Anda di halaman 1dari 147

No Kode: DAR2 /PROFESIONAL/001/1/2019

MODUL 1:
WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KEGIATAN BELAJAR 1:
KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

Penulis :

Dr. Catharina Tri Anni, M.Pd.


Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.

PPG DALAM JABATAN


Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2019

Hak cipta © Direktorat Pembeljaran, Dit Belmawa. Kemenristekdikti RI, 2019


A. PENDAHULUAN
Guru bimbingan dan konseling sebagai pelaksana layanan profesional bimbingan
dan konseling di sekolah perlu memiliki wawasan tentang bimbingan dan
konseling. Selain itu pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah mempunyai
tujuan, fungsi, prinsip, asas, dan etika profesi bimbingan dan konseling yang perlu
dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan oleh Guru bimbingan dan konseling.
Modul berjudul Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling ini membahas tentang
konsep bimbingan dan konseling, serta implikasi dan penerapan dari tujuan,
fungsi, prinsip, asas, dan etika profesi bimbingan dan konseling.

Setelah mempelajari modul ini, Anda peserta PPG dalam jabatan akan dapat
memahami hakikat bimbingan dan konseling, serta mampu menguasi,
menginternalisasi, dan menerapkan tujuan, fungsi, prinsip, asas, dan etika profesi
bimbingan dan konseling ketika memberikan layanan profesional bimbingan dan
konseling. Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Anda yang bekerja sebagai
guru bimbingan dan konseling utamanya untuk menunjang keberhasilan dan
keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan konseling di sekolah.

Proses pembelajaran untuk materi konsep dasar bimbingan dan konseling yang
sedang Anda ikuti sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Anda
mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut :
1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda, apakah telah
sesuai dengan tujuan, fungsi, prinsip, asas, dan etika profesi bimbingan dan
konseling yang dimaksud.
3) Pelajari terlebih dahulu Kegiatan Belajar 1 dan lakukan latihan dan refleksi
diri tentang penerapan tujuan, funsgi, prinsip, asas, dan etika profesi
bimbingan dan konseling.
4) Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok
dengan teman sejawat.
5) Bila Anda menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.

Baiklah saudara perserta diklat PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga Anda
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal
Anda melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran dari modul ini adalah, “Menguasi prosedur praksis
pendidikan, bimbingan dan konseling, serta subtansi keilmuan pendukungnya.”
Adapun sub capaian pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Peserta PPG mampu memahami dan menguasai hakikat bimbingan dan
konseling.
2. Peserta PPG mampu memahami, menguasai, dan mengimplementasikan
tujuan, fungsi, prinsip, asas, dan etika profesi BK ketika memberikan
pelayanan profesional bimbingan dan konseling.

C. POKOK MATERI
1. Hakikat Bimbingan dan Konseling
2. Tujuan bimbingan dan konseling
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling
4. Prinsip bimbingan dan konseling
5. Asas bimbingan dan konseling
6. Etika profesi bimbingan dan konseling

iii
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

D. URAIAN MATERI
1. Hakikat Bimbingan dan Konseling

Istilah bimbingan (guidance) dan konseling (counseling) memiliki hubungan


yang sangat erat dan merupakan kegiatan yang integral. Dalam praktik sehari-hari
istilah bimbingan selalu digandengkan dengan istilah konseling yakni bimbingan
dan konseling (guidance and counseling). Ada pihak-pihak yang beranggapan
bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antar bimbingan dengan konseling atau
keduannya memiliki makna yang identik. Namun sementara, beberapa pihak lain
ada yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupaka dua pengertian
yang berbeda, baik dasar maupun cara kerjanya.

Bagi yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan dua


pengertian yang terpisah, seringkali mengartikan bahwa bimbingan lebih
diidentikkan dengan proses pendidikan secara umum, yakni merupakan proses
membantu individu melalui kemampuan mereka sendiri untuk menemukan dan
mengembangkan potensi diri. Sedangkan konseling dianggap identik dengan
psychotherapy, yaitu usaha menolong orang-orang yang mengalami gangguan
psikis yang serius.

Sedangkan konsep dan praksis yang saat ini dianut yakni bimbingan dan
konseling merupakan bagian integral dari pendidikan sebagai upaya memfasilitasi
dan memandirikan konseli dalam rangka tercapainya perkembangan yang utuh
dan optimal. Sehingga layanan Bimbingan dan Konseling dipahami sebagai upaya
sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh
guru bimbingan dan konseling atau konselor untuk memfasilitasi perkembangan
konseli dalam mencapai kemandirian.

Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan secara langsung (tatap


muka) antara guru bimbingan dan konseling/konselor dengan konseli, ataupun
secara tidak langsung (menggunakan media tertentu), dan diberikan secara
individual (jumlah konseli yang dilayani satu orang), kelompok (jumlah peserta
didik/konseli yang dilayani lebih dari satu orang), klasikal (jumlah konseli yang

1
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

dilayani lebih dari satuan kelompok), dan kelas besar atau lintas kelas (jumlah
konseli yang dilayani lebih dari satuan klasikal). Pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah beserta lampirannya.

Selanjutnya sebagai komponen integral, wilayah bimbingan dan konseling


yang memandirikan secara terpadu bersinergi dengan wilayah layanan
administrasi dan manajemen, serta wilayah kurikulum dan pembelajaran yang
mendidik.

Bimbingan dan konseling memberikan kontribusi dan bermanfaat untuk


membantu konseli mencapai perkembangan yang optimal. Wilayah pelayanan
bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan formal digambarkan pada
gambar 1. Sebagai komponen sistem pendidikan, bimbingan dan konseling
memfasilitasi perkembangan konseli untuk mencapai kemandirian, dalam wujud
kemampuan memahami diri dan lingkungan, menerima diri, mengarahkan diri,
dan mengambil keputusan, serta merealisasikan diri secara bertanggung jawab,
sehingga tercapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupannya.
Pemetaan layanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan seperti
tertera pada gambar 1, menampilkan dengan jelas kesejajaran antara posisi
layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling atau konselor, dengan layanan manajemen dan kepemimpinan, serta
layanan pembelajaran guru mata pelajaran. Artinya, bimbingan dan konseling

2
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

tidak bersifat suplementer, tetapi komplementer saling mengisi di antara peran


pendidik pada satuan pendidikan.

Tujuan:
Perkembangan
optimal
konseli

Gambar 1. Wilayah pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan formal

Secara khusus bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan


memberikan pelayanan untuk menunjang kemandiran konseli dan membantu
konseli dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tugas perkembangan ini
di antaranya meliputi: mencapai hubungan persahabatan yang matang, mencapai
peran sosial sesuai jenis kelaminnya, menerima kondisi fisiknya dan
menggunakannya secara efektif, mencapai kebebesan emosional dari orangtua
dan orang dewasa lainnya, menyiapkan diri untuk hidup berumah tangga,
menyiapkan diri untuk kariernya, mencapai seperangkat nilai dan sistem etika
yang membimbing tingkah lakunya, dan mencapai tingkah laku yang dapat
dipertanggungjawabkan secara sosial.

Pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah, guru bimbingan dan


konseling atau konselor berperan membantu tercapainya perkembangan pribadi,
sosial, belajar, dan karir konseli. Pada satuan pendidikan ini, guru bimbingan dan
konseling atau konselor menjalankan semua fungsi bimbingan dan konseling, yaitu
fungsi pemahaman, fasilitasi, penyesuaian, penyaluran, adaptasi, pencegahan,
perbaikan, advokasi, pengembangan, dan pemeliharaan.

3
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

Menjadi hal yang penting pula untuk dipahami bahwa pelayanan


bimbingan dan konseling di sekolah perlu mendapat dukungan dari kepala
sekolah. Sebagai penanggungjawab pendidikan di sekolah, kepala sekolah
bertanggung jawab terselenggarakannya layanan bimbingan dan konseling. Selain
itu, konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling harus berkolaborasi
dengan pemangku kepentingan lain seperti ketua atau koordinator kelompok guru
(normatif, adaptif, keahlian/produktif), kepala sekolah, dunia usaha dan industri,
orangtua, dan pihak-pihak lain yang relevan.

Sedangkan yang berkaitan dengan kurikulum 2013 yang saat ini sedang
diterapkan di sekolah, layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh
konselor atau guru bimbingan dan konseling sesuai dengan tugas pokoknya dalam
upaya membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional, dan khususnya
membantu konseli mencapai perkembangan diri yang optimal, mandiri, sukses,
sejahtera dan bahagia dalam kehidupannya. Untuk mencapai tujuan tersebut
seperti yang digambarkan pada gambar 1, tentunya diperlukan kolaborasi dan
sinergisitas kerja antara konselor atau guru bimbingan dan konseling, guru mata
pelajaran, pimpinan sekolah/madrasah, staf administrasi, orang tua, dan pihak
lainyang dapat membantu kelancaran proses dan pengembangan konseli secara
utuh dan optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir.

4
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

D. URAIAN MATERI
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Seperti yang kita pahami bersama bahwa pelaksanaan layanan bimbingan


dan konseling di sekolah merupakan bagian integral dan tidak dapat terpisahkan
dalam keseluruhan sistem pendidikan. Melalui layanan bimbingan dan bimbingan
dan konseling, akan terbantu terwujudnya kehidupan konseli yang berkembang
optimal melalui tersedianya pelayanan bantuan yang memberi dukungan
perkembangan, pencegahan timbulnya masalah, dan pengatasan masalah.

Secara umum tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu


menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai
wawasan, pandangan, keterampilan untuk mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan, mencapai kematangan dan kemandirian dalam kehidupannya, serta
menjalankan tugas-tugas perkembangannya yang mencakup aspek pribadi, sosial,
belajar, karir secara utuh dan optimal. Secara lebih khusus Prayitno dan Amti
(2009), menyebutkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan
kepada konseli adalah dalam rangka upaya agar konseli dapat menemukan
pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Sehingga tujuan
bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam rangka menemukan
pribadinya sehingga mampu memahami kelebihan dan kekurangan dirinya, dapat
menerima dan menyikapi secara positif, dan akhirnya dapat mengembangkan dan
mengaktualisasikan dirinya lebih lanjut dalam kehidupan sosialnya.

Tujuan umum Perkembangan


pelayanan BK optimal: Sesuai dengan
membantu konseli predisposisi konseli.
mencapai menemukan pribadi,
perkembangan mengenal lingkungan,
optimal dan merencanakan
masa depan

Gambar 2. Ilustrasi tujuan umum pelayanan


BK

5
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

Contoh kasus 1, Tujuan BK membantu konseli menemukan pribadinya:


Konseli di sekolah merasa kurang memiliki motivasi dan prestasi dalam belajar,
diharapkan individu tersebut melui pelayanan BK dapat menjadi pribadi yang lebih
bersemangat tidak memiliki rasa minder (rendah diri) ataupun putus asa dan
perasaan negatif lainnya, lebih giat belajar untuk memperbaiki kekurangannyadan
diharapkan dapat mengejar ketertinggalannya. Demikian juga adanya kelebihan
dan kekurangan dalam bentuk fisik. Adanya kelebihan (cantik atau gagah) ataupun
kekurangan (kurang cantik atau kurang gagah), tidak membuat individu sombong
dan menyombongkan diri atau sebaliknya sedih dan merasa minder.

Contoh kasus 2, Tujuan BK membantu konseli mengenal lingkungan: Guru


bimbingan dan konseling memberian pelayanan bimbingan dan konseling yang
difoksukan untuk mengenal kehidupan budaya, ideologi, politik, sosial, ekonomi
dan norma-norma hukum dapat disikapi secara positif dan dinamis. Dengan
pengenalan terhadap kondisi lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat
yang lebih luas diharapkan konseli tidak gamang dan takut bila berada
dilingkungan yang kurang menguntungkan, namun sebaliknya menerimanya
secara wajar, berusaha menyesuaikan diri, dan bahkan berusaha
memperbaikinya.

Contoh kasus 3, Tujuan BK membantu konseli merencanakan masa


depan: Guru bimbingan dan konseling memberikan pelayananan BK perencanaan
karier agar konseli mampu merencanakan, memilih dan mempertimbangkan serta
mengambil keputusan mengenai hari depannya nanti. Aspek ini bertujuan agar
individu mampu mengaktualisasikan dirinya sendiri dengan intelegensi, bakat,
minat, dan potensi lainnya untuk merencanakan kariernya di masa yang akan
datang. Adanya bimbingan dalam merencanakan masa depan mampu
meminimalisasikan ketergantungan individu pada orang tua atau gurunya, dengan
senantiasa berpegang pada norma-norma dan nilai-nilai keagamaan dan
kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari. Bimbingan ini diharapkan mampu
melahirkan pribadi yang dapat berdiri sendiri yang mampu merencanakan masa

6
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

depan dan terhindar dari keragu-raguan dan kegamangan dalam menatap masa
depannya.

Sedangkan seperti yang tercatum pada lampiran permendiknas nomor 111


tahun 2014 menjelaskan bahwa tujuan bimbingan konseling dibedakan menjadi
2, yakni tujuan umum dan khusus. Tujuan umum layanan bimbingan dan
konseling adalah membantu konseli agar dapat mencapai kematangan dan
kemandirian dalam kehidupannya serta menjalankan tugas-tugas
perkembangannya yang mencakup aspek pribadi, sosial, belajar, karir secara utuh
dan optimal. Tujuan khusus layanan bimbingan dan konseling adalah membantu
konseli agar mampu: (1) memahami dan menerima diri dan lingkungannya; (2)
merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir dan
kehidupannya di masa yang akan datang; (3) mengembangkan potensinya
seoptimal mungkin; (4) menyesuaikan diri dengan lingkungannya; (5) mengatasi
hambatan atau kesulitan yang dihadapi dalam kehidupannya dan (6)
mengaktualiasikan dirinya secara bertanggung jawab.

Lebih spesifik lagi Yusuf dan Nurihsan (2009) mencatat tujuan yang hendak
dicapai dalam layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut.

a. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial


individu adalah sebagai berikut.

1. Memiliki komitmen kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan


ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja,
maupun masyarakat pada umumnya.
2. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif
antara yang menyenangkan (anugerah) dan yang tidak menyenangkan
(musibah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan
ajaran agama yang dianut.

7
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

4. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan


konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan:
baik fisik maupun psikis.
5. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
6. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
7. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai
orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
8. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen
terhadap tugas atau kewajibannya
9. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang
diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau
silaturahim dengan sesama manusia.
10. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik yang
bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
11. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

b. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akodemik


(belajar) adalah sebagai berikut.

1. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan


membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap
semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang
diprogramkan.
2. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
3. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran,
dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
4. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan
pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas,
memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan
berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka
mengembangkan wawasan yang lebih luas.

8
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

5. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

c. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karier adalah
sebagai berikut.

1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan


pekerjaan.
2. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam
bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi
dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
3. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara
mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut,
lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan
kerja.
4. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang
kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai
dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
5. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir.
Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia
senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang
relevan dengan karier keguruan tersebut.
6. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau
kenyamanan dalam suatu karier amat dipengaruhi oleh kemampuan dan
minat yang dimiliki. Oleh karena itu, setiap orang perlu memahami
kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan
apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.

9
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

D. URAIAN MATERI
3. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Sebelunya telah disampaikan bahwa layanan bimbingan dan konseling


memiliki tujuan agar konseli dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya, dan
mampu merencanakan masa depan. Dalam kaitan ini layanan bimbingan dan
konseling berfungsi sebagai layanan yang diharapkan melahirkan individu yang
berkepribadian utuh dan mandiri. Oleh karena itu layanan bimbingan dan
konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan
bimbingan dan konseling. Adapun fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi
pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan/kuratif, fungsi fasilitasi,
fungsi pemeliharaan, fungsi penyaluran, fungsi adaptasi, fungsi penyesuaian,
fungsi pengembangan, dan fungsi advokasi (Prayitno, 1997; Permendiknas, 2014).
Secara lebih rinci, fungsi-fungsi tersebut akan diuraikan berikut ini.

a. Fungsi Pemahaman

Fungsi BK ini membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap


dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma
agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan secaradinamis dan konstruktif. Jadi fungsi
pemahaman ini meliputi (a) pemahaman tentang diri konseli sendiri,
terutama oleh konseli sendiri, orangtua, guru pada umumnya dan
konselor; (b) pemahaman tentang lingkungan konseli, termasuk di
dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah terutama oleh konseli sendiri,
orangtua, guru pada umumnya dan konselor; (c) pemahaman tentang
lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalamnya informasi pendidikan,
informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi sosial dan budaya atau nilai-
nilai) terutama oleh konseli.

10
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

b. Fungsi Pencegahan (Preventif)

Fungsi BK ini sebagai upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi


berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya,
supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan
bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan
atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat
digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam
mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya
bahayanya minuman keras, penyalahgunaan obat-obat terlarang, drop
out, dan pergaulan bebas (free sex).

c. Fungsi Pengentasan (Kuratif)

Fungsi BK ini bersifat penyembuhan. Fungsi ini berkaitan erat dengan


upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah,
baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier. Melalui
fungsi ini guru bimbingan dan konseling membantu konseli yang
bermasalah agar dapat memperbaiki kekeliruan berfikir, berperasaan,
berkehendak, dan bertindak. Konselor atau guru bimbingan dan konseling
melakukan memberikan perlakuan terhadap konseli supaya memiliki pola
fikir yang rasional dan memiliki perasaan yang tepat, sehingga konseli
berkehendak merencanakan dan melaksanakan tindakan yang produktif
dan normatif. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remidial
teaching.

d. Fungsi Fasilitasi

Fungsi fasilitasi yaitu memberikan kemudahan kepada konseli dalam


mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras
dan seimbang seluruh aspek pribadinya. Konselor dalam hal berfungsi
sebagai fasilitasi adalah mampu memberikan kemudahan agar konseli
dapat memecahkan masalahnya dan mampu mencapai perkembangan

11
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

yang optimal. Fungsi fasilitasi berarti memenuhi segala kebutuhan yang


diinginkan oleh konseli agar dapat memecahkan masalah yang dialami oleh
konseli.

e. Fungsi Pemeliharaan

Fungsi pemeliharaan yaitu membantu konseli supaya dapat menjaga


kondisi pribadi yang sehat-normal dan mempertahankan situasi kondusif
yang telah tercipta dalam dirinya. Intelegensi yang tinggi, bakat yang
istimewa, minat yang menonjol untuk hal-hal yang positif dan produktif,
sikap dan kebiasaan yang telah terbina dalam bertindak dan bertingkah
laku sehari-hari, cita-cita yang tinggi dan cukup realistic, kesehatan dan
kebugaran jasmani, hubungan sosial yang harmonis dan dinamis, dan
berbagai aspek positiflainnya dari individu perlu dipertahankan dan
dipelihara.

f. Fungsi Penyaluran

Fungsi BK ini membantu konseli merencanakan pendidikan, pekerjaan dan


karir masa depan, termasuk juga memilih program peminatan, yang sesuai
dengan kemampuan, minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadiannya.
Guru bimbingan dan konseling membantu individu memilih kegiatan
ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karier atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian
dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor
perlu bekerjasama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar
lembaga pendidikan.

g. Fungsi Adaptasi

Melalui fungsi ini guru bimbingan dan konseling membantu para pelaksana
pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan
program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat,
kemampuan, dan kebutuhan individu (konseli). Dengan menggunakan
informasi yang memadai mengenai individu, pembimbing atau konselor

12
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

dapat membantu para guru/dosen dalam memperlakukan individu secara


tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi
pembelajaran/perkuliahan, memilih metode dan proses
pembelajaran/perkuliahan, maupun mengadaptasikan bahan
pembelajaran/perkuliahan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan
individu.

h. Fungsi Penyesuaian

Fungsi BK ini dimakasudkan untuk membantu individu (konseli) agar dapat


menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program
pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama. Beberapa fungsi
tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana
yang terkandung di dalam masing-masing fungsi tersebut. Setiap
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling harus secara langsung
mengacu pada satu atau fungsi-fungsi tersebut agar hasil yang hendak
dicapai secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi. Bila fungsi-fungsi itu
telah terlaksana dengan baik, secara keseluruhan, dapatlah konseli
berkembang secara wajar dan mantap menuju aktualisasi diri secara
optimal pula. Keterpaduan fungsi tersebut akan amat membantu
perkembangannya.

i. Fungsi Pengembangan

Guru bimbingan dan konseling senantiasa berupaya untuk menciptakan


lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan
konseli. Konselor dan personel sekolah lainnya bekerjasama merumuskan
dan melaksanakan program bimbingan dan konseling secara sistematis dan
berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan dan konseling yang dapat digunakan
di sini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah
pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.

13
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

j. Fungsi Advokasi

Fungsi advokasi yaitu membantu konseli berupa pembelaan terhadap hak-


hak konseli yang mengalami perlakuan diskriminatif. Fungsi advokasi
memberikan pembelaan kepada konseli atau sekelompok konseli agar
konseli mendapakan semangat dan bangkit daam sebuah harapan
sehingga permasalahan yang terjadi tidak menjadikan konseli terpuruk
danakan mendapatkan masalahyang baru. Bentuk pembelaan bukan
berarti membenarkan apa yang dilakukannya itu benar tetapi memberikan
pemahaman/pengarahan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh
konseli, sebagai guru yang melayani setiap permasalahan yang dihadapi
oleh konseli harus memberikan pembelaan agar mendapatkan
kenyamanan itu maka dengan mudah menyelesaikan masalah yang ada.

14
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

D. URAIAN MATERI
4. Prinsip Bimbingan dan Konseling
Dalam upaya membantu konseli di sekolah menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan maka layanan bimbingan dan
konseling di sekolah memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting agar
bimbingan dan konseling tersebut dapat berfungsi dengan baik sesuai denang
tujuan maka ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip merupakan
asumsi fundamental atau sistem keyakinan yang berkaitan dengan peran, fungsi,
dan aktivitas utama suatu profesi (Gibson & Mitchell, 2011)

Berkenaan dengan ini Yusuf dan Nurihsan (2009) mengemukakan


beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi
layanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang
kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau
bimbingan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prinsip-prinsip itu adalah
sebagai berikut:

a. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu (guidance is for all


individuals).

Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau
konseli, baik yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah; baik pria
maupun wanita;anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini
pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan
pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan
teknik kelompok daripada perseorangan (individual).

b. Bimbingan bersifat individualisasi.

Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui
bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan
keunikannya tersebut.Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus

15
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan bimbingannya


menggunakan teknik kelompok.

c. Bimbingan menekankan hal yang positif.

Dalam kenyataan masih ada individu yang memiliki persepsi yang negatif
terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang
menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan
sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan
kesuksesan, karena bimbingan dan konseling merupakan cara untuk
membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan
dorongan, dan peluang untuk berkembang.

d. Bimbingan merupakan usaha bersama.

Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tapi juga
tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork terlibat
dalam proses bimbingan dan konseling.

e. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan.

Bimbingan dan konseling diarahkan untuk membantu individu agar dapat


melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan dan konseling
mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada
individu, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil
keputusan. Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan
memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan
menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat.
Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan individu
untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.

f. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan.

Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi


juga di lingkungan keluarga, perusahaan atau industri, lembaga-lembaga
pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang layanan

16
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

bimbingan pun bersifat multiaspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial,


pendidikan, dan pekerjaan.

Sedangkan Prayitno dan Amti (2009) mengemukakan bahwa prinsip


merupakan hasil paduan antara kajian teoritik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Rumusan
prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan
sasaran pelayanan, masalah konseli, tujuan dan proses penanganan masalah,
program pelajaran, dan penyelenggaraan pelayanan.

a. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan

1) Bimbingan konseling melayani semua individu tanpa memandang


umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.
2) Bimbingan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku yang
unik dan dinamis.
3) Bimbingan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan
berbagai aspek perkembangan individu.
4) Bimbingan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan
inividu yang menjadi pokok pelayanannya.

b. Prinsip-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu

1) Bimbingan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut


pengaruh kondisi mental, fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di
rumah, di sekolah serta kaitannya dengan kontak sosial dengan
pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi
mental dan fisik individu.
2) Kesenjangan ekonomi, sosial dan kebudayaan merupakan faktor
timbulnya masalah pada individu, yang kesemuanya menjadi perhatian
utama pelayanan bimbingan konseling.

17
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

c. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan

1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya


pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program
bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dilakukan dengan
program pendidikan serta pengembangan konseli.
2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan disesuaikan
dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga.
3) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari
jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.

d. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan layanan

1) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan


individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam
menghadapi permasalahan.
2) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan
akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu
sendiri, bukan akan kemauan desakan dari pembimbing atau pihak lain.
3) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalambidang
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
4) Kerjasama antara guru pembimbing,guru-guru lain dan orang tua
konseli amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.
5) Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling
ditempuh melalui yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian
terhadap individu yang pemanfaatan terlibat dalam proses pelayanan
dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

18
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

D. URAIAN MATERI
5. Asas Bimbingan dan Konseling

Asas merupakan sesuatu yang apabila dilakukan akan menunjang


keefektifan dan keberhasilan suatu pelayanan bimbingan dan konseling.
Begitupun dalam penyelenggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
disamping memuat tujuan dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling juga
memuat sejumlah asas dan fungsi sebagai rujukan aktivitas bimbingan dan
konseling. Dalam kaitan ini Prayitno (2009:114) mengemukakan sejumlahasas
yang seyogyanya menjadi dasar pertimbangan dalam melakukan layanan
bimbingan dan konseling, adapun asas-asas tersebut adalah sebagai berikut.

a. Asas Kerahasiaan

Asas ini merupakan asas bimbingan dan konseling yang menuntut


dirahasiakannya semua data dan keterangan mengenai konseli yang
menjadi sasaran layanan bimbingan dan konseling. Asas kerahasiaan
merupakan asas kunci dimana konselor berkewajiban penuh memelihara
dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya
benar-benar terjamin dan konseli merasa aman rahasianya tidak diketahui
pihak lain.

b. Asas Kesukarelaan

Sebagai aktifitas layanan yang bersifat membantu kegiatan bimbingan dan


konseling bukanlah merupakan suatu paksaan. Dengan adanya kesukaan
dan kerelaan konseli dan konselor untuk menjalani proses konseling maka
antara konseli dan konselor akan terjalin kerjasama yang demokratis.

c. Asas Keterbukaan

Merupakan asas bimbingan dan konseling yang menginginkan konseli


dalam proses konseling bersifat terbuka dan menjauhi kepura-puraan,
terutama dalam memberi keterangan ataupun menerima informasi dari
luar yang bermanfaat untuk proses konseling. Konselor hendaknya

19
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

mengembangkan sikap untuk membuat konseli terbuka, artinya: konselor


terlebih dahulu bersifat terbuka dan tidak purapura, agar konseli juga
berbuat demikian, asas ini sangat berhubungan dengan terbinanya asas
kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli sebagai sasaran
layanan bimbingan dan konseling.

d. Asas Kegiatan

Asas ini menghendaki agar konseli tidak pasif tapi berpartisipasi aktif dalam
proses konseling, dalam hal ini konselor hendaknya berupaya mendorong
konseli untuk aktif dan partisipatif dalam setiap sesi konseling yang
dilaksanakan, misalnya konseli harus melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan konselor dalam rangka mencapai tujuan konseling yang telah
ditetapkan.

e. Asas Kemandirian

Asas ini merujuk kepada tujuan umum bimbingan dan konseling yaitu
konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam konseli,
kemandirian ini ditunjukkan dengan konseli mengenal dan menerima diri
sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan dan dapat
mengaktualisasi diri. Jika di awal proses konseling konseli terlihat sangat
tergantung pada konselor, maka selama proses konseling, konselor harus
berupaya menumbuhkan sikap kemandirian dengan memberikan respon-
respon positif dan cermat. Karena tidak jarang sikap ketergantungan
konseli banyak ditentukan oleh respon yang salah dan kurang cermat dari
konselor.

f. Asas Kekinian

Asas ini berangkat dari pernyataan bahwa konseling bertitik tolak dari
masalah yang dirasakan konseli saat sekarang atau saat ini, walau tak dapat
dipungkiri bahwa proses konseling itu menjangkau dimensi masa lalu,
sekarang, dan masa yang akan datang. Sejumlah masalah yang dihadapi
konseli acapkali bersumberdari rasa sesal terhadap peristiwa yang terjadi

20
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

pada masa lalu, dan ketakutan dalam menghadapi apayang akan terjadi
pada masa yang akan datang, sehingga ia tidak mengerti dengan apa yang
harus dan mampu dilakukan pada saat ini. Untuk itulah konselor harus
berupaya mengarahkan dan membantu konseli untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya sekarang.

g. Asas Kedinamisan

Asas ini menghendaki agar isi layanan bimbingan dan konseling tidak statis,
tetapi selalu bergerak terus, berkembang, dan berkelanjutan sesuai
dengan kebutuhan dari waktu ke waktu sampai terjadi perubahan sikap
dan perilaku konseli kearah yang lebih baik.

h. Asas Keterpaduan

Asas ini menginginkan supaya layanan bimbingan dan konseling yang


dilaksanakan konselor atau pihak-pihak lain hendaknya ada kerjasama,
saling menunjang, terpadukan, dan harmonis. Suasana kooperatif ini
diharapkan dapat lebih menumbuhkan kondisi yang kondusif dalam
membantu penanggulangan masalah konseli. Jadi konselor harus mampu
bekerjasama dengan pihak lain, saling membantu dan saling mengerti demi
terpecahkannya masalah yang dihadapi konseli.

i. Asas Kenormatifan

Asas ini menghendaki agar seluruh kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan
pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku. Asas ini
juga bermakna bahwa konselor tidak boleh memaksa konseli agar menerima dan
memakai norma dan nilai yang dianutnya kepada konselinya.

j. Asas Keahlian

Asas ini menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling


diselenggarakan dengan menggunakan kaidah-kaidah professional.
Dengan kata lain agar proses bimbingan dan konseling dapat mencapai
hasil yang diharapkan maka konselor harus memiliki pendidikan dan

21
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

keterampilan yang memadai serta sikap dan kepribadian yang sesuai


dengan ketentuan profesinya.

k. Asas Alih Tangan

Asas ini menghendaki agar konselor menyadari keberadaan dan


keterbatasannya. Konselor harus menghindarkan diri dari
faham“completism”, suatu perasaan yang memandang diri “saya adalah
seorang konselor, bersirtifikat dan terdidik, sekali jadi dan untuk
selamanya” (Kartadinata, 2010: 184). Berbagai permasalahan yang
dihadapi konseli jenis dan bentuknya sangat unik, baik kedalamnya,
keluasannya maupun kedinamisannya. Tidak jarang konselor belum dapat
mengatasi masalah konseli setelah konseling berakhir. Dalam hal ini
konselor perlu mengalihtangankan (referal) konseli kepada konselor lain
atau pihak yang lebih ahli untuk menangani masalah yang sedang dihadapi
oleh konseli.

l. Asas Tutwuri Handayani

Asas ini menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling secara


keseluruhan dapat menciptakan suasana yang kondusif, yang penuh
dengan keteladanan, rasa aman, dan nuansa yang membangkitkan
motivasi agar konseli berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

22
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

D. URAIAN MATERI
6. Etika Profesi Bimbingan dan Konseling

a. Konsep dasar kode etik

Etika adalah suatu sistem prinsip moral, etika suatu budaya, dan aturan
tentang tindakan yang dianut berkenaan dengan perilaku suatu kelas manusia,
kelompok, atau budaya tertentu yang telah disepakati bersama (Neukrug, 2012;
Corey, Corey, & Callanan, 2011). Etika bersifat normatif dan berfokus pada prinsip-
prinsip standar yang mengatur hubungan antara individu, seperti hubungan
antara konselor dan konseli yang berkaitan dengan moralitas seseorang untuk
melakukan penilaian atau evaluasi perbuatan yang telah dilakukan.

Setiap kelompok profesi pada dasarnya merumuskan standar tingkah


lakunya yang dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas dan kewajiban
profesional. Standar Tingkah Laku profesional itu diterjemahkan dari nilai-nilai
masyarakat ke dalam bentuk cita-cita yang terstruktur dalam hubungannya
dengan orang lain, konselinya dan masyarakat. Sebagai pekerjaan profesional,
cara kerja pelayanan bimbingan dan konseling diatur dalam kode etik yang jelas.
Kode etik adalah kode moral yang menjadi landasan kerja bagi pekerja profesional.

b. Pentingnya kode etik

Van Hoose dan Kottler (Gladding, 2009) menyebut tiga alasan mengapa
perlu adanya kode etik: 1) Kode etik melindungi profesi dari pemerintah.
Pemerintah membiarkan profesi itu untuk mengatur dirinya sendiri dan berfungsi
secara otonomi daripada dikontrol oleh undang-undang, 2) Kode etik mengawasi
ketidaksepakatan dan percekcokan internal, dengan demikian meningkatkan
stabilitas profesi itu sendiri, 3) Kode etik melindungi praktisi dari masyarakat,
khususnya yang berhubungan dengan gugatan malapraktek. Kode etik menjadi
suatu penting dikarenakan dapat melindungi setiap pihak yang terlibat pada
profesi termasuk profesi bimbingan dan konseling untuk menghindari dari
berbagai macam godaan dan perilaku yang tidak etis. Seperti yang disampaikan

23
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

oleh ACA (2005) beberapa perilaku tidak etis yang paling sering dalam konseling
misalnya:

1) Pelanggaran kepercayaan
2) Melampaui tingkat kompetensi profesional seseorang
3) Kelalaian dalam praktik
4) Mengklaim keahlian yang tidak dimiliki
5) Memaksakan nilai-nilai konselor kepada konseli
6) Membuat konseli bergantung
7) Melakukan aktivitas seksual dengan konseli
8) Konflik kepentingan, seperti hubungan ganda yaitu peran konselor
bercampur dengan hubungan lainnya, baik hubungan pribadi atau
hubungan profesiona
9) Persetujuan finansial yang kurang jelas, seperti mengenakan bayaran
tambahan
10) Pengiklanan yang tidak pantas
11) Plagiarisme

Sedangkan kode etik Bimbingan dan Konseling Indonesia seperti yang


dijelaskan dalam naskah kode etik bimbingan dan konseling Indonesia (2018)
memiliki lima tujuan, yaitu:

1) Memberikan panduan perilaku yang berkarakter dan profesional bagi anggota


dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling.
2) Membantu anggota dalam membangun kegiatan pelayanan yang profesional.
3) Mendukung misi organisasi profesi, yaitu Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN) dan divisi-divisinya.
4) Menjadi landasan dan arah dalam menghadapi dan menyelesaikan
permasalahan yang datang dari dan mengenai diri anggota asosiasi.
5) Melindungi anggota asosiasi dan sasaran layanan (konseli).

24
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

c. Implikasi dan refleksi kode etik bagi Konselor / Guru bimbingan dan
konseling

Sebelum menjadi seorang konselor / guru bimbingan dan konseling,


sebaiknya seseorang dengan kritis dan jujur menilai diri sendiri, apakah secara
moral kemauannya cukup kuat dan bersedia memikul tanggungjawab untuk
membantu orang lain. Untuk itu, sebaiknya tanyakanlah kepada diri sendiri
“Apakah yang saya harapkan dari kegiatan pelayanan konseling ini? Kepuasan
dan imbalan apakah yang mungkin saya peroleh dalam membelajarkan orang lain
melalui pelayanan konseling?”

Meskipun alasan-alasan konselor untuk membantu orang lain tidak


selamanya murni dan benar-benar bersifat menguntungkan orang lain, tetapi
setiap konselor hendaknya selalu terbuka dan menyadari dorongan-dorongan
yang mendasari tindakan- tindakannya, sebab dorongan-dorongan ini akan sangat
mempengaruhi keberhasilan pekerjaannya nanti. Konselor yang beretika adalah,
konselor yang dapat mengajukan sebuah pertanyaan yang mendasar bagi semua
etika: “bagaimanakah seharusnya saya menjalani hidup?” Sebagaimana halnya
kehidupan lain, kehidupan moral dimulai dengan pengekspresian diri seseorang;
seperti ekspresi hasrat, dorongan instink, keinginan, dan bentuk-bentuk dorongan
internal lainnya.

Guru bimbingan dan konseling / Konselor dalam memberikan pelayanan


bimbingan dan konseling kepada seseorang/atau sekelompok orang perlu
memberi kebebasan guna menempuh sebuah jalan hidup yang memungkinkan
mereka menjadi pribadi yang utuh. Pribadi seperti itu akan diperlukan untuk
menghindari tekanan yang berlebihan pada sukses finansial, yang dapat
menimbulkan persaingan materi dan sikap pamrih belaka, berdampak hilangnya
nilai manusiawi pada suatu bidang studi, yang pada akhirnya akan mengaburkan
nilai-nilai dan tujuan konseling yang telah direncanakan.

25
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

Moral dan etika dalam konseling akan dapat diwujudkan oleh konselor
yang memiliki kompetensi. Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan suatu tugas
profesi tertentu. Kompetensi konselor ialah kompetensi ialah pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang harus ada pada seseorang agar dapat menunjukkan
tingkah lakunya sebagai konselor. Kompetensi konselor meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional.

d. Kode etik bimbingan dan konseling

Kode etik profesi bimbingan dan konseling adalah kaidah-kaidah perilaku


yang menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung
jawabnya memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada konseli. Dalam
melayani konseli, seorang konselor tidak boleh mengambil langkah atau tindakan
yang sembarangan. Semua konselor yang ada di Indonesia memiliki kode etik yang
harus dipegang dalam proses konseling. Kode etik ini sebagai landasan moral dan
tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi oleh semua konselor. Konseling
adalah salah satu pekerjaan profesional yang salah satu ciri pekerjaan ini memiliki
kode etik. Setiap anggota profesional atau konselor itu harus mempelajari
sekaligus melakukan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada kode
etik. Dalam konseling, seorang konselor harus memahami dan melakukan banyak
sekali kode etik yang sesuai dengan kode etik yang ditetapkan oleh Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (AKBIN).

Kode Etik Profesi Konseling di Indonesia disahkan pada tanggal 9 Agustus


2018, sesuai dengan surat keputusan Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia Nomor 009/Sk/Pb Abkin/Viii/2018 tentang Penetapan Kode
Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia, dan dapat saudara donwload pada laman
https://www.slideshare.net/ZakkiAmin1/2018-kode-etik-bk-21-22-juli-2018
terdiri dari 5 bab yang membahas mengenai: (I) pendahuluan; (II) kualifikasi,
kompetensi, dan kegiatan; (III) pelaksanaan pelayanan; (IV) pelanggaran dan
sanksi; dan (V) penutup.

26
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

Pada Bab 1 bagian Pendahuluan menjelaskan tentang pengertian dan


landasan legal kode etik profesi bimbingan dan konseling. Pada sub bagian
pertama tentang pengertian dijelaskan tentang konsep kode etik dan kode etik
bimbingan dan konseling. Sedangkan kode etik bimbingan dan konseling adalah
kaidah-kaidah nilai dan moral yang menjadi rujukan bagi anggota organisasi dalam
melaksanakan tugas, atau tanggung jawabnya dalam melaksanakan pelayanan
bimbingan dan konseling kepada konseli. Kode etik ini merupakan landasan moral
dan pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan,
ditegakkan, dan diamankan oleh setiap anggota Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN). Oleh karena itu, kode etik wajib dipatuhi dan diamalkan oleh
seluruh jajaran pengurus dan anggota organisasi tingkat Nasional, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota. Selanjutnya yang berkaitan dengan kode legal dijelaskan bahwa
kode etik Bimbingan dan Konseling Indonesia ditegakkan berdasarkan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ABKIN, serta landasan legal yang berlaku
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selanjutnya bab II menjelaskan tentang Kualifikasi, Kompetensi, dan


Kegiatan. Pada sub bab Kualifikasi menjelaskan tentang kualifikasi guru bimbingan
dan konseling, konselor, magister bimbingan dan konseling, serta doktor
bimbingan dan konseling. Selanjutnya pada bagian Kompetensi dijelaskan bahwa
sebagai pendidik yang dianugerahi gelar sarjana, profesi, magister, dan doktor
bimbingan dan konseling harus memiliki kompetensi sikap, pengetahuan,
keterampilan khusus, dan keterampilan umum. Selanjutnya pada sub bagian
Kegiatan profesional dijelaskan tentang panduan praktik pelayanan secara umum,
praktik pada unit kelembagaan, praktik mandiri, dukungan sejawat profesional
konselor, informasi, riset, dan asesmen.

Bab III menjelaskan tentang Pelaksanaan Pelayanan ditegaskan bahwa


konselor menyadari bahwa kepentingan sasaran layanan atau konseli terhadap
layanan bimbingan dan konseling merupakan hal yang paling utama. Oleh karena
itu, konselor menyikapi dan melayani konseli didasari oleh motif altruistik dan
menampilkan karakteristik pribadi seorang konselor yang hangat, penuh

27
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

pemahaman yang empatik, tulus, menerima konseli apa adanya, dan saling
percaya. Pada bab ini yang berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan dijelaskan
tentang pedoman dalam hal penghargaan dan keterbukaan, kerahasiaan dan
berbagi informasi, seting layanan, tanggung jawab.

Penghargaan yang dimaksud dalam kode etik bimbingan dan konseling


Indonesia yakni perhargaan terhadap sasaran layanan yang mengharuskan
konselor menghargai konseli sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaannya. Sedangkan keterbukaan berkaitan dengan dalam melaksanakan
pelayanan konseling konselor membahas dan menangani permasalahan konseli
secara objektif atas dasar kebenaran dengan prinsip konselor tidak pernah
memihak, kecuali pada kebenaran. Selanjutnya yang berkaitan dengan
kerahasiaan dan berbagi informasi disampaikan tentang aturan kerahasiaan,
berbagi informasi dengan pihak lain, rekaman data konseling, dan penelitian yang
diharuskan dijaga kerahasiaan dan apabila berbagi informasi harus dengan sesuai
dengan aturan dalam kode etik. Pada bab III ini juga dijelaskan tentang seting
layanan yang mengatur tentang suasana dan sarana fisik dan kondisi sosio
psikologis ketika memberikan layanan bimbingan dan konseling. Pada bagian
tanggung jawab dijelaskan tentang keharusan menjaga tanggung jawab kepada
konseli, atasan/pemangku kepetingan lainnya, ilmu dan profesi, diri sendiri, dan
Tuhan Yang Maha Esa.

Selanjutnya bab IV membahas mengenai Pelanggaran dan Sanksi


dijelaskan bahwa konselor wajib memperhatikan apa yang seharusnya dilakukan,
apa yang tidak boleh dilakukan, dan apa yang dianjurkan untuk dilakukan kepada
konseli. Setiap pelanggaran terhadap Kode Etik akan merugikan diri konselor
sendiri, konseli, lembaga dan pihak lain yang terkait, serta profesi Bimbingan dan
Konseling. Pelanggaran Kode Etik akan mendapatkan sanksi, baik secara moral
berkenaan dengan kerugian diri konselor sendiri, konseli dan pihak lain, serta
sanksi secara formal dari organisasi profesi.

Konselor harus senantiasa mengingat bahwa pelanggaran terhadap kode


etik ini akan merugikan mutu proses dan hasil layanan yang ia berikan, merugikan

28
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

konseli, lembaga dan pihak-pihak lain yang terkait, serta merugikan diri konselor
sendiri dan profesinya. Melalui kode etik dinyatakan pula bahwa pelanggaran
terhadap kode etik ini akan mendapatkan sanksi berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan oleh ABKIN. Sanksi yang ditetapkan berupa: (1) Teguran secara lisan
dan tertulis, (2) Peringatan keras secara tertulis, (3) Pencabutan keanggotaan
ABKIN, (4) Pencabutan lisensi izin praktik mandiri, dan juga (5) Apabila terkait
dengan permasalahan hukum/kriminal maka permasalahan tersebut diserahkan
pada pihak yang berwenang.

Pada bab V tentang Penutup dijelaskan bahwa ABKIN sebagai asosiasi


profesi membentuk Dewan Kode Etik Profesi Tingkat Nasional dan Tingkat Daerah
dengan tugas pokok dan fungsi dewan kode etik profesi untuk memastikan
keterlaksanaan kode etik bimbingan dan konseling Indonesia. Konselor sebagai
anggota ABKIN maupun anggota divisi-divisi ABKIN wajib memperhatikan dan
menerapkan sepenuhnya semua unsur dan butir Kode Etik Bimbingan dan
Konseling Indonesia (ABKIN) ini. Divisi-divisi dalam lingkungan ABKIN dapat
menyusun kode etik profesi tersendiri dengan memuat butir-butir pokok dan tidak
bertentangan dengan substansi Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia.
Dewan Kode Etik Tingkat Nasional dan Tingkat Daerah secara langsung memantau
dan menangani pelanggaran terhadap Kode Etik Bimbingan dan Konseling
Indonesia.

29
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

E. RANGKUMAN
Selamat, Anda telah menyelesaikan modul tentang Wawasan Bimbingan dan
Konseling. Dengan demikian Anda yang bertugas sebagai pengelola diklat telah
memahami dan mampu menginternalisasi landasan bimbingan dan konseling yang
dijadikan sebagai titik tolak, acuan, dasar, dan pedoman dalam melakukan
pelayanan bimbingan dan konseling. Hal-hal penting yang telah Anda pelajari
dalam modul wawasan Bimbingan dan Konseling ini adalah sebagai berikut.

1. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan sebagai


upaya memfasilitasi dan memandirikan konseli dalam rangka tercapainya
perkembangan yang utuh dan optimal
2. Secara umum tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu
agar dapat mencapai perkembangan diri secara optimal.
3. Perkembangan optimal dimaknasi sesuai dengan predisposisi dan
kecenderungan konseli, sehingga konseli dapat menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan mampu merencanakan masa depan.
4. Fungsi BK mencakup fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi
pengentasan/kuratif, fungsi fasilitasi, fungsi pemeliharaan, fungsi penyaluran,
fungsi adaptasi, fungsi penyesuaian, fungsi pengembangan, dan fungsi
advokasi
5. Prinsip merupakan asumsi fundamental atau sistem keyakinan yang berkaitan
dengan peran, fungsi, dan aktivitas utama suatu profesi
6. Prinsip BK bimbingan diberikan kepada semua individu atau konseli, baik yang
bermasalah maupun yang tidak bermasalah; baik pria maupun wanita;anak-
anak, remaja, maupun dewasa.
7. Prinsip BK bersifat individualisasi, artinya setiap individu bersifat unik
(berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu dibantu untuk
memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut
8. Prinsip BK menekankan hal yang positif, artinya bimbingan sebenarnya
merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan,
karena bimbingan dan konseling merupakan cara untuk membangun

30
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan


peluang untuk berkembang
9. Prinsip BK merupakan usaha bersama bukan hanya tugas atau tanggung
jawab konselor, tapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah.
10. Prinsip BK berkaitan dengan pengambilan keputusan, artinya pelayanan BK
diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan
mengambil keputusan
11. Prinsip BK dilakukan di berbagai seting artinya pemberian layanan bimbingan
tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga,
perusahaan atau industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan
masyarakat pada umumnya.
12. Bidang layanan bimbingan pun bersifat multiaspek, yaitu meliputi aspek
pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
13. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling lainnya yang perlu dipahami yakni
berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah konseli, tujuan dan proses
penanganan masalah, program pelajaran, dan penyelenggaraan pelayanan.
14. Asas merupakan sesuatu yang apabila dilakukan akan menunjang keefektifan
dan keberhasilan suatu layanan BK.
15. Terdapat 12 asas BK yakni asas kerahasian, kesukarelaan, keterbukaan,
kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan,
keahlian, alih tangan, tur wuri handayani
16. Etika adalah suatu sistem prinsip moral, etika suatu budaya. Aturan tentang
tindakan yang dianut berkenaan dengan perilaku suatu kelas manusia,
kelompok, atau budaya tertentu yang telah disepakati bersama
17. Etika bersifat normatif dan berfokus pada prinsip-prinsip standar yang
mengatur hubungan antara individu, seperti hubungan antara konselor dan
konseli yang berkaitan dengan moralitas seseorang untuk melakukan
penilaian atau evaluasi perbuatan yang telah dilakukan

31
Modul 1| Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

18. Kode etik profesi bimbingan dan konseling adalah kaidah-kaidah perilaku yang
menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung
jawabnya memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada konseli
19. Kode Etik Profesi Konseling di Indonesia seperti yang dapat saudara donwload
pada laman https://www.slideshare.net/ZakkiAmin1/2018-kode-etik-bk-21-
22-juli-2018
20. Kode Etik Profesi Konseling di Indonesia disahkan pada tanggal 9 Agustus
2018, sesuai dengan surat keputusan Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia Nomor 009/Sk/Pb Abkin/Viii/2018 tentang Penetapan
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia, terdiri dari 5 bab yang
membahas mengenai: (I) pendahuluan; (II) kualifikasi, kompetensi, dan
kegiatan; (III) pelaksanaan pelayanan; (IV) pelanggaran dan sanksi; dan (V)
penutup.

32
No Kode: DAR2 /PROFESIONAL/001/2/2019

MODUL 1:
WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KEGIATAN BELAJAR 2:
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Penulis :

Dr. Catharina Tri Anni, M.Pd.


Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.

PPG DALAM JABATAN


Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2019

Hak cipta © Direktorat Pembeljaran, Dit Belmawa. Kemenristekdikti RI, 2019


A. PENDAHULUAN
Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai pelayanan profesional di sekolah
tidak terlepas dari beberbagai hal yang dijadikan sebagai titik tolak, acuan, dasar,
dan pedoman dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling. Modul
berjudul Landasan Bimbingan dan Konseling ini membahas tentang landasan
bimbingan dan konseling yang menjadi pedoman, pijakan, dan dasar dalam
memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling. Landasan bimbingan
dan konseling yang dibahas pada modul ini mencakup, 1) landasan sosial budaya,
2) landasan psikologis, 3) landasan pendidikan, 4) landasan filosofis, dan 5)
landasan agama.

Setelah mempelajari modul ini Anda peserta PPG dalam jabatan akan dapat
memahami, menguasi, dan menginternalisasi landasan bimbingan dan konseling
sebagai pijakan dalam memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling.
Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Anda yang bekerja sebagai guru
bimbingan dan konseling, secara khusus untuk menunjang keberhasilan dan
keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan konseling maka guru bimbingan
dan konseling perlu untuk memahami, menguasasi, dan menginternalisasi
landasan bimbingan dan konseling yang menjadi acuan dan dasar pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling.

Proses pembelajaran untuk materi landasan bimbingan dan konseling yang sedang
Anda ikuti sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti
langkah-langkah belajar sebagai berikut :

1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda, apakah telah
menginternalisasikan landasan bimbingan dan konseling yang dimaksud.
3) Pelajari terlebih dahulu Kegiatan Belajar 1 dan lakukan latihan dan refleksi
diri tentang penerapan landasan bimbingan dan konseling pada pelayanan
BK.
4) Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok
dengan teman sejawat.
5) Bila Anda menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.

Baiklah saudara perserta diklat PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga Anda
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal
Anda melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran yang diharapkan dari penguasaan modul ini adalah,
“Menguasi prosedur praksis pendidikan, bimbingan dan konseling, serta subtansi
keilmuan pendukungnya.” Adapun sub capaian pembelajaran dari kegiatan
belajara ini adalah:

1. Peserta PPG mampu memahami landasan dan kaidah-kaidah sosial


budaya, psikologis, pendidikan, filosofis, dan agama dalam praksis
pendidikan utamanya pada pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Peserta PPG mampu mengaplikasikan kaidah-kaidah sosial budaya,
psikologis, pendidikan, filosofis, dan agama terhadap sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan.

C. POKOK MATERI
1. Landasan sosial budaya.
2. Landasan psikologis.
3. Landasan pendidikan.
4. Landasan filosofis.
5. Landasan agama.
6. Landasan yuridis.
Modul I | Kegiatan Belajar 2: Landasan Bimbingan dan Konseling

D. URAIAN MATERI
Pada kegiatan belajar ini kita akan sama-sama membahas mengenai
landasan-landasan yang menjadi pijakan dasar pelayanan bimbingan dan
konseling. Landasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi, 2007)
diartikan sebagai alas dan tumpuan. Landasan dapat pula diartikan sebagai dasar,
fondasi, pedoman, sumber, atau tempat dimulainya sesuatu perbuatan.
Sedangkan secara harfiahnya landasan dapat diatikan secara material dan
konseptual. Landasan secara material misalnya landasan pacu pesawat atau
fondasi gedung, tentu kita tidak membahas itu. Kita akan membahas mengenai
landasan secara konseptual, yakni yang identik dengan asumsi, diartikan sebagai
gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapat, atau pertanyaan yang dianggap benar,
yang dijadikan titik tolak melakukan suatu hal.

Pada konteks ini landasan yang akan dikaji adalah landasan yang dijadikan
sebagai titik tolak, dasar, dan pedoman dalam melakukan pelayanan bimbingan
dan konseling. Oleh karena itu pelaksanaan bimbingan dan konseling sebagai
pelayanan profesional di sekolah tidak terlepas dari beberbagai aspek yang
mendasari, antara lain yakni landasan sosial budaya, psikologis, pendidikan,
filosofis, dan agama.

1. Landasan Sosial Budaya

Pada pembahasan tentang landasan sosial budaya akan dibahas mengenai


pengaruh lingkungan sosial budaya terhadap individu, pengaruh perbedaan antar
budaya terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, dan pendekatan
multikultural pada pelayanan bimbingan dan konseling.

Pertama, kaitannya dengan lingkungan sosial budaya yang membawa


pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan individu, kita sama-sama
memahami bahwa hakikat manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sepanjang hayat (life span development) (Santrock, 2014; Yusuf, 2009; Desmita,
2008). Selain itu sebagai makhluk sosial manusia hidup senantiasa membentuk
kelompok hidup yang terdiri dari sejumlah anggota untuk menjamin keselamatan

1
Modul I | Kegiatan Belajar 2: Landasan Bimbingan dan Konseling

perkembangan maupun keturunan. Dalam kehidupan berkelompok manusia


mengembangkan ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing
berupa perangkat nilai, norma sosial maupun pandangan hidup yang terpadu
dalam sistem budaya yang berfungsi sebagai rujukan hidup. Termasuk dalam
lingkup pendidikan, keberadaan konseli sebagai individu tidak dapat dilepaskan
sebagai individu sebagai produk lingkungan sosial budaya.

Masyarakat – Saling mempengaruhi


Kebudayaan
Ling. Sosial

Saling berinteraksi

Individu

Gambar 1. Individu sebagai produk lingkungan sosial


budaya

Sebagai seorang konselor kita perlu memahami bahwa setiap individu


dididik dan dibesarkan dengan keragaman budaya dan lingkungan serta nilai dan
norma yang berbeda (Myers, 2012). Pertumbuhan dan perkembangan manusia itu
erat kaitannya dengan budaya dan turut serta menciptakan identitas kebudayaan.
Misalnya, konseli yang mengindetifikan dirinya sebagai orang Jawa, orang Sunda,
orang Medan, orang Batak, orang Tionghoa, dan lain sebagainya. Contoh identitas
kebudayaan tersebut memang masih dikonotasikan dengan identitas rasial suku
bangsa. Walupun demikian konsep lebih lanjut meyakini bahwasnya identitas
kebudayaan tidak hanya sebatas identitas rasial namun juga identitas etnis yang
jauh lebih kompleks (Phinney, 2007). Sehingga implikasi bagi guru bimbingan dan
konseling harapannya tidak terjebak dengan identitas rasial yang terkadang malah
membawa stereotype tersendiri ketika memberikan pelayanan konseling (Sue &
Sue, 2008; Lee dkk, 2007).

Contoh Kasus: Guru bimbingan dan konseling di satu sekolah memberikan


pelayanan kepada konselinya yang berasal dari Batak. Ketika memberikan

2
Modul I | Kegiatan Belajar 2: Landasan Bimbingan dan Konseling

pelayanan kepada konseli tersebut, Guru bimbingan dan konseling akan mencoba
memahami bahwa lingkungan sosial dan budaya anak tersebut berkaitan dengan
kepribadian anak, bahkan nantinya dapat pula memahami bahwa terdapat nilai
budaya khusus yang dapat digunakan sebagai strategi spesifik untuk membantu
dalam pengentasan masalah konseli. Namun yang penting pula untuk dipahami
oleh guru bimbingan dan konseling, yakni ia tidak boleh terjebak pada stereotip
tertentu misalnya orang Batak terkesan kasar, keras, dan kaku. Ketika guru
bimbingan dan konseling sudah berpikir dan mempunyai perasaan yang demikian,
akan dapat memunculkan prasangka dan deskriminasi yang dapat menggangu
proses dan hubungan konseling.

Kedua, mengenai pengaruh perbedaan antar budaya terhadap pelayanan


bimbingan dan konseling mempunyai makna bahwa pelayaan bimbingan dan
konseling sarat akan makna budaya. Bahkan Herr (1983) menjelaskan bahwa
setiap konseling merupakan konseling lintas budaya. Hal itu tidak lepas dari fakta
bahwa konseling adalah pertemuan budaya (cultural encounter) antara konselor
dan konseli yang mana masing-masing dengan nilai, bias, dan asumsinya tentang
kondisi dan perilaku manusia (Supriadi, 2001). Lebih lanjut lagi aspek-aspek
budaya tidak hanya mempengaruhi proses konseling saja, namun lebih luas lasgi,
yakni tujuannya, prosesnya, sasarannya, dan bahkan alasan penyelenggaraan
konseling itu sendiri (Tolbert, dalam Prayitno dan Amti, 2009:94). Isu-isu yang
berkembang dalam terapi multikultural adalah mengenai hal budaya, ras, gender,
orientasi seksual dan afeksi, disabilitas, agama, status sosial-ekonomi.

Namun pendapat dari Sue & Sue (2008) menyatakan bahwa sebagian besar
terapis terkungkung oleh pengondisian kulturalnya sendiri. Akibatnya mereka
memiliki stereotip dan prasangka yang mungkin secara tanpa sengaja diterapkan
pada konseli yang secara kultur berbeda. Senada yang disampaikan oleh Pederson
dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang
mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu :
(a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d)
kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Agar komunikasi dan relasi antara

3
Modul I | Kegiatan Belajar 2: Landasan Bimbingan dan Konseling

konselor dengan konseli dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan


komunikasi tersebut perlu diantisipasi. Oleh karena itu diperlukan guru bimbingan
dan konseling yang peka dan sadar budaya. Guru bimbingan dan konseling yang
peka dan sadar budaya adalah konselor yang sadar akan adanya perbedaan
budaya, dan sadar menerima perbedaan budaya.

Ketiga, tentang pendekatan multikultural pada pelayanan bimbingan dan


konseling secara konseptual dipahami sebagai kekuatan/pendekatan keempat
setelah pendekatan psikodinamik, behavioristik dan humanistik (Pedersen, 1991).
Hakikatnya konseling multikultural tidak hanya mencakup hal konseptual namun
juga mencakup hal yang konkret dan praktis (McLeod, 2010). Secara konseptual
pendekatan multikultural diartikan sebagai hubungan konseling yang melibatkan
para peserta yang berbeda etnik atau kelompok minoritas; atau hubungan
konseling yang melibatkan konselor dan konseli yang secara rasial dan etnik sama,
tetapi memiliki perbedaan budaya yangg dikarenakan variabel-variabel lain
seperti seks, orientasi seksual, faktor sosio-ekonomik, dan usia. Konseling
multiktulral dapat dipahami pula sebagai proses bantuan yang menggunakan
modalitas dan menetapkan tujuan menyesuaikan pada pengalaman hidup dan
nilai budaya dari klien, menyesuaikan pada identitas klien baik secara individual,
grup, dan dimensi universal, mengupayakan untuk menggunakan strategi
universal dan cultur spesifik dalam proses penyembuhan, serta menyeimbangkan
kepentingan individual dan kolektif dalam assesment, diagnosis, dan treatment
untuk klien. Misalnya konseling berbasis nilai dan filsafat suryomentaram,
konseling berbasis pancawaskita, atau dapat pula disesuaikan dengan nilai dan
kearifan lokan budaya setempat.

4
No Kode: DAR2 /PROFESIONAL/001/2/2019

MODUL 1:
WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KEGIATAN BELAJAR 2:
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Penulis :

Dr. Catharina Tri Anni, M.Pd.


Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.

PPG DALAM JABATAN


Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2019

Hak cipta © Direktorat Pembeljaran, Dit Belmawa. Kemenristekdikti RI, 2019


A. PENDAHULUAN
Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai pelayanan profesional di sekolah
tidak terlepas dari beberbagai hal yang dijadikan sebagai titik tolak, acuan, dasar,
dan pedoman dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling. Modul
berjudul Landasan Bimbingan dan Konseling ini membahas tentang landasan
bimbingan dan konseling yang menjadi pedoman, pijakan, dan dasar dalam
memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling. Landasan bimbingan
dan konseling yang dibahas pada modul ini mencakup, 1) landasan sosial budaya,
2) landasan psikologis, 3) landasan pendidikan, 4) landasan filosofis, dan 5)
landasan agama.

Setelah mempelajari modul ini Anda peserta PPG dalam jabatan akan dapat
memahami, menguasi, dan menginternalisasi landasan bimbingan dan konseling
sebagai pijakan dalam memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling.
Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Anda yang bekerja sebagai guru
bimbingan dan konseling, secara khusus untuk menunjang keberhasilan dan
keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan konseling maka guru bimbingan
dan konseling perlu untuk memahami, menguasasi, dan menginternalisasi
landasan bimbingan dan konseling yang menjadi acuan dan dasar pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling.

Proses pembelajaran untuk materi landasan bimbingan dan konseling yang sedang
Anda ikuti sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti
langkah-langkah belajar sebagai berikut :

1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda, apakah telah
menginternalisasikan landasan bimbingan dan konseling yang dimaksud.
3) Pelajari terlebih dahulu Kegiatan Belajar 1 dan lakukan latihan dan refleksi
diri tentang penerapan landasan bimbingan dan konseling pada pelayanan
BK.
4) Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok
dengan teman sejawat.
5) Bila Anda menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.

Baiklah saudara perserta diklat PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga Anda
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal
Anda melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran yang diharapkan dari penguasaan modul ini adalah,
“Menguasi prosedur praksis pendidikan, bimbingan dan konseling, serta subtansi
keilmuan pendukungnya.” Adapun sub capaian pembelajaran dari kegiatan
belajara ini adalah:

1. Peserta PPG mampu memahami landasan dan kaidah-kaidah sosial


budaya, psikologis, pendidikan, filosofis, dan agama dalam praksis
pendidikan utamanya pada pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Peserta PPG mampu mengaplikasikan kaidah-kaidah sosial budaya,
psikologis, pendidikan, filosofis, dan agama terhadap sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan.

C. POKOK MATERI
1. Landasan sosial budaya.
2. Landasan psikologis.
3. Landasan pendidikan.
4. Landasan filosofis.
5. Landasan agama.
6. Landasan yuridis.
No Kode: DAR2 /PROFESIONAL/001/2/2019

MODUL 1:
WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KEGIATAN BELAJAR 2:
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Penulis :

Dr. Catharina Tri Anni, M.Pd.


Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.

PPG DALAM JABATAN


Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2019

Hak cipta © Direktorat Pembeljaran, Dit Belmawa. Kemenristekdikti RI, 2019


A. PENDAHULUAN
Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai pelayanan profesional di sekolah
tidak terlepas dari beberbagai hal yang dijadikan sebagai titik tolak, acuan, dasar,
dan pedoman dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling. Modul
berjudul Landasan Bimbingan dan Konseling ini membahas tentang landasan
bimbingan dan konseling yang menjadi pedoman, pijakan, dan dasar dalam
memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling. Landasan bimbingan
dan konseling yang dibahas pada modul ini mencakup, 1) landasan sosial budaya,
2) landasan psikologis, 3) landasan pendidikan, 4) landasan filosofis, dan 5)
landasan agama.

Setelah mempelajari modul ini Anda peserta PPG dalam jabatan akan dapat
memahami, menguasi, dan menginternalisasi landasan bimbingan dan konseling
sebagai pijakan dalam memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling.
Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Anda yang bekerja sebagai guru
bimbingan dan konseling, secara khusus untuk menunjang keberhasilan dan
keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan konseling maka guru bimbingan
dan konseling perlu untuk memahami, menguasasi, dan menginternalisasi
landasan bimbingan dan konseling yang menjadi acuan dan dasar pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling.

Proses pembelajaran untuk materi landasan bimbingan dan konseling yang sedang
Anda ikuti sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti
langkah-langkah belajar sebagai berikut :

1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda, apakah telah
menginternalisasikan landasan bimbingan dan konseling yang dimaksud.
3) Pelajari terlebih dahulu Kegiatan Belajar 1 dan lakukan latihan dan refleksi
diri tentang penerapan landasan bimbingan dan konseling pada pelayanan
BK.
4) Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok
dengan teman sejawat.
5) Bila Anda menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.

Baiklah saudara perserta diklat PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga Anda
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal
Anda melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran yang diharapkan dari penguasaan modul ini adalah,
“Menguasi prosedur praksis pendidikan, bimbingan dan konseling, serta subtansi
keilmuan pendukungnya.” Adapun sub capaian pembelajaran dari kegiatan
belajara ini adalah:

1. Peserta PPG mampu memahami landasan dan kaidah-kaidah sosial


budaya, psikologis, pendidikan, filosofis, dan agama dalam praksis
pendidikan utamanya pada pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Peserta PPG mampu mengaplikasikan kaidah-kaidah sosial budaya,
psikologis, pendidikan, filosofis, dan agama terhadap sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan.

C. POKOK MATERI
1. Landasan sosial budaya.
2. Landasan psikologis.
3. Landasan pendidikan.
4. Landasan filosofis.
5. Landasan agama.
6. Landasan yuridis.
No Kode: DAR2 /PROFESIONAL/001/2/2019

MODUL 1:
WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KEGIATAN BELAJAR 2:
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Penulis :

Dr. Catharina Tri Anni, M.Pd.


Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.

PPG DALAM JABATAN


Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2019

Hak cipta © Direktorat Pembeljaran, Dit Belmawa. Kemenristekdikti RI, 2019


A. PENDAHULUAN
Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai pelayanan profesional di sekolah
tidak terlepas dari beberbagai hal yang dijadikan sebagai titik tolak, acuan, dasar,
dan pedoman dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling. Modul
berjudul Landasan Bimbingan dan Konseling ini membahas tentang landasan
bimbingan dan konseling yang menjadi pedoman, pijakan, dan dasar dalam
memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling. Landasan bimbingan
dan konseling yang dibahas pada modul ini mencakup, 1) landasan sosial budaya,
2) landasan psikologis, 3) landasan pendidikan, 4) landasan filosofis, dan 5)
landasan agama.

Setelah mempelajari modul ini Anda peserta PPG dalam jabatan akan dapat
memahami, menguasi, dan menginternalisasi landasan bimbingan dan konseling
sebagai pijakan dalam memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling.
Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Anda yang bekerja sebagai guru
bimbingan dan konseling, secara khusus untuk menunjang keberhasilan dan
keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan konseling maka guru bimbingan
dan konseling perlu untuk memahami, menguasasi, dan menginternalisasi
landasan bimbingan dan konseling yang menjadi acuan dan dasar pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling.

Proses pembelajaran untuk materi landasan bimbingan dan konseling yang sedang
Anda ikuti sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti
langkah-langkah belajar sebagai berikut :

1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda, apakah telah
menginternalisasikan landasan bimbingan dan konseling yang dimaksud.
3) Pelajari terlebih dahulu Kegiatan Belajar 1 dan lakukan latihan dan refleksi
diri tentang penerapan landasan bimbingan dan konseling pada pelayanan
BK.
4) Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok
dengan teman sejawat.
5) Bila Anda menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.

Baiklah saudara perserta diklat PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga Anda
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal
Anda melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran yang diharapkan dari penguasaan modul ini adalah,
“Menguasi prosedur praksis pendidikan, bimbingan dan konseling, serta subtansi
keilmuan pendukungnya.” Adapun sub capaian pembelajaran dari kegiatan
belajara ini adalah:

1. Peserta PPG mampu memahami landasan dan kaidah-kaidah sosial


budaya, psikologis, pendidikan, filosofis, dan agama dalam praksis
pendidikan utamanya pada pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Peserta PPG mampu mengaplikasikan kaidah-kaidah sosial budaya,
psikologis, pendidikan, filosofis, dan agama terhadap sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan.

C. POKOK MATERI
1. Landasan sosial budaya.
2. Landasan psikologis.
3. Landasan pendidikan.
4. Landasan filosofis.
5. Landasan agama.
6. Landasan yuridis.
No Kode: DAR2 /PROFESIONAL/001/2/2019

MODUL 1:
WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KEGIATAN BELAJAR 2:
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Penulis :

Dr. Catharina Tri Anni, M.Pd.


Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.

PPG DALAM JABATAN


Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2019

Hak cipta © Direktorat Pembeljaran, Dit Belmawa. Kemenristekdikti RI, 2019


A. PENDAHULUAN
Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai pelayanan profesional di sekolah
tidak terlepas dari beberbagai hal yang dijadikan sebagai titik tolak, acuan, dasar,
dan pedoman dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling. Modul
berjudul Landasan Bimbingan dan Konseling ini membahas tentang landasan
bimbingan dan konseling yang menjadi pedoman, pijakan, dan dasar dalam
memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling. Landasan bimbingan
dan konseling yang dibahas pada modul ini mencakup, 1) landasan sosial budaya,
2) landasan psikologis, 3) landasan pendidikan, 4) landasan filosofis, dan 5)
landasan agama.

Setelah mempelajari modul ini Anda peserta PPG dalam jabatan akan dapat
memahami, menguasi, dan menginternalisasi landasan bimbingan dan konseling
sebagai pijakan dalam memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling.
Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Anda yang bekerja sebagai guru
bimbingan dan konseling, secara khusus untuk menunjang keberhasilan dan
keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan konseling maka guru bimbingan
dan konseling perlu untuk memahami, menguasasi, dan menginternalisasi
landasan bimbingan dan konseling yang menjadi acuan dan dasar pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling.

Proses pembelajaran untuk materi landasan bimbingan dan konseling yang sedang
Anda ikuti sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti
langkah-langkah belajar sebagai berikut :

1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda, apakah telah
menginternalisasikan landasan bimbingan dan konseling yang dimaksud.
3) Pelajari terlebih dahulu Kegiatan Belajar 1 dan lakukan latihan dan refleksi
diri tentang penerapan landasan bimbingan dan konseling pada pelayanan
BK.
4) Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok
dengan teman sejawat.
5) Bila Anda menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.

Baiklah saudara perserta diklat PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga Anda
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal
Anda melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran yang diharapkan dari penguasaan modul ini adalah,
“Menguasi prosedur praksis pendidikan, bimbingan dan konseling, serta subtansi
keilmuan pendukungnya.” Adapun sub capaian pembelajaran dari kegiatan
belajara ini adalah:

1. Peserta PPG mampu memahami landasan dan kaidah-kaidah sosial


budaya, psikologis, pendidikan, filosofis, dan agama dalam praksis
pendidikan utamanya pada pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Peserta PPG mampu mengaplikasikan kaidah-kaidah sosial budaya,
psikologis, pendidikan, filosofis, dan agama terhadap sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan.

C. POKOK MATERI
1. Landasan sosial budaya.
2. Landasan psikologis.
3. Landasan pendidikan.
4. Landasan filosofis.
5. Landasan agama.
6. Landasan yuridis.
No Kode: DAR2 /PROFESIONAL/001/2/2019

MODUL 1:
WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KEGIATAN BELAJAR 2:
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Penulis :

Dr. Catharina Tri Anni, M.Pd.


Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.

PPG DALAM JABATAN


Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2019

Hak cipta © Direktorat Pembeljaran, Dit Belmawa. Kemenristekdikti RI, 2019


A. PENDAHULUAN
Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai pelayanan profesional di sekolah
tidak terlepas dari beberbagai hal yang dijadikan sebagai titik tolak, acuan, dasar,
dan pedoman dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling. Modul
berjudul Landasan Bimbingan dan Konseling ini membahas tentang landasan
bimbingan dan konseling yang menjadi pedoman, pijakan, dan dasar dalam
memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling. Landasan bimbingan
dan konseling yang dibahas pada modul ini mencakup, 1) landasan sosial budaya,
2) landasan psikologis, 3) landasan pendidikan, 4) landasan filosofis, dan 5)
landasan agama.

Setelah mempelajari modul ini Anda peserta PPG dalam jabatan akan dapat
memahami, menguasi, dan menginternalisasi landasan bimbingan dan konseling
sebagai pijakan dalam memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling.
Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Anda yang bekerja sebagai guru
bimbingan dan konseling, secara khusus untuk menunjang keberhasilan dan
keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan konseling maka guru bimbingan
dan konseling perlu untuk memahami, menguasasi, dan menginternalisasi
landasan bimbingan dan konseling yang menjadi acuan dan dasar pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling.

Proses pembelajaran untuk materi landasan bimbingan dan konseling yang sedang
Anda ikuti sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti
langkah-langkah belajar sebagai berikut :

1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda, apakah telah
menginternalisasikan landasan bimbingan dan konseling yang dimaksud.
3) Pelajari terlebih dahulu Kegiatan Belajar 1 dan lakukan latihan dan refleksi
diri tentang penerapan landasan bimbingan dan konseling pada pelayanan
BK.
4) Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok
dengan teman sejawat.
5) Bila Anda menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.

Baiklah saudara perserta diklat PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga Anda
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal
Anda melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran yang diharapkan dari penguasaan modul ini adalah,
“Menguasi prosedur praksis pendidikan, bimbingan dan konseling, serta subtansi
keilmuan pendukungnya.” Adapun sub capaian pembelajaran dari kegiatan
belajara ini adalah:

1. Peserta PPG mampu memahami landasan dan kaidah-kaidah sosial


budaya, psikologis, pendidikan, filosofis, dan agama dalam praksis
pendidikan utamanya pada pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Peserta PPG mampu mengaplikasikan kaidah-kaidah sosial budaya,
psikologis, pendidikan, filosofis, dan agama terhadap sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan.

C. POKOK MATERI
1. Landasan sosial budaya.
2. Landasan psikologis.
3. Landasan pendidikan.
4. Landasan filosofis.
5. Landasan agama.
6. Landasan yuridis.
No Kode: DAR2 /PROFESIONAL/001/2/2019

MODUL 1:
WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KEGIATAN BELAJAR 2:
LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Penulis :

Dr. Catharina Tri Anni, M.Pd.


Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.

PPG DALAM JABATAN


Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2019

Hak cipta © Direktorat Pembeljaran, Dit Belmawa. Kemenristekdikti RI, 2019


A. PENDAHULUAN
Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai pelayanan profesional di sekolah
tidak terlepas dari beberbagai hal yang dijadikan sebagai titik tolak, acuan, dasar,
dan pedoman dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling. Modul
berjudul Landasan Bimbingan dan Konseling ini membahas tentang landasan
bimbingan dan konseling yang menjadi pedoman, pijakan, dan dasar dalam
memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling. Landasan bimbingan
dan konseling yang dibahas pada modul ini mencakup, 1) landasan sosial budaya,
2) landasan psikologis, 3) landasan pendidikan, 4) landasan filosofis, dan 5)
landasan agama.

Setelah mempelajari modul ini Anda peserta PPG dalam jabatan akan dapat
memahami, menguasi, dan menginternalisasi landasan bimbingan dan konseling
sebagai pijakan dalam memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling.
Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Anda yang bekerja sebagai guru
bimbingan dan konseling, secara khusus untuk menunjang keberhasilan dan
keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan konseling maka guru bimbingan
dan konseling perlu untuk memahami, menguasasi, dan menginternalisasi
landasan bimbingan dan konseling yang menjadi acuan dan dasar pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling.

Proses pembelajaran untuk materi landasan bimbingan dan konseling yang sedang
Anda ikuti sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti
langkah-langkah belajar sebagai berikut :

1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda, apakah telah
menginternalisasikan landasan bimbingan dan konseling yang dimaksud.
3) Pelajari terlebih dahulu Kegiatan Belajar 1 dan lakukan latihan dan refleksi
diri tentang penerapan landasan bimbingan dan konseling pada pelayanan
BK.
4) Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok
dengan teman sejawat.
5) Bila Anda menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.

Baiklah saudara perserta diklat PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga Anda
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal
Anda melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran yang diharapkan dari penguasaan modul ini adalah,
“Menguasi prosedur praksis pendidikan, bimbingan dan konseling, serta subtansi
keilmuan pendukungnya.” Adapun sub capaian pembelajaran dari kegiatan
belajara ini adalah:

1. Peserta PPG mampu memahami landasan dan kaidah-kaidah sosial


budaya, psikologis, pendidikan, filosofis, dan agama dalam praksis
pendidikan utamanya pada pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Peserta PPG mampu mengaplikasikan kaidah-kaidah sosial budaya,
psikologis, pendidikan, filosofis, dan agama terhadap sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan.

C. POKOK MATERI
1. Landasan sosial budaya.
2. Landasan psikologis.
3. Landasan pendidikan.
4. Landasan filosofis.
5. Landasan agama.
6. Landasan yuridis.
No Kode: DAR2 /PROFESIONAL/001/3/2019

MODUL 1:
WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KEGIATAN BELAJAR 3:
KEGIATAN LAYANAN DAN KONSELING

Penulis :

Dr. Catharina Tri Anni, M.Pd.


Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.

PPG DALAM JABATAN


Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2019

Hak cipta © Direktorat Pembeljaran, Dit Belmawa. Kemenristekdikti RI, 2019


A. PENDAHULUAN
Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai pelayanan profesional di sekolah
tidak terlepas dari beberbagai bentuk hal yang dijadikan sebagai titik tolak, acuan,
dasar, dan pedoman dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling.
Modul berjudul Bentuk Layanan Bimbingan dan Konseling ini membahas tentang
bentuk-bentuk layanan bimbingan dan konseling yang mencakup bentuk layanan
bimbingan dan konseling secara langsung dan bentuk layanan bimbingan dan
konseling secara tidak langsung.

Setelah mempelajari modul ini Anda peserta PPG dalam jabatan akan dapat
memahami dan menguasi bentuk-bentuk layanan bimbingan dan konseling
sebagai pijakan dalam memberikan layanan profesional bimbingan dan konseling.
Kompetensi tersebut sangat diperlukan bagi Anda yang bekerja sebagai guru
bimbingan dan konseling, secara khusus untuk menunjang keberhasilan dan
keefektifan pelayanan profesional bimbingan dan konseling.

Proses pembelajaran untuk materi landasan bimbingan dan konseling yang sedang
Anda ikuti sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti
langkah-langkah belajar sebagai berikut :

1) Pahami dulu mengenai berbagai kegiatan penting dalam diklat mulai tahap
awal sampai akhir.
2) Lakukan kajian terhadap pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda, apakah telah
sesuai dengan bentuk pelayanan bimbingan dan konseling seperti yang
dimaksud.
3) Pelajari terlebih dahulu Kegiatan Belajar 3 ini dan lakukan latihan dan
refleksi diri tentang penerapan bentuk layanan bimbingan dan konseling
pada pelayanan BK.
4) Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata diklat ini sangat
tergantung kepada kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan dan
refleksi diri. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau berkelompok
dengan teman sejawat.
5) Bila Anda menemui kesulitan, silakan hubungi instruktur/widiaiswara
pembimbing atau fasilitator yang mengajar mata diklat ini.

Baiklah saudara perserta diklat PPG dalam jabatan, selamat belajar, semoga Anda
sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam mata diklat ini untuk bekal
Anda melakukan pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran yang diharapkan setelah mempelajari modul ini adalah,
“Menguasai prosedur praksis pendidikan, Bimbingan dan Konseling, serta subtansi
keilmuan pendukungnya.” Setelah peserta PPG mempelajari modul ini, peserta
dapat menguasai materi terkait bentuk-bentuk layanan Bimbingan dan Konseling.

C. POKOK MATERI
1. Komponen Program BK
2. Layanan langsung dalam Bimbingan dan Konseling
3. Layanan tidak langsung dalam Bimbingan dan Konseling
4. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Online (E-Counselling)
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

D. URAIAN MATERI
1. Komponen Program Bimbingan dan Konseling

Materi yang akan dibahas dalam modul ini terkait dengan layanan
Bimbingan dan Konseling Komprehensif, bentuk layanan Bimbingan dan Konseling
tersebut tertuang dalam Permendikbud Nomor 111 tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Layanan Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan
Menengah (Kartadinata, 2017:6). Konsep BK komprehensif juga termasuk dalam
pemahaman komponen program BK, komponen yang dimaksud adalah: 1)
Layanan dasar; 2) Layanan responsif, 3) Perencanaan individual, dan 4) Dukungan
sistem.

a. Layanan Dasar (Guidance Curriculum)

Dimaknai sebagai layanan dasar yang ditujukan bagi semua siswa, tanpa
diskriminasi. Layanan dasar BK dilakukan secara sistimatis baik individual, maupun
kelompok untuk membantu pencapaian ketrampilan hidup siswa secara optimal
yang tertuang dalam tugas-tugas perkembangan. Sifat layanan ini preventif dan
developmental, maknanya layanan ini bisa digunakan untuk mencegah munculnya
masalah siswa dan sebagai bentuk layanan yang menjadi titik tumpu pencapaian
tugas perkembangan siswa. Pencapaian tugas perkembangan siswa sebagai
manifestasi telah dicapainya kompetensi siswa.

Terdapat tiga tahap menuju pencapaian kompetensi siswa yaitu:


perceptualization, conceptualization dan generalization (Gysbers & Henderson,
2006:69). Tahap Perceptualization, maknanya siswa telah mencapai kesadaran diri
pada ke tiga aspek kognitif, sikap dan psikomotorik. Contoh: Siswa belajar sebagai
bentuk motivasi diri untuk mencapai cita-citanya, sehingga prosedur belajar
dilakukan dengan betul dan hasil belajar menunjukkan ke tiga ranah tersebut.

Tahap Conceptualization, mempunyai makna bahwa proses pencapaian


kompetensi memfokuskan pada penyesuaian diri siswa dengan lingkungan.
Contoh: Siswa bisa menghindarkan diri dari konflik-konflik dengan lingkungan,
sehingga proses perkembangannya berjalan lancar.

1
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

Tahap Generalization, pada pencapaian tahap ini ditunjukkan dengan


kemampuan akomodasi siswa terhadap tuntutan lingkungan dengan memuaskan
dan memiliki kemampuan tertentu tatkala menghadapi situasi baru. Contoh:
Siswa mampu meraih prestasi secara optimal diikuti dengan kemampuan inovatif.

b. Layanan Responsif (Responsive Service)

Dimaknai sebagai layanan pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki


kebutuhan dan masalah untuk mendapatkan bantuan dengan segera. Manakala
tidak segera mendapat bantuan penanganan akan menimbulkan masalah yang
lebih kompleks. Layanan ini mempunyai tujuan untuk membantu siswa yang
mengalami hambatan, tatkala mencapai tugas-tugas perkembangannya. Bidang
masalah yang dialami siswa lebih berkaitan dengan masalah sosial, karir, pribadi
dan pengembangan pendidikan. Cakupan layanan ini meliputi konseling
individual, konsultasi dengan orang tua, guru dan alih tangan pada ahli lain
(referal) pada semua bidang masalah.

c. Perencanaan Individual (Individual Sistem Planning)

Dimaknai sebagai layanan yang diarahkan untuk membantu siswa dalam


perencanan karirnya mendatang. Sehingga siswa memiliki pemahaman tentang
diri dan lingkungnnya, supaya mampu merumuskan tujuan, perencanaan untuk
mengelola kemajuan perkembangan dirinya. Kegiatan layanan ini dilakukan
melalui informasi, orientasi, konseling individual, rujukan, kolaborasi dan
advokasi.

d. Dukungan sistem (Support System)

Layanan ini lebih bersifat layanan tidak langsung, karena lebih berkaitan
dengan manajemen, tata kerja, infrastruktur dan pengembangan profesional
secara berkelanjutan. Namun keberadaannya sangat mendukung keberhasilan
layanan langsung di atas.

2
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

Yang selanjutnya akan akan diuraikan lebih lanjut terkait dengan kegiatan
layanan Bimbingan dan Konseling yang dapat dikomunikasikan secara langsung
dan tidak langsung.

3
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

D. URAIAN MATERI
2. Layanan Bimbingan dan Konseling Secara Langsung

Layanan kegiatan bimbingan dan konseling secara langsung dimaksudkan


bahwa layanan yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor
secara langsung diterima oleh siswa unuk membantu perkembangan siswa.
Komponen layanan langsung seperti kurikulum bimbingan, perencanaan
individual siswa, layanan responsif dan konselor sekolah membantu
mngembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan (ASCA, 2012: 83). Bentuk-
bentuk layanan bimbingan dan konseling secara langsung, sebagai berikut:

a. Konseling Individual

1) Pengertian

Konseling individual merupakan layanan profesional yang diberikan


kepada individu yang mengalami berbagai bidang masalah dilakukan secara tatap
muka atau memberdayakan teknologi, penyelesaiannya membutuhkan bantuan
guru bimbingan dan konseling atau konselor. Sehingga individu terentaskan
masalahnya yang akan mendukung pencapaian perkembangan secara optimal.

Layanan profesional dimaksudkan adalah layanan yang dilakukan oleh


guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memenuhi kualifikasi
pendidikan, kompetensi dan hakekat konseling sebagai filsafat, komitmen, dan
pandangan hidup tatkala melaksanakan profesi konseling. Berbagai bidang
masalah, maknanya kondisi yang menghambat individu untuk mencapai
perkembangan yang optimal. Permasalahan mencakup bidang pribadi, sosial, karir
dan belajar. Permasalahan–permasalahan yang termasuk lingkup layanan
konseling lebih terkait dengan kondisi psikologis emosional, artinya
permasalahan-permasalahan yang ada sangat menghambat perkembangan
psikologis emosional individu. Sehingga masalah hendaknya diselesaikan secara
individu.

4
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

Sedangkan Teknis pelaksanaan konseling individual secara tatap muka


atau memberdayakan teknologi, artinya proses konseling selain dilakukan secara
tatap muka juga bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi, seperti email,
telepon, cyber counseling, skype atau chatting. Namun teknologi tersebut hanya
sebagai instrumen pendukung dalam proses konseling, misal saat melakukan
identifikasi masalah, diagnosa masalah, selanjutnya konseling dilakukan dengan
tatap muka.

Guru bimbingan dan konseling atau Konselor adalah seseorang yang telah
memenuhi kualifikasi pendidikan konselor (Sarjana Pendidikan /S1 dan Program
Pendidikan Profesi) bidang Bimbingan dan Konseling dan kompetensi guru
bimbingan dan konseling atau Konselor (meliputi paedagogik, sosial, profesional
dan kepribadian). Ranah tugas guru bimbingan dan konseling atau konselor
melaksanakan pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dilandasi semangat
altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman dan berorientasi ke individu.

2) Tujuan

Kegiatan konseling individu mempunyai tujuan untuk mencapai


perkembangan secara optimal, perumusan tujuan tersebut mengacu pada tugas-
tugas perkembangan. Pencapaian Perkembangan secara optimal, maknanya
bahwa individu bisa mencapai ketentuan-ketentuan yang digariskan dalam tugas-
tugas perkembangan, meliputi mengembangkan potensi individu, memandirikan
individu dalam pengambilan keputusan, memantapkan pilihan untuk mewujudkan
kehidupan yang produktif, sejahtera dan perduli kemaslahatan umum
(Permendiknas RI Nomor 27 Tahun 2008).

Pelaksanaannya mengikuti prosedur yang sudah ada, seperti pra


konseling, tahap ini berkaitan dengan persiapan konselor sebelum melakukan
konseling, antara lain persiapan ruang yang dibutuhkan, kesiapan kondisi
psikologis klien dan konselor untuk mengikuti proses koseling, proses konseling,
merupakan kegiatan inti dalam layanan konseling dengan berbagai tahapan antara
lain melakukan strukturing, melakukan identifikasi, diagnosa, evaluasi segera,

5
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

dsb, dan pasca konseling, tahap ini konselor membuat laporan kegiatan konseling
termasukrencana tindak lanjutnya.

b. Konseling Kelompok

1) Pengertian

Konseling kelompok merupakan layanan profesional dengan melandaskan


kepada dinamika dalam kelompok untuk mengatasi masalah individu yang
pengentasan masalahnya membutuhkan kontribusi pengalaman dari anggota
kelompok. Proses konselingnya di bawah wewenang pemimpin kelompok.
Dinamika dalam kelompok dimaksudkan adanya komunikasi yang intens,
sosialisasi di antara anggota kelompok, mereka saling berempati untuk
mengungkapkan masalahnya. Dinamika kelompok yang terbentuk bersifat
terapeutik, artinya komunikasi di antara anggota kelompok bisa mengentaskan
masalah yang mereka alami. Dinamika dapat berfungsi teraupetik manakala: (1)
anggota merasa diterima dengan baik oleh kelompok, (2) memandang kelompok
sebagai kelompok yang menarik, (3) merasa sungguh-sungguh terlibat, (4)
menyadari tanggung jawab terhadap perannya dalam kelompok.

Karakteristik permasalahan yang tepat dengan menggunakan konseling


kelompok lebih pada permasalahan penyesuaian diri dan bersifat developmental.
Kontribusi pengalaman dari anggota kelompok, artinya anggota kelompok dapat
memanfaatkan komunikasi antar pribadi untuk memperoleh pemahaman diri
yang lebih baik dari hasil pemikiran sesma anggota kelompok, sehingga dapat
mengatasi masalah yang dihadapi. Pemimpin kelompok yang dimaksud dalam
konseling kelompok adalah konselor atau guru Bimbingan dan Konseling yang
mengatur arus komunikasi dan arah penyelesaian masalah melalui pendekatan
dan teknik konseling yang tepat. Seorang pemimpin kelompok harus menerapkan
asas-asas yang ada dalam proses konseling.

2) Tujuan

Konseling kelompok mempunyai tujuan mengentaskan masalah individu


pada semua peserta konseling kelompok. Pengetasan masalah dilakukan melalui

6
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

dinamika dalam kelompok, sehingga akan terjadi perubahan persepsi, pola pikir,
wawasan, sikap dalam berperilaku. Dampak lebih lanjut dengan terentaskan
masalah individu akan berimbas pada penyelesaian masalah anggota kelompok
yang lain.

3) Prosedur Pelaksanaan

Terdapat 4 langkah dalam pelaksanaan konseling kelompok, yang meliputi:

1) Tahap awal, mengkondisikan anggota untuk bisa siap menuju ke tahap


berikut, dari pembinaan rapor sampai penstrukturing.
2) Tahap transisi, untuk melihat apakah para anggota sudah siap memasuki
tahap berikut, sehingga prasangka, kekawatiran terhadap proses konseling
sduah tidak ada, pada tahp ini anggota kelompok sudah terbentuk dinamika
sehingga mereka sudah dengan iklas, terbuka dan percaya bisa mengikuti
proses konseling ini.
3) Tahap kerja, tahap ini merupakan tahap inti pelaksanaan konseling kelompok,
sehingga konselor sudah mulai menentukan masalah yang akan dibahas
dengan mengeksplornya dari berbagai dimensi.tahapan ini diakhiri dengan
rumusan dari masalah yang telah dibahas.
4) Tahap pengakhiran, konselor meminta anggota kelompok untuk
merefleksikan permasalahan dan solusi yang telah dibahas bersama.
Kemudian konselor melakukan evaluasi seluruh kegiatan yang telah dilakukan
selama proses konseling.

c. Bimbingan Kelompok

1) Pengertian

Merupakan salah satu bentuk layanan dalam Bimbingan dan Konseling


yang membahas suatu topik yang menarik dan bersifat umum dengan berbasis
dinamika kelompok untuk mencapai tujuan dalam layanan. Topik menarik dan
bersifat umum dalam bimbingan kelompok dimaksudkan adalah topik-topik
hangat yang sedang beredar di masyarakat dan individu dipandang penting untuk
memahami supaya terhindar dari masalah. Kegiatan bimbingan kelompok ini lebih

7
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

bersifat preventif developmental, artinya menghindarkan individu dari munculnya


masalah untuk dapat tumbuh berkembang lebih baik. Topik ini bisa ditentukan
berdasarkan kesepakatan dengan anggota kelompok atau disebut sebagai topik
bebas. Topik bisa ditentukan terebih dahulu berdasarkan asesmen kebutuhan dari
para anggota. Sehingga pemimpin kelompok (guru bimbingan dan konseling atau
konselor) telah menyiapkan terlebih dahulu. Dinamika Kelompok yang
dimaksudkan adalah suatu metode untuk mendampingi kelompok dalam
meningkatkan mutu interaksi yang menunjang perkembangan kepribadian
individu. Jalinan kerjasama di antara anggota kelompok dan kekuatan-kekuatan
interaksi akan mendukung pencapaian tujuan dalam kegiatan kelompok.

2) Tujuan

Tujuan dalam layanan bimbingan dan konseling dimaksudkan bahwa


layanan bimbingan kelompok sebagai salah satu bentuk layanan, sehingga proses
penyelenggaraannya menuju ke pencapaian tujuan. Tujuan yang akan dicapai
untuk menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial bagi masing-
masing anggota kelompok. Sehingga pola pikir, wawasan, ketrampilan sosialnya
akan berkembang secara efektif. Pencapaian tujuan tersebut dalam pelaksanaan
kegiatannya menggunakan berbagai teknik, sehingga akan semakin memperdalam
kualitas capaian layanan tersebut.

3) Prosedur

Prosedur kegiatan bimbigan kelompok, terdiri dari pra bimbingan,


pelaksanaan dan pasca bimbingan.

1) Tahap pra bimbingan, dimaksudkan adalah guru bimbingan dan konseling


atau konselor mempersiapkan segala sesuatunya terkait dengan
pelaksanaannya. Persiapan dari penyusunan RPLBK sampai pembentukan
kelompok. Pembentukan kelompok bisa dibuat semenarik mungkin dengan
cara-cara yang kreatif sehingga siswa akan sangat tertarik untuk terlibat
dalam kegiatan bimbingan kelompok. Cara-cara yang kreatif bisa dilakukan

8
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

dengan membuat leaflet, poster yang ditempel di papan bimbingan, sehingga


siswa akan tertarik untuk mengikuti dengan kesadaran sendiri.
2) Pelaksanaan, tahap ini terdiri dari pembukaan, inti dan penutup. Pada tahap
ini termasuk di dalamnya dari penyampaian tujuan kegiatan, pembahasan
topik, dan perumusan hasil diskusi dalam bimbingan kelompok, kemudian
diakhiri dengan harapan, pesan dan kesepakatan apakah akan membahas
topik yang berbeda di lain waktu.
3) Pasca bimbingan, tahap ini guru bimbingan dan konseling atau konselor
melakukan evaluasi terhadap proses kegiatan bimbingan kelompok tersebut
dan merencanakan tindak lanjut apabila dipandang perlu.

d. Bimbingan Klasikal

1) Pengertian

Bimbingan ini termasuk layanan dasar dan perencanaan individual dalam


bimbingan dan konseling komprehensif. Layanan ini dilakukan dalam seting kelas
seperti ‘pembelajaran’, sehingga pelaksanaannya menggunakan strategi
“pembelajaran” yang inovatif dan kreatif. Tujuan penggunaan strategi
“pembelajaran” untuk menumbuhkan keaktifan individu dalam proses layanan.
Kendati layanan klasikal sangat berbeda dengan pembelajaran pada mata
pelajaran. Layanan bimbingan ini lebih bersifat preventif, pengembangan dan
perseveratif (pemeliharaan).

Layanan dalam seting kelas dimaksudkan bahwa layanan bimbingan


klasikal diselenggarakan secara klasikal dan diikuti oleh semua siswa satu klas.
Sehingga pelaksanaan layanan ini mengesankan seperti ‘pembelajaran’, namun
sebenarnya sangat berbeda proses yang dilakukan. Ada perbedaan mendasar
proses pembelajaran dan layanan bimbingan dan konseling di kelas seperti
tertuang pada tabel 1.

9
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

Tabel 1 Perbedaan Ruang Lingkup Guru Mata Pelajaran Dan Guru bimbingan
dan konseling/Konselor
Dimensi Guru Guru bimbingan dan konseling
atau konselor
Wilayah Gerak Khususnya Sistem Pendidikan Khususnya Sistem Pendidikan
Formal Formal
Tujuan Umum Pencapaian tujuan pendidikan Pencapaian tujuan pendidikan
nasional nasional
Konteks Tugas Pembelajaran yang mendididk Pelayanan yang memandirikan
melalui Mata pelajaran dengan dengan skenario konseli- konselor
Skenario Guru
Fokus Kegiatan Pengembangan kemampuan Pengembangan potensi diri
penguasaan bidang studi dan bidang pribadi, sosial, belajar,
masalah-masalahnya. karier, dan masalah-masalahnya
Hubungan Kerja Alih tangan (referral) Alih tangan (referral)
Target Intervensi
 individual minimal Utama
 kelompok Pilihan strategis Pilihan strategis
 klasikal Utama minimal
Ekspektasi Kinerja
 Ukuran  Pencapaian Standar Kompetensi 1) Kemandirian dalam
Keberhasian Lulusan kehidupan
 Lebih bersifat kuantitatif 2) Lebih bersifat kualitatif
yang unsur-unsurnya saling
terkait (ipsatif)
 Pendekatan  Pemanfaatan 3) Pengenalan diri dan lingkungan
Umum Instructional Effects & Nurturant oleh Konseli dalam rangka
Effects melalui pembelajaran yang pengatasan masalah pribadi,
mendidik. sosial, belajar, dan karier.
Skenario tindakan merupakan
hasil transaksi yang merupakan
keputusan konseli.
 Perencanaan  Kebutuhan belajar ditetapkan 4) Kebutuhan
tindak terlebih dahulu untuk ditawarkan pengembangan diri ditetapkan
intervensi kepada peserta didik dalam proses transaksional oleh
. konseli difasilitasi oleh konselor
 Pelaksanaan  Penyesuaian proses berdasarkan 5) Penyesuaian proses
tindak respons ideosinkratik peserta berdasarkan respons
intervensi didik yang lebih terstruktur ideosinkratik konseli dalam
transaksi makna yang lebih
lentur dan terbuka

(Sumber: Ditjen Dikti Depdiknas (2007).

Mencermati uraian perbedaan dalam kegiatan di kelas antara guru mata


pelajaran dan guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat dikatakan bahwa
guru bimbingan dan konseling atau konselor saat proses layanan lebih melibatkan
siswa untuk mampu membahas materi yang akan disampaikan dalam layanan.

10
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

Model layanan yang diterapkan mengadaptasi model pembelajaran antara lain


advance organizer (kerangka cantolan) dan guided discovery (diskoveri
terbimbing). Pemanfaatan model tersebut siswa diajak berpikir untuk
mengkaitkan materi layanan tersebut dengan pengalamannya sehari-hari. Visual
di bawah ini untuk menunjukkan bahwa layanan Bimbingan klasikal berbeda
dengan pembelajaran pada guru mata pelajaran di kelas.

Contoh: Guru bimbingan dan konseling akan membahas tentang prinsip-prinsip dalam
belajar (reinforcement/penguatan);

Guru bimbingan dan Apabila kalian belajar dan sudah berhasil,


konseling meminta siswa kemudian guru atau orang tua memberikan
untuk merefleksikan diri pujian terhadap prestasimu, bagaimana
waktu belajar perasanmu?, sedihkah, bahagiakah?.

Of course Siswa diharapkan


Siswa:
o akankah kalian o Apabila kalian
...pasti... menyusun berpikir dan bahagia, akankah Bahagia
supaya bisa lebih merenungkan meningkatkan buuu...
strategi belajar
berprestasi dan dari pertanyaan motivasi untuk
yang lebih baik? guru belajar lebih baik?,
bahagia

Pelaksanaannya menggunakan strategi “pembelajaran” yang inovatif


dan kreatif yang dimaksud adalah guru bimbingan dan konseling dalam
melakukan layanan dapat mengadaptasi strategi “pembelajaran” seperti thinks
and pair, jigsaw, model STAD (Student Teams Achievement Division), inkuiri,
pemecahan masalah, berbasis masalah, berbasis proyek,dan sebagainya yang
relevan. Layanan bimbingan ini lebih bersifat preventif, pengembangan dan
perseveratif (pemeliharaan), artinya bahwa yang menjadi sasaran subyek layanan
untuk bimbingan klasikal ditujukan pada semua siswa yang membutuhkan
berbagai informasi dan ketrampilan dalam semua bidang seperti belajar, sosial,
pribadi dan karir.

11
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

2) Tujuan

Bimbingan klasikal mempunyai tujuan untuk mencegah munculnya


masalah (preventif), pengembangan (meningkatkan berbagai kemampuan dan
ketrampilan) dan perseveratif (memelihara suatu kondisi yang sudah tertata
dengan baik). Sehingga individu akan mencapai kedewasaan kepribadian.

3) Prosedur

Tahapan yang harus ditempuh dalam layanan bimbingan klasikal, adalah:

1. Persiapan, persiapan dalam layanan ini sesuai dengan jadwal dalam program
yang telah disusun, untuk kemudian menyiapkan materi dari topik yang telah
terjadwal
2. Pelaksanaan, pada tahap ini guru bimbingan dan konseling atau konselor
mengawali dengan melakukan apersepsi (mengkaitkan materi yang telah
dibahas dengan materi yang akan dijelaskan). Kemudian penerapan metode
atau teknik yang telah dipilih dalam menyampaikan materi layanan, didukung
dengan media yang relevan dengan materi layanan. Sebelum dilakukan
evaluasi pada tahap akhir, guru bimbingan dan konseling atau konselor perlu
merumuskan materi yang telah dibahas.
3. Evaluasi dan tindak lanjut, tahap evaluasi yang dilakukan terkait dengan
evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses diharapkan dapat melakukan
penilaian dan pengukuran siswa selama mengikuti proses layanan klasikal.
Sedangkan evaluasi hasil, diharapkan guru bimbingan dan konseling atau
konselor dapat menilai dan mengukur progres perilaku sebagai hasil dari
layanan klasikal tersebu.

e. Bimbingan Kelas Besar/Lintas Kelas

1) Pengertian

Bentuk layanan yang penyelenggaraannya hampir sama dengan layanan


bimbingan klasikal, namun penyelenggaraannya pada kelas besar atau lintas kelas.
Sifat layanannya juga sama, bersifat preventif, pengembangan dan perseveratif

12
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

untuk semua bidang masalah (belajar, sosial, pribadi dan karir). Sehingga topik-
topik layanan masih umum untuk mencapai tujuan dalam layanan bimbingan dan
konseling. Sasaran subyek layanan bagi semua siswa baik kelas paralel atau lintas
kelas.

Penyelenggaraannya pada kelas besar atau lintas kelas, artinya layanan


diselenggarakan di aula, hall atau tempat yang lebih luas dari kelas. Peserta yang
ikut semua siswa dari berbagai tingkat kelas, baik kelas 7,8 dan 9 untuk SMP atau
kelas 8,9 dan 10 untuk kelas SMA/SMK. Nara sumber bisa dari tokoh-tokoh yang
berpengalaman, para alumni yang sudah sukses, dans ebagainya. Walau layanan
ini dilaksanakan dalam kelas besar, maka guru bimbingan dan konseling atau
konselor wajib membuat RPLBK (Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan
Konseling). Tatkala dalam pelaksanaan ini guru bimbingan dan konseling atau
konselor tidak membuat RPLBK, maka penyampaian materi ini tidak ada bedanya
dengan seminar atau workshop secara umum. Dengan kata lain, kegiatan tersebut
bukanlah disebut sebagai layanan kelas besar atau lintas kelas. Topik-topik
layanan masih umum, maksudnya topik yang disampaikan dalam layanan kelas
besar atau lintas kelas ini terkait dengan pengetahuan tentang narkoba, sukses
karir di jaman Now, wawasan kebangsaan, spiritualitas NKRI, sukses sebagai
enterpreneur dan sebagainya.

2) Tujuan

Layanan kelas besar atau lintas kelas ini mempunyai tujuan untuk
memberikan pemahaman, wawasan, inspirasi, ketrampilan berpikir dan motivasi
untuk mendukung perkembangan kepribadian yang lebih mantap.

f. Konsultasi

1) Pengertian

Layanan ini termasuk salah satu bentuk layanan dalam bimbingan dan
konseling dilakukan antara konsultan dan konsulti secara face to face relationship
yang melibatkan pihak ke tiga, namun tetap memperhatikan asa-asas konseling
dan teknik-teknik konsultasi. Layanan ini bersifat pemahaman dan pengentasan

13
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

terhadap masalah yang dialami dengan pihak ke tiga. Yang dimaksud dengan
konsultan adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor. Sedangkan yang
dimaksud dengan konsulti adalah individu yang meminta bantuan pada konsultan
(konselor), seperti guru mata pelajaran, kepala sekolah, orang tua, lembaga lain,
pemimpin organisasi dan yang sejenisnya yang di luar siswa. Pihak ke tiga
dimaksudkan adalah pihak yang mempunyai masalah dengan konsulti.

Pelaksanaan layanan konsultasi face to face relationship dimaksudkan


bahwa pelaksanaannya diantara konsultan dan konsulti secara tatap muka dan
didasari oleh asas-asas konseling, seperti kerahasiaan, keterbukaan, kesukarelaan
dan kemandirian. Asas kerahasiaan dimaksudkan konsultan harus bisa menjaga
rahasia dari masalah konsulti dan pihak ke tiga; keterbukaan artinya konsulti
harus secara terbuka menceritakan permasalahan yang dialami dengan pihak ke
tiga; kesukarelaan, artinya karena permasalahan yang dialami dengan pihak ke
tiga, maka konsulti harus dengan sukarela datang kepada konsultan untuk
mendiskusikan masalah yang dialami dengan pihak ke tiga. Kemudian asas
kemandirian, artinya konsulti secara mandiri dapat mengambil keputusan
terhadap solusi tatkala berhadapan dengan ke pihak ke tiga.

Layanan konsultasi menggunakan teknik-teknik konsultasi, artinya


bahwa ada teknik secara umum dan khusus yang digunakan, seperti halnya dalam
konseling individual. Teknik umum meliputi pembinaan hubungan baik, attending,
penstrukturan, diskusi tentang masalah yang dihadapi sampai melakukan evaluasi
dan pelaporan. Teknik khusus, meliputi desensitisasi, kursi kosong, analisis
transaksional tergantung dari kebutuhan tatkala mengatasi masalah. Layanan ini
bersifat pemahaman dan pengentasan, artinya bahwa bersifat pemahaman
karena konsulti telah memperoleh pencerahan untuk mengatasi masalah dengan
pihak ke tiga dari konselor melalui layanan konsultasi; bersifat pengentasan
karena konsulti akan bisa mengatasi masalahnya sendiri dengan pihak ke tiga.

Contoh masalah dalam layananan konsultasi:


konsulti ( guru mata pelajaran) mempunyai masalah dengan siswa (sering tidak
mengerjakan tugas rumah, ditegur oleh konsulti, siswa mengancam konsulti).
Untuk mengatasi masalah ini, maka konsulti meminta bantuan konsultan
(konselor). Jadi permasalahan yang dialami guru mata pelajaran dengan siswanya
ini yang dikonsultasikan dengan konselor (konsultan).
14
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

2) Tujuan

Layanan ini mempunyai tujuan untuk memberikan pemahaman, wawasan


bagi konsulti tatkala mengatasi masalah dengan pihak ke tiga. Sehingga
komunikasi antar konsulti dan pihak ke tiga menjadi lebih baik.

g. Kolaborasi

1) Pengertian

Merupakan kegiatan dalam layanan bimbingan dan konseling untuk


melakukan kerjasama dengan pihak-pihak lain. Melalui kegiatan kolaborasi, guru
bimbingan dan konseling atau konselor tidak bekerja sendiri tatkala akan
mengembangkan prestasi siswa. Melalui kolaborasi tersebut akan tercipta
interaksi yang efektif diantara orang tua, komunitas, dan lembaga-lembaga
lainnya. Sehingga dapat mencapai tujuan bersama dan kesetaraan, terbukanya
akses dan kesuksesan akademik tiap siswa.

Pihak-pihak lain dalam kolaborasi yang dimaksud adalah sekolah,


orangtua siswa dan komunitas yang lain. Konselor tidak bekerja sendiri,
maksudnya konselor bisa membangun kolaborasi dengan siswa, para guru mata
pelajaran, tenaga administrasi, staf sekolah dan lembaga lain yang terkait untuk
mencapai tujuan. Tujuan bersama dan kesetaraan, artinya bahwa dapat
dibicarakan bersama standar kualitas prestasi siswa dengan para kolaborator dan
terbukanya akses, artinya masing-masing kolaborator dapat mengakses informasi
untuk mendukung kesuksesan prestasi siswa.

Contoh:
Guru mata pelajaran bisa mengakses data siswa (tentunya data secara umum,
sehingga kerahasiaan tetap terjaga) terkait dengan karakteristik pribadi siswa,
sehingga guru mata pelajaran akan lebih mudah menyusun strategi dalam
pembelajaran yang melandaskan kepribadian para siswa

15
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

Lawson (2003) dalam ASCA (2012) mengidentifikasi ada 10 macam bentuk


kolaborasi, diantaranya yaitu: (1) kolaborasi intraprofesional: artinya konselor
sekolah dapat berkolaborasi dengan para guru mata pelajaran, administrator,
pekerja sosial, psikolog, perawat dan para profesional lainnya yang kompatibel
dengan kolaborasi ini; kolaborasi ini bisa dilakukan dalam berbagai kegiatan
seperti guru mata pelajaran untuk melakukan kegiatan remedial bagi siswa yang
kesulitan dalam belajar, dengan perawat tatkala konselor membutuhkan
penanganan kesehatan untuk siswa; (2) kolaborasi dengan organisasi pemuda:
kolaborasi ini dapat memanfatkan para pemuda sebagai expert dan partner untuk
terlibat dalam pembinaan mental siswa, sehingga membentuk siswa yang
bertanggungjawab dan akuntabel, misal organisasi enterpreuner, bisa melatih
para siswa untuk menjadi seorang enterprenuer, komunitas seni, bisa menstimuli
daya kreatif siswa (3) kolaborasi dengan orang tua: terkait dengan dukungan
menciptakan kondisi sehat dalam keluarga, sehingga tercipta rasa bahagia di
rumah yang akan berdampak pada rasa bahagia di sekolah; (4) kolaborasi dengan
komunitas di masyarakat: kolaborasi yang dilakukan dengan kelompok-kelompok
masyarakat sekitar sekolah, sehingga masyarakat ikut “mendidik” siswa tatkala
siswa berperilaku kurang etis di luar sekolah, seperti kelurahan, kelompok-
kelompok sosial di lingkungan sekolah, dsb.

2) Tujuan

Kegiatan kolaborasi ini mempunyai tujuan untuk menciptakan bangunan


kolaborasi yang bersinergi antara guru bimbingan dan konseling atau konselor
dengan pihak lain. Sehingga kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor
lebih efektif (melalui kolaborasi tujuan BK yang sudah tertuang dalam program
tahunan dapat tercapai sesuai tujuan) dan efisien (waktu dan tenaga yang
dibutuhkan guru bimbingan dan konseling atau konselor untuk mewujudkan
tujuan dalam program BK seimbang, bahkan hasilnya bisa maksimal). Dampak
kolaborasi yang efektif dan efisien dapat meningkatkan pencapaian
perkembangan siswa secara signifikan.

16
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

h. Alih Tangan Kasus

1) Pengertian

Adalah bentuk layanan dari konselor untuk membantu masalah individu


dengan bantuan dari ahli lain yang lebih kompeten. Alih kasus dapat berasal dari
pihak sekolah, seperti kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran. Kegiatan
ini dilakukan manakala persoalan yang ditangani oleh konselor sudah berada di
luar kompetensinya. Alih tangan kasus ini dilakukan secara prosedural. Masalah
individu dengan bantuan dari ahli lain yang lebih kompeten, artinya bantuan
permasalahan yang dialami individu sudah berada di luar kewenangan keilmuan
konselor. Andai bantuan yang di luar kemampuan konselor dipaksakan akan
berdampak tidak tertangani masalah individu secara tepat. Ahli lain mencakup
konselor yang lebih tinggi kualifikasi pelatihannya dari konselor yang melakukan
ahli kasus, ahli bidang psikologi, kesehatan, kriminal, narkoba dan sebagainya yang
mendukung masalah yang akan ditangani.

Alih kasus dapat berasal dari pihak kepala sekolah, wali kelas, guru mata
pelajaran, artinya alih kasus bisa berasal dari wali kelas dsb tatkala wali kelas
menangani masalah siswa yang sudah di luar kewenangnya, maka perlu dialih
kasuskan kepada konselor.

Contoh:
Individu mengalami masalah terkait dengan kesehatan. Ahli yang lebih
kompeten menangani masalah tersebut adalah dokter, maka konselor akan
mengalih kasuskan masalah individu ke pada dokter

2) Tujuan

Layanan alih kasus bertujuan: (a) untuk memberikan bantuan pengentasan


masalah pada ahli yang tepat dan sesuai dengan kompetensi keilmuannya; (b)
dampak pengentasan masalah individu secara tepat dapat mendukung
perkembangan individu lebih optimal.

17
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

3) Prosedur

Alih tangan kasus ini dilakukan secara prosedural, artinya untuk


melakukan alih kasus harus mengikuti prosedur, yaitu: (a) memilih ahli yang
dirujuk dengan persetujuan klien dan orang tua; (b) membawa catatan sejarah
kasus yang sudah ditangani konselor untuk diserahkan ke ahli yang dituju; (c)
meminta ijin kepala sekolah untuk melakukan alih kasus ke ahli yang dirujuk; (d)
memberikan surat pengantar ke ahli yang dirujuk; (e) konselor memantau
perkembangan kasus dari ahli yang dirujuk; (f) mengadministrasikan hasil rujukan.

i. Kunjungan Rumah

1) Pengertian

Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling


atau konselor untuk mendeteksi kondisi keluarga yang diduga menjadi penyebab
masalah yang dialami oleh individu. Melalui kegiatan kunjungan rumah akan
diperoleh berbagai informasi terkait dengan permasalahan yang dialami individu,
sehingga akan mendukung proses konseling secara efektif.

2) Tujuan

Kunjungan rumah mempunyai tujuan untuk melakukan:

1. Deteksi kondisi keluarga, artinya bahwa individu hidup di dalam keluarga,


manakala kondisi keluarga kurang mengembangkan suasana keluarga yang
sehat akan berdampak terhadap perkembangan. Kondisi keluarga menjadi
sumber informasi terkait dengan masalah yang dialami individu, informasi
yang dapat digali antara lain dari orang tua atau wali individu, anggota
keluarga lain, status sosial orang tua, kualitas interaksi sosial diantara
keluarga. Informasi dikumpulkan dalam rangka untuk proses konseling.
Sehingga permasalahan-permasalahan individu yang sekiranya sudah
cukup diselesaikan tanpa melakukan kunjungan rumah, ya tidak perlu
melakukan kunjungan rumah;

18
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

2. Klarifikasi data, Saat kunjungan rumah, konselor menyiapkan data


individu untuk diketahui oleh orang tua untuk diklarifikasi, sehingga
menjadi informasi yang bermanfaat dalam proses konseling. Kegiatan
kunjungan rumah ini untuk memperdalam data individu, namun
pemanfaatannya juga memperhatikan asas-asas konseling. Sehingga
kegiatan kunjungan rumah tidak berdampak kurang menguntungkan
komunikasi antara individu dan pihak keluarga.

3) Prosedur

Kegiatan kunjungan rumah makan menjadi lebih efektif, manakala


memperhatikan prosedur yang ada, yaitu:

1) Persiapan, tahapan ini untuk mempersiapkan data apa yang akan diungkap
tatkala berkunjung ke rumah konseli; melayangkan pemberitahuan kepada
orang tua yang akan dikunjungi, sehingga pelaksanaannya bisa berjalan
efisien; menyiapkan administrasi yang dibutuhkan.
2) Pelaksanaan, dalam pelaksanaan guru bimbingan dan konseling atau
konselor melakukan wawancara mendalam terkait informasi yang
dibutuhkan untuk mendukung proses konseling; membahas masalah
konseli; mengajak komitmen keluarga untuk membantu mengatasi
masalah konseli; membuat simpulan dari informasi yang diperoleh
sehingga relevan untuk data pendukung proses konseling;
3) Pengakhiran, tahap ini guru bimbingan dan konseling atau konselor
melakuka evaluasi terhadap hasil yang diperoleh dari kegiatan kunjungan
rumah; membuat laporan dari kegiatan kunjungan rumah.

j. Layanan Advokasi

1) Pengertian

Kegiatan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor
untuk mendampingi setiap individu dalam bidang akademik, karir dan kebutuhan
sosial atau personal. Lingkup pendampingan yang dilakukan guru bimbingan dan
konseling atau konselor meliputi, permasalahan yang mencederai hak-hak siswa

19
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

di sekolah, seperti dalam bidang akademik: siswa mengalami kekerasan baik


verbal atau fisik di sekolah, mendapat perlakuan diskriminatif untuk memperoleh
pelayanan akademik di sekolah; bidang karir: siswa dihambat memperoleh
informasi terkait dengan studi lanjut, pilihan pekerjaan, pilihan dalam peminatan;
bidang sosial: perlakuan terkait dengan terhambatnya komunikasi siswa antar
warga sekolah, sehingga berdampak kepada perlakuan lingkungan yang kurang
etis; bidang personalatau pribadi: siswa tidak dihargai privacy nya sebagai
individu, seperti menyebarluaskan informasi pribadi ke kalayak, membatasi
kepentingan pribadi untuk pengembangan diri (sekolah tidak mendukung setiap
kali siswa mengikuti kompetisi di luar sekolah).

2) Tujuan

Kegiatan pendampingan pada siswa di sekolah bertujuan untuk: (a)


memberikan rasa nyaman dan kebebasan psikologis tatkala siswa mengikuti
proses belajar di sekolah. (b) guru bimbingan dan konseling atau konselor
memberikan dukungan kepada setiap siswa memperoleh kesempatan untuk
meraih sukses di sekolah. Untuk contoh dan sebagai pembanding topik-topik
kegiatan advokasi yang dilakukan oleh American School Counselor Association
(ASCA), adalah :

Tabel 2 Lingkup Topik Advokasi versi ASCA


Level Komponen Adokasi Versi American Counseling Komponen Advokasi
Association’ Advocacy Competencies (ACA) Versi ASCA
Micro Kemampuan Siswa Pelayanan siswa secara
langsung
Peningkatan kemampuan siswa: Kurikulum konseling:
1. memfasilitasi hambatan yang dialami oleh siswa 1. pembelajaran
dari luar 2. aktivitas kelompok
2. pengembangan ketrampilan advokasi diri Perencanaan individual:
3. strategi dan solusi untuk mengatasi kesulitan 1. penilaian
2. nasehat

20
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

k. Konferensi Kasus

1) Pengertian

Merupakan suatu forum untuk mendiskusikan, mencari upaya solusi


terhadap kasus yang dialami oleh individu. Forum ini dipimpin oleh guru
bimbingan dan konseling atau konselor dengan pihak-pihak terkait untuk
memecahkan masalah individu.

Kasus yang dialami oleh individu, artinya bahwa individu berada pada
kondisi yang bermasalah, manakala tidak segera dibantu penanganannya akan
berdampak lebih lanjut pada perkembangan individu. Jenis kasus yang akan
dibawa ke forum ini hendaknya dipertimbangkan dengan matang, karena harus
melibatkan banyak pihak. Forum untuk mendiskusikan, mencari upaya solusi,
maknanya bahwa forum ini dibentuk untuk suatu kasus baik pribadi siswa,
sekelompok orang yang penangannya membutuhkan pemikiran, pembahasan
berbagai pihak. Anggota yang terlibat dalam forum tersebut harus mempunyai
komitmen untuk membantu penyelesaian masalah dan menjaga kerahasiaannya.

Forum ini dipimpin oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor,
artinya bahwa penyelenggara utama konferensi kasus adalah guru bimbingan dan
konseling atau konselor, karena kasus ini berasal kasus yang ditangani konselor.
Menurut Prayitno (2004: 11) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis proses
konferensi kasus, yaitu (1). Konferensi dilakukan dalam rangka mengumpulkan
informasi awal sebelum dilangsungkan konseling; (2) konferensi kasus dilakukan
setelah proses konseling, untuk mendukung informasi lebih mendalam. Sehingga
masih diperlukan konseling lanjutan; (3) seperti proses ke dua, namun masih
diperlukan konferensi kasus ke dua dan dilanjut dengan konseling berikut. Pihak-
pihak terkait dalam konferensi kasus, artinya orang tua, guru mata pelajaran,
kepala sekolah, wali kelas, pihak kepolisian, petugas kesehatan dsb. Pihak-pihak
terkait sangat tergantung dari kasus yang dibahas.

21
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

2) Tujuan

Konferensi kasus diselenggarakan oleh guru bimbingan dan konseling atau


konselor mempunyai tujuan: (a) mengumpulkan data yang lebih lengkap dan
akurat dan membangun komitemen pihak-pihak terkait untuk membantu
memecahkan masalah; (b) akurasi data akan mempermudah terselesaikan
masalah; (c) hasil yang diperoleh melalui konferensi kasus dapat digunakan untuk
memelihara potensi siswa yang sudah terentaskan masalahnya. Sehingga bisa
mencapai perkembangan yang optimal.

3) Prosedur

Pelaksanaan konferensi kasus akan berjalan dengan baik, manakala


dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada, prosedur yang dimaksud disarikan
dari (Prayitno, 2004: 14) sevagai berikut::

1. Perencanaan, pada tahap ini konselor menetapkan kasus yang akan dibawa ke
konferensi kasus; menyakinkan klien bahwa kasus yang akan dikonferensikan
akan memberikan banyak manfaat untuk penyelesaian kasusnya; memilih
personel peserta konferensi; menentukan jadwal pelaksanaan konferensi
kasus; mempersiapkan kelengkapan administrasi untuk konferensi kasus.
2. Pelaksanaan, menyampaikan tujuan diadakan konferensi kasus; melakukan
penstrukturan terutama terkait asas kerahasiaan; menegaskan kepada peserta
konferensi kasus untuk berkomitmen menyelesaikan kasus; membahas kasus;
menyimpulkan hasil konferensi kasus; menutup konferensi kasus.
3. Evaluasi. Melakukan evaluasi terhadap hasil konferensi sebagai pendukung
pengentasan masalah; mengevaluasi proses terselenggaranya kasus
4. Tindak lanjut, tahap ini dilakukan manakala hasil penanganan kasus masih
membutuhkan penanganan lebih lanjut

22
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

D. URAIAN MATERI
3. Layanan Bimbingan dan Konseling Secara Tidak Langsung

Pemaknaan layanan bimbingan dan konseling secara tidak langsung adalah


layanan untuk memenuhi kebutuhan siswa sebagai hasil interaksi antara konselor
sekolah dengan yang lainnya (ASCA, 2012: 83). Sehingga bentuk layanannya tidak
langsung ditujukan kepada siswa dapat dilakukan melalui layanan pengembangan
media.

Layanan tidak langsung dalam kegiatan bimbingan dan konseling, meliputi


pengembangan media yang statusnya sangat mendukung keberhasilan dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Pengembangan media dalam
kegiatan bimbingan dan konseling mempunyai dampak ikutan dalam gerakan
literasi sekolah. Literasi Sekolah dalam konteks GLS dimaknai sebagai kemampuan
mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui
berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/ atau
berbicara (Sutrianto, 2016:2). Terkait dengan pengembangan media BK yang akan
dilakukan oleh siswa dan guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam GLS
termasuk dalam jenis literasi media (Media Literacy), Artinya siswa dan guru
bimbingan dan konseling atau konselor akan belajar mengembangkan
kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti
media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital/media
internet (Sutrianto, 2016: 6).

Mengapa pengembangan media BK akan mengembangkan kemampuan


literasi media siswa dan guru bimbingan dan konseling atau konselor?. Media
diperlukan sebagai alat dukung dalam terselenggaranya kegiatan. Nursalim (2013:
3) mengungkapkan bahwa media bimbingan dan konseling merupakan bagian dari
proses komunikasi. Baik buruknya sebuah komunikasi ditunjang oleh penggunaan
saluran dalam komunikasi tersebut. Terdapat bentuk-bentuk media BK antara
lain:

23
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

a. Papan bimbingan

1) Pengertian

Papan bimbingan adalah papan yang khusus digunakan untuk


mempertunjukkan materi-materi bimbingan dan konseling yang berisi artikel,
gambar, bagan, poster, dan objek dalam bentuk tiga dimensi (Nursalim, 2013: 71).
Papan bimbingan termasuk dalam media yang berbentuk visual, tampilan yang
ada tidak hanya gambar akan tetapi juga berisi kalimat-kalimat yang mudah
dipahami.

2) Tujuan

Papan bimbingan digunakan sebagai media BK, mempunyai tujuan,


menurut Walgito (2004: 183) menjelaskan bahwa papan bimbingan adalah
memberikan berbagai informasi yang perlu diketahui oleh peserta didik seperti
peraturan-peraturan sekolah, bimbingan cara belajar yang baik (secara tertulis),
kelanjutan studi, dan sebagainya. Papan bimbingan ini berbeda dengan majalah
dinding dan bukan merupakan papan pengumuman sekolah.oleh karena itu,
media papan bimbingan mempunyai tujuan: a) menjadi media siswa untuk
mendapatkan dan mencari informasi berkaitan dengan informasi belajar,
karir/peluang kerja, dan studi lanjut; b) dapat menjadi media pencerahan spiritual
untuk meningkatkan kadar keimanan dan pendidikan moral/akhlak mulia siswa
melalui artikel-artikel yang dipaparkan di media papan media

Sedangkan Nursalim (2013: 71) juga mengungkapkan bahwa media papan


bimbingan juga dapat membantu guru bimbingan konseling (BK) yang tidak masuk
kelas, melalui media papan bimbingan, guru bimbingan dan konseling dapat
menyampaikan pesan kepada siswa tanpa harus bertemu langsung. Papan
bimbingan merupakan papan yang ditempel di tempat yang strategis dan dapat
dilihat siswa. Melalui papan bimbingan guru bimbingan dan konseling tidak perlu
menyampaikan di dalam kelas jika waktu yang diperlukan kurang, sehingga siswa
dapat membaca dan memahami langsung dari media yang ditempelkan.

24
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

3) Kelebihan Media Papan Bimbingan

Papan bimbingan memiliki kelebihan-kelebihan, dapat disimak pada tabel 3.


Tabel 3 Kelebihan Media Papan Bimbingan
No Dimensi Fungsi
1 Bentuk Dapat untuk menyajikan berbagai informasi
2 Isi Informasi pada semua bidang layanan : belajar, sosial, karir,
pribadi dan moral
3 Letak Di tempat strategis, sehingga sangat mudah dijangkau siswa
4 Waktu Efisien, sekali tampil dapat untuk menyampaikan banyak
informasi
5 Desain Pasti memikat siswa, karena tampilannya didesain dengan
mempertimbangkan estitika
6 Kebaharuan Infonya yang disampaikan dalam waktu tertentu selalu up to date

Nursalim (2013: 71-72) menjelaskan untuk mengadakan media papan


bimbingan perlu memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut.

1. Papan bimbingan hampir sama dengan board, baik blackboard maupun


whiteboard baik dari sisi bentuk maupun ukurannya.
2. Untuk lebih menarik, perlu dicat dengan warna-warni, dan pada bagian
pinggirnya diberi bingkai yang sesuai supaya kelihatan rapi.
3. Beri judul yang menarik dengan warna yang mencolok dan ukuran yang besar,
sehingga terlihat dengan jelas.
4. Kumpulkanlah bahan-bahan berupa gambar, kartun, objek, buku, poster, dan
lain-lain.
5. Gunakan gradasi warna yang padu padan, serta permainan pencahayaan
sehingga menampilkan kesan “berbeda” sehingga menarik siswa untuk
melihat.
6. Gunakan penyajian dengan bahasa “anak”, bukan bahasa guru maupun formal.
7. Layout dan desain pada papan bimbingan dapat menggunakan teknik “dummy,
yaitu teknik meletakkan gambar agar seimbang, tidak berat kanan, maupun kiri.
8. Perhatikan juga teknik-teknik pembuatan media, pewarnaan, ilustrasi, desain,
isi, dan keefektifan audiensi.

25
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

Mencermati uraian terkait dengan media papan bimbingan, maka


sangatlah jelas bahwa media papan bimbingan berisi tentang berbagai informasi
yang dibutuhkan oleh siswa pada bidang belajar, karir, studi lanjut, keagamaan
atau moral. Materi-materi tersebut perlu disiapkan oleh guru bimbingan dan
konseling atau konselor, sehingga materi yang akan berfungsi sebagai informasi
akurat tersampaikan kepada siswa. Proses mempersiapkan materi oleh guru
bimbingan dan konseling atau konselor secara tidak langsung membiasakan guru
bimbingan dan konseling atau konselor membaca, berlatih untuk menyajikan
materi melalui media papan bimbingan dengan baik. Apalagi manfaat media
papan bimbingan sangat membantu guru bimbingan dan konseling atau konselor
tatkala jam masuk kelas sangat terbatas dan bentuk layanan lain yang bisa
direpresentasikan melalui media papan bimbingan.

Media papan bimbingan dapat juga untuk mengembangkan kemampuan


literasi dasar siswa, artinya melalui literasi dasar (Basic Literacy), yaitu
kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan
menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk
memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving),
mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan
pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi (Sutrianto, 2016: 5).

Siswa akan dibiasakan memanfaatkan media papan bimbingan untuk


memenuhi kebutuhan informasi terkait dengan layanan bimbingan dan konseling,
namun media yang digunakan tersebut dapat membentuk kemampuan literasi
dasarnya. Menurut Sutrianto ada tahap-tahap dalam pembentukan kemampuan
literasi dasar, yaitu:

Tabel 4 Tahap Pembentukan Kemampuan Literasi Dasar


Tahap Tahap Tahap
No. komponen
Pembiasaan Pengembangan Pembelajaran
1. Literasi Membaca 15 Mendiskusikan Menuliskan analisis
Dasar menit sebelum bacaan terhadap bacaan

26
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

kegiatan
belajar setiap
hari

Tahap pembiasaan bisa dilakukan dengan menggunakan media papan


bimbingan, siswa diwajibkan untuk selalu membaca informasi yang menarik dari
papan bimbingan. Pembiasaan ini dilakukan secara terus menerus, sehingga akan
memunculkan perilaku otomatis untuk selalu membaca. Tahap pengembangan,
dilakukan pada saat ada layanan bimbingan klasikal atau bimbingan kelompok
dengan menggunakan materi dari papan bimbingan. Materi bisa dibahas dengan
menggunakan berbagai metode, sehingga pembahasan materi menjadi menarik.
Pembiasaan seperti itu akan membentuk kemampuan literasi dasar anak,
sehingga mereka akan terbiasa untuk menyerap berbagai informasi dan kelak akan
bertumbuh dan berkembang menjadi siswa yang unggul. Unggul, karena
kemampuan membaca, melakukan analisis, mampu menggambarkan informasi
yang mereka serap dengan betul.

b. Leaflet

1) Pengertian

Leaflet bimbingan dan konseling adalah media layanan BK berupa


selembar kertas dengan desain tampilan yang menarik. Media BK tersebut berisi
informasi pada empat bidang layanan, (seperti pribadi, sosial, karir dan belajar),
waktu dan tempat dari informasi yang disampaikan. Media leaflet dapat dicetak
dalam satu halaman atau beberapa halaman dan bisa dikemas dalam lipatan.

2) Tujuan

Media BK yang berbentuk Leaflet bertujuan sebagai media untuk


menyampaikan berbagai informasi terkait dengan kebutuhan siswa. Leaflet dapat
digunakan untuk memberikan informasi tentang karir, misal akan melakukan
jobfair dalam rangka melakukan info perguruan tinggi, dunia kerja dsb. Atau leaflet
dibuat untuk menarik siswa tatkala akan melakukan perekrutan anggota kelompok
dalam kegiatan bimbingan kelompok.

27
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

3) Prosedur

Leaflet perlu dilatihkan kepada para guru bimbingan dan konseling atau
konselor, supaya mereka mempunyai ketrampilan berkreasi tatkala akan
memberikan berbagai informasi, sehingga eksistensi BK di sekolah semakin
mantap. Terdapat beberapa logika berpikir tatkala akan membuat leaflet, yaitu:

1. Menentukan tema kegiatan, rumuskan secara singkat namun komunikatif


(mudah dipahami audiencs
2. Buatlah kategori materi yang digunakan sebagai bahan informasi. Misal halan
depan topik informasi, halam ke dua rasional kegiatan dsb.
3. Desain leaflet hendaknya memperhatikan layout, warna dan pilihan huruf. Pilih
huruf yang bernuansa estitika, namun bisa terbaca dengan jelas; warna tidak
terlalu pekat sehingga menutupi tulisan.
4. Perhatikan dalam mencetak supaya warna dipastikan bagus.
5. Pembagian leaflet perhatikan sasaran informasi sehingga pesan bisa
tersampaikan.
6. Melakukan evaluasi terkait pengaruh pemanfaatan leaflet dengan minat siswa
memanfaatkan informasi yang ada.

28
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

D. URAIAN MATERI
4. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Online (E-Counselling)

Perkembangan kemajuan bidang teknologi dan informasi membawa


dampak dalam berbagai kehidupan, baik secara individu maupun kelompok.
Kemajuan teknologi ini menuntut individu untuk mampu merancang, membuat
dan menggunakan serta melaksanakan teknologi dalam kerja sehari-hari, tak
terkecuali dalam pelaksanaaan Bimbingan dan Konseling di sekolah

Sering kali permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat


dan khususnya remaja/siswa diawali dari dunia online yang dapat mengisolasi dan
telah menyebabkan masalah sosial baru khususnya dikalangan anak dan remaja.
Dunia online juga dapat menjadi sarana dalam membantu guru konseling dalam
meng-update atau memperbaharui pengetahuan tentang menjalankan tugas,
mencari referensi-referensi, dan infomasi baru dalam menunjang kelancaran
proses konseling.

Begitu juga dengan penyelenggaraan proses konseling yang tidak hanya


dilakukan dengan face to face dalam suatu ruangan tertutup, namun bisa
dilakukan melalui format jarak jauh yang dibantu melalui teknologi informasi yang
dikenal dengan istilah e-konseling (Gibson : 2008). Istilah e-konseling berasal dari
bahasa inggris yaitu e-counseling (electronic counseling) yang secara singkat dapat
diartikan sebagai proses penyelenggaraan konseling secara elektronik.

Dengan kondisi dimana teknologi sudah menjadi sarana dalam


menjalankan setiap aktiftas khususnya dalam bidang konseling maka guru
bimbingan dan konseling/konselor harus menguasai keterampilan e-counseling
secara umum dan e-counseling secara khusus. Jika tidak maka kondisi bimbingan
dan konseling kita akan semakin terpuruk, dan guru bimbingan dan konseling atau
konselor akan disebut gagap teknologi dan tidak mau berkembang. Beberapa
bentuk layanan konseling secara online dapat dilakukan melalui internet/ e-
counseling, layanan konseling melalui e- mail, dan juga melalui chatting.

29
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

a. Konseling menggunakan e-mail.

Konseling dengan menggunakan layanan e-mail lebih bersifat pribadi.


Siswa-siswi dapat menguraikan permasalahanya dengan cukup lengkap dan jelas
karena layanan via e-mail sendiri seperti surat menyurat, jadi siswa siswi dapat
menguraikan masalahnya sesuai dengan kebutuhannya.

Layanan ini dapat memberikan kemudahan bagi siswa-siswi yang senang


menulis, jadi dalam mengungkapkan permasalahannya, siswa-siswi bisa
menjelaskannya dengan baik. Panduan untuk menggunakan layanan konseling via
e-mail yang pertama siswa-siswi harus memiliki e-mail terlebih dahulu, lalu
mengirimkan permasalahan atau hal yang ingin di konsultasikan beserta data
pribadi (identitas diri) kepada konselor, Konseling yang dilakukan via e-mail ini
merupakan suatu alternative layanan yang dapat diberikan konselor untuk
melakukan konsultasi, tetapi tidak menutup kemungkinan konsultasi dilanjutkan
disekolah menjadi kegiatan konseling.

b. Konseling menggunakan chatting.

Teks chat memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan seseorang


secara real time melalui internet. Chat adalah salah satu teknologi yang lebih tua
dari internet, sebagai seorang konselor yang menggunakan layanan online
mungkin akan menggunakan chatting disalah satu dari dua cara, konselor online
dapat chatting dengan klien melalui web-based chat room atau melalui klien chat
yang dipisahkan.

Banyak obrolan yang difasilitasi oleh web-aplikasi berbasis instant


messenger atau program yang tidak menggunakan instant messaging (chatting).
Google Talk, iChat, Skype, AOL Instant messenger (AIM), Whats App (WA), Line,
dan Microsoft Messenger adalah beberapa layanan IM yang paling umum
digunakan. Berikut cara kerjanya ketika anda menjalankan program obrolan anda
menggunakan nama layar dan password maka server akan membuat catatan
status online dan alamat IP anda. Setelah itu orang lain meregister dengan AIM
yang akan menambahkan nama anda untuk ditambahkan ke daftar teman.

30
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

c. Konseling menggunakan videoconference.

Adalah seperti menggunakan teks chat, dalam komunikasi yang


menyalurkan secara real-time. Videoconferencing membutuhkan peserta untuk
menggunakan soft ware (Misalnya Skype atau iChat). Secara umum peserta harus
menggunakan perangkat lunak yang sama. Untuk berpartisispasi dalam sesi
konferensi video, webcam dan mikrofon adalah hal-hal yang diperlukan.
Kebanyakan komputer atau laptop memiliki mikrofon. Perangkat lunak berupa
video conferencing yang terbaru memungkinkan anda untuk mengirim teks
obrolan dan bisa melihat gerakan penuh dari layar, selanjutnya perangkat lunak
biasanya memungkinkan anda untuk melihat gambar video dari semua peserta.

d. Prinsip dan Etika Konseling Online

Revolusi internet dan mobile komunikasi menyediakan orang-orang


dengan cara-cara baru untuk berinteraksi satu sama lain. Hari ini, orang di seluruh
dunia dapat berkomunikasi dengan mudah, langsung, dan segera melalui teks,
suara, dan bahkan video conference. Dalam beberapa tahun terakhir, pengunjung
kesehatan dan situs kesehatan mental telah mampu menemukan dan bahkan
berkomunikasi dengan profesional berbagai online. Namun, ketika seorang
praktisi individu atau organisasi tergoda untuk hanya pergi online dan
menawarkan layanan profesional untuk komunitas global, sangat penting bahwa
mereka ingat tidak semua klien dan/atau situasi dapat atau harus ditangani
dengan online.

Beberapa situasi memerlukan pengobatan atau penilaian di kantor/tempat


kerja. Sebagai contoh, mungkin tidak pantas untuk menggunakan modalitas online
dengan seorang klien yang menimbulkan risiko bahaya bagi diri sendiri atau orang
lain. Dalam keadaan darurat atau ketika ada ancaman nyata terhadap
kesejahteraan seseorang, tetapi komunikasi online merupakan modalitas
pengobatan memadai. Berikut adalah beberapa situasi-situasi dimana
berkonsultasi secara online tidak dianjurkan:

1) Jika klien memiliki pikiran menyakiti atau membunuh dirinya

31
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

2) Jika klien memiliki pikiran menyakiti atau membunuh orang lai


3) Jika klien berada dalam situasi yang mengancam jiwaatau darura
4) Jika klien memiliki sejarah perilaku bunuh diri, kekerasan.
5) Jika klien memegang apa yang mungkin orang lain pertimbangkan untuk
menjadi keyakinan yang tidak realistis.
6) Jika klien melihat atau mendengar hal-hal lain (berhalusinasi)
7) Jika klien secara aktif menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan.

Seorang terapis yang bertanggung jawab harus menerima klien dalam


perawatanya hanya jika: 1) Kedua belah pihak sepakat bahwa terapis berada
dalam jarak geografis yang wajar dari klien dan dengan demikian dapat
memberikan perawatan dikantor jika diperlukan. 2) Kedua belah pihak
menyepakati pengaturan rujukan untuk kasus-kasus ketika perawatan dikantor
diperlukan.

Untuk itu penting untuk mengetahui identitas klien secara online dengan
cara mendaftarkan email dan mulai berkomunikasi melalui e-identitas secara
online mengubah diri yang tidak perlu mengungkapkan nama asli. Ada dua alasan
utama seorang terapis mengetahui identitas klien secara online, pertimbangan
pertama adalah untuk keselamatan klien dan yang kedua adalah untuk
menghindari hubungan ganda.

Selain itu menyampaikan garis layanan klinik dinegara sendiri internet juga
memungkinkan orang dan organisasi untu mengirimkan informasi dan
mengiklankan layanan kepada publik. Kemudahan dalam mengakses informasi,
mendapatkan layanan, dan berkmunikasi bayak memberikan kedekatan ilusi. Ini
hampir seperti dunia maya adalah dimensi yang berbeda dimana garis geografis,
batas-batas nasional, budaya menghilang dengan perasaan bahwa mereka adalah
warga negara dari satu komunitas global yang saling berhubungan.

Namun ketika datang ke penyediaan layanan online profesional, konselor


harus menghormati batasan-batasan lisensi dan asuransi kebijakan malpraktek.
Alasan pembatasanya adalah hukum lembaga negara yang mengatur dan

32
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

menerbitkan lisensi profesional prakteknya. Dengan kata lain memberikan


pelayanan kepada klien dari negara dimana konselor tidak mempunyai lisensi
maka secara otomatis melanggar ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh
perusahaan asuransi.

33
Modul 1 | Kegiatan Belajar 3: Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling

E. RANGKUMAN

1. Komponen program BK mencakup layanan dasar, layanan responsif,


perencanaan individual, dan dukungan sistem.
2. Bentuk-bentuk layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung.
3. Layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan secara langsung
mencakup, konseling individual, konseling kelompok, bimbingan
kelompok, bimbingan klasikal, bimbingan kelas besar/lintas kelas,
konsultasi, kolaborasi, alih tangan kasus, kunjungan rumah, layanan
advokasi, dan konferensi kasus.
4. Layanan bimbingan dan konseling secara tidak langsung dapat dilakukan
melalui media papan bimbingan, leaflet, dan secara online (e-counseling).

34
No Kode: DAR2 /PROFESIONAL/001/4/2019

MODUL 1:
WAWASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KEGIATAN BELAJAR 4:
ESENSI PELAYANAN BK PADA JALUR, JENJANG,
DAN JENIS PENDIDIKAN

Penulis :

Dr. Catharina Tri Anni, M.Pd.


Zakki Nurul Amin, S.Pd., M.Pd.

PPG DALAM JABATAN


Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
2019

Hak cipta © Direktorat Pembeljaran, Dit Belmawa. Kemenristekdikti RI, 2019


A. PENDAHULUAN
Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, salah satu upaya yang ditempuh dengan meningkatkan performa
kompetensi para gurunya, termasuk guru Bimbingan dan Konseling (BK). Para guru
BK akan ditingkatkan kompetensinya melalui model hybrid learning artinya guru
BK akan memperoleh pembelajaran dari pengkombinasian pembelajaran tatap
muka dan pembelajaran dalam jaringan (daring). Strategi pembelajaran ini
diwujudkan dalam bentuk modul yang bisa digunakan untuk belajar secara
mandiri dan disajikan secara online.

Model hybrid learning akan memudahkan para guru BK belajar secara mandiri,
dengan karakteristik self placed learning material, self instruction, self contained,
self assesment, chuking, learning activity dan personal dan conversational. Model
pembelajaran ini akan membuat para guru BK senang belajar, sehingga proses
penyerapan ke dalam memori akan lebih mudah dan kelak bisa tersimpan tahan
lama dan setia.

Modul dengan topik Esensi Pelayanan BK di Berbagai Jalur, Jenjang dan Jenis
Pendidikan akan membahas terkait dengan pelayanan BK yang bisa
diimplementasikan ke berbagai jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Jalur
pendidikan dimaksudkan bahwa pelayanan BK bisa diperuntukkan pada siswa
yang belajar di jalur pendidikan formal, nonformal dan informal dengan
mempertimbangkan karakteristik masing-masing. Pelayanan BK juga bisa
diimplementasikan pada jenjang pendidikan di satuan PAUD, SD, Sekolah
Menengah dan perguruan tinggi. Pada jenis pendidikan, seperti sekolah umum,
sekolah untuk berkebutuhan khusus dan keagamaan juga menuntut pelayanan BK
yang berbeda.

Modul dengan topik ini sangat relevan dipelajari, karena topik ini akan terkait
dengan topik profesional lainnya dalam kegiatan BK. Sehingga keberadaan topik
ini akan menambah wawasan ke BK an, guru BK akan lebih komprehensif tatkala
melakukan tugas profesionalnya.
Modul 4 membahas topik esensi pelayanan BK pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan. Materi tersebut hendaknya dikuasai dengan benar dan betul, di akhir
uraian materi disediakan tugas dan soal formatif, tujuannya untuk mengecek
kedalaman peserta pelatihan saat mempelajari modul ini secara mandiri. Topik
materi ini dibagi tiga sub topik, meliputi: sub topik pertama adalah Pelayanan BK
di jalur pendidikan, terdiri dari pendidikan formal, nonformal dan informal.
Kemudian sub topik ke dua berisi pelayanan bK pada jenjang pendidikan, terdiri
dari PAUD, SD, sekolah menengah dan PT. Kemudian sub topik ke tiga membahas
tentang pelayanan BK pada jenjang pendidikan, terdiri dari sekolah umum,
berkebutuhan khusus dan keagamaan.

Masing-masing materi hendaknya dipelajari sampai tuntas, kemudian dilanjut


pada sub materi ke dua dan ke tiga. Untuk menguji kedalaman pemahaman anda,
telah disediakan soal formatif berikut kunci jawabnya, sehingga anda bisa melihat
pencapaian belajar anda sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal atau belum

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran yang diharapkan setelah mempelajari modul ini adalah,
“Menguasai prosedur praksis pendidikan, Bimbingan dan Konseling, serta subtansi
keilmuan pendukungnya.” Setelah peserta mempelajari modul ini, peserta dapat
menguasai materi terkait dengan Esensi Pelayanan BK di berbagai Jalur, Jenjang
dan Jenis Pendidikan

C. POKOK MATERI
1. Esensi Pelayanan BK di berbagai Jalur Pendidikan
2. Esensi Pelayanan BK di berbagai Jenjang Pendidikan
3. Esensi Pelayanan BK di berbagai Jenis Pendidikan
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

D. URAIAN MATERI
1. Esensi Pelayanan BK di Berbagai Jalur Pendidikan

Uraian materi berikut akan membahas mengenai esensi pelayanan


bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Berikut akan dibahas satu persatu dari berbagai jalur pendidikan.

a. Esensi Pelayanan BK pada Jalur Pendidikan Formal

1) Rasionel Pelayanan BK pada Jalur Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan di sekolah yang di peroleh


secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang
jelas. Pendidikan formal dilaksanakan di sekolah melalui seting akademik
terstuktur yang terjadi antara siswa dengan guru bimbingan dan konseling. Pada
jenjang pendidikan formal, bimbingan dan konseling merupakan bagian integral
dalam pendidikan, artinya kegiatan BK yang diselenggarakan di sekolah tidak akan
lepas dari penyelenggaraan pendidikan. Menilik dari tujuan pendidikan untuk
menjadikan siswa mencapai perkembangan yang optimal sangat relevan dengan
tujuan yang akan dicapai siswa dalam kegiatan BK.

Perumusan tujuan kegiatan BK dalam pendidikan formal menjadi acuan


untuk meraih keberhasilan. Tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu
individu menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai
wawasan, pandangan, keterampilan untuk mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan, mencapai kematangan dan kemandirian dalam kehidupannya, serta
menjalankan tugas-tugas perkembangannya yang mencakup aspek pribadi, sosial,
belajar, karir secara utuh dan optimal. Secara lebih khusus Prayitno dan Amti
(2009), menyebutkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan
kepada peserta didik (konseli) adalah sebagai upaya peserta didik dapat
menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
Sehingga tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam
rangka menemukan pribadinya sehingga mampu memahami kelebihan. Melalui

1
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

kegiatan BK yang teintegrasi dalam pendidikan dapat membantu remaja mencapai


secara perkembangan degan baik.

Namun ada keterbatasan dalam penyelenggaraan pendidikan tanpa


adanya upaya berkesinambungan dengan kegiatan BK. Tatakala guru mata
pelajaran dihadapkan pada permasalahan siswa yang selalu melanggar tata tertib
sekolah, kurang semangat belajar, siswa yang memiliki kecerdasan tinggi namun
prestasinya tidak lebih dari angka 70. Guru pasti akan kesulitan apabila
dihadapkan pada kondisi seperti itu, apabila guru mata pelajaran dihadapkan pada
kondisi tersebut pasti akan memberi hukuman, secara kasad mata siswa sudah
melanggar tata tertib sekolah dan sanksinya jelas tatkala siswa melanggar.
Pertanyaannya, apakah betul setiap ada siswa melakukan pelanggaran pasti yang
salah siswa? Realita yang ada memang demikian.

Permasalahan tersebut apabila yang melihat guru BK atau konselor akan


sangat berbeda, karena seorang guru BK atau konselor belajar bagaimana
seseorang siswa bisa memunculkan perilaku seperti itu. Fenomena pelanggaran
yang dilakukan siswa sebetulnya bukan menjadi masalah inti, fenomena tersebut
hanya bagian luar dari permasalahan inti. Andaikata pendidikan di sekolah bekerja
sendiri tanpa campur tangan dari BK, pasti akan semakin banyak pelanggaran yang
dilakukan oleh siswa. Sekaitan dengan kondisi itu guru tidak akan mampu
menangani masalah di sekolah sendiri, kejengkelan demi kejengkelan akan
mewarnai para guru tatkala mengajar. Hukuman demi hukuman akan silih
berganti dijatuhkan pada diri siswa. Pendidikan didasarkan pada kekerasan secara
verbal ataupun fisik. Akan seperti apakah warna pendidikan kita?.

Gambaran persoalan di atas menunjukkan bahwa pendidikan harus


berjalan seiring dengan kegiatan BK. Sehingga pembentukan karakter yang baik
pada siswa dapat terwujud. Menurut para ahli, BK merupakan aktivitas bantuan
profesional yang bersifat berkelanjutan dan diberikan kepada semua individu baik
perorangan atau kelompok. Bantuan tersebut bertujuan untuk mengentaskan
siswa dari permasalahan yang dideranya, hingga siswa dapat mencapai

2
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

perkembangan yang optimal dan kelak mengalami kebahagiaan dan


kesejahteraan dalam kehidupannya.

Aktivitas bantuan profesional dimaksudkan adalah bantuan yang ada


dalam kegiatan BK dilakukan oleh seorang profesional, yaitu seorang guru BK atau
konselor harus memenuhi kualifikasi pendidikan S1 jurusan BK dan dilengkapi
dengan ketrampilan-ketrampilan lain yang memperkuat profesionalisme guru BK
atau konselor dalam berkinerja. Bentuk bantuan berkelanjutan, maknanya bahwa
bantuan yang diberikan oleh guru BK atau konselor kepada siswa tidaklah
kebetulan, namun bantuan tersebut melalui proses panjang dan sistimatis.
Sistimatis karena proses konseling dilakukan menggunakan prosedur dan teori
yang melandasi. Bantuan untuk semua, artinya bantuan BK diberikan pada semua
siswa baik yang bermasalah, pandai, tidak memiliki masalah. Seperti ilustrasi
masalah di atas, bahwa siswa dengan IQ tinggi, namun hanya memperoleh nilai
70, itu menunjukkan bahwa BK dalam melakukan tugasnya hanya untuk siswa
yang bermasalah. Siswa sangat cerdas hanya memperoleh nilai 70 mngindikasikan
kalau siswa bermasalah. Tujuan layanan BK mengentaskan siswa, maknanya
adalah layanan BK akan menjadikan siswa bisa hidup optimal, sejahtera dan
bahagia karena terlepas dari masalah.

Siswa di usia sekolah menengah memasuki tahap perkembangan remaja,


usia ini mempunyai banyak perbedaan untuk masing-masing siswa.
Perkembangan kognitif, sosial, moral, emosi dan bahasa akan mewarnai perilaku
mereka selama proses menempuh pendidikan. Usia remaja memasuki masa
transisi dari perkembangan usia anak menuju usia dewasa. Tatkala dalam proses
pendidikan kurang mendapat perlakuan yang tepat akan menimbulkan banyak
masalah.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008) menyatakan bahwa


terdapat sembilan tugas-tugas perkembangan peserta didik tingkat remaja (siswa
SMP/MTs. dan SMA/MA/SMK). Uraian ringkas tugas-tugas perkembangan yang
dimaksud seperti tertera di bawah ini.

3
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

a) Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa


kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tugas perkembangan ini dapat diterjemahkan
ke dalam layanan bidang belajar sebagai kompetensi untuk memiliki
kemantapan keyakinan bahwa kegiatan belajar yang sebaik-baiknya akan
meningkatkan mutu beragama. Kemudian mampu mewujudkan secara
efektif, efisien dan produktif tentang kegiatan belajar sesuai dengan ajaran
agama.
b) Mencapai kematangan dalam hubungan dengan teman sebaya, serta
kematangan dalam peranannya sebagai pria atau wanita. Makna tugas
perkembangan dalam layanan BK bidang belajar adalah mampu mewujudkan
pentingnya hubungan teman sebaya dalam kegiatan belajar.
c) Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat. Tugas
perkembangan ini dapat dikembangkan melalui layanan BK bidang belajar,
sehingga dapat mengarah pada pencapaian kompetensi siswa untuk memiliki
pemahaman yang mantap tentang pentingnya kondisi jasmani yang sehat
dalam kegiatan belajar. Kompetensi yang lain siswa diharapkan mampu
memelihara dan merawat kondisi jasmani yang sehat untuk belajar.
d) Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan
program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan ke pendidikan
tinggi, serta berperan ke dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih luas.
Dalam layanan BK bidang belajar dapat meningkatkan kemampuan cara-cara
belajar dengan menggunakan sumber-sumber yang bervariasi, luas dan kaya.
Kompetensi yang lain adalah siswa mampu belajar secara optimal untuk
menguasai program-program di SMA
e) Mencapai kematangan dalam pilihan karir. Tugas perkembangan ini dapat
diwujudkan melalui layanan BK bidang belajar, sehingga siswa mampu
mewujudkan kegiatan peranan belajar dalam rangka pilihan karir, sehingga
memiliki pemahaman tentang aspek-aspek yang terkait dengan berbagai jenis
karir. Pemahaman ini dapat memberikan kemampuan mengidentifikasi
keserasian karakteristik diri sendiri dengan aspek-aspek berbagai jenis karir.

4
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

Dengan demikian siswa akan dapat mengambil keputusan tentang karir dan
mampu mengarahkan kegiatan belajarnya sesuai dengan pilihan karir,
f) Mencapai kematangan gambaran tentang kehidupan mandiri secara sosial,
emosional, intelektual dan ekonomi. Tugas perkembangan ini dapat
dikembangkan melalui layanan BK bidang belajar untuk mencapai
kemampuan aspek-aspek belajar dalam kerangka mencapai hidup mandiri
secara sosial, emosional, intelektual dan ekonomi. Serta mampu mewujudkan
aspek-aspek belajar untuk mengembangkan kehidupan mandiri secara
emosional, sosial, intelektual dan ekonomi,
g) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pencapaian tugas perkembangan
ini melalui layanan BK bidang belajar untuk mengarahkan siswa memiliki
kemantapan gambaran dan sikap tentang aspek-aspek belajar untuk
berkehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sehingga dapat mewujudkan aspek-aspek dan kegiatan belajar untuk
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
h) Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, intelektual dan apresiasi
seni. Layanan BK bidang belajar mampu mengembangkan tugas
perkembangan ini, sehingga terbentuk kemampuan dalam aspek-aspek
belajar untuk berkomunikasi secara sosial, intelektual dan apresiasi seni.
i) Mencapai kematangan dalam sistem etika dan seni. Tugas perkembangan ini
dapat dikembangkan untuk mencapai kemantapan pemahaman tentang
aspek-aspek belajar dalam sistem etika dan nilai, serta penerapannya dalam
berbagai setting kehidupan.

2) Pelaksanan layanan BK pada jenjang Pendidikan Formal

Pelaksanan layanan BK pada jenjang Pendidikan Formal terintegrasi dalam


program pendidikan, maka dalam aplikasinya perlu dilakukan di semua lini dalam
pendidikan baik kegiatan untuk siswa maupun kegiatan bagi guru BK. Adapun
bentuk aplikasinya meliputi:

5
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

a) Kegiatan PraKarin (Praktik Kerja Industri) di SMK

Kegiatan Prakarin di SMK merupakan kegiatan wajib bagi siswa kelas akhir,
mereka melakukan praktik kerja di industri sebagai implementasi sistim ganda.
Tujuan diterapkannya sistem ganda adalah untuk mendekatkan kebutuhan
kompetensi dunia kerja dengan lulusan tenaga teknis menengah, sehingga lulusan
SMK siap kerja di dunia kerja. Kegiatan ini bisa menjadi ranah BK untuk terlibat
dalam kegiatan pendidikan di sekolah. Guru BK bisa secara periodik sebelum
mereka Prakarin diberi pelatihan softskill sebagai bekal saat mereka melakukan
Prakarin. Seharusnya kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan kunjungan
kerja ke industri. Siswa melakukan kunjungan kerja ke industri sebagai bentuk
layanan orientasi karir. Prosedur pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan
pemberian layanan.

b) Kegiatan Study tour di Sekolah Menengah

Kegiatan study tour di sekolah-sekolah menengah, selama ini hanya


sekedar saja untuk ‘studi’ Tour nya yang besar, artinya rekreasinya lebih banyak
daripada belajar dari kunjungan itu. tatkala sekolah akan menyelenggarkan
kegiatan itu, guru BK bisa mengintegrasikan kegiatan BK pada kegiatan kesiswaan.
Bentuk integrasinya adalah guru BK merancang layanan orientasi kunjungan ke
perusahaan atau ke PT, sehingga segala sesuatunya dipersiapkan supaya para
siswa bisa memanfaatkan studitour itu untuk kegiatan studi dalam rangka
bimbingan karir.

c) Kegiatan Kesiswaan

Kegiatan kesiswaan yang dimaksud di sini adalah kegiatan yang terkait


dengan ranah kesiswaan di bawah kendali bidang kesiswaan. Berbagai kegiatan
kesiswaan bisa berintegrasi dengan kegiatan BK. Tujuannya adalah pola
pendidikan dari bidang ke siswaan biasanya lebih meneterapkan disiplin melalui
hukuman. Hukuman yang terlalu berlebihan justru menghasilakan perilaku
kontraproduktif. Artinya penerapan disiplin alih-alih akan “mengajarkan
kekerasan” tanpa disengaja. Supaya tujuan pembinaan karakter siswa juga

6
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

bersinergi dengan kegiatan BK, maka guru BK perlu terlibat dalam kegiatan
kesiswaan.

Contoh:
Kegiatan kesiswaan yang berkaitan dengan pembinaan mental sebagai pengkaderan pengurus
OSIS. Seringkali panitia memperlakukan calon pemimpin OSIS seperti pembinaan tahun
sebelumnya. Nampaknya konsep disiplin dan mental kuat perlu dikoreksi kembali.
Peran BK memberikan konsep yang betul dan benar terkait dengan disiplin dan mental kuat,
sehingga pola pembinaan yang dilakukan bidang kesiswaan dan BK bersinergi.

Beberapa kasus sudah menunjukkan kondisi seperti itu, dikawatirkan


pembinaan yang tidak tepat secara tidak langsung “mengajari” siswa untuk
bertindak kekerasan secara formal, karena dilakukan di sekolah dan di bawah
bimbingan pembina OSIS. Melalui kegiatan yang sinergi antara bidang kesiswaan
dan BK akan membentuk kader-kader bangsa dengan mental sehat dan kuat
berfalsafahkan Pancasila.

d) Kegiatan untuk Guru

In house trainning (IHT): dalam kegiatan para guru di sekolah, guru BK bisa
terlibat kegiatan tersebut sebagai “narasumber” untuk mensosialisasikan program
BK atau tugas-tugas BK. Melalui kegiatan yang proaktive seperti itu niscaya
eksistensi guru BK terjamin dan tujuan, bentuk-bentuk kegiatan BK yang
membutuhkan kolaborasi dengan semua warga sekolah bisa berjalan dengan baik.

b. Pendidikan Nonformal

Dalam pasal 16 UU pendidikan dikatakan bahwa “Pendidikan nonformal


diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan
yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan
nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan
sikap dan kepribadian profesional.

7
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

Cakupan pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,


pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.

1) Bentuk-Bentuk Pendidikan Nonformal

Bentuk pendidikan informal meliputi lembaga kursus, lembaga pelatihan,


kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis. Tujuan penyelenggaraan kursus dan pelatihan
ditujukan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan,
kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi,
bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan.

2) Rasionel Pendidikan Nonformal dalam Kegiatan BK

Rasionel pendidikan nonformal dalam kegiatan BK yakni kehadiran


pendidikan nonformal mempunyai dampak positif bagi peningkatan kualitas hidup
bangsa. Mereka yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal bisa mengikuti
pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal diselenggarakan di masyarakat
dengan waktu belajar lebih longgar dibandingkan dengan pendidikan formal.
Namun warga belajar bisa belajar dengan leluasa.

Kendati proses pendidikan nonformal nampaknya santai, namun tetap


harus dikelola dengan serius, supaya tujuan awal diselenggarakannya pendidikan
nonformal bisa tercapai. Segmen warga belajarnya berbeda dengan pendidikan
formal, kebanyakan warga belajarnya sudah berumur atau orang dewasa,
sehingga dibutuhkan penanganan yang berbeda tatkala mengajar. BK sebagai
bagian dari pendidikan yang tidak terpisahkan mempunyai konstribusi positif

8
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

untuk terlibat dalam pendidikan tersebut. Keterlibatan BK lebih banyak terkait


dengan pemberdayaan warga belajar untuk bisa belajar sepanjang hayat, misal
bagaimana memberikan wawasan metode pembelajaran tatkala mengajar warga
belajar dengan rentang usia yang sangat panjang, bagaimana selalu menjaga
motivasi dalam belajar mengingat fluktuasi (gerak perubahan) aktivitasnya sangat
tinggi, contoh: warga belajar bisa tidak masuk kelas 6 hari, karena tetangganya
punya hajat, di samping motivasi mereka sangat beragam untuk ikut belajar di
jalur pendidikan nonformal. Dapat dijelaskan bahwa keberagaman sosial, budaya,
motivasi warga belajar, dan berbagai jenis Program Paket A, Program Paket B, dan
Program Paket C. Nampak sekilas kondisi psikologis warga belajar berpotensi
menjadi masalah dalam perjalanan proses belajarnya, sehingga membutuhkan
strategi tersendiri tatkala mengajar.

Mencermati persoalan-persoalan di atas, kehadiran kegiatan BK dengan


warna yang berbeda sangat dibutuhkan. Keanekaragaman kondisi warga belajar
menjadi tantangan tersendiri bagi BK untuk lebih kreatif dan inovatif
“menciptakan” strategi dalam pemberian layanan.

3) Tujuan Pelayanan BK pada Pendidikan Nonformal

Pendidikan Nonformal mempunyai tujuan terkait dengan kegiatan BK


untuk sasaran warga belajar di satuan pendidikan nonformal berbeda dengan
tujuan dalam pendidikan formal. Arah pencapaian tujuan pada warga belajar di
pendidikan nonformal lebih cenderung ke peningkatan pemahaman diri terhadap
kondisi diri, sehingga warga belajar akan tumbuh kesadaran untuk selalu belajar
walau banyak sekali hambatan. Tujuan umum dalam BK pada dasarnya untuk
membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai tahap
perkembangannya dan prediposisi yang dimiliki, seperti bakat, minat, potensi
dasarnya dari berbagai latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi
dan sesuai dengan tuntutan positif lingkungan. Terkait dengan tuntutan tersebut,
diharapkan individu bisa menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang
memiliki berbagai wawasan, pandangan, intrepretasi, pilihan, penyesuaian dan
ketrampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya

9
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

(Prayitno, 1999). Pencapaian tujuan umum tersebut dalam rangka pengembangan


perwujudan ke empat dimensi kemanusiaan individu, artinya dimensi
keindividualan (individualitas), dimensi kesosialan (sosialitas), dimensi kesusilaan
(moralitas), dan dimensi keberagaman (religiusitas).

Dimensi keindividualan mendorong individu mengembangkan potensi


yang dimiliki secara optimal mengarah pada aspek-aspek kehidupan positif, bakat
minat, mental. Dimensi perkembangan ini menjadikan individu memiliki pribadi
yang kuat akan nilai-nilai yang diyakininya, produktif dan dinamis. Dimensi
kesosialan mendorong individu untuk dapat hidup dengan orang lain, saling
bekerjasama, perduli dengan orang lain. Sehingga dimensi individu dan sosial
dapat saling mengisi dan bertumbuh, sehingga menemukan makna yang
sesungguhnya. Dimensi kesusilaan, memberikan warna moral terhadap
perkembangan dimensi pertama dan ke dua. Norma, etika dan berbagai ketentuan
dapat mengatur interaksi diantara mereka. Ke tiga dimensi tersebut akan
menjadikan individu lebih baik dalam hidup manakala dilengkapi dengan dimensi
ke empat, yaitu dimensi keagamaan. Dimensi ini mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan mahaPencipta, sehingga kehidupan manusia harmoni antara
kehidupan dunia dan akherat.

Empat dimensi tujuan tersebut yang melandasi individu sebagai warga


belajar dalam beraktivitas belajar, diharapkan kondisi yang beragam tersebut
dapat meraih tujuan yang diharapkan, sehingga warga belajar bisa mencapai
sukses dalam belajar.

4) Bentuk Kegiatan BK pada Pendidikan Nonformal

Pendidikan Nonformal dalam kegiatan BK mencakup bidang layanan:

a) Bidang pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan bimbingan


dan konseling yang membantu peserta didik dalam menilai dan
mengembangkan kecakapan, minat, bakat, dan karakteristik kepribadian diri
sendiri untuk mengembangkan diri sendiri secara realistik.Pada bidang kajian

10
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

ini, layanan BK lebih memfokuskan pada pengembangan potensi dasar warga


belajar, sehingga mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
b) Bidang pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan bimbingan
dan konseling yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan
mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan
teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
Pengembangan ini lebih fokus ke keterampilan sosial, keterampilan sosial bagi
warga belajar sangat penting sebagai bekal kelak untuk bekerja.
c) Bidang pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan bimbingan
dan konseling yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan
belajar dalam rangka mengikuti jenjang dan jalur pendidikan tertentu dan/atau
dalam rangka menguasi sesuatu kecakapan atau keterampilan tertentu.
Kemampuan yang dikembangkan ini lebih memfokuskan pada kompetensi
belajar bagi warga belajar yang sesuai dengan kompetensi siswa dalam belajar.
d) Bidang perencanaan dan pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan
bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam memahami,
mencari dan menetapkan pilihan serta mengambil keputusan berkenaan
dengan
e) Karir tertentu, baik karir di masa depan maupun karir yang sedang dijalaninya,
menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

Sedangkan aplikasi pendidikan nonformal didasarkan pada keberlanjutan


pendidikan nonformal yang harus berlangsung, maka karakteristik warga belajar
harus digunakan sebagai landasan untuk menerapkan kegiatan BK. Bentuk aplikasi
kegiatan BK dapat berupa:

a) Tutor sebagai pembelajar warga belajar perlu dibekali pengetahuan terkait


karakteristik perkembangan warga belajar. Warga belajar tingkat SD atau SMA,
kalau dalam pendidikan nonformal disebut Paket A-Paket C diikuti oleh warga
belajar yang tahap perkembangannya sangat mungkin sudah mencapai usia
dewasa dengan berbagai persoalan yang melingkupi. Sehingga cara tutor
memahami perilaku mereka harus sangat berbeda tatkala mengajar siswa pada

11
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

usia pendidikan SD – SMA secara reguler. Perlakuan-perlakuan yang tepat akan


membuat warga belajar mempunyai kebebasan psikologis dalam belajar,
harapannya mereka akan tetap termovitasi saat kesulitan dalam belajar
menimpa.
b) Dengan bekal pengetahuan terkait karakteristik perkembangan warga belajar,
tutor akan lebih mudah dan tepat tatkala menentukan metode
pembelajarannya. Sehingga materi pembelajaran dapat diterima warga belajar
dengan baik.
c) Tutor dipandang penting bisa memahami prosedur sederhana dalam proses
pelayanan BK untuk membantu masalah warga belajar baik masalah terkait
dengan belajar, karir, sosial dan pribadi.

c. Pendidikan Informal

1) Rasional Pelayanan BK pada Pendidikan Informal

Pendidikan informal diartikan sebagai pendidikan dalam keluarga dan


lingkungan dan kegiatannya berbentuk secara mandiri (UU no 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 13). Pendidikan ini berbasis
dalam keluarga. Pendidikan anak usia dini (PAUD) termasuk di dalamnya sebagai
pendidikan dalam keluarga, seperti yang dinyatakan dalam Bab VI pasal 28 bahwa
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan berbentuk
pendidikan dalam keluarga atau diselenggarakan oleh lembaga pendidikan.
Seiring dengan perkembangan waktu, banyak lembaga yang terlibat dalam
penyelenggaraannya, seperti PAUD di bawah pendidikan nonformal (Kelompok
bermain dan Taman Penitipan Anak), PAUD dalam pendidikan formal (TK atau RA)
dan PAUD di maknai sebagai pendidikan dalam keluarga.

PAUD yang dimaknai sebagai pendidikan dalam keluarga yang akan


dibahas di sini, walau bentuk pelaksanaan pendidikannya tidak lepas dari
pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan oleh pendidikan nonformal dan
formal. PAUD dalam keluarga menjadi tonggak utama dan pertama untuk
mendidik anak. Pendidikan ini bertujuan memberikan keyakinan agama,

12
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

menanamkan nilai budaya, nilai moral, etika dan kepribadian, estetika serta
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional (Nurani, 2013: 22). Mengacu pada tujuan
tersebut pendidikan dalam keluarga menjadi basis tumbuhnya anak-anak bangsa
yang unggul, maka kualitas pendidikan dalam keluarga perlu di”intervensi” dari
pemerintah. Salah satu bentuk “intervensi”nya melalui pendidikan anak usia dini
yang dikelola oleh pendidikan nonformal dan formal yang penyelenggaraannya
harus integratif, menyeluruh dan sistimatik.

Penyelenggaraannya integratif, menyeluruh dan sistimatik, dimaksudkan


adalah (1) anak sebagai elemen input; (2) lembaga atau instansi pemerintah yang
menentukan kebijakan, program sumber daya manusia dan pengelolaannya; (3)
orang tua, masyarakat, LSM, organisasi dan media massa sebagai penunjang
penyelenggaraan PAUD) (Nurani, 2013).

PAUD harus mencakup berbagai varian perkembangan, seperti sosial,


kognitif, emosional, moral, ketrampilan motorik halus, bahasa, kemampuan
bermasyarakat, kemandirian, dsb. Pencapaian kegiatan dalam berbagai
perkembangan tersebut ditempuh melalui kegiatan rutin dan spontan. Kegiatan
rutin dimaknai sebagai kegiatan yang dilakukan setiap hari sejak awal dimulainya
kegiatan sampai berakhirnya kegiatan. Kegiatan spontan dimaknai sebagai
kegiatan yang dilakukan pada saat itu dan prosesnya melalui modeling.

Mengacu dari pendidikan anak usia dini, tujuan dan sistem


penyelenggaraannya, maka sangat urgen kalau kegiatan bimbingan dan konseling
(BK) terlibat secara integratif pada pendidikan anak usia dini. Maka sangat perlu
didesain bagaimana keterlibatan BK untuk bisa mendukung perwujudan tujuan
yang diharapkan pada PAUD.

2) Aplikasi Pelayanan BK pada Pendidikan Informal

Sedangkan aplikasi pelayanan BK yang bisa diterapkan pada pendidikan


informal meliputi kegiatan yang melibatkan kemitraan dengan orang tua siswa.
Orang tua dilibatkan pada semua aktivitas sekolah, sehingga interaksi antara

13
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

sekolah dan keluarga terjalin dengan baik. Bentuk pelibatan bisa dilakukan
melalui: 1) Pertemuan orang tua pada hari pertama masuk sekolah, 2) Menjadi
inspirator bagi siswa dengan hadir sebagai nara sumber, 3) Pentas kelas pada akhir
tahun ajaran yang dihadiri orang tua, guru, dan masyarakat, dan 5) Pelatihan orang
tua. Kolaborasi efektif orang tua dan sekolah berpengaruh terhadap perubahan
perilaku siswa dan prestasi yang lebih baik di sekolah (Izzo dkk, 1999).

14
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

D. URAIAN MATERI
2. Esensi Pelayanan BK di berbagai Jenjang Pendidikan

Materi esensi pelayanan BK di berbagai jenjang pendidikan memuat


pendidikan dari satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas/ kejuruan
(SMA/SMK) dan Perguruan Tinggi (PT). Pelayaan BK pada jenjang pendidikan
secara umum memiliki pola, prosedur dan tujuan yang sama. Letak perbedaannya
pada sasaran dan strategi pelayanan yang dilakukan, karena sasaran dari jenjang
pendidikan melandaskan pada tahap perkembangan dari masing-masing satuan
pendidikan.

a. Jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

1) Rasionel Pelayanan BK pada PAUD

Posisi guru BK atau konselor dalam konteks pendidikan PAUD di Indonesia


tidak ditemukan secara struktural. Menurut Permendikbud 137 tahun 2014,
dijelaskan bahwa pendidik di PAUD merupakan tenaga profesional terdiri atas
guru PAUD, guru pendamping, dan guru pendamping muda. Mereka bertugas
merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran,
serta melakukan pembimbingan, pelatihan, pengasuhan dan perlindungan.
Permen tersebut bisa menjelaskan bahwa penyelenggaraan kegiatan BK dilakukan
oleh guru PAUD dan pelaksanaannya terintegrasi dalam pembelajaran.

Kendati demikian guru BK atau konselor profesional dapat berkonstribusi


dalam pembelajaran di PAUD sebagai konselor kunjung. Konselor kunjung dapat
diangkat melalui suatu gugus yang terdiri dari beberapa PAUD. Konselor dapat
berperan dalam mendampingi guru PAUD dalam menyusun program bimbingan
yang diintegrasikan dengan program pembelajaran. Konselor juga dapat
memberikan pelayanan konsultasi kepada guru maupun orang tua siswa atas
perkembangan anak mereka. Tatkala guru PAUD menemukan ada siswa yang
bermasalah, guru dan orang tua bisa berkolaborasi dengan konselor atau ahli lain

15
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

yang dapat mendukung penyelesaian masalah siswa. Pelaksanaan kegiatan BK di


PAUD menjadi tanggung jawab guru sendiri.

Sebenarnya kehadiran guru BK atau konselor urgen di satuan pendidikan


PAUD mengingat siswa PAUD masih menginjak tahap perkembangan awal dan
tahap perkembangan ini menjadi titik tumpu untuk tahap perkembangan
selanjutnya. Manakala proses perkembangan awal kurang mendapat perlakuan
yang tepat dari guru akan berdampak kurang positf. Sebagai langkah preventif,
maka perlu ditegaskan dalam kebijakan oleh penyelenggara PAUD untuk
melakukan kolaborasi dengan guru BK atau konselor untuk bisa terlibat sebagai
konselor kunjung secara periodik. Kebijakan tersebut dapat mencegah munculnya
masalah untuk perkembangan siswa lebih lanjut.

2) Tujuan Pelayanan BK pada PAUD

Kegiatan BK pada PAUD mempunyai tujuan yang terintegrasi pada tujuan


PAUD. PAUD mempunyai tujuan secara khusus untuk: (1) mengidentifikasi
perkembangan fisiologis anak usia dini dan mengaplikasikan hasil identifikasi
dalam perkembangan fisiologis anak; (2) dapat memahami perkembangan
kreativitas anak usia dini dan usaha-usaha yang terkait dengan
pengembangannya; (3) dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan
perkembangan anak usia dini; (4) dapat memahami arti bermain bagi anak usia
dini; (5) dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya bagi
pengembangan anak usia dini (Nurani, 2013).

Berdasarkan tujuan PAUD yang telah diuraikan di atas, menurut Anni ( tt:
11-13) dapat dikaitkan dengan prinsip-prinsip BK yang dirumuskan sebagai
berikut: (1) bimbingan bagian penting dari proses pendidikan, artinya bahwa
pendidikan merupakan proses untuk mengembangkan kepribadian anak secara
integral baik secara intelektual dan aspek psikologis lain. Kehadiran BK
diintegrasikan dalam sendi-sendi kegiatan belajar; (2) bimbingan diberikan untuk
semua anak usia dini, artinya bimbingan diberikan dengan tidak membeda-
bedakan anak, bisa bersifat preventif, perseveratif atau kuratif; (3) bimbingan

16
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

harus berpusat pada anak usia dini, artinya bimbingan yang diberikan harus
berfokus pada masalah, faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah,
potensi yang dimiliki anak, dsb; (4) bimbingan mencakup pada semua aspek
perkembangan anak usia dini, artinya bahwa bimbingan yang diberikan harus
terinegrasi pada semua aspek perkembangan, seperti sosial, intelektual,emosi,
dsb; (5) bimbingan dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan anak usia dini,
maknanya identifikasi sebagai kunci awal untuk memahami masalah yang dialami
oleh anak; (6) bimbingan disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangannya, artinya bimbingan dilakukan pada perbedaan individual dari
kebutuhan dan tingkat perkembangannya; (7) keterlibatan orang tua dalam
memberikan bimbingan mutlak dilakukan, artinya saat memberikan bimbingan
pada anak usia dini, keterlibatan orang tua mutlak dilibatkan terutama pada saat
pembiasaan pengubahan perilaku antara di sekolah dan rumah, supaya terjadi
konsistensi pengubahannya; (8) bimbingan dapat dilakukan secara referal, artinya
manakala guru PAUD mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah anak usia
dini, guru bisa mereferalkan ke pada konselor atau ahli lain; (9) dilakukan evaluasi,
tujuan kegiatan ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan layanan yang telah
diberikan oleh guru.

3) Ruang Lingkup Pelayanan BK di PAUD

Sedangkan ruang lingkup pelayanan BK pada jenjang pendidikan PAUD


sama dengan cakupan pendidikan pada anak usia dini. Cakupan pendidikan anak
usia dini meliputi: (1) berbasis keholistikan dan keterpaduan; (2) berbasis pada
multi disiplin ilmu dan budaya; (3) berbasis taraf perkembangan anak.

Berbasis keholistikan dan keterpaduan, artinya pengembangan


pendidikan anak usia dini pada segenap aspek pertumbuhan jasmani dan rohani
anak. Pengembangannya dilakukan terpadu dengan sistem sosial yang ada,
sehingga pelaksanaannya ada keselarasan antara pendidikan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Pengembangan pendidikan anak usia dinipun selaras dengan
pelaksanaan kegiatan BK, yaitu sasaran layananya juga melingkupi di semua aspek

17
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

perkembangan dan pencapaian perkembangan tersebut hendaknya akan


bersinergi dengan lingkungan baik keluarga, sekolah dan masyarakat.

Berbasis pada multi disiplin ilmu dan budaya, artinya bahwa pelaksanaan
pendidikan anak usia dini dikembangkan berdasarkan temuan yang muktahir pada
keilmuan yang relevan, seperti ilmu pendidikan. Sedangkan ilmu pendidikan
merupakan multi referensial ilmu yaitu filsafat, psikologi, antropologi, dan
sosiologi. Pendidikan anak usia dini muncul sebagai hasil singgungan dengan ilmu
lain, bahkan dikatakan bahwa mendidik anak usia dini hendaknya sudah dilakukan
sejak dalam kandungan. Relevansinya basis multi ilmu dan budaya dalam kegiatan
BK adalah ilmu-ilmu BK dalam melaksanakan kegiatannya juga melandaskan pada
ilmu-ilmu tersebut; sehingga menumbuhkembangkan anak ada prosedur secara
ilmiah dan hasilnya bisa dipertanggungjawabkan.

Berbasis taraf perkembangan anak, artinya pelaksanaan pendidikan anak


usia dini didasarkan pada perbedaan masing-masing perkembangan, sehingga
pendidikannya memfasilitasi tumbuhkembang anak kelak sesuai dengan nilai,
norma yang berkembang di masyarakat. Pelayanan BK pun juga sangat
memperhatikan perbedaan perkembangan masing-masing anak dan proses
bimbingannya diarahkan untuk memfasilitasi anak mencapai pertumbuhan yang
optimal yang kelak menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat.

Bentuk layanan yang bisa dilakukan menurut (Anni,tt) menyatakan


bahwa; (1) layanan pengumpulan data; (2) layanan orientasi dan informasi; (3)
layanan konseling; (4) layanan penempatan; (5) layanan evaluasi dan tindak lanjut.

(1) Layanan pengumpulan data. Artinya guru dapat mengumpulkan data dari
berbagai aspek kepribadian siswa melalui orang tua, dengan tujuan untuk
memudahkan guru tatkala akan mengembangkan potensi anak dan
mengatasi masalah yang dihadapi. Data bisa dikumpulkan dengan
menggunakan angket, observasi, dokumentasi atau wawancara.
(2) Layanan orientasi dan informasi. Layanan orientasi merupakan layanan yang
diberikan kepada anak usia dini/TK untuk membantu mengenal

18
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

lingkungannya. Tujuannya supaya anak usia dini/TK mampu melakukan


penyesuaian diri pada lingkungan baru, sehingga lingkungan baru tidak
menjadi sumber masalah. Contoh perilaku yang perlu adaptasi, seperti cara
berpakaian, bermain, makan, buang air kecil/buang air besar, tata tertib TK.
Layanan ini dapat dilaksanakan pada awal anak masuk TK. Waktu adaptasi
tergantung dari keadaan TK dan kondisi anak usia TK. Andai penyesuaian diri
mereka cepat, layanan orientasi dapat dilaksanakan tidak terlalu lama cukup
1 – 2 minggu.
(3) Layanan informasi merupakan layanan untuk mengenal berbagai informasi
terkait dengan hal-hal yang baru, supaya mereka memahami lingkungan
dengan tepat. Materi layanan ini meliputi gizi dan kesehatan, cara mengenal
belajar di TK, cara berteman, cara mengatasi kesulitan yang dihadapi, budi
pekerti dan sebagainya. Anak usia dini/TK akan mudah menangkap layanan
informasi ini manakala pelaksanaannya diintegrasikan ke dalam kegiatan
belajar. Contoh: Saat kegiatan belajar akan membahas tema makanan dan
minuman, guru saat menyampaikan materi pada kegiatan pembukaan,
menyampaikan manfaat makan, seperti apa makanan yang bergizi,
bagaimana dampaknya bagi kesehatan dan sebagainya. Sehingga anak usia TK
mendapatkan informasi banyak tentang gizi dan kesehatan dan dapat
mengembangkan daya pikir, emosional, bahasa, melakukan tugas-tugas yang
diberikan. Layanan ini dapat dilakukan dengan metode bercerita, proyek,
bercakap-cakap, dan sebagainya. Layanan informasi ini juga diberikan kepada
orang tua siswa, mengingat orang tua dapat diajak berkolaborasi dengan
pihak sekolah. Sehingga anak-anak akan meraih perkembangan yang optimal.
(4) Layanan Konseling merupakan bentuk layanan yang diberikan pada anak usia
TK secara intensif dan mendalam, tatkala mengalami masalah yang lebih
bersifat emosional. Contoh masalah yang ditangani dengan konseling: cemas
untuk masuk sekolah, agresivitas, encopresis (buang air besar di sembarang
tempat), enuresis (ngompol di sembarang tempat), dan sebagainya.
Pelaksanaannya dilakukan di luar kelas, sedangkan implementasinya

19
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

diintegrasikan melalui tugas-tugas yang diberikan guru saat kegiatan belajar.


Proses konseling untuk anak usia dini/sekolah mutlak orang tua terlibat.
Sebagai contoh: anak usia TK yang mengalami enuresis, masalah ini
penyembuhannya terletak pada pengkondisian waktu saat buang air kecil,
sehingga tatkala timbul masalah tersebut anak sudah bisa mengatasi. Saat
kegiatan belajar sudah berlangsung satu jam, guru dapat meminta semua
anak untuk ke kamar mandi, tujuannya bagi anak usia TK yang bermasalah
tadi dapat mengatasi masalahnya tanpa malu-malu dilihat teman-temannya,
begitu seterusnya sampai anak usia TK yang bermasalah tadi terkondisi untuk
buang air kecil pada waktunya.
(5) Layanan Penempatan, merupakan layanan yang diberikan sesuai dengan
sesuai minat, potensi, kondisi-kondisi khusus lainnya, sehingga anak usia TK
dapat memperoleh alternatif yang lebih spesifik dan nyata. Bentuk layanan
sangatlah heterogen tergantung dari potensi anak. Untuk anak yang berbakat
dengan anak slow learner sangat berbeda penangananya.

Terkait dengan kurikulum 2013, layanan ini sangat akomodatif, anak diberi
kebebasan untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan minat mereka, guru
hanya sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar. Kondisi ini yang akan
menstimulus perkembangan anak usia TK secara optimal. Seperti halnya bagi anak
usia TK yang lambat belajar, mereka akan mengerjakan tugas sesuai dengan minat
dan kemampuannya, sehingga tidak ada tekanan dari guru untuk menyelesaikan
tugas pada waktu yang terbatas. Layanan ini akan memberikan kebebasan
psikologis bagi setiap anak usia TK dalam belajar dan menghindarkan mereka dari
timpaan masalah.

b. Jenjang Pendidikan Dasar (SD)

1) Rasionel Pelayanan BK di SD

Sebenarnya dengan kehadiran Permen 111/2014 tentang Bimbingan dan


Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, posisi konselor di SD
sudah jelas, namun dalam pelaksanaan di lapangan belum jelas teknis

20
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

pelaksanaannya. Sehingga di Indonesia hingga saat ini secara struktural konselor


di SD belum mendapatkan posisi sebagaimana ditingkat SLTP ataupun SMTA.
Sehingga pelaksanaan program bimbingan dan konseling menjadi bagian dari
tugas guru kelas/wali kelas atau guru bidang studi.

Hal tersebut sesuai dengan yang disebutkan dalam UU RI nomor14 tahun


2005 tentang guru dan dosen, bahwa tugas utama guru sebagai pendidik
professional adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
guru berperan juga sebagai pembimbing manakala ada siswa yang mengalami
kesulitan, sehingga siswa dapat mencapai perkembangan yang optimal.

Namun demikian, sebagaimana disebutkan dalam rambu-rambu


pelaksanaan bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal (Depdiknas
2008), konselor dapat pula berperan serta dalam pelaksanaan program bimbingan
dan konseling pada tingkat satuan pendidikan SD. Dalam suatu gugus yang terdiri
dari beberapa SD, dapat diangkat seorang konselor, yang selanjutnya ia dapat
memposisikan diri sebagai Konselor kunjung untuk beberapa sekolah dalam suatu
gugus. Dalam hal ini konselor dapat berperan dalam membantu guru Sekolah
Dasar dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program bimbingan
dan konseling di sekolah mereka.

2) Tujuan bimbingan dan konseling di SD

Tujuan bimbingan dan konseling di SD secara khusus telah dirumuskan


dalam Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik, sebagaimana dicantumkan
dalam Penataan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal (Depdiknas, 2008). Kompetensi yang dimaksud
dalam SKKPD adalah: (1) landasan hidup religius; (2) Landasan Perilaku Etis; (3)
Kematangan Emosi; (4) Kematangan Intelektual; (5) Kesadaran Tanggung jawab
sosial; (6) Kesadaran Gender; (7) Pengembangan Pribadi; (8) Perilaku
Kewirausahaan; (9) Wawasan dan Kesiapan Karir; dan (10) Kematangan Hubungan
dengan TemanSebaya. Setiap aspek perkembangan dirumuskan kompetensinya

21
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

berdasarkan pada tataran tujuan pengenalan, akomodasi dan tindakan. Sebagai


contoh, pada aspek perkembangan landasan hidup religius, pada tataran
pengenalan, dirumuskan SKKPD-nya yaitu “mengenal bentuk-bentuk dan tata cara
ibadah sehari-hari”. (Rumusan secara lengkap, dapat dilihat di lampiran, tentang
SKKPD).

3) Ruang lingkup pelayanan BK di SD

Ruang lingkup pelayanan BK di SD mengacu pada SKKPD seperti yang telah


diuraikan pada tujuan BK di satuan jenjang SD. Berdasarkan SKKPD tersebut dapat
dikelompokan menjadi empat bidang layanan, bidang akademik atau belajar,
sosial, dan karir. Bidang bimbingan tersebut akan ikut menentukan tercapai
tidaknya perkembangan siswa secara optimal.

Pelaksanaan layanan BK lebih mengarah pada bimbingan klasikal dan lebih


banyak melibatkan guru kelas atau wali kelas. Sifat layanan yang diberikan pada
preventif dan developmental. Adapun konselor sekolah dasar mempunyai
beberapa peran, seperti: (1) konselor memberikan layanan konseling; (2)
memberikan konsultan bagi guru, orang tua, administrator untuk membantu
siswa; (3) koordinator aktivitas bimbingan di sekolah; (4) agen orientasi untuk
membantu siswa belajar dan mempraktikkan keahlian dalam menjalin hubungan
sosial yang diperlukan di lingkup sekolah; (5) agen asesmen untuk memahami
siswa; (6) pengembang karier siswa, meskipun yang bertanggungjawab dalam
bantuan perencanaan karir siswa adalah guru walikelas. Kendati konselor dapat
berkontribusi sebagai koordinator dan konsultan dalam pengembangan program
bimbingan karier; (7) agen pencegahan, yaitu mencegah timbulnya permasalahan
yang tidak diinginkan.

c. Jenjang Pendidikan Menengah (SMP dan SMA/SMK)

1) Rasionel Pelayanan BK pada Pendidikan Menengah

Kedudukan guru BK atau konselor sekolah menengah sudah memiliki dasar


hukum sejak tahun 1975 yaitu sejak diberlakukannya kurikulum BK. Sehingga
kedudukan guru BK atau konselor sudah jelas dalam struktur organisasi sekolah.

22
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

Peran konselor di sekolah menengah sebagai salah satu komponen student


support service,yaitu member support atas perkembangan aspek-aspek pribadi–
sosial, karier dan akademik siswa. Bentuk-bentuk layanannya juga sudah lengkap
dari layanan dalam format kelompok sampai individual sudah tersedia, termasuk
bentuk layanan secara tidak langsung yang diberikan untuk siswa, seperti
pemanfaatan media BK. Layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa
memperhatikan berbagai fungsi, seperti fungsi preventif, developmental,
perseveratif dan kuratif.

BK di sekolah kejuruan mempunyai warna yang agak berbeda dengan di


sekolah menengah umum. Di SMK, BK lebih menfokuskan pada persiapan siswa
pada pemagangan dengan menyiapkan mental siswa menuju dunia kerja,
performa kerja di dunia kerja, fasilitasi dengan teknologi canggih yang dibutuhkan
oleh dunia kerja, dan mempersiapkan untuk melakukan uji kompetensi dengan
asosiasi dunia kerja. Tujuannya, supaya para siswa mempunyai kompetensi seperti
yang dituntut pada dunia kerja. Kemudian mendorong siswa yang unggul untuk
memperoleh beasiswa untuk bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.

2) Ruang Lingkup Pelayanan BK pada Pendidikan Menengah

Pelayanan BK di satuan pendidikan menengah mempunyai ruang lingkup


yang sama pada satuan jenjang di bawahnya. Perbedaan-perbedaan yang ada
terletak pada strategi pelaksanaannya. Ke empat bidang bimbingan itu yang
menjadi kajian dalam layanannya, bidang BK yang dimaksud meliputi: (1) bidang
belajar atau akademik, bidang ini mengkaji pembentukan kebiasan dan sikap
belajar yang baik untuk, menumbuhkan kemandirian untuk mencapai disiplin
belajar mencapai penguasaan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan tujuan
pendidikan; (2) bidang pribadi, cakupan layanannya meliputi pengembangan
pribadi yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, seperti pemantapan
kebiasaan dan pengembangan sikap dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, memahami kekuatan diri untuk bisa berkembang menjadi pribadi
yang kreatif, produktif dan unggul dalam pribadi; (3) bidang karir, cakupan
pengembangannya meliputi dapat mengenal kekuatan-kekuatan potensi diri

23
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

sehingga mampu mempersiapkan diri untuk karir di masa depan., seperti


pengenalan konsep diri berkaitan dengan bakat dan kecenderungan minat karir ke
depan, orientasi profesi dan studi lanjut ke depan; (4) bidang sosial, mencakup
pemahaman diri dan lingkungan sehingga memiliki etika yang sesuai dengan
tuntutan masyarakat, seperti pengembangan komunikasi yang interaktif , memiliki
norma dan etika dalam berinteraksi dengan orang lain. Cakupan layanan BK
tersebut pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan tahap
perkembangan siswa.

d. Jenjang Pendidikan Tinggi (Perguruan Tinggi)

1) Rasionel Pelayanan BK pada Perguruan Tinggi

Pelaksanaan kegiatan BK di perguruan tinggi mempunyai karakteristik yang


berbeda dibandingkan dengan jenjang sebelumnya. Di PT sasarannya mahasiswa,
perkembangan mahasiswa berada pada tahap perkembangan remaja akhir
sampai dewasa tengah. Artinya bahwa dari dimensi kognitif mereka sudah
mencapai tahapan yang tertinggi, yaitu berpikir operasional formal. Tahap berpikir
operasional formal artinya mahasiswa sudah mampu berpikir kritis, abstrak,
hipotetik, mahir memecahkan masalah dan mampu mengambil kesimpulan secara
sistimatis. Dari dimensi moral, mereka sudah mencapai tahap pasca konvensional,
mahasiswa sudah berkembang hati nuraninya, begitu pula pada dimensi
perkembangan berikutnya. Berdasarkan karakteristik perkembangan tersebut,
mahasiswa lebih dewasa dan mandiri, maka menurut Gibson dan Mitchell (2011)
kecenderungan pelaksanaan BK di PT lebih pada jalinan kerjasama antar
universitas dan antar disiplin ilmu, lokarya, seminar, kelompok studi, konseling
individual, dan aktivitas riset BK. Kendati demikian bentuk layanannya bisa
bervarasi sangat tergantung dari kebutuhan mahasiswa.

