: 1 Februari 2019 Jam: 15.00
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang, tampak rewel/gelisah
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda tanda vital
Frekuensi nadi : 148 x/menit
Frekuensi napas : 30 x/menit
Suhu tubuh : 37,6°C
Tekanan darah :-
Data antropometri
Berat badan : 2,8 kg
Panjang badan : 53 cm
Lingkar kepala : 35,3 cm
Lingkar lengan atas : 12 cm
BB/U : -3 s/d -2 ( Berat badan kurang untuk anak seusianya)

PB/U : 0 s/d 2

BB/PB : <-3 (Gizi buruk)

LK/U : 0 s/d 1 (Ukuran lingkar kepala normal pada anak seusianya)


Status Gizi : Gizi buruk
Pemeriksaan Sistematis
Kepala:
Bentuk dan ukuran : ubun-ubun (fontanel) cekung
Rambut dan kulit kepala : warna hitam, ketebalan normal, distribusi
merata, rambut di tempat lain dalam batas
normal, alopesia tidak ada. pada kulit tidak ada
tanda-tanda infeksi

Mata : kedua mata cekung, tidak ada air mata saat


menangis, refleks cahaya langsung dan tidak
langsung positif, mata dapat melihat benda-
benda, palpebra simetris, ptosis tidak ada, alis
dan bulu mata sudah tumbuh secara normal.

Telinga : Normotia

Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada

Bibir : bibir kering positif

Mulut : oral thrush tidak ada, bercak koplik tidak ada

Lidah : Tampak kering


Tonsil : T1-T1, tidak hiperemis

Faring : dinding posterior faring tidak hiperemis,


pseudomembran tidak ada

Leher : pulsasi vena tidak tampak, tortikolis tidak ada,


massa tidak ada

Toraks

Inspeksi : Bentuk dada normal, tidak ada pectus ekskavatum atau pektus
karinatum atau barrel chest. Dada terlihat simetris saat keadaan statis
maupun dinamis, tidak tampak adanya deformitas, penonjolan,
pembengkakan, atau kelainan lokal lainnya. tidak tampak adanya
jaringan parut. Iktus kordis tidak terlihat, Sela iga tida tampak ada
retraksi.

Palpasi : Tidak teraba adanya penonjolan abnormal. Tidak ada krepitasi subkutis,
Iktus kordis tidak teraba pada sela iga ke 4 garis mid-klavikularis kiri.

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada kedua lapang paru. Ronki tidak terdengar.
Wheezing tidak terdengar. Bunyi Jantung I dan II murni regular,
murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : perut tampak membuncit w.simetris, turgor kulit melambat. kulit


perut tidak menegang ataupun keriput, hernia umbilikalis tidak ada,
vena dinding abdomen tidak tampak jelas, diastasis rekti tidak ada,
omfalokel tidak ada, gerakan nafas, peristaltik usus tidak tampak,
teraba keras.

Auskultasi : Bising usus positif meningkat, bruit tidak ada

Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen, shifting dullness negatif


Palpasi : tidak terdapat pembesaran hepar dan limpa. Ginjal tidak teraba.
Kandung kencing tidak penuh. Tidak teraba massa intraabdominal.

Anus dan Rektum : Anus tidak lecet atau kemerahan.

Genitalia : tidak ada ulserasi pada meatus uretra eksterna, belum dilakukan
sirkumsisi, tidak terdapat tanda peradangan pada glans penis. Tidak
ada fimosis

Anggota gerak

Atas : Akral hangat, deformitas tidak ada, tidak ada edema, CRT < 2 detik

Bawah : Akral hangat, deformitas tidak ada, tidak ada edema, CRT < 2 detik

Tulang belakang : skoliosis, lordosis, kifosis, spina bifida tidak ada

Kulit : turgor kulit melambat, warna sawo matang, tidak sianosis

Kelenjar getah bening : KGB oksipital, retroaurikular, servikal anterior, inguinal tidak
membesar.

Pemeriksaan neurologis : Tidak ada kejang, tremor, twitching, korea, atau parese.Refleks
Babinsky negatif. Kaku kuduk negatif. Brudzinksi I negatif.
tonus 5/5 pada seluruh ekstremitas.

Pemeriksaan Penunjang

Hematologi Darah Rutin Elektrolit Gula Darah Sewaktu


Hemoglobin: 9,8 mg/dL Na: 139 mEq/L 67 mg/dL
Hematokrit: 28% K: 3,5 mEq/L
Eritrosit: 3,4 juta/µL Cl: 102 mEq/L
Leukosit: 26.100/µL
Trombosit: 472.000/µL

Ringkasan

Seorang anak laki-laki datang ke IGD dengan keluhan bab cair sejak 8 jam SMRS.
Keluhan lemas disertai BAB cair > 10 kali sejak 1 hari SMRS dan muntah >6 kali sejak 2
hari SMRS. BAB cair berwarna kuning dan hijau, ampas (+), lendir (+), dan darah (-)
Demam naik turun sejak 1 hari SMRS.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan ubun-ubun (fontanel) cekung, kedua mata cekung,
tidak ada air mata saat menangis, mukosa bibir kering, turgor kulit melambat, Bising usus (+)
meningkat. Dari hasil laboratorium darah didapatkan Hb 9,8 g/dL, Ht 28%, Eritrosit 3,4
juta/µL, Leukosit 26.100/µL, dan trombosit 472.000/µL. Pemeriksaan gula darah sewaktu
didapatkan 67 mg/dL.

Diagnosis Banding

Diare cair akut e.c infeksi parasit dengan dehidrasi ringan sedang
Diare cair akut e.c intoleransi laktosa
Diagnosis Kerja

Diare cair akut ec. infeksi bakteri dengan dehidrasi ringan sedang
Gizi buruk

Anjuran Pemeriksaan Penunjang

Kultur feses

Pemeriksaan virologi HIV

Penatalaksanaan

- Infus RL 70 cc/kgBB/5 jam dilanjutkan KaEN 1B 250 cc/hari


- Ampicilin Sulbactam 2x125 mg iv
- Zinc tab. 1x10mg
- PCT drop tiap 6 jam (bila suhu melebihi 38°C)

Edukasi

 Upayakan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan sebelum makan,
sebelum pembuatan ataupun sebelum pemberian susu. dan mengonsumsi air bersih.
 Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
 Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya bertambah parah, atau tidak
bisa minum atau menyusu, atau malas minum, atau timbul demam, atau ada darah dalam
tinja. Jika anak tidak menunjukkan salah satu tanda ini namun tetap tidak menunjukkan
perbaikan,
 Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam

Follow Up

1/2/2019 2/2/2019
S BAB cair sebanyak 6 kali. Tidak ada BAB cair sebanyak 2 kali. Tidak ada darah.
darah. Tidak ada lendir. Volume 1 kali Tidak ada lendir. Volume 1 kali BAB sekitar
BAB sekitar setengah pampers. Pasien setengah pampers. Pasien sudah tidak muntah.
muntah 2 kali isi susu. Pasien tidak Pasien demam.
demam
O KU: TSS KU: TSS
Kesadaran: CM Kesadaran: CM
BB: 2800 gram BB: 2900 gram
HR: 131 x/menit HR: 130 x/menit
RR: 28 x/menit RR: 28 x/menit
T: 36,6 oC T: 37,8 oC
SpO2: 97% SpO2: 98%
PF PF
Kepala: UUB cekung, mata cekung Kepala: UUB cekung, mata cekung
Dada: Retraksi – Dada: Retraksi –
Pulmo: Suara nafas vesikuler kanan - kiri Pulmo: Suara nafas vesikuler kanan - kiri
Cor: BJ I dan II murni regular, m (-) g (-) Cor: BJ I dan II murni regular, m (-) g (-)
Abdomen: Perut datar, supel, BU positif, Abdomen: Perut datar, supel, BU positif, turgor
turgor kulit belum membaik cepat, distensi tidak membalik cepat, distensi tidak ada
tidak ada Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3s
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3s Pemeriksaan Feses lengkap: makroskopis
ditemukan lendir (+). Mikroskopis ditemukan
telur cacing (+)
A Diare Akut ec infeksi bakteri dengan Diare Akut ec infeksi parasit dengan dehidrasi
dehidrasi Ringan Sedang Ringan Sedang
Gizi buruk Gizi buruk
P KaEN 1B / D5 ¼NS 240 cc/hari Per oral: Nystatin oral drop 3x1cc
Peroral: Asam Folat tab 1x1mg Terapi lain lanjut
Kotrimoksazol 1x¼cth Diet dinaikkan menjadi 12x30-60 cc
Vitamin A kapsul merah ¼
Diit 12x20-30 cc F75

4/2/2019 6/2/2019
S Perut kembung. Tidak ada demam Pasien tidak ada keluhan BAB cair. Tidak ada
demam.
O KU: TSS KU: TSS, kurang aktif
Kesadaran: CM Kesadaran: CM
BB: 2900 gram BB: 2900 gram
HR: 124 x/menit HR: 129 x/menit
RR: 26 x/menit RR: 25 x/menit
T: 37 oC T: 36,8 oC
SpO2: 98% SpO2: 96%
PF PF
Kepala: UUB cekung, mata tidak cekung Kepala: UUB cekung, mata tidak cekung
Leher: Pembesaran KGB (-) Leher: Pembesaran KGB (-)
Dada: Retraksi – Dada: Retraksi –
Pulmo: Suara nafas vesikuler kanan - kiri Pulmo: Suara nafas vesikuler kanan - kiri
Cor: BJ I dan II murni regular, m (-) g (-) Cor: BJ I dan II murni regular, m (-) g (-)
Abdomen: Perut datar, supel, BU positif, Abdomen: Perut datar, supel, BU positif, turgor
turgor kulit belum membaik cepat, distensi kulit membaik cepat, distensi tidak ada
tidak ada Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3s
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3s
Lab serologi anti HIV Reagen 1-3 : Reaktif
A Gizi buruk Gizi buruk
HIV
P Diet susu formula F75 8x60-90cc SGM Infus dihentikan
BBLR Terapi lanjut

PITC (cek HIV) Diet susu formula F75 8x90cc SGM BBLR

7/2/2019 8/2/2019
S Perut kembung. Tidak ada demam Pasien BAB cair.
O KU: TSS KU: TSS, kurang aktif
Kesadaran: CM Kesadaran: CM
BB: 2900 gram BB: 2900 gram
HR: 124 x/menit HR: 134 x/menit
RR: 26 x/menit RR: 29 x/menit
T: 37 oC T: 37,8 oC
SpO2: 98% SpO2: 97%
PF PF
Kepala: UUB cekung, mata tidak cekung Kepala: UUB cekung, mata tidak cekung
Leher: Pembesaran KGB (-) Leher: Pembesaran KGB (-)
Dada: Retraksi – Dada: Retraksi –
Pulmo: Suara nafas vesikuler kanan - kiri Pulmo: Suara nafas vesikuler kanan - kiri
Cor: BJ I dan II murni regular, m (-) g (-) Cor: BJ I dan II murni regular, m (-) g (-)
Abdomen: Perut datar, supel, BU positif, Abdomen: Perut cembung, supel, BU positif,
turgor kulit belum membaik cepat, distensi turgor kulit membaik, distensi tidak ada
tidak ada Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3s. Kulit kering
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3s
A Diare Akut dengan dehidrasi ringan sedang Diare Akut dengan dehidrasi ringan sedang
(perbaikan) Gizi buruk
Gizi buruk HIV stadium IV
P Infus turunkan 3 cc/ jam Infus dihentikan
Diet susu formula F75 8x60-90cc SGM Ampicilin Sulbactam iv dilanjutkan s/d hari ke 7.

