Anda di halaman 1dari 47

1.1 1.

1 PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN

1.1.1 Peraturan yang berlaku

Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan ketentuan-ketentuan peraturan seperti yang


tercantum dibawah ini :

a. Instruksi Menteri Pekerjaan Umum, nomor 02/IN/M/2005, tentang penegasan dalam kontrak.

b. Keputusan Presiden RI. Nomor 80 Tahun 2003.

c. Keputusan Presiden RI. Nomor 42 Tahun 2002.

d. Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah RI Nomor: 339/KPTS/M/2003


tanggal 31 Desember 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi oleh Instansi Pemerintah.

e. Instruksi Presiden RI. Nomor 1 Tahun 1988.

f. Algemene voorwearden voor de uitvoering bij aaneming van openbare warken, yang
disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda nomor 28 tanggal 9 Mei 1941
dan tambahan lembaran Negara nomor 14571 (khusus pasal-pasal yang masih berlaku).

g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 19/PRT/M/2011 Persyaratan Teknis Jalan


Dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan

h. Spesifikasi Teknis tahun 2010 revisi 3

a. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

b. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 031/KPTS/1981.

c. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang penanggulