Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA

Dosen Pembimbing :

Ns. Gajali Rahman, S. Kep., M. Kep

Kelompok 2

Anggun Paramita P07220219079


Elysa Shabrina Nurviany P07220219088
Lis Diana P07220219101
Simanullang, Yuliana Dortauli P07220219119

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN + NERS

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan Rahmat- Nya sehingga Makalah Keperawatan Jiwa ini dapat selesai
dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Dalam
kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih dengan hati yang tulus
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini semoga
Allah senantiasa membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda. Kami menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
perbaikan di masa yang akan datang. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Samarinda, 5 Agustus 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Pengertian Kesehatan Jiwa........................................................................3

2.2 Ciri – Ciri ....................................................................................................4

2.3 Pandangan perawat tentang kesehatan jiwa ...........................................6

2.4 Trend dan Issue keperawatan Jiwa...........................................................7

2.5 Manfaat Keperawatan Jiwa.....................................................................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................16

3.1 Kesimpulan................................................................................................16

3.2 Saran..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang paling
mengancam di dunia. Setiap tahun korban akibat gangguan jiwa selalu meningkat.
Hal ini disebabkan oleh beban hidup yang semakin lama semakin berat. Gangguan
jiwa ini tidak hanya terjadi pada kalangan bawah tetapi juga kalangan pejabat dan
kalangan menengah ke atas. Pada saat ini penyakit gangguan jiwa tidak hanya
dialami oleh orang dewasa dan lansia tetapi juga oleh anak-anak dan remaja.
Seseorang yang terkena gangguan jiwa akan melakukan hal yang seharusnya tidak
dilakukan seperti menggunakan obat-obatan terlarang dan melakukan bunuh diri.
Kasus bunuh diri sudah menjadi masalah besar di beberapa Negara di dunia
seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris dan lain-lainnya. Selain factor diatas
penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa juga disebabkan oleh perkembangan
otak ketika masih janin yang menyebabkan penyakit skizofrenia. Oleh karena itu
saat ini seluruh Negara di dunia berusaha meningkatkan kesehatan jiwa warga
negaranya. Begitu juga dengan Indonesia yang berusaha meningkatkan pelayanan
pada pasiennya dengan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan jiwa.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan dan tema yang diangkat maka masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Kesehatan Jiwa?
2. Bagaimana ciri-ciri jiwa yang sehat?
3. Bagaimana pandangan perawat tentang kesehatan jiwa?
4. Apakah yang dimaksud dengan Keperawatan Jiwa?
5. Bagaimana tren dan isu dalam keperawatan jiwa?
6. Manfaat keperawatan jiwa bagi pasien dan perawat?

1
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami tentang keperawatan jiwa,
bagaimana perang perawat dalam melaksanakan keperawatan jiwa dan bagaimana
manfaatnya kepada pasien dan perawat. Makalah ini juga disusun untuk memahami
tentang diagnose keperawatan jiwa yang sesuai dengan standar aturan keperawatan
yang berlaku dan memberikan bimbingan kepada pasien yang mengalami gangguan
jiwa.