BBLR Nystatin OD 3x1cc


Diet susu formula F75 8x90cc SGM BBLR

9/2/2019
S Perut kembung. Tidak ada demam
O KU: TSS
Kesadaran: CM
BB: 2900 gram
HR: 125 x/menit
RR: 27 x/menit
T: 36,5 oC
SpO2: 98%
PF
Kepala: UUB cekung, mata tidak cekung
Leher: Pembesaran KGB (-)
Dada: Retraksi –
Pulmo: Suara nafas vesikuler kanan - kiri
Cor: BJ I dan II murni regular, m (-) g (-)
Abdomen: Perut cembung, supel, BU positif,
turgor kulit belum membaik cepat, distensi
tidak ada
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3s
A Diare Akut dengan dehidrasi ringan sedang
(perbaikan)
Gizi buruk
HIV Stadium IV
P Ibu pasien minta pulang paksa
Obat per oral: Cotrimoksazole 1x¼cth

Analisis Kasus

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu. Sedangkan menurut WHO diare cair akut adalah
suatu keadaan dimana diare lebih dari 3 kali sehari yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Pada kasus ini, anak laki-laki usia 2 bulan dengan berat badan 2900gram dengan keluhan
BAB cair sejak 3 hari SMRS dengan frekuensi 7 kali. BAB tidak disertai darah, ampas,
lendir (+). Volume satu kali BAB sekitar setengah pampers. Sehingga dapat ditegakkan
diagnosis dari keluhan utama anak yang sesuai dengan definisi diare cair akut menurut
IDAI dan WHO.1, 2
Selain BAB cair, pasien juga mengalami keluhan penyerta yaitu muntah sejak 1 hari
SMRS sebanyak 3-5 kali yang terjadi setiap makan dan minum, disertai nafsu makan
menurun. Menurut IDAI infeksi usus dapat menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal
berupa diare, kram perut dan muntah sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung
pada penyebabnya. Mual dan muntah adalah gejala non-spesifik, akan tetapi muntah mungkin
disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti virus
atau bakteri yang memproduksi enterotoksin. Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja
yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan
elektrolit ini akan bertambah bila ada muntah. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi yang
merupakan keadaan paling berbahaya karena menjadi penyebab utama morbiditas dan
mortalitas penderita diare.3 Dalam kasus ini, pasien anak ini kemungkinan disebabkan oleh
parasit yang ditandai dengan leukositosis (sebesar 26.100/µL.leukosit normal 5700-
18000/µL) dan pemeriksaan mikroskopik didapatkan telur cacing pada feses.

Menurut IDAI, tanda-tanda atau gejala anak dengan klasifikasi diare dengan tingkat
dehidrasi ringan atau sedang yaitu terdapat dua atau lebih tanda ini: (1) rewel, gelisah, (2)
mata cekung, (3) minum dengan lahap, haus, (4) cubitan kulit kembali lambat. Kriteria
penentuan derajat dehidrasi ringan sedang menurut MMWR-CDC (Morbidity and Mortality
Weekly Report – Centers for Disease Control) WHO 2003, kehilangan berat badan 3% - 9%,
kesadaran gelisah, denyut jantung normal-meningkat, kualitas nadi normal-melemah,
pernapasan normal-cepat, mata sedikit cowong, air mata berkurang, mulut dan lidah kering,
cubitan kulit kembali lambat, capillary refill memanjang, ekstremitas dingin, kencing
berkurang. Berdasarkan keluhan pasien, BAB cair dan muntah belum membaik, anak rewel.
Menurut ibu pasien, pasien menangis masih mengeluarkan air mata BAK dirasa berkurang.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan ubun-ubun (fontanel) cekung, kedua mata cekung,
mukosa bibir kering, turgor kulit melambat, dan bising usus positif meningkat. Keluhan yang
disampaikan oleh ibu pasien dan hasil pemeriksaan fisik sesuai dengan kriteria dehidrasi
derajat ringan sedang.1,2,4

Pada diare akut dehidrasi ringan sedang, berikan larutan oralit (cairan rehidrasi oral)
sejumlah 75ml/kgBB diberikan selama 3 jam pertama. rehidrasi parenteral (intravena)
diberikan bila anak muntah setiap diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit
demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer
laktat atau KaEN 3B atau NaCL dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan.
Setelah 3 jam keadaan penderita dievaluasi apakah membaik, tetap, atau memburuk. Bila
keadaan penderita membaik dan dehidrasi teratasi pengobatan dilanjutkan dengan cara seperti
pengobatan diare tanpa dehidrasi yaitu untuk anak usia < 1 tahun adalah 50-100 ml/ kali
mencret atau muntah 1,5

Penatalaksanaan diare akut sebaiknya didasarkan pada departemen kesehatan dengan


merujuk pada panduan WHO didukung oleh IDAI yang menetapkan strategi 5 pilar
penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare pada anak baik yang dirawat dirumah ataupun
di rumah sakit yang dikenal dengan program LINTAS DIARE (Lima Langkah Menuntaskan
Diare), yang terdiri atas:1,2

1. Rehidrasi
Rehidrasi dengan oralit dan cairan resusitasi sesuai derajat dehidrasi. Beri cairan rumah
tangga sebagai tambahan seperti kuah sayur, air tajin, air matang, dll.

2. Pemberian zinc selama 10 hari berturut-turut


Beri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan
cara dikunyah atau dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI. Umur < 6 bulan
diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari. Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.

3. ASI dan makanan tetap diteruskan, untuk mencegah kurang gizi


Selama diare pemberian ASI tidak boleh dikurangi atau dihentikan. Beri makan sesuai
umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat. Beri makan rendah serat,
frekuensi lebih sering dari biasanya dengan porsi kecil (setiap 3-4 jam).

4. Antibiotik selektif sesuai indikasi


5. Edukasi kepada orang tua atau pengasuh untuk membawa anak kembali ke petugas
kesehatan bila: berak cair lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan dan minum
sangat sedikit, timbul demam, berak berdarah, dan tidak membaik dalam 3 hari. Serta
edukasi untuk pencegahan faktor resiko diare.
Probiotik sudah dibuktikan melalui penelitian efektif untuk pencegahan dan
pengobatan terhadap bermacam kelainan gastrointestinal. Probiotik adalah mikroorganisme
yang terkandung dalam berbagai jenis produk bila dikonsumsi per oral akan memberikan
dampak positif bagi kesehatan manusia dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora
intestinal. Asam laktat yang dihasilkan oleh Lactobacillus dalam yogurt dapat menghambat
pertumbuhan beberapa spesies bakteri patogen. Lactobacillus dan Bifidobacterium biasanya
berperan pada terapi untuk diare, terutama diare akut karena dapat mempercepat
penyembuhan diare tersebut. Walaupun banyak penelitian yang menunjukkan keuntungan
konsumsi probiotik pada anak dengan diare akut, namun WHO belum menjadikan probiotik
sebagai rekomendasi dalam tatalaksana diare akut. Efektivitas harga perlu dipertimbangkan
dalam melakukan terapi.5

Menurut IDAI, setelah dilakukan evaluasi dan status hidrasi membaik, pilih
pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu pengobatan diare tanpa dehidrasi. Anak dapat
dipulangkan dan dirawat dirumah dengan diberikan 6 bungkus oralit kepada ibu. Untuk
penatalaksaan yang didapatkan anak untuk diarenya: Rehidrasi 70cc/kgbb/2.5jam:
602cc/2.5jam, selanjutnya RL maintenance 860cc/24 jam, zink 1 x 20mg, probiotik 1 x 1
sachet. Pada anak telah selesai rehidrasi dan klinis sudah membaik. Hal ini sesuai dengan
tatalaksana diare akut pada anak menurut WHO dan IDAI.

Kemudian, berdasarkan data antropometri pasien didapatkan kesan gizi buruk dilihat
dari berat badan pada anak seumurannya <-3 SD yaitu berat badan buruk. Panjang badan
pada anak seusianya termasuk normal. Berat badan berdasarkan panjang badan anak
tersebut termasuk sangat kurus. Dapat disimpulkan status gizi termasuk gizi buruk. Kriteria
gizi buruk yang adalah severe wasting (BB/TB <70% atau <-3SD) atau ditemukannya
edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh selain itu, dari anamnesis awal
pada gizi buruk dapat ditanyakan mata cekung yang baru terjadi, bab cair yang disertai
lendir atau darah dan muntah dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari, apakah
tangan dan kaki teraba dingin. Kemudian untuk anamnesis lanjutan yang ditanyakan pola
makan sebelum sakit, riwayat pemberian ASI, asupan minuman terakhir yang dikonsumsi
beberapa hari terakhir, hilangnya nafsu makan, riwayat imunisasi, dan suspek pasien
dengan HIV untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya 2. Berdasarkan
kasus yang didapatkan pada pasien, pasien muntah dalam sehari 4 kali dan diare lebih dari
7 kali, dari anamnesis lanjutan diketahui pasien tidak mau minum susu 1 hari SMRS.
Riwayat imunisasi pasien tidak lengkap, menurut ibu, pasien baru diberikan imunisasi HB.
Riwayat HIV diakui oleh ibu pasien. Sehingga penentuan gizi buruk pada pasien dapat
ditegakkan.
Untuk tatalaksana gizi buruk, jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus
dehidrasi berat dengan syok. Beri ReSoMal melalui NGT lakukan dengan aliran lambat
pada pasien dehidrasi. ReSoMal diberikan dengan dosis 5ml/kgBB/jam berselang-seling
dengan jumlah susu F-75 dengan jumlah yang sama setiap jam selama 10 jam. Selanjutnya
berikan susu F75 secara teratur setiap 2 jam. Pengobatan terhadap parasit cacing diberikan
mebendazol (100mg/kgBB dosis tunggal) selama 3 hari atau albendazole
(20mg/kgBB/dosis tunggal). Dalam kasus ini pasien ini tidak diberikan ReSoMal, namun
diberikan infus KaEn 1B/D5¼NS 240 cc/hari serta susu F75 12x20-30cc.2
Menurut pedoman penerapan terapi HIV pada anak, penegakkan diagnosis HIV
dilakukan dengan dua cara yaitu diagnosis pasti dan diagnosis definitif. Diagnosis HIV
pada anak usia kurang dari 18 bulan perlu dilakukan pemeriksaan virologis. Biasanya
dilakukan pada bayi yang diketahui terpajan HIV sejak lahir usia 4-6 minggu. Tes serologi
juga dapat diperiksa untuk memeriksa ada tidaknya pajanan HIV. Apabila uji serologis
positif dan uji virologis belum tersedia, perlu dilakukan pemantauan klinis ketat dan uji
serologis ulang pada usia 18 bulan. Terapi profilaksis yang diberikan pada bayi terpajan
HIV dimulai dengan kotrimoksazol syr. 240mg/5mL usia 4-6 minggu hingga infeksi HIV
dapat disingkirkan. Dalam kasus ini, hasil serologi yang dilakukan adalah antiHIV reaktif.
Sehingga kotrimoksazol diberikan pada pasien tersebut6

Daftar Pustaka
1. IDAI, 2009. Diare Pada Anak. www.idai.or.id diakses tanggal 25 Februari
2019.
2. WHO. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit; 2005. h. 131-9,
193-9.
3. Suryawan A, Chairulfatah A, Kurniawan A, dll. Nelson ilmu kesehatan anak
esensial. Edisi 6 Jakarta: EGC. 2014.h.527-528. 456-60.
4. King CK, Glass, R, Bresee JS, Dugaan C. Managing acute gatroenteritis
among child; oral rehydration, maintenance and nutritional therapy.
MMWR. 2003; 53 (RR16): 1-16.

5. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak. Bandung: Fakultas


Kedokteran Universitas Padjadjaran; 2014.h.288-97.
6. WHO, IDAI. Pedoman Penerapan Terapi HIV pada anak. Jakarta;2013h. 5-
16.

Anda mungkin juga menyukai