2) Tujuan Pelayanan BK pada Perguruan Tinggi

Tujuan pelayanan BK diberikan pada satuan jenjang PT tidak berbeda pada


satuan jenjang pendidikan sebelumnya. Tujuan yang dimaksud disimpulkan dari
Winkel dan Hastuti (2007) bahwa: (1) mahasiswa mempunyai kemampuan

24
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

mengatur dirinya sendiri, (2) dapat mengembangkan kepribadian berdasarkan


kapasitas potensinya, (3) mampu menjaga kesehatan mental yang wajar, (4)
mengintegrasikan studinya dalam pola kehidupannya, (5) merencanakan cita-
citanya sesuai dengan kondisi riil kehidupannya. Tujuan di atas akan dicapai
dengan memperhatikan bentuk bimbingan yang akan diberikan, sehingga
membawa konkeuensi pada strategi layanan yang akan dilakukan.

3) Ruang Lingkup Pelaksanaan BK di PT

Ruang lingkup pelaksanaan BK di PT lebih mengacu pada permasalahan-


permasalahan yang muncul pada capaian dari masing-masing tahap
perkembangan mahasiswa. Winkel dan Hastuti (2007) merumuskan lingkup kajian
layanan diklasifikasikan ke dalam dua jenis, ciri-ciri perkembangan mahasiswa
rentang semester I- IV, dan rentang semester V-VIII.

Ciri-ciri mahasiswa rentang semester I- IV. Ciri-ciri perkembangan lebih


berkaitan dengan stabilitas dalam kepribadian, pandangan yang lebih realistis
tentang diri dan lingkunganya, kemampuan untuk menghadapi permasalahan
lebih matang, gejolak emosi mulai berkurang. Ciri khas mahasiswa tersebut sangat
tergantung dari tempo dan irama mahasiswa, manakala perkembangannya tidak
sesuai dengan tempo dan iramanya maka akan memicu munculnya permasalahan.

Ciri-ciri mahasiswa rentang semester V-VIII. Ciri perkembangan yang


muncul terkait dengan usaha memantapkan diri pada bidang keahlian yang telah
dipilih dan dalam hubungan dengan percintaan, berpikir keras tatkala mengatasi
dihadapkan pada masalah, seperti kesulitan ekonomi saat kuliah, kesulitan
mendapat kepastian untuk mendapat pekerjaan kelak, ketegangan atau stres
tatkala dihadapkan pada berbagai masalah.

Ciri perkembangan mahasiswa di atas kalau dikategorikan termasuk pada


bidang bimbingan yang ada pada satuan jenjang pendidikan sebelumnya, hanya
berbeda kualitas masalahnya. Kalau di kalangan mahasiswa permasalahan akan
lebih kompleks, sehingga strategi yang digunakan harus tepat, supaya dapat

25
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

mengentaskan masalah dan mereka akan berkembang menjadi insan mandiri


dalam kehidupan secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir.

Bentuk layanan BK yang ditujukan pada para mahasiswa lebih banyak


dipusatkan ke biro layanan konseling di tingkat universitas. Personel yang terlibat
dalam biro layanan tersebut berasal dari berbagai program studi, namun program
studi yang memimpin kegiatan tersebut; dengan tujuan untuk memudahkan
komunikasi antar program studi tatkala layanan BK diberikan. Bentuk layanan yang
diberikan lebih mengarah pada layanan orientasi dan informasi terkait dengan
penyesuaian diri atas kurikulum dan pola belajar di PT. Kemudian layanan karir
penting juga diberikan untuk lebih memantapkan perencanaan karir mereka kelak.
Pelayanan yang bersifat individual juga diberikan untuk membantu kesulitan
mahasiswa baik dalam bidang akademik, sosial, karir dan pribadi.

26
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

D. URAIAN MATERI
3. Esensi Pelayanan BK di Berbagai Jenis Pendidikan

Esensi pada jenis pendidikan membahas pelayanan BK pada pendidikan


umum, kejuruan, keagamaan dan yang berkebutuhan khusus. Pelayanan BK yang
diberikan pada pendidikan umum (sekolah dasar, menengah dan perguruan
tinggi) dan kejuruan telah dibahas pada pelayanan BK pada satuan jenjang
pendidikan. Sehingga untuk memahami lebih lanjut dapat menyimak uraian
terdahulu. Berikut akan dibahas pelayanan BK pada jenis pendidikan keagamaan
dan pendidikan berkebutuhan khusus.

a. Esensi Pelayanan BK pada Jenis Pendidikan Keagamaan

Jenis Pendidikan Keagamaan menurut Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia No: 55 Tahun 2007 pasal 8 adalah Pendidikan keagamaan berfungsi
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

Pendidikan keagamaan bertujuan terbentuknya peserta didik yang


memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli
ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa, dan berakhlak
mulia. Pendidikan keagamaan meliputi pendidikan keagamaan Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Pendidikan keagamaan diselenggarakan
pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan keagamaan menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu yang


bersumber dari ajaran agama atau memadukan ilmu agama dan ilmu
umum/keterampilan terutama bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik
pindah pada jenjang yang sama atau melanjutkan ke pendidikan umum atau yang
lainnya pada jenjang berikutnya. Hasil belajar dari pendidikan keagamaan yang
terakreditasi memperoleh kesempatan untuk pindah ke sekolah dasar, SMP,
SMA/K, atau pendidikan lain yang telah memenuhi persyaratan. Sedangkan Hasil
pendidikan keagamaan nonformal dan/atau informal dapat dihargai sederajat

27
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

dengan hasil pendidikan formal keagamaan/umum/kejuruan setelah lulus ujian


yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi yang ditunjuk
oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

Pendidikan Keagamaan Islam berbentuk Diniyah dan Pesantren.


Pendidikan diniyah formal menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu yang
bersumber dari ajaran agama Islam pada jenjang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan
diniyah nonformal diselenggarakan dalam bentuk pengajian kitab, Majelis Taklim,
Pendidikan Al Qur'an, Diniyah Takmiliyah, atau bentuk lain yang sejenis dan
berbentuk satuan pendidikan.

Pendidikan Pesantren menyelenggarakan pendidikan dengan tujuan


menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak mulia, serta
tradisi pesantren untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama Islam (mutafaqqih
fiddin) dan/atau menjadi muslim yang memiliki keterampilan/keahlian untuk
membangun kehidupan yang Islami di masyarakat.

Pesantren menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu


dengan jenis pendidikan lainnya pada jenjang pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, menengah, dan/atau pendidikan tinggi. Peserta didik dan/atau
pendidik di pesantren yang diakui keahliannya di bidang ilmu agama, tetapi tidak
memiliki ijazah pendidikan formal dapat menjadi pendidik mata pelajaran/kuliah
pendidikan agama di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan yang memerlukan,
setelah menempuh uji kompetensi sesuai ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.

Pendidikan keagamaan untuk agama Kristen. Diselenggarakan pada jalur


pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan keagamaan Kristen
jenjang pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar Teologi Kristen (SDTK) dan Sekolah
Menengah Pertama Teologi Kristen (SMPTK), jenjang pendidikan menengah
adalah Sekolah Menengah Agama Kristen (SMAK) dan Sekolah Menengah Teologi

28
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

Kristen (SMTK) atau yang sederajat, diselenggarakan oleh Pemerintah, gereja


dan/atau lembaga keagamaan Kristen.

Pendidikan keagamaan untuk agama Katholik. Pendidikan keagamaan


Katolik diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan keagamaan Katolik pada jalur pendidikan formal diselenggarakan pada
jenjang pendidikan menengah dan tinggi. Pendidikan keagamaan Katolik pada
jalur formal dibina oleh Menteri Agama. Pendidikan keagamaan Katolik tingkat
menengah merupakan Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) atau yang
sederajat yang terdiri atas 3 (tiga) tingkat. Isi dan materi kurikulum yang
menyangkut iman dan moral merupakan wewenang gereja Katolik dan/atau
Uskup.

Pendidikan keagamaan Hindu. Pendidikan keagamaan Hindu merupakan


pendidikan berbasis masyarakat yang diselenggarakan dalam bentuk Pasraman,
Pesantian, dan bentuk lain yang sejenis. Pengelolaan satuan pendidikan
keagamaan Hindu dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat.

Pendidikan Pasraman diselenggarakan pada jalur formal, dan nonformal.


Pendidikan Pasraman diselenggarakan pada jalur formal setingkat TK disebut
Pratama Widya Pasraman, yaitu tingkat Pratama Widya Pasraman A (TK A) dan
tingkat Pratama Widya Pasraman B (TK B). Pendidikan pasraman pada jalur formal
jenjang pendidikan dasar setingkat SD disebut Adi Widya Pasraman terdiri atas 6
(enam) tingkat. Pendidikan Pasraman pada jalur formal jenjang pendidikan dasar
setingkat SMP disebut Madyama Widya Pasraman terdiri atas 3 (tiga) tingkat.
Jenjang pendidikan menengah setingkat SMA disebut Utama Widya Pasraman
terdiri atas 3 (tiga) tingkat.

Pendidikan keagamaan Budha. Pendidikan keagamaan Buddha


diselenggarakan oleh masyarakat pada jalur pendidikan nonformal dalam bentuk
program Sekolah Minggu Buddha, Pabbajja Samanera, dan bentuk lain yang

29
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

sejenis. Pengelolaan satuan pendidikan keagamaan Buddha dilakukan oleh


Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Pabbajja Samanera merupakan pendidikan nonformal yang


diselenggarakan oleh Sangha atau Majelis Keagamaan Buddha bertempat di
Vihara/Cetiya yang diperuntukkan khusus bagi samanera, samaneri, silacarini,
buddhasiswa, dalam rangka peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan.
Pabbajja Samanera bertujuan untuk menanamkan disiplin pertapaan sesuai
dengan ajaran Sang Buddha dalam meningkatkan kualitas keimanan umat
Buddha. Pabbajja Samanera dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 (dua) minggu.
Peserta didik Pabbajja Samanera meliputi anak-anak, remaja, dan dewasa.
Kurikulum Pabbajja Samanera meliputi riwayat hidup Buddha Gotama, etika
samanera, pokok-pokok dasar agama Buddha, paritta/mantra, meditasi,
kedharmadutaan, dan materi penting terkait lainnya.

Pendidikan keagamaan Khonghucu. Pendidikan keagamaan Khonghucu


diselenggarakan oleh masyarakat pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan
informal. Pengelolaan satuan pendidikan keagamaan Khonghucu dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Pendidikan keagamaan
Khonghucu berbentuk program Sekolah Minggu, Diskusi Pendalaman Kitab Suci,
Pendidikan Guru dan Rohaniwan Agama Khonghucu, atau bentuk lain yang sejenis,
bertujuan untuk menanamkan keimanan dan budi pekerti peserta didik. Sekolah
Minggu Khonghucu dan Diskusi Pendalaman Kitab Suci merupakan kegiatan
belajar-mengajar nonformal yang dilaksanakan di Xuetang, Litang, Miao dan
Klenteng, yang dilaksanakan setiap minggu dan tanggal 1 serta 15 penanggalan
lunar.

Kurikulum Sekolah Minggu Khonghucu memuat bahan kajian Daxue,


Zhongyong, Lunyu, Mengzi, Yijing, Shujing, Liji, Shijing, Chun Qiu Jing, Xiaojing,
Sejarah Suci Agama Khonghucu, serta Tata Agama/Peribadahan Khonghucu.
Tenaga Pendidik pada pendidikan keagamaan Khonghucu mencakup Jiaosheng,
Wenshi, Xueshi, Zhanglao atau yang mempunyai kompetensi.

30
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

Berdasarkan uraian di atas terkait dengan pendidikan keagamaan, peran


BK pada pendidikan keagamaan lebih pada memperkuat karakater pribadi siswa
yang dilandasi pada nilai-nilai keagamaan. Misal dalam pembentukan hati nurani,
pembentukan hati nurani juga dipengaruhi oleh norma. Norma mengacu pada
kebaikan yang harus dilakukan oleh siswa dan berperilaku sesuai dengan kebaikan
tersebut. Sedangkan hati nurani menunjuk lebih tegas keputusan yang akan dipilih
untuk melakukan kebaikan itu. Kondisi hati nurani tersebut dapat tajam, tumpul
bahkan mati. Kualitas hati nurani siswa akan sangat dipengaruhi oleh norma-
norma yang berkembang di masyarakat. Di sekolah agamapun juga akan
mengajarkan norma-norma yang khas pada masing-masing agama. Bahkan agama
mengajarkan norma yang sangat mengikat hati nurani, karena keyakinan bahwa
norma-norma itu diwahyukan sendiri oleh Allah melalui nabinya. Layanan BK
memperkuat norma agama yang sudah dimiliki oleh siswa untuk
diimplementasikan ke dalam perilaku nyata. Di sekolah agama siswa belajar akan
ketakwaan kepada Tuhan, ketaatan akan kehendakNya dan keyakinan akan
kebenaran ajaran agama. Sehingga peran layanan BK di sekolah keagamaan lebih
memperkuat pembentukan perilaku sebagai manifestasi dari nilai-nilai agama
yang dianut.

b. Esensi Pelayanan BK pada Pendidikan Berkebutuhan Khusus

Jenis Pendidikan untuk Berkebutuhan Khusus dimaknai sebagai pendidikan


yang ditujukan pada siswa yang masuk kawasan sisi kiri (negatif) dan kanan
(positif) dari kurve normal. Berkebutuhan khusus dapat dikaitkan dengan
keluarbiasaan atau berkelainan atau berkebutuhan khusus, artinya perkembangan
mereka berbeda dengan anak normal.

Batas kenormalan, keluarbiasaan mengacu pada sebaran dalam kurva


normal, salah satunya menggunakan ukuran intelegensi (IQ). Anak dikatakan
normal manakala memiliki IQ berada kisaran antara 90 – 110 dalam skala
Wechsler. Anak yang IQ nya di bawah 85 termasuk dalam kategori keluarbiasan
negatif (tergolong anak-anak yang tunagrahita). Sedangkan mereka yang memiliki
IQ di atas 130 termasuk anak yang berkelainan positif atau disebut sebagai anak

31
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

yang tergolong berbakat atau genius. Seperti yang terlihat pada kurva normal di
bawah ini.

Gambar 4.1 Letak Keluarbiasaan dalam kurva Normal


IQ70 IQ130
70 0

Sedangan tingkat kecerdasan anak dibedakan menjadi empat golongan:

1. Golongan cerdas, dapat dibagi atas (a) Cerdas dengan IQ antara 110-130; (b)
sangat cerdas dengan IQ lebih dari 130, golongan ini dibagi: gifted dengan IQ
antara 130-140 dan genius dengan IQ lebih dari 140
2. Golongan biasa (normal), IQ antara 90-110
3. Golongan lambat belajar: IQ antara 70-90
4. Golongan terbelakang mental, dibagi atas: (a) debil, dapat dididik dengan IQ
antara 50-70; (b) embisil, mampu dilatih dengan IQ 25-50; (c) idiot, perlu
rawat dengan IQ antara 0-25.

Berdasarkan pengertian tentang berkebutuhan khusus di atas dapat


dipahami bahwa tingkat kecerdasan anak akan mempunyai implikasi yang
berbeda dalam perlakuan pembelajarannya, sehingga akan berdampak pula
dalam pemberian layanan BK. Perlakuan dalam pemberian layanan dari anak
berkebutuhan khusus akan dibedakan dalam tiga klasifikasi, a) Golongan sangat
cerdas, b) Golongan Menengah atau rata-rata, c) Golongan keterbelakangan
mental (slow learner, debil, embisil dan idiot). Kajian di bawah ini hanya pada
golongan sangat cerdas dan lambat belajar.

1) Golongan sangat cerdas.

Maknanya adalah anak yang mempunyai kemampuan sangat cerdas dalam


proses pertumbuhan dan perkembangan mentalnya dibandingkan dengan anak-

32
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

anak normal yang sebaya. Sebagai contoh: untuk anak normal biasa pada umur 5
tahun dapat membilang angka sampai 10, namun untuk anak sangat cerdas dapat
membilang sampai 30.

Anak pandai menyesuaikan diri terhadap lingkungan, mempunyai harga


diri tapi tidak tidak egois, cita-cita yang tinggi dengan kemauan yang keras, lekas
bosan. Secara sosial, lekas bosan berdampak dalam belajar, sehingga malas
belajar, karena tidak terpenuhi kebutuhan kognitifnya; dampak lebih jauh anak
akan cenderung nakal, namun anak ini mempunyai minat dalam penelitian-
penelitian.

Bentuk layanan BK untuk anak sangat cerdas membutuhkan pendidikan


secara khusus supaya proses pendidikannya dapat menampung kebutuhan
kognitifnya, sehingga mereka membutuhkan sekolah luar biasa. Mengapa?
Pendidikan luar biasa mempunyai manfaat: (1) akan memenuhi kebutuhan mental
anak, (2) dapat memberikan bimbingan dan pengarahan sesuai dengan
kebutuhan, kemampuan dan tujuan pendidikan, (3) hasil prestasi belajarnya dapat
segera dimanfaatkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan, (4) di sekolah umum
tidak akan ditemukan gangguan-gangguan yang disebabkan adanya anak sangat
cerdas.

2) Golongan lambat belajar.

Anak yang tergolong lambat belajar mempunyai IQ diantara normal dan


keterbelakang (bordeline), IQ antara 70-90. Golongan anak ini termasuk
keterbelakangan mental, sehingga membutuhkan pelayanan sosial dan
pendidikan khusus. Ditinjau dari kemampuan akademisnya, anak golongan ini
masih bisa dididik, namun kemampuan pikirnya, ingatan, daya konsentrasi agak
lambat. Tatkala menghadapi soal sulit lekas putus asa dan sering tidak ada usaha
untuk memecahkan masalah.

Adapun anak berkebutuhan khusus selain diklasifikasikan berdasarkan IQ,


Sunardi dalam Purwanta (2012:104) membuat perbandingan klasifikasi anak luar
biasa negatif dari tiga sumber, yaitu Departemen Pendidikan Amerika,

33
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian sosial. Klasifikasi


tersebut termuat dalam tabel berikut.

Amerika Serikat Kemendikbud Kementerian Sosial


Berkesulitan belajar - -
Retardasi mental tunagrahita Cacat mental
Gangguan emosi Tunalaras Cacat mental
Gangguan wicara Tunarungu wicara Cacat rungu wicara
Gangguan pendengaran Tunarungu wicara Cacat netra
Gangguan penglihatan Tunanetra Cacat netra
Cacat tubuh Tunadaksa Cacat tubuh
Cacat ganda Tunaganda Cacat eks penyakit kronis
Buta dan tuli Tunaganda -
Gangguan kesehatan - -

Bentuk pembelajaran yang dilakukan dapat digabungkan ke dalam


pembelajaran di kelas dengan anak normal, karena mereka masih dapat menerima
pendidikan akademis. Kendati dengan perhatian dan pelayanan khusus.

34
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

E. RANGKUMAN

1. Jalur pendidikan meliputi pendidikan formal, nonfromal dan informal. Masing-


masing jalur mempunyai karakteristik tersendiri, sehingga membutuhkan
pelayanan BK yang berbeda.
2. Di jalur formal dengan berbagai satuan membutuhkan pelayanan BK juga
berbeda, seperti di PAUD dengan karakteristik perkembangan menuntut
layanan BK lebih diutamakan pada pengembangan semua lini perkembangan,
seperti kognitif, emosi, bahasa, moral, ketrampilan motorik halus dan kasar.
Sehingga kelak dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal dan siap
mengikuti pembelajaran di tingkat selanjutnya.
3. Di jalur pendidikan sekolah dasar, karakteristik pertumbuhan dan
perkembangan lebih mengarah pada persiapan untuk memasuki sekolah
menengah. Pertumbuhan dan perkembangan mengarah pada perubahan
peran dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Peralihan peran ini yang
akan menimbulkan banyak perubahan yang bisa berdampak pada munculnya
masalah. Peran BK untuk tahap perkembangan ini memberikan layanan yang
bisa mencegah munculnya masalah, sehingga proses peralihan
perkembangannya dapat berjalan secara baik. Harapannya pertumbuhan dan
perkembangan di tahap berikutnya berjalan secara smooth.
4. Jalur pendidikan nonformal, peran layanan BK lebih cenderung ke
pengembangan softskill , karena mereka memasuki pendidikan dengan kondisi
yang sangat beragam. Umur tidak bisa digunakan sebagai patokan dalam kelas
belajar yang diikuti, sangat biasa warga belajar berumur 30 tahun baru belajar
untuk tingkat sekolah menengah. Motivasi dari warga belajar juga beragam,
sehingga berdampak pada pola perilakunya.
5. Pendidikan informal bentuk layanan BK nya sama dengan yang ditujukan pada
pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal. Walau sebenarnya,
pendidikan anak usia dini berakar di dalam keluarga, seiring berjalannya waktu

35
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

dan peran pentingnya pendidikan anak usia dini, maka pemerintah dan
lembaga sejenis ikut terlibat dalam proses pendidikan untuk anak usia dini.
6. Jenjang pendidikan meliputi PAUD sampai perguruan tinggi, bentuk layanan BK
menyesuaikan dengan tahap perkembangan masing-masing, seperti yang
sudah dijelaskan pada uraian di jalur pendidikan formal. Khusus untuk
pendidikan tinggi (PT) mempunyai karakteristik yang lebih khas, maka arah
layanan BK pada penguatan potensi dan arah karir untuk masa depan.
7. Jenis pendidikan meliputi pendidikan umum, kebutuhan khusus dan
keagamaan. Untuk pendidikan umum, pelayanan BK dilaksanakan berdasarkan
pada kebutuhan siswa yang ditujukan untuk memenuhi tugas-tugas
perkembangan siswa melalui berbagai bidang bimbingan yang menjadi ruang
lingkup BK.
8. Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, pendidikan yang ditujukan pada
anak yang mempunyai IQ dalam rentang negatif (sisi kiri) dan positif (sisi kanan)
dalam kurva normal. Bahasan ini mencakup bentuk pelayanan BK untuk anak
yang termasuk IQ rendah atau lambat dalam belajar dan IQ tinggi termasuk
anak yang berbakat dan genius. Untuk klasifikasi kecerdasan tinggi
membutuhkan pendidikan secara khusus, supaya bisa mengakomodir
kebutuhan kognisi mereka. Sedangkan yang yang lambat dalam belajar bentuk
pendidikannya bisa digabungkan ke dalam kelas untuk anak-anak normal,
kendati mereka membutuhkan perhatian dan bimbingan secara khusus.
9. Pendidikan keagamaan, dimaksudkan adalah pendidikan yang diselenggrakan
oleh lembaga yang berbasis agama. Di dalam Permen No: 55 Tahun 2007
pendidikan yang dimaksudkan meliputi lima agama, seperti Islam, Kristen,
Katholik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu. Tujuan penyelenggaraan pendidikan
tersebut sama, yaitu siswa mempunyai kemampuan untuk memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamnya sehingga bisa berwawasan luas, kritis,
kreatif, inovatif dan dinamis untuk mencerdakan kehidupan berbangsa yang
beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Pelaksanaan kegiatan BK pada
pendidikan keagamaan didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung di dalam

36
Modul 1 | Kegiatan Belajar 4: Esensi Pelayanan Bk pada Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan

agama masing-masing. Cakupan layanannya sama dengan pendidikan umum,


yaitu pada bidang pribadi, sosial, karir dan belajar.

37
Modul 1

F. DAFTAR SPUSTAKA

______. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Anni, C.T. tt. Bimbingan dan Konseling Di Taman Kanak-Kanak. Kudus: Caraka

ASCA. 1984. Ethical Standard for School Counselor. Journal of The School
Counselor,32,84-87.
ASCA. 2012. The ASCA National Model.A Framework for School Counseling
Programs.Third Edition. Alexandria: ASCA Publication

Association for Counselor Education and Supervision (ACES).1999. Technical


Competencies for Counselor Education Students: Recommended Guidelines
for Program Development. Diperoleh dari
http://www.coe.ohiostate.edu/paes/couned/ technical_ competencies.
html (diunduh 1 Oktober 2005)

Corey, G., Corey, M.S.., & Callanan, P.. 2011. Issues and Ethics in the Helping
Professions Eighth Edition. Belmont USA: Brooks/Cole.
Depdiknas. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri
Pelatihan Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Dirjen GTK Kemendikbud. 2016. Esensi Pelayanan BK pada Jalur Pendidikan

Feist, J., & Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality Sixth Edition. United.
States: McGraw-Hill Companies. Inc.

Gibson L.Robert & Marianne H.Mitchell. 2011. Introduction to Counselling and


Guidance. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Gladding, S. T. 2009. Counseling: A Comprehensive Profession. New Jersey:
Pearson Education.Inc.
Gredler, Margaret E. Bell. (penerjamah Munandir). 1991. Belajar dan
Membelajarkan. Jakarta: C.V. Rajawali dan PAU-UT.

Gysbers, N.C, & Henderson, P. 2006. Developing and Managing your Scholl
Guidance and Counseling Program 4th Edition. USA: ACA Publishing

38
Modul 1

Henderson, D.A. & Cobia, D.C. 2003. Handbook of School Counseling. New Jersey:
Merrill Prentice Hall.

Herr, Edmin. 1989. Counseling in a Dynamic Society: opportunities and chalenges.


American Association for Counseling and Development.

John McLeod 2009. An Introduction to Counseling. England: Mc Graw Hill.


Pedersen, 1991).

Kartadinata, S.2017. Dari bimbingan dan konseling perkembangan ke


komprehensif. (Refleksi 21 Tahun Mengawal Perjalanan Bimbingan dan
Konseling di Indonesia, 1996-2017). Bandung:tidak diterbitkan

Kartadinata, Sunaryo. 2010. Isu-isu Pendidikan: Antara Harapan dan Kenyataan.


Bandung: UPI Press.
Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling. Semarang: Pengurus Besar ABKIN.
Lee, W, Blando, JA, Mizelle, N, Orozco, G. Introduction to Multicultural Counseling
for Helping Professionals. New York: Routledge

Mochamad Nursalim. 2013. Pengembangan Media Bimbingan & Konseling.


Jakarta: Akademia.

Mortensen, Donal G. dan Allen M. Schmuller. 1976. Guidance in To Day’s School.


New York: John Wiley dan Sons. Inc..
Myers, D.G. 2012. Social Psychology. Edisi 10 Buku 1. Jakarta : Salemba Humanika

Neukrug, Ed. 2007. The World of the Counselor: An Introduction to the Counseling
Profession, Fourth Edition. Belmont USA: Brooks/Cole.
Nurani, Y.S. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks

Nurihsan, A.J. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika
Aditama.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No: 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan


Agama dan Keagamaan.
Phinney, J. S., & Ong, a. D. 2007. Conceptualization and measurement of ethnic
identity: Current status and future directions. Journal of Counseling
Psychology, 54, 371-281.

Prayitno & Erman Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.


Jakarta:Rineka Cipta.
Prayitno & Erman Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta:Rineka Cipta.

Prayitno dan Erman Amti. 1999. Dasar-dasar BK. Jakarta: Rineka Cipta

39
Modul 1

Prayitno. 2004. Aplikasi Instrumentasi. Padang: Jurusan Bimbingan dan Konseling


FIP Universitas Negeri Padang.

Purwanta, E. 2012. Modifkasi Perilaku. Alternatif Penanganan Anak Berkebutuhan


Khusus.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan


Formal, Jakarta : Ditjen PMPTK, Depdiknas, 2007.

Ryff, D. C. 1989. Happiness is everything, or is it? Exploration on the meaning of


psychological well being. Journal of Personality and Social Psychology, 57,
1069-1081.

Santrock, J. W. 2013. Life-span Development 14th ed. New York: McGraw-Hill


Companies, Inc

Shertzer & Stone. 1980. Fundamental of Counseling. Boston: Hougton Miffin


Company

Sue, Derald Wing, & Sue, David. 2008. Counseling the culturally diverse: Theory
and Practice Fifth Editio. New Jersey: John wiley & Sons, inc.

Sutrianto, dkk..2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Menengah


Atas. Jakarta: Dirjen Pendasmen Kemendikbud

Syamsuddin, Abin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja

Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset

Winkel dan Hastuti, Sri, MM. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi

Winkel, W.S dan Hastuti, M.M.Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan.


Yogyakarta: Media Abadi.

Yusuf, Syamsu, & Nurihsan, Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.

40

Anda mungkin juga menyukai