D. Manfaat Penulisan
Bagi penulis, penyusunan makalah ini bermanfaat ganda, yaitu selain lebih
memahami perihal penyakit jiwa, penulis juga bisa mengasah dan mengembangkan
kemampuannya di bidang penulisan karya ilmiah. Sedangkan bagi pembaca seperti
instansi kesehatan terkait maupun masyarakat makalah ini dapat menjadi referensi
untuk meningkatkan pelayanan dan perawatan pada pasien yang mengidap penyakit
jiwa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesehatan Jiwa
Menurut WHO kesehatan jiwa adalah kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada
gangguan jiwa melainkan megandung berbagai karakteristik yang positif
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya.
Menurut UU kesehatan Jiwa no 13 tahun 1996 kesehatan jiwa adalah kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari
seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.
Menurut Rosdahl, Texbook of Basic Nursing, 1999:58 kesehatan jiwa adalah
A mind that grows and adjust, is in control, and is free of serious stress. Kondisi
jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan,
dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.
Pada jiwa yang sehat ada beberapa factor yang dapat memprngaruhinya.
Factor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Inherited Characteristic (Warisan Karakteristik)
Beberapa teori percaya bahwa tidak ada satupun manusia normal dengan
sempurna dan kemampuan untuk mempertahankan sebuah mental yang sehat di
pandangan hidupnya. Di sisi lain orang yang mengalami kecacatan genetik
mempengaruhi seseorang untuk mempertahankan kesehatan jiwanya. Setiap
orang memiliki sifat yang berbeda, ada yang sensitive dan ada yang
temperamental semua itu dipengaruhi oleh lingkungannya.
2. Nurturing During Childhood (Pemeliharaan Sewaktu Kecil)
Hal ini mengacu pada interaksi dengan orang tua di masa kecil juga akan
mempengaruhi kesehatan jiwa. Pemeliharaan yang dimulai dengan positif ketika
anak dilahirkan akan menciptakan perasaan cinta, aman dan mau menerima.
Pemeliharan yang buruk ketika kecil juga akan mempengaruhi mental sang anak

3
seperti kekurangan kasih saying ibu, penolakan dari orang tua dan kegagalah
komunikasi awal.
3. Life Circumstance (Keadaan Hidup)
Keadaan hidup bisa mempengaruhi keadaan mental seseorang dimulai
dari dia lahir. Contoh keadaan yang positif adalah sukses di sekolah, keuangan
yang mencukupi, kesehatan fisik yang baik, pekerjaan yang menyenangkan dan
perkawinan yang sukses. Sedangkan keadaan hidup yang negative meliputi
kesehatan fisik yang buruk, pekerjaan dan perkawinan yang tidak sukses.

B. Ciri-Ciri Jiwa Yang Sehat


Setiap orang ingin memiliki jiwa yang sehat, tetapi tidak semua orang bisa
mengontrol emosi dan mengelola stresnya. Sehingga banyak orang yang memilih
jalan yang salah yaitu dengan mengakhiri hidupnya. Jiwa yang sehat memiliki ciri-
ciri sebagai berikut :
1. Menurut WHO :
a. Menyesuaikan diri secara konstruktif walaupun kenyataan sangat buruk
b. Memperoleh kepuasan dari hasil usaha
c. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
d. Hubungan antar manusia saling menolong dan memuaskan
e. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran
f. Rasa bermusuhan diselesaikan secara kreatif dan konstruktif
g. Mempunyai kasih saying
2. Menurut Abraham Maslow
a. Memiliki persepsi realita yang efektif.
b. Menerima diri sendiri
c. Spontan
d. Sederhana dan wajar
3. Menurut Jahoda
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri

4
c. Integrasi: keseimbangan ekspresi dan represi,konflik internal suasana hati
dan emosi
d. Otonomi : keseimbangan tergantung dan mandiri, menerima konsekuensi
atas perilakunya,bertanggung jawab terhadap diri sendiri, keputusannya,
tindakannya dan perasaannya.
e. Persepsi realitas : kemampuan individu memiliki penerimaan tentang dunia
luar melalui pengalaman berfikir.
f. Menguasai lingkungan : individu merasa sukses dalam menjalankan
perannya dalam masyarakat atau kelompok menghadapi dunia luar secara
efektif, mendapatkan kepuasan hidup.

C. Pandangan Perawat Terhadap Pasien Penyakit Jiwa


Bukan hanya kesehatan fisik saja yang penting, tetapi kesehatan jiwa juga
harus dijaga agar bisa menjalankan kehidupan dengan baik. Menjaga kesehatan jiwa
sangat sulit karena masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Bagi seseorang yang
tidak mampu mengelola emosi dan stressnya akan menyebabkan gangguan pada
jiwanya. Walaupun begitu seorang perawat memiliki pandangan positif terhadap
seseorang yang mengalami gangguan jiwa, yaitu sebagai berikut :
1. Gangguan jiwa tidak pernah merusak seluruh kepribadian dan perilaku manusia.
2. Perilaku manusia selalu bisa diarahkan pada respon yang baru.
3. Perilaku manusia selalu dipengaruhi oleh factor lingkungan yang dapat
menguatkan dan melemahkan
Seorang perawat akan selalu berfikir positif tentang pasiennya, walaupun
pasien tersebut mengalami gangguan kejiwaan. Selain itu seorang perawat juga akan
melakukan evaluasi tentang kesehatan pada jiwa pasiennya, yaitu sebagai berikut :
1. Status fungsional : kemampuan melakukan tugas sehariandan memenuhi peran
yang menantang
2. Status psikologi : (alarm emosional dan intelektual) perasaan kesejahteraan,
status mental dan emosi, persepsi kualitas hidup, sumber daya memaksimalkan
potensi pribadi
3. Status klinis : dimensi kesehatan fisik.

5
D. Pengertian Keperawatan Jiwa
Menurut Dorothy dan Cecelia keperawatan jiwa adalah proses dimana
perawat membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan konsep diri
yang positif, meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta
agar berperan lebih produktif di masyarakat.
Menurut Kaplan Sadock keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang
berupayauntuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang akan mendukung
integrasi, pasien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi dan
komunitas.
Menurut ANA (American Nurses Association) keperawatan jiwa adalah area
khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia
sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat dimana klien berada.

E. Tren Dan Isu Keperawatan Jiwa


1. Definisi Tren
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, tren juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi
yang terjadi pada saat 10 ini yang biasanya sedang popular di kalangan
masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang
saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.
2. Definisi Isu
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi
atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter,
sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat,
kematian, ataupun tentang krisis. Isu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan
oleh banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya.
3. Definisi Tren dan Isu Keperawatan

6
Trend dan Isu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan
banyak orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta
ataupun tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek
legal dan etis keperawatan. Tren atau isu dalam keperawatan jiwa adalah
masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting.
Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan
berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun
global.
Tren dan isu dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang
sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut
dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada
keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Berikut ini
beberapa contoh tren dan isu yang terjadi dalam keperawatan jiwa :
1. Kesehatan Jiwa dimulai masa konsepsi
Di Indonesia banyak terjadi gangguan jiwa di mulai pada usia 19 tahun dan
jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan
pada saat ini menunjukkan bahwa jika berbicara masalah kesehatan jiwa
harus dimulai dari masa konsepsi bahkan sebelum pranikah. Banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa adanya keterkaitan kesehatan fisik dan
mental seseorang ketika berada dalam kandungan di masa yang akan datang.
Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental
seseorang dimulai pada masa konsepsi. Berikut ini merupakan hasil dari
penelitian :
a. Marc Lehrer ( 300 bayi yg diteliti): stimulasi dini ( berupa suara, musik,
getaran, sentuhan ) setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental
dan emosional yg lebih baik.
b. Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus dalam
kandungan. Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat
epidemi sedang berada pada trimester dua dalam kandungan mempunyai
resiko yang lebih tinggi untuk menderita skizofrenia di kemudian hari.
Penemuan penting ini menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi

7
pada waktu yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan risiko
menderita skizofrenia. Mednick menghidupkan kembali teori
perkembangan neurokognitif, yang menyebutkan bahwa pada penderita
skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif sejak dalam
kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif seperti berkurangnya
kemampuan dalam mempertahankan perhatian, membedakan suara
rangsang yang berurutan, working memory, dan fungsi-fungsi eksekusi
sering dijumpai pada penderita skizofrenia. Dipercaya kelainan
neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan dalam
kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan
berat dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-
zat yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan
neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala
skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi,
perilaku yang aneh dan gangguan emosi.
Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang
hebat terlahir dari seorang ayah yang menggeluti musik, pola-polanya sudah
dipelajari sejak dalam kandungan pada saat bayi belum lahir yang sudah
terbiasa terpapar oleh suara-suara komposisi lagu yang teratur. Marc Lehrer,
seorang ahli dari university of California menemukan bahwa dari 3000 bayi
yang diteliti serta diberikan stimulasi dini berupa suara, musik, cahaya,
getaran dan sentuhan, ternyata setelah dewasa memiliki perkembangan fisik,
mental dan emosi yang lebih baik. Kemudian Craig Ramey, meneliti bahwa
stimulasi dini, bonding and attachment pada bayi baru lahir dapat
meningkatkan inteligensi bayi antara 15-30%.
2. Tren peningkatan masalah kesehatan
Pada era globalisasi ini masalah kesehatan jiwa sudah meningkat, hal
ini sudah terbukti dalam dua tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh beban
hidup yang semakin berat. Pada saat sekarang ini pasien gangguan jiwa
bukan hanya dari kalangan bawah tetapi juga dari kalangan mahasiswa, pns,
pegawai swasta pejabat dan masyarakat kalangan menengah ke atas. Semua

8
itu terjadi karena sebagian besar masyarakat menengah ke atas tidak mampu
mengelola stress dan juga bisa disebabkan oleh post powewr syndrome atau
mutasi jabatan. Pada saat sekarang ini penyakit gamgguan jiwa tidak lagi
mengenal strata social dan usia. Banyak orang kaya yang terkena gangguan
jiwa karena hartanya habis akibat bencana.
Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan
kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang
mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan,
gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya.
Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang
menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang
yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa
membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.
3. Meningkatknya Post Traumatic Syndrome Disorder
         Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman
trauma yang umum di alami manusia dalam kejadian sehari-hari.
Mengakibatkan keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak
mengalami stress yang demikian. Mereka menjadi manusia yang invalid
dalam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi tidak produktif.
Trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan yang bersifat individual, trauma
muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan
pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan.
4. Tren bunuh diri pada anak-anak dan remaja
           Gagasan bunuh diri merupakan keluhan pertamayang sering dijumpai
dalam pelayanan psikiatrik darurat. Semua ancaman bunuh diri, sikap dan
buah pikiran itu harus ditanggapi dengan serius, sampa dapat dibuktikan
sebaliknya. Pasien yang berisiko bunuh diri perlu diamati secara cermat.
Alas an seseorang bunuh dir adalah putus asa dengan masalah dia hadapi dan
tidak merasa tidak berdaya. Di dunia pun bunuh diri merupakan masalah
psikologis dunia yang sangat mengancam, angka kejadian terus meningkat
dan sangat mengancam Sejak tahun 1958, dari 100.000 penduduk Jepang 25

9
orang diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk negara
Austria, Denmark, dan Inggris, rata-rata 25 orang. Urutan pertama diduduki
Jerman dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24
menit seorang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang
sebenarnya 10 kali lebih besar dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong.
Kini yang mengkhawatirkan trend bunuh diri mulai tampak meningkat
terjadi pada anak-anak dan remaja. Di Benua Asia, Jepang dan Korea
termasuk Negara yang sering diberitakan bahwa warganya melakukan bunuh
diri. Di Jepang, harakiri (menikam atau merobek perut sendiri) sering
dilakukan bawahan untuk melindungi nama baik atasannya. Sebagai contoh,
sekretaris pribadi mantan Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri,
ketika skandal suap perusahaan Recruits Cosmos terbongkar pada tahun
1984.
Lockheed terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi menjaga
kehormatan pimpinannya.  Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada
tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap
tahunnya atau terjadi dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu
dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor
kecelakaan. Metode bunuh diri yang paling disukai adalah menggunakan
pistol, menggantung diri dan minum racun.
5. Paterrn of Parenting dalam Kep. Jiwa
Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pada anak, maka
pola asuh keluarga kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola
asuh dimana orang tua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan
kontrol yang tinggi. Kehangatan adalah Bagaimana orang tua menjadi teman
curhat, teman bermain, teman yang menyenangkan bagi anak terutama saat
rekreasi, belajar dan berkomunikasi. Berbagai upaya agar anak dekat dan
berani bicara pada orang tuanya saat punya masalah. Orang tua menjadi
teman dalam ekspresi feeling anak sehingga anak menjadi sehat jiwanya.
Bagaimana anak dilatih mandiri dan mengenal disiplin di rumahnya.
Kemandirian menjadi hal yang sangat penting dalam kesehatan jiwa, karena

10
akan memiliki self confidence yang cukup. Orang tua juga melatih anak
bertanggung jawab mengerjakan tugas-tugas di rumah sepert: mencuci,
menyiram bunga dll.
6. Kasus AIDS & NAPZA
Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan
dampak dari pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju.
Hal terpenting yang mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah
perangkat hukum yang lemah bahkan terkadang oknum aparat hukum seringkali
menjadi backing, ditambah dengan keragu-raguan penentuan hukuman bagi
pengedar dan pemakai, sehingga dampaknya SDM Indonesia kalah dengan
Malaysia yang lebih bertindak tegas terhadap pengedar dan pemakai NAPZA.
Kondisi ini akan semakin menigkat untuk masa yang akan datang khususnya
dalam era globalisasi.
Dalam era globalisasi tersebut terdapat gerakan yang sangat besar yang
disebut dengan istilah “Gerakan Kafirisasi“. Bila beberapa dekade yang lalu kita
mengenal istilah zionisme, maka dengan ini sejalan dengan globalisasi kita
berhadapan dengan dengan ideologi kafirisasi yang disebut dengan
Neozionisme, sebuah ideologi yang ingin menciptakan tatanan dunia global
yang sekuler dan terlepas sama sekali dari ajaran agama yang mereka anggap
sebagai kepalsuan, racun, dan dogmatis fundamentalis. Gerakan konspirasi
mereka telah membuat carut marut dan tercabiknya wajah kaum beragama,
utamanya umat muslim, mereka menuduh umat islam sebagai fundamentalis,
ekstrimis, dan tiran. Bahkan Hungtington (Misionaris Yahudi) pernah
mengatakan : “Musuh Barat terbesar setelah Rusia hancur adalah Islam“. Salah
satu program mereka adalah menghancurkan islam melalui penghancuran
generasi mudanya dengan cara menebarkan narkotik dan zat adiktif lainnya
(NAPZA). Sekarang para imperalis dan konspirasi Yahudi telah memanfaatkan
energi yang tersimpan dalam generasi negeri ini (1,3 juta orang pemuda) yang
berusia 15-25 tahun melalui NAPZA (Narkotik dan Zat Adikif lainnya) dan
telah membunuh 30 orang perbulannya. Masalah lainnya muncul seiring dengan
merebaknya pemakaian NAPZA. Menjelang tahun 2008 pertumbuhan HIV

11
AIDS di dunia dapat mencapai 4 orang permenit. Ini merupakan ancaman
hilangnya kehidupan dan runtuhnya peradaban. Dikhususkan kepada tim
kesehatan harus merasa terpanggil menyelamatkan generasi penerus bangsa dari
cangkraman NAPZA (Narkotika, Alkohol, psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya). Perawat merupakan komponen terbesar dari seluruh tim kesehatan,
maka upaya-upaya pengcegahan dan penatalaksanaan keperawatan menjadi hal
yang sangat penting karena perawat senantiasa berada di sisi klien dalam rentang
waktu yang lama di banding tim kesehatan lainnya. Melalui forum presentasi
orientasi keperawatan jiwa kami berusaha memaparkan suatu topic dengan tema
Asuhan Keperawatan pada Pengguna NAPZA.
7. Kasus ekonomi & kemiskinan
Kasus ekonomi dan kemiskinan juga memicu timbulnya penyakit
kejiwaan. Sejatinya, banyak manusia yang menginginkan hidup enak, mewah
serta berkecukupan, sementara tidak memperhatikan situasi kondisi
kehidupannya yang nyata. Akibatnya, tidak banyak manusia yang enggan
menerima kondisi tersebut, mereka cenderung frustasi dalam memikirkan hal
tersebut karena tidak menemukan pemecahan masalah yang benar.
Pengangguran telah menyebabkan rakyat indonesia semakin terpuruk. Daya beli
lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang gizi, mudah teragitasi,
kekebalan menurun dan infrastruktur yg masih rendah menyebabkan banyak
rakyat mengalami gangguan jiwa. Masalah ekonomi paling dominan menjadi
pencetus gangguan jiwa di Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat terjadi
kenaikan BBM selalu dsertai dengan peningkatan dua kali lipat angka gangguan
jiwa. Hal ini diperparah dengan biaya sekolah yang mahal, biaya pengobatan tak
terjangkau dan penggusuran yang kerap terjadi.

F. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisas


Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan keperawatan adalah
tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan penyelenggaraan pelayanan. Tenaga
kesehatan (perawat “jiwa”) harus mempunyai standar global dalam memberikan
pelayanan kesehatan, jika tidak ingin ketinggalan. Fenomena masalah kesehatan

12
jiwa bukan lain merupakan masalah klinis melainkan berorientasi pada kehidupan
sosial. Konsep kesehata jiwa bukan lagi tentang sehat atau sakit, tetapi kondisi
optimal yang ideal dalam perilaku dan kemampuan fungsi sosial.
Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yang didukung ditemukannya
obat psikotropika yang terbukti dapat mengontrol perilaku klien gangguan jiwa,
peran perawat tidak terbatas di Rumah Sakit, tetapi dituntut lebih sensitif terhadap
lingkungan sosialnya, serta berfokus pada pelayanan preventif dan promotif.
Perubahan hospital based care menjadi community based care merupakan trend
yang signifikan dalam pengobatan gangguan jiwa. Perawat mental psikiatri harus
mengintegrasikan diri dalam community mental health, dengan tiga kunci utama :
a. Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta hubungan
perawat dengan profesi lain di komunitas.
b. Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisikan perannya
c. Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek pencegahan dan promosi
kesehatan, sudah saatnya mengembangkan community based care.
Pengembangan pendidikan keperawatan sangat penting, terutama keperawatan
mental psikiatri baik dalam jumlah maupun kualitas.

G. Isu Seputar Yankep Mental Psikiatri


1. Pelayanan keperawatan mental psikiatri, kurang dapat dipertanggungjawabkan
karena masih kurangnya hasil-hasil riset tentang keperawatan jiwa klinik.
2. Perawat psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikannya
yang rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang diakui secara
internasional.
3. Pembedaan perang perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman sering
kali tidak jelas “position description” job responsibility dan system reward
dalam pelayanan.
4. Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa
keperawatan.

H. Tren dan Isu Seputar Dimensi Spiritual Keperawatan Jiwa

13
Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat dikotomis
melainkan antara keduanya sudah terintegrasi (saling menunjang). Seperti yang
dikatakan oleh Albert Einstein, ilmuwan penemu atom, ilmu pengetahuan tanpa
agama bagaikan orang buta. Tetapi agama tanpa ilmu pengetahuan bagaikan orang
lumpuh. Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa yang
sehat banyak penelitian dilakukan diantaranya sebuah penelitian yang mengatakan
kelompok yang tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus
dan sebaliknya. Karl Jung telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka yang
menderita penyakit mental mengalami suatu kekosongan rohani. Terapinya terletak
pada siraman keimanan yang kuat.
Menurut Rando (1984) keyakinan agama dapat membantu menyokong
pasien dalam menghadapi krisi kehidupan termasu kematian. Dimensi spiritual
merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dalam masyarakat Indonesia.
Walaupun hal ini sering kali terabaikan. Pengertian tentang pentingnya memahami
kebutuhan spiritual pasien yang dilandasi atas keyakinan beragama, nilai dan
pengalaman kehidupan pasien sering tidak menjadi focus tenaga kesehatan. Hal ini
mungkin disebabkan oleh sulitnya menjelaskan secara ilmu aspek spiritual. Tiga
kebutuhan spiritual menurut Randi (1984) adalah mencari arti kehidupan, meninggal
secara wajar dan kebutuhan untuk ditemani pada saat sakratul maut.

I. Manfaat Proses Keperawatan Jiwa


Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat
langsung seperti pada masalah kesehatan fisik, memperlihatkan gejala yang berbeda
dan muncul oleh berbagai penyebab. Proses keperawatan merupakan sarana/wahana
kerjasama perawat dengan klien, yang umumnya pada tahap awal peran perawat
lebih besar dari pada peran klien, namun pada proses akhirnya diharapkan peran
klien lebih besar daripada peran perawat, sehingga kemandirian klien dapat dicapai
(Keliat, 1998). Manfaat dari proses kepeawatan jiwa dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Manfaat keperawatan jiwa bagi perawat :

14
a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa
perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.
2. Manfaat keperawatan jiwa bagi pasien :
a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Terhindar dari malpraktik.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan jiwa seseorang bisa terganggu karena masalah-masalah yang
didapat selama hidup. Dalam menjalankan kehidupan setiap orang akan
mendapatkan masalah. Sebagian besar manusia tidak mampu mengontrol emosi dan
mengelola stresnya, sehingga akan melakukan yang hal-hal yang tidak baik bagi
dirinya. Walaupun begitu ada sebagian orang yang bisa melaluinya dengan baik.
Kesehatan jiwa menjadi masalah besar di dunia dan dianggap sangat mengancam.
Seseorag yang mengalami gangguan jiwa akan melakukan beberapa hal, seperti
menggunakan NAPZA, melakukan bunuh diri dll. Setiap tahunnya kasus bunuh diri
selalu meningkat yang menyebabkan banyak orang yang meninggal. Pada saat
sekarang ini tren dan isu tentang keperawatan jiwa sangat berkembang. Gangguan
jiwa bukan hanya terjadi pada orang dewasa dan lansia saja tetapi juga terjadi pada
anak-anak dan remaja. Dan tidak hanya dialami oleh masyarakt kalangan bawah
saja tetapi juga kalangan menengah ke atas.

B. Saran
Banyaknya persoalan yang dihadapi selama hidup ini seperti ekonomi dan
kemiskinan dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mental. Orang yang
mengalami depresi atau stress akan berusaha menghilangkan stresnya dengan
menggunakan NAPZA dan ada yang melakukan bunuh diri. Untuk itu sebagai
seorang perawat kita harus bisa merawat pasien dengan gangguan jiwa dengan baik
agar tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Penigkatan pelayanan terhadap pasien
juga harus diperhatikan. Untuk mengurangi pasien penyakit jiwa bisa dilakukan
dengan dimensi spiritual, sehingga pasien harus lebih diperkenalkan dengan
agamanya dan memperkuat imannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, A.I, Sadock B.J. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (I); Jakarta. Widya
Medika.
Hamid, A.Y.S. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa (I);
Jakarta. Buku Kedokteran ECG.
Shives, L.R. (1998). Basic Consept of Psychiatric-Mental Health Nursing (4); East
Washington Square. Lippincott.
Prasetyo, H. Nugroho, P. (2009). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa dalam Merawat
Pasien Jiwa pada Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Soedirman. 4 (1), 15-19.
Prihartini, Y. Hotnida, E. Peran Perawat dalam Program Terapi dan Pemberdayaan
Pasien dengan Dual Diagnosis. Bulletin Ilmiah Populer.35-42.
Novita, M.(2012). Peran Perawat Dalam Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi
Pada Penderita Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2011. Diakses pada tanggal 27 September 2012 dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31490
Anonim. Kesehatan Jiwa. Diakses pada tanggal 28 September 2012 dari
http://faperta.ugm.ac.id/articles/kesehatan_jiwa.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai