Anda di halaman 1dari 15

PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

Secara psikologis orang dewasa suka pembelajaran praktis dan berpusat pada masalah.
Oleh karena itu digunakan pembelajaran kolaboratif serta kooperatif dan pemecahan masalah
secara otentik.Mereka lebih suka contoh-contoh nyata, cerita dan overview untuk mengaitkan
teori dengan prakteknya. Dalam pembelajaran orang dewasa,mereka perlu dibantu untuk
menerapkan informasi-informasbaru. Sebagai antisipasi masalah yang mungkin akan dihadapi
dalam mengaplikasikan informasi baru itu, orang dewasa perlu diberikan saran-saran dan
pengalaman nyata. Orang dewasa suka pembelajaran yang mendukung harga diri
mereka. Disarankan agar memulai pelajarandengan kegiatan kerja dalam kelompok kecil,
dengan demikian resiko kegagalan yang mungkin terjadi relative rendah.
Dalam melakukan aktivitas pembelajaran,bantulah mereka untuk berkembang menjadi
lebih efektif dengan latihan terarah dan pembiasaan. Rencanakan untuk membangun sukses
individual secara bertahap. Dimulai dengan tugas yang ringan menuju yang lebih berat.Orang
Dewasa suka pembelajaran yang mengintegrasikan informasi baru dengan pengalaman mereka.
Ketahui kebutuhan peserta sebelum, selama dan sesudah pembelajaran. Pembelajar perlu
membuatperencanaan disekitar kebutuhan-kebutuhan mereka. Timbulkan motivasi dengan
membantu mereka mengungkapkan pengalaman yang terkait dengan materi pembelajaran.
Siapkan alternatif kegiatan sehingga mudah menyesuaikan rencana dengan kebutuhan. Orang
dewasa suka pembelajaran yang menunjukkan perhatian secara individual. Hal lain yang tidak
kalah pentingnya adalah dengan memenuhi kebutuhan mereka seperti istirahat yang cukup,
snack dan bersikap humor. Ajak mereka merencanakan target dan kualitas,organisasikan
dengan efektif dan efisien. Berikan kesempatan yang luas kepada mereka untuk memberikan
umpan balik.

Langkah-langkah Pendekatan Andragogi.


Langkah-langkah pendekatan andragogi adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa.Suasana belajar harus diatur
sedemikian rupa sehingga cocok untuk orang dewasa, santai dan tidak menjemukan.
2. Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif.
Dalam perencanaan pembelajaran orang dewasa harus diciptakan suatu struktur
organisasi sehingga bersifat partisipatif.
3. Mendiagnosis kebutuhan belajar.
Sebelum belajar orang dewasa harus didiagnosis terlebih dahulu kebutuhan –
kebutuhan apa yang diperlukan orang dewasa dalam belajar
4. Merumuskan rancangan kegiatan belajar.
Rumuskan terlebih dahulu rancangan kegiatan belajar dengan menggunakan strategi
apa saja.
5. Mengembangkan rancangan kegiatan belajar.
Kemudian kembangkan rancangan belajar yang sudah dirumuskan tersebut.
6. Melaksanakan kegiatan belajar.
Lakukan kegiatan belajar sesuai dengan rancangan belajar yang sudah disusun.
7. Mendiagnosis kembali kebutuhan belajar (evaluasi).

Perlu direnungkan kembali dan dievalusi kebutuhan belajar setelah selesai


pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembeljaran selanjutnya. Orang dewasa
mempunyai masa kesiapan untuk belajar sebagai akibat dari peranan sosialnya. Masa dewasa
terdiri dari 3 (tiga) fase, yaitu:
 Masa Dewasa Awal : 18 – 30 tahun
 Masa Dewasa Pertengahan : 30 – 55 tahun
 Masa Dewasa Akhir : 55 tahun lebih

a. Pelatih / Fasilitator orang dewasa berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang
yang belajar (Peserta).
b. Kurikulum berorientas kepada masalah.
c. Pengalaman belajar dirancang berdasarkan masalah atau perhatian yang ada pada
benak mereka
Rahasia Pembelajaran Orang Dewasa:
1. Orang dewasa punya pengalaman, mau belajar bila berkaitan dengan pekerjaan dan
kepentingannya sehari-hari.
2. Orang dewasa tidak suka digurui, suka menerima saran.
3. Orang dewasa suka hal-hal yang praktis (Learning by doing)
4. Orang dewasa suka diberi kesempatan ambil bagian dengan pengetahuan, kemampuan
dan kepentingannya (Collaborative Learning)
5. Orang dewasa senang dengan materi yang berbentuk pemecahan masalah / kasus
(Problem Based Learning)

Ciri-ciri Pendekatan Andragogi:
1. Suasana terbuka berpendapat, tukar fikiran/pengalaman, saling percaya.
2. Pelatih bukan guru. ia menghargai pendapat & pengalaman peserta, ia fasilitator
3. Materi dirumuskan bersama
4. Kerja kelompok
5. Sarana pelatihan yang melibatkan peran aktif peserta
6. Evaluasi bersama, memfokuskan pada perubahan sikap & perilaku.

Langkah-langkah pendekatan andragogi:


1. Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa.
2. Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif.
3. Mendiagnosis kebutuhan belajar.
4. Merumuskan rancangan kegiatan belajar.
5. Mengembangkan rancangan kegiatan belajar.
6. Melaksanakan kegiatan belajar.
7. Mendiagnosis kembali kebutuhan belajar (evaluasi).
Kondisi belajar
Proses belajar merubah perilaku peserta, akan terjadi kalau ada kondisi yang dapat
menimbulkan reaksi atau respon. Untuk itu fasilitator dituntut memiliki ketrampilan
menciptakan kondisi peserta sehingga timbul minat, perhatian dan respon peserta. Kondisi
yang mempengaruhi terjadinya proses belajar terdiri dari komponen :
 kemampuan kognitif – penguatan
 stimulasi - umpan balik
 respon – transfer
 perhatian
Situasi atau suasana yang menyenangkan, peserta akan lebih senang dan tekun melakukan
ragam kegiatan belajar. Komponen yang dapat menciptakan suasana menyenangkan adalah :
 sikap ramah, rileks dan bersahabat
 hubungan yang harmonis
 penampilan menarik
 kondisi lingkungan yang nyaman
 penyajian yang menyenangkan

Efektivitas belajar orang dewasa dipengaruhi factor :


Informasi manfaat dari pelajaran disampaikan
Pemberdayaan peserta sebagai sumber belajar
Materi pelajaran dan contoh-contoh yang diberikan sesuai dengan pekerjaan peserta.
Kesempatan pengalaman belajar atau berinteraksi aktif.
Fasilitator berperan sebagai mitra dalam kegiatan belajar

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) ORANG DEWASA


Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan dan pelatihan (diklat)  orang
dewasa melibatkan interaksi widyaiswara dan peserta diklat dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Kemampuan personal widyaiswara diperlukan dalam aktivitas tersebut.
Kompetensi  manajerial dalam kelas selama pembelajaran membutuhkan ketrampilan, baik
dalam perencanaan maupun pengelolaan kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran dapat terlaksana dengan optimal. Sering ditemukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung  peserta diklat mengalami kondisi mengantuk. Sering keluar ruangan
dan tidak konsentrasi pada objek pembelajaran yang disampaikan widyaiswara. Kondisi ini
disebabkan oleh kejenuhan  peserta diklat karena penggunaan metode, alat bantu dan media
dalam penyampaian materi pembelajaran yang menyenangkan dan memberi motivasi peserta
diklat dalam kegiatan pembelajaran.
Kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran sangat diperlukan. Hal  ini
sesuai dengan peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara,  Nomor 8 Tahun 2008, tentang
Standar Kompetensi Widyaiswara pasal 6 ayat 2 butir a  yang menyebutkan bahwa widyaiswara
harus memiliki kompetensi pengelolaan pembelajaran dengan memotivasi semangat belajar
peserta.
Metode pembelajaran yang diberikan kepada masyarakat tentu juga sangat berbeda
dengan yang diberikan kepada peserta diklat prajabatan ataupun diklatpim. Karakteristik
masyarakat umum biasanya sudah lama meninggalkan bangku pendidikan  dan lebih banyak
berkutat dengan aktifitas mencari nafkah dan berbagai urusan rumah tangga.  Betapapun tinggi
tingkat pendidikan dan pengalaman seseorang namun apabila tidak dibiasakan mereka akan
sangat kesulitan untuk mencurahkan gagasannya.  Disinilah peran penting latar belakang
peserta  didik bagi widyaiswara. Karena latar belakang peserta didik menjadi dasar dalam
memilih pendekatan metode pembelajaran.
Pembelajaran Orang dewasa Terdapat banyak sekali teori dan model pembelajaran
orang dewasa yang berkembang saat ini.  Pembelajaran orang dewasa pada dasarnya diikuti
oleh mereka yang telah memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang diperoleh
melalui pendidikan formal, non formal, lingkungan kerja, maupun lingkungan dimana mereka
hidup.  Bekal pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman para peserta didik itu akan sangat
berharga jika bisa digali sebagai sumber pembelajaran.  Akan lebih baik lagi jika pengalaman itu
bisa  dikembangkan dan diorganisasi kembali menjadi pengalaman baru sesuai tujuan
pembelajaran.
Ada beragam cara yang bisa digunakan untuk mengeksplorasi pengetahuan, ketrampilan
dan pengalaman peserta didik, khusunya orang dewasa. Salah satunya dengan menggunakan
metode pembelajaran yang mengedepankan proses dialog dan curah pendapat. Mengapa
dialog dan curah pendapat penting? Karena selama ini dalam proses pembelajaran tidak terjadi
proses penggalian ide dan gagasan peserta didik.  Widyaiswara selama ini lebih aktif dan
dominan dalam proses pembelajaran sehingga berperan layaknya guru yang menjelaskan isi
materi secara rinci dengan sedikit membuka ruang tanya jawab. Dengan metode ini praktis,
peserta diklat lebih banyak duduk manis mendengarkan materi yang disampaikan oleh
widyaiswara.
Proses penggalian pengalaman peserta didik sebagai sumber pembelajaran pun tidak
terjadi dalam metode ini.  Pola pembelajaran yang berlangsung satu arah menyebabkan peserta
didik menjadi pasif, demotivasi dan tidak berpikir kritis untuk bersama-sama mengembangkan
ide dan gagasan dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran. Konsekwensi dari pola ini
adalah rendahnya perhatian peserta terhadap materi pendidikan dan pelatihan, bahkan ada
kecenderungan peserta didik mengantuk di kelas sementara widyaiswara bersemangat
menjelaskan materi pembelajaran.  Proses pembelajaran yang berlangsungpun kurang
berkembang dan tidak efektif.

HAKEKAT  PEMBELAJARAN ORANG DEWASA


Belajar bagi manusia merupakan proses pendidikan sepanjang masa yang tidak hanya
dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah ataupun perguruan tinggi, namun juga
berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.   Menurut Malcolm S Knowles, ada beberapa prinsip
dasar dalam proses pembelajaran orang dewasa :

1. Orang Dewasa Mampu Belajar


Orang dewasa dapat menerima pengetahuan dan mampu mengembangkan
intelektualnya. Pengetahuan dapat mereka melalui berbagai sumber yang didapat dalam
aktifitas kehidupannya baik di rumah, tempat kerja ataupun lingkungan masyarakat dimana
mereka berada.  Semakin kompleks masalah dan kebutuhan hidupnya, maka semakin banyak
pula upaya mereka memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang bermanfaat untuk
mengatasi masalahnya. Karena bertambahnya usia, makan orang dewasa mengalami
kemunduran kecepatan belajarnya, namun kekuatan intelektualnya tidaklah berkurang, bahkan
bisa bertambah sebagai hasil proses belajar.  Kelambanan dalam menerima pelajaran ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1) Orang dewasa sudah lama tidak belajar secara rutin dan sistematis.
2) Adanya perubahan fisik baik pendengaran, penglihatan, perasa, gerak fisik maupun
kondisi tubuh lainnya.
3) Metode belajar orang dewasa memerlukan penyesuaian, sesuai kondisi fisik dan tingkat
pemikirannya.
4) Kondisi psikologis sebagai akibat dar interaksi sosial dan beban kehidupan manusia
dewasa dalam keluarga maupun masyarakat. 

2. Belajar Merupakan Proses Internal
Untuk memenuhi kebutuhan  dalam rangka eksistensi dirinya maka orang dewasa
membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan baru yang bermanfaat untuk meningkatkan
kemampuan dirinya dalam mengatasi berbagai masalah dan kebutuhan hidup yang dihadapi.
Pengetahuan dan ketrampilan baru akan mereka pelajari tanpa harus dibelajarkan oleh orang
lain.  Mereka memahami bahwa tanpa usaha meningkatkan diri, mereka akan merasa tertinggal
ataupun kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.  Secara psikologis, orang dewasa
memiliki kebutuhan mengarahkan diri agar diakui oleh orang lain. Eksistensi diri merupakan
kebutuhan internal sebagai bagian dari kehidupannya yang menjadi bagian dari masyarakat
dimanapun mereka berada.
Menurut Sunarno, 2007, menyebutkan beberapa asumsi yang membedakan pendidikan
anak (paedagogik) dan pendidikan orang dewasa (andragogik)  yaitu : 1. Konsep diri, 2.
Pengalaman, 3. Kesiapan untuk belajar, dan 4.Orientasi terhadap belajar.
1. Konsep diri
Konsep diri orang dewasa tidak lagi tergantung pada orang lain karena ia sudah mampu
menentukan pilihan pada dirinya karena telah memiliki kematangan. Orang dewasa
memerlukan perlakuan yang sifatnya menghargai dirinya sebagai individu yang telah
mampu mengambil keputusan tentang apa yang dia butuhkan dalam belajar, yang
bermanfaat untuk mengembangkan diri agar dihargai dan bermanfaat bagi orang lain.
2. Pengalaman
Orang dewasa memiliki pengalaman yang mereka baik selama belajar, dalam lingkungan
kerja maupun dalam kehidupan bermasyarakat.  Dari pengalaman inilah maka setiap orang
dewasa sebagai peserta didik dapat dijadikan sebagai sumber belajar dengan saling tukar
pengalaman ataupun pemecahan masalah sesuai sudut pandang masing-masing.
3. Kesiapan untuk Belajar
Orang dewasa akan siap untuk belajar apabila materi yang akan mereka pelajari dirasakan
sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Karena tujuan belajarnya adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan agar semakin mampu meningkatkan peranannya dalam
masyarakat.  Pengetahuan dan ketrampilan yang tidak langsung bermanfaat bagi
kehidupannya maka dirasakan tidak terlalu penting untuk dipelajari.
4. Orientasi Terhadap Belajar
Orang dewasa ingin secepatnya mengaplikasikannya hasil belajar dalam kehidupan sehari-
hari. Materi pendidikan dan pelatihan yang cocok bagi mereka adalah yang bersifat praktis
sesuai dengan masalah ataupun kebutuhan hidup yang dihadapi.  Materi praktis ini bisa
memberi bantuan dalam mengatasi masalah-masalah, baik yang berkaitan dengan tugas
pekerjaan maupun dalam kehidupan di masyarakat.

PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN


Pembelajaran efektif perlu dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dengan
ditandai semangat dan kegembiraan peserta selama proses belajar.  Oleh karena itu, seorang
widyaiswara dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang mampu membangkitkan
peserta didik agar bersemangat, termasuk juga dalam mengungkapkan pengalaman dan
pengetahuan yang telah dimilikinya.  Mengungkap pengetahuan dan ketrampilan setiap peserta
didik, bisa dilakukan melalui metode curah pendapat dengan memancing setiap peserta agar
mau mengungkapkan pengetahuan yang berkaitan dengan materi pembelajaran tanpa rasa
takut salah meskipun apa yang disampaikan itu tidak tepat.

Metode curah pendapat apabila diterapkan dengan benar tidak hanya memperkaya
sumber belajar namun juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta
didik.  Langkah-langkah pembelajaran dengan metode curah pendapat yang efektif dan
menyenangkan adalah sebagai berikut :

1. Tentukan tujuan pembelajaran


Tujuan pembelajaran merupakan hal pokok yang akan menjadi pedoman tentang
kemampuan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah selesai pembelajaran.
Jelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta didik dan dapatkan kesepakatan dari
mereka.  Tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus dari setiap sub
materi.
2. Ciptakan suasana yang nyaman dan bersahabat
Suasana belajar sangat berpengaruh terhadap proses dan keberhasilan belajar.  Agar
peserta merasa nyaman dalam belajar perlu diciptakan keakraban antara widyaiswara
dengan peserta didik maupun antar peserta didik.  Mulailah dengan perkenalan dan
pahamilah siapa mereka.  Buatlah peserta merasa rilek dan bangkitkan keberaniannya
untuk mengungkapkan pengalamannya tanpa rasa takut salah. Iringan musik, cerita
lucu, gambar, video ringan ataupun nyanyian bisa mencairkan suasana belajar yang
tegang.
3. Mulailah memaparkan materi pembelajaran
Umumnya dimulai dari penjelasan konsep yang dilanjutkan dengan rincian-rincian.
Upayakan agar peserta didik tertarik untuk memberikan pendapat dari pengalaman
yang mereka miliki berkaitan dengan materi yang dibahas. Paparan berupa materi
esensial dalam bentuk bagan, tabel ataupun gambar lebih menarik dibanding berupa
kalimat-kalimat panjang yang membosankan.  Apabila paparan menggunakan LCD
dengan power point  maka setiap paparan jangan lebih dari sembilan baris dan diketik
dengan huruf ukuran besar agar mudah dibaca peserta.
4. Pancing Peserta untuk Mengungkapkan Pendapat
Apabila peserta masih takut mengemukakan pendapat dan komentar maka pancinglah
dengan pertanyaan-pertanyaan ringan yang bisa dijawab tanpa harus banyak berpikir.
Setelah ada peserta yang mengemukakan pendapat dan merasa aman, maka hal ini
akan memberi motivasi kepada peserta lain untuk ikut mengungkapkan pendapatnya
ataupun bertanya.  Berilah komentar positif setiap setiap pendapat peserta tanpa
memandang tepat dan tidaknya isi dari pendapat tersebut sebagai penghargaan atas
keberaniannya.  Dalam materi tertentu, cerita pengalaman peserta di lingkungan
kerjanya bisa dijadikan studi kasus sebagai bahan diskusi. Peran widyaiswara adalah
mengendalikan agar curah pendapat dan pertanyaan tetap berkaitan dengan materi
yang sedang dibahas dan memberikan kesempatan secara merata kepada setiap peserta
didik.
5. Beri penguat dan penghargaan
Setiap peserta didik membutuhkan tanggapan apakah pendapatnya tepat atau kurang
tepat.  Beri penguat pada setiap pendapat yang tepat dan sempurnakan pendapat yang
kurang tepat.  Hindari memberi tanggapan yang terkesan menyalahkan peserta didik
karena akan menyebabkan mereka merasa takut untuk berpendapat kembali.
6. Lanjutkan materi berikutnya
Semakin banyak peserta mengungkapkan pendapat, ide dan gagasan yang berkaitan
dengan materi sebenarnya maka semakin jelas pembahasannya.  Namun karena waktu
pembelajaran terbatas maka akhiri curah pendapat pada suatu bagian materi apabila
dipandang sudah cukup dan lanjutkan pada materi berikutnya.  Kesempatan peserta
untuk mengemukakan pendapat dan bertanya sebenarnya bisa dilakukan bebas kapan
saja asalkan diperhitungkan dengan waktu pembelajaran yang tersedia.
7. Beri penghargaan atas keaktifan peserta
Agar motivasi peserta didik bisa selalu berkembang maka widyaoswara perlu
memberikan catatan siapa saja peserta didik yang aktif dalam curah pendapat, siapa
yang berkualitas dan siapa yang kurang berkualitas.  Catatan ini akan menjadi alat
evaluasi keberhasilan setiap peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.
8. Simpulkan hasil pembelajaran
Setiap akhir pembelajaran perlu disampaikan kesimpulan dari materi yang telah
dibahas.  Kesimpulan ini bermanfaat untuk menguatkan ingatan peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran sekaligus mempertegas konteks dari keseluruhan materi
9. Rayakan keberhasilan pembelajaran
Setiap usaha belajar dan hasil yang diperoleh peserta didik dalam pembelajaran pantas
untuk dirayakan dalam bentuk tepuk tangan, ungkapan kegembiraan ataupub
pernyataan syukur kepada Tuhan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan
motivasi untuk kemajuan belajar berikutnya.

Metode lain yang dapat diterapkan dalam pembelajaran orang dewasa diantaranya
adalah metode diskusi, metode inquiry, metode discovery, dan metode
demonstrasi. Pembelajar/Widyaiswara dapat memilih metode yang akan diterapkan dengan
mempertimbangkan kondisi peserta, karakteristik materi pembelajaran dan waktu
pembelajaran yang tersedia.
Dari gambar di atas tampak bahwa pada ceramah peserta hanya mendengarkan. Fungsi
bicara hanya sedikit terjadi pada waktu tanya jawab. Untuk metode diskusi bicara dan
mendengarkan adalah seimbang. Dalam pendidikan dengan cara demonstrasi, peserta sekaligus
mendengar, melihat dan berbicara. Pada saat latihan praktis peserta dapat mendengar,
berbicara, melihat dan mengerjakan sekaligus, sehingga dapat diperkirakan akan menjadi paling
efektif.

Implikasi Terhadap Pembelajaran Orang Dewasa


Usaha-usaha ke arah penerapan teori andragogi dalam kegiatan pendidikan orang
dewasa telah dicobakan oleh beberapa ahli, berdasarkan empat asumsi dasar orang dewasa
seperti telah dijelaskan di atas yaitu: konsep diri, akumulasi pengalaman, kesiapan belajar, dan
orientasi belajar. Asumsi dasar tersebut dijabarkan dalam proses perencanaan kegiatan
Pendidikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menciptakan suatu struktur untuk perencanaan bersama. Secara ideal struktur semacam ini
seharusnya melibatkan semua pihak yang akan terkenai kegiatan pendidikan yang
direncanakan, yaitu termasuk para peserta kegiatan belajar atau siswa, guru atau fasilitator,
wakil-wakil lembaga dan masyarakat.
2. Menciptakan iklim belajar yang mendukung untuk orang dewasa belajar. Adalah sangat
penting menciptakan iklim kerjasama yang menghargai antara guru dan siswa. Suatu iklim
belajar orang dewasa dapat dikembangkan dengan pengaturan lingkungan phisik yang
memberikan kenyamanan dan interaksi yang mudah, misalnya mengatur kursi atau meja
secara melingkar, bukan berbaris-berbaris ke belakang. Guru lebih bersifat membantu
bukan menghakimi.
3. Diagnosa sendiri kebutuhan belajarnya. Diagnosa kebutuhan harus melibatkan semua pihak,
dan hasilnya adalah kebutuhan bersama.
4. Formulasi tujuan. Agar secara operasional dapat dikerjakan maka perumusan tujuan itu
hendaknya dikerjakan bersama-sama dalam deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut diatas.
5. Mengembangkan model umum. Ini merupakan aspek seni dari perencanaan program,
dimana harus disusun secara harmonis kegiatan belajar dengan membuat
kelompokkelompok belajar baik kelompok besar maupun kelompok kecil.
6. Perencanaan evaluasi. Seperti halnya dalam diagnosa kebutuhan, dalam evaluasi harus
