Anda di halaman 1dari 6

1.

Inflamasi
 Patofisiologi Terjadinya inflamasi adalah reaksi lokal dari jaringan atau sel terhadap
suatu rangsangan. Jika ada cedera, terjadi rangsangan untuk 7 melepaskan zat kimia
tertentu yang menstimulasi terjadinya perubahan jaringan sebagai manifestasi dari
radang, diantaranya yaitu histamin, serotonin, bradikinin, leukotrien dan prostaglandin
(Lumbanraja, 2009). Cyclooxygenase (COX) merupakan enzim yang terdapat pada jalur
biosintetik dari prostaglandin, tromboksan dan prostasiklin.Menurut Kujubu et al (1991)
dalam Multazar et al (2012) Enzim ini ditemukan tahun 1988 oleh Dr. Daniel Simmons,
peneliti dari Harvard University. Cyclooxygenase terbagi dua yaitu COX-1 dan COX-2.
COX-1 sebagai housekeeping gen pada hampir seluruh jaringan normal, sedangkan
enzim COX-2 bertanggung jawab terhadap mekanisme inflamasi dan rasa nyeri
(Multazar et al., 2012). COX-2 membentuk PGE2 dan PGI2 yang dapat menyebabkan
terjadinya beberapa proses biologis yaitu peningkatan permeabilitas kapiler, agen piretik
dan hiperalgesia (Stables &Gilroy, 2010).
 Inflamasi Akut
Inflamasi akut memiliki 2 komponen utama antara lain
a. Perubahan pembuluh darah Perubahan pembuluh darah
b. mengakibatkan meningkatnya peredaran darah dan perubahan struktur yang
menyebabkan protein plasma
c. meninggalkan sirkulasi 10 b. Aktifitas Sel Perpindahan leukosit dari dalam pembuluh
darah mikro dan berakumulasi pada fokus kerusakan (penarikan sel dan aktifasi). Sel
utama yang berperan adalah neutrofil.
 Inflamasi Kronik
Inflamasi kronik adalah inflamasi yang durasinya panjang (minggu sampai bulan sampai
tahun) pada inflamasi aktif, jaringan yang cedera, dan proses penyembuhan dengan
stimulasi.
Inflamasi kronik ini dikarakteristikan sebagai berikut
a. Infiltrasi oleh sel mononuklear, termasuk diantaranya makrofag, limfosit, dan sel
plasma
b. Destruksi jaringan, sebagian besar diinduksi oleh produk dari selsel yang
terinflamasi 18
c. Perbaikan, keterlibatan proliferasi pembuluh baru (angiogenesis) dan fibrosis.
 Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan
prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di
dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi
 Inflamasi terjadi ketika jaringan tubuh mengalami cedera, terinfeksi bakteri, terkena
racun, atau panas. Sel-sel yang rusak melepaskan zat kimia yang disebut histamin,
prostaglandin, dan bradikinin. Fungsinya yaitu agar pembuluh darah melebar, sehingga
lebih banyak darah dan sel darah putih mengalir ke area tersebut

2. Perbaikan jaringan
a. Proliferasi Sel
 Proliferasi sel terjadi pada hari ke 3-14 dan ditandai dengan adanya fibroblas di sekitar
luka. Pada fase proliferasi terjadi angiogenesis atau neovaskularisasi, yaitu proses
pembentukan pembuluh darah baru. Aktvitas fibroblas dan epitelial membutuhkan
oksigen, angiogenesis adalah hal yang penting sekali dalam langkah-langkah
penyembuhan luka. Jaringan dimana pembentukan pembuluh darah baru terjadi, terlihat
berwarna merah (eritema) karena terbentuknya kapiler-kapiler di daerah itu.
 Seiring dengan terjadinya proliferasi fibroblas, populasi sel keratinosit dan endotelial ke
daerah luka sehingga terjadi angiogenesis. Pembuluh darah yang baru terbentuk ini
mengawali peningkatan jumlah fibroblas ke daerah luka untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi dan untuk memproduksi plasminogen activator dan collagenase. Setelah
pembentukan jaringan yang cukup adekuat, migrasi dan proliferasi sel-sel endotelial
menurun, dan sel yang berlebih akan mati dalam proses apoptosis (Jayanto, 2012).

Gambar 1. Proliferasi Sel (Pereira, 2013)

 Seiring dengan proses angiogenesis, fibroblas mulai terkumpul di dalam luka. Fibroblas
mulai memasuki daerah luka 2-5 hari setelah fase inflamasi luka berakhir, dan jumlahnya
mencapai puncak pada 1-2 minggu setelah terjadinya luka. Pada akhir minggu pertama,
fibroblas adalah sel utama dalam luka. Fibroplasia berakhir 2 sampai 4 minggu setelah
luka terjadi. Pada 2-3 hari setelah terjadinya luka, fibroblas berproliferasi dan bermigrasi,
sehingga nantinya menjadi sel utama yang menjadi matriks kolagen di dalam area luka.
Fibroblas dari jaringan normal bermigrasi ke dalam area luka. Awalnya fibroblas
menggunakan benang fibrin pada fase inflamasi untuk bermigrasi, melekat ke fibronektin
kemudian fibroblas mengendapkan substansi dasar ke dalam area luka yang selanjutnya
akan ditempati kolagen. Salah satu peranan penting fibroblas adalah menghasilkan
kolagen. Fibroblas mulai menghasilkan kolagen pada hari ke-2 sampai hari ke-3 setelah
terjadinya luka, dan mencapai kadar puncak pada minggu ke-1 hingga minggu ke-3.

b. Faktor Pertumbuhan Sel


Proliferasi fibroblast dalam proses penyembuhan luka secara alami distimulasi oleh
interleukin-Ib (IL-Ib), platelet derived growth factor (PDGF), dan fibroblast growth
factor (FGF). Selain itu, Kanzaki dkk (1998) mengungkapkan bahwa migrasi fibroblast
pada area perlukaan distimulasi oleh transforming growth factor _ (TGF ), yaitu faktor
pertumbuhan yang dihasilkan oleh jaringan granulasi yang terbentuk selama proses
inflamasi. Proses penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh peranan migrasi dan
proliferasi fibroblas pada area perlukaan.
Faktor-faktor pertumbuhan sel:
c. Regenerasi Sel dan Jaringan
 Regenerasi sel dimulai pada 4- 5 hari pertama setelah kerusakan dan memuncak setelah 2
minggu. Kemudian secara gradual akan menurun pada 3-4 minggu setelah terjadi
kerusakan. Fase regenerasi terdiri atas 2 tahap, yaitu regenerasi sel dan pembentukan
jaringan ikat atau fibrosis. Ketika mengalami luka/cedera, sel myosatellite teraktivasi oleh
faktor-faktor pertumbuhan dalam 18 jam setelah cedera sebagai respon terhadap stimulus
kimiawi. Aktivasi ini menyebabkan sel myosatellite berproliferasi dan berdiferensiasi
menjadi mioblast. Mioblast kemudian akan membentuk miotubul baru atau bergabung
dengan sel yang rusak. Di saat yang bersamaan, terjadi pembentukan jaringan ikat oleh
fibrin dan fibronektin yang berasal dari darah akibat pembentukan hematoma pada awal
kerusakan jaringan. Kehadiran fibrin dan fibronektin pada area kerusakan akan
menginisiasi terbentuknya matriks ekstraselular yang akan diisi secara cepat oleh
fibroblast (Darby et al, 2016; Ménétrey, 2000).
 Matriks ekstraseluler mengandung faktor-faktor pertumbuhan yang menjadi aktif ketika
terjadi kerusakan jaringan. Beberapa faktor pertumbuhan tersebut adalah FGF, IGF-2,
TGF-β, hepatocyte growth factor (HGF), tumor necrosis factor-α (TNF-α), dan IL-6
(interleukin-6). Faktor-faktor ini akan memanggil dan mengaktivasi fibroblast yang
kemudian akan menghasilkan kolagen, yang berkontribusi dalam regenerasi jaringan.

d. Proses perbaikan jaringan


 Proses perbaikan jaringan merupakan proses yang dinamis, secara singkat meliputi proses
inflamasi, diikuti oleh proses fibrosis atau fibroplasia, selanjutnya remodeling jaringan
dan pembentukan jaringan parut (Mehendale, 2001). Proses fibrosis atau fibroplasia dan
pembentukan jaringan parut merupakan proses perbaikan yang melibatkan jaringan ikat
yang memiliki empat komponen, yaitu : (a) pembentukan pembuluh darah baru, (b)
migrasi dan proliferasi fibroblas, (c) deposisi ECM (extracellular matrix), dan (d)
maturasi dan organisasi jaringan fibrous (remodeling). Dari keseluruhan proses yang
telah disebutkan diatas, fibroblas memiliki peran penting pada proses fibrosis yang
melibatkan dua dari keempat komponen diatas yaitu migrasi dan proliferasi fibroblas
serta deposisi ECM oleh fibroblas (Jonquiera dan Jose, 2007).
 Proses akhir dari penyembuhan luka adalah pembentukan jaringan parut, yaitu jaringan
granulasi yang berbentuk spindle, kolagen, fragmen dari jaringan elastik dan berbagai
komponen matriks ekstraselular. Jadi, pada saat jaringan mengalami perlukaan, maka
fibroblas yang akan segera bermigrasi ke arah luka, berproliferasi dan memproduksi
matriks kolagen dalam jumlah besar yang akan membantu mengisolasi dan memperbaiki
jaringan yang rusak (Taqwim, 2012).

TUGAS 2
1. Jelaskan pembagian sistem imun! Komponen-komponen serta patofisiologi dari imunitas.
 Pembagian system imun:
a. Sistem Imun non Spesifik
Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap dan memiliki
respon langsung serta cepat terhadap adanya patogen pada individu yang sehat.
Sistem imun ini bertindak sebagai lini pertama dalam menghadapi infeksi dan tidak
perlu menerima pajanan sebelumnya, bersifat tidak spesifik karena tidak ditunjukkan
terhadap patogen atau mikroba tertentu, telah ada dan berfungsi sejak lahir.
Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas dan mampu melindungi tubuh terhadap
patogen yang potensial. Manifestasi respon imun alamiah dapat berupa kulit, epitel
mukosa, selaput lendir, gerakan silia saluran nafas, batuk dan bersin, lisozim, IgA, pH
asam lambung. Sel Natural Killer merupakan sel limfosit yang berfungsi dalam
imunitas nonspesifik terhadap virus dan sel tumor. Sel mast berperan dalam reaksi
alergi dan imunitas terhadap parasit dalam usus serta invasi bakteri.
b. Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda yang dianggap
asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan segera dikenali dan terjadi
sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan ulang
akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Respon sistem imun spesifik
lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi oleh antigen namun memiliki perlindungan
lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh Limfosit B
dan Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid.
1) Sistem imun spesifik humoral: Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun
spesifik humoral yang akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat ditemukan di
serum darah, berasal dari sel B yang mengalami proliferasi dan berdiferensiasi
menjadi sel plasma. Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi
ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya.
2) Sistem imun spesifik selular Limfosit T berperan pada sistem imun spesifik
selular. Pada orang dewasa, sel T dibentuk di sumsung tulang tetapi proliferasi
dan diferensiasinya terjadi di kelenjar timus. Persentase sel T yang matang dan
meninggalkan timus untuk ke sirkulasi hanya 5-10%. Fungsi utama sistem imun
spesifik selular adalah pertahanan terhadap bakteri intraselular, virus, jamur,
parasit dan keganasan
 Komponen Sistem Imun
Sistem imun dilengkapi dengan kemampuan untuk memberikan respons imun non
spesifik, misalnya fagositosis, maupun kemampuan untuk memberikan respons imun
spesifik yang dilakukan oleh sel-sel dan jaringan limfoid yang tergolong kedalam system
limforetikuler (Oppenheim dkk.,1987; Abbas dkk.,1991; Roit dkk.,1993). Sistem ini
terdiri atas sejumlah organ limfoid yaitu :
1. kelenjar timus
2. kelenjar limfe
3. limfa
4. Tonsil
5. berbagai jenis sel serta jaringan diluar organ limfoid, seperti :
a. peyer,s patches yang terdapat pada dinding usus
b. jaringan limfoid yang membatasi saluran nafas dan saluran urogenital
c. jaringan limfoid dalam sumsum tulang dan dalam darah Sistem limforetikuler
inilah yang merupakan system kendali dari semua mekanisme respons imun.

 Patofisiologi imunitas
Imunodefisiensi: Sistem imun penting untuk melindungi organisme tubuh terhadap invasi
dari luar. Defisiensi pada salah satu komponen dari sistem imun dapat mengganggu
aktivitas seluruh sistem pertahanan tubuh.
- Perubahan Patologis
1. Reaksi hipersensitivitas
2. Penyakit Autoimun
3. Sindrom Imunodefisiensia. sindrom imunodefisiensi kongenital atau primerb. sindrom
imunodefisiensi di dapat atau sekunder
- Penyakit imunologik:
1. Penyakit imunodefisiensi: AIDS
2. Penyakit hipersensitivitas: alergi
3. Penyakit autoimune: Lupus eritematus sitemik

2. Karakterisasi dan neoplasma, agen-agen karsinogenik dan pertahanan tubuh terhadap


tumor.
 Neoplasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus
menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak
berguna bagi tubuh. Tumor ada yang bersifat jinak (benign) dan ada yang bersifat ganas
(malignant) (Spector dan Spector, 1993). Tumor jinak hanya bersifat lokal, sel yang
berproliferasi cenderung bersifat kohesif sehingga saat massa neoplastik tersebut
mengalami perluasan secara sentrifugal akan terlihat batas yang nyata. Tumor jinak
memiliki kapsul jaringan ikat yang membatasi tumor dengan jaringan sekitarnya.
Pertumbuhan tumor jinak cukup lambat dan bahkan beberapa tumor tidak terlihat
berubah ukurannya (Wilson, 2006)
 Sel-sel neoplasia memiliki karakteristik seperti, sel neoplasia tidak mematuhi batas
pertumbuhan sel yang normal, sel neoplasia kurang melekat satu sama lain dan beberapa
neoplasia memiliki sifat angiogenik (dapat membentuk pembuluh darah baru) sehingga
banyak pembuluh darah baru yang tumbuh ke dalam jaringan neoplasia (Spector dan
Spector, 1993). Secara histologi ada dua ciri utama sel neoplasia, yaitu abnormalitas
arsitektural dan abnormalitas sitologis.
 Agen karsinogenik:
1. Zat kimia yang mekanismenya mengubah sel-sel normal menjadi sel neoplasma
melalui proses (a) inisiasi (pencetus), (b) promotion (pemacuan);
2. Karsinogen Radiasi. Energi radiasi yang menyebabkan kanker dapat dibagi menjadi:
sinar ultraviolet, radiasi ionisasi;
3. Virus. Virus yang dapat menginduksi terjadinya kanker dapat dibagi menjadi 2 go
longan, yaitu virus RNA, dan virus DNA.
4. Bakteri, Parasit, dll.
 Pertahanan Tubuh terhadap Tumor
Tubuh memiliki system pertahanan terhadap sel tumor. System pertahanan tersebut
berupa antibody. Namun kinerja antibody di tubuh ini hanya akan bekerja jika diinduksi
oleh antigen tumor. Antigen adalah setiap zat yang mampu menginduksi suatu respon
imun spesifik dan berinteraksi dengan respon tersebut, yaitu antibody. Antigen dapat
berupa zat terlarut, seperti toksin dan protein asing; dapat juga berupa bakteri dan sel
jaringan. (Dorland; 119) Dalam kasus ini, antigen yang dimunculkan oleh sel tumor
berupa protein asing.
Respons utama sistem imun terhadap tumor yaitu untuk menghancurkan sel
abnormal menggunakan sel T sitotoksik, kadang-kadang dengan bantuan sel T pembantu.
Antigen tumor disajikan pada molekul MHC kelas I dengan cara yang serupa dengan
antigen virus, sehingga sel T sitotoksik dapat mengenali sel tumor sebagai sel abnormal.
Sel NK juga membunuh sel tumor dengan cara yang mirip, terutama jika sel tumor
memiliki molekul MHC kelas I lebih sedikit pada permukaan daripada keadaan normal;
hal ini merupakan fenomena umum pada tumor. Terkadang antibodi dihasilkan untuk
melawan sel tumor dan menghancurkannya melalui kerja sama dengan sistem
komplemen.

Anda mungkin juga menyukai