sejalan dengan prinsip-prinsip orang dewasa, yaitu sebagai pribadi dan dapat mengarahkan
diri sendiri. Maka evaluasi lebih bersifat evaluasi sendiri atau evaluasi bersama.

Aplikasi yang diutarakan di atas sebenarnya lebih bersifat prinsip-prinsip atau rambu-
rambu sebagai kendali tindakan membelajarkan orang dewasa. Oleh karena itu,
keberhasilannya akan lebih benyak tergantung pada setiap pelaksanaan dan tentunya juga
tergantung kondisi yang dihadapi. Jadi, implikasi pengembangan teknologi atau pendekatan
andragogi dapat dikaitkan terhadap penyusunan kurikulum atau cara mengajar terhadap
mahasiswa. Namun, karena keterikatan pada sistem lembaga yang biasanya berlangsung, maka
penyusunan program atau kurikulum dengan menggunakan andragogi akan banyak lebih
dikembangkan dengan menggunakan pendekatan andragogi ini.

Simpulan dan Saran


1. Simpulan
Pendidikan atau belajar adalah sebagai proses menjadi dirinya sendiri (process of
becoming) bukan proses untuk dibentuk (process of beings haped) menurut kehendak orang
lain, maka kegiatan belajar harus melibatkan individu atau client dalam proses pemikiran apa
yang mereka inginkan, mencari apa yang dapat dilakukan untuk memenuhi keinginan itu,
menentukan tindakan apa yang harus dilakukan, dan merencanakan serta melakukan apa saja
yang perlu dilakukan untuk mewujudkan keputusan itu. Dapat dikatakan disini tugas pendidik
pada umumnya adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri mereka sendiri,
mengatur urusan kehidupan mereka sendiri dan mempertimbangkan pandangan dan interest
orang lain.
Dengan singkat menolong orang lain untuk berkembang dan matang. Dalam andragogi,
keterlibatan orang dewasa dalam proses belajar jauh lebih besar, sebab sejak awal harus
diadakan suatu diagnose kebutuhan, merumuskan tujuan, dan mengevaluasi hasil belajar serta
mengimplementasikannya secara bersama-sama.
2. Saran
Pengembangan teknologi andragogi hanya dapat dilakukan apabila diyakini bahwa
orang dewasa sebagai pribadi yang matang sudah dapat mengarahkan diri mereka sendiri,
mengerti diri sendiri, dapat mengambil keputusan untuk sesuatu yang menyangkut dirinya.
Tanpa ada keyakinan semacam itu kiranya tidak akan tumbuh pendekatan andragogi.
Dengan kata lain andragogi tidak akan mungkin berkembang apabila meninggalkan ideal
dasar orang dewasa sebagai pribadi yang mengarahkan diri sendiri. Bagi pengambil kebijakan
dalam hal pembelajaran orang dewasa diharapkan mampu memberikan pertimbangan holistik
ke arah pengembangan keterampilan dan peningkatan sumber daya orang dewasa yang
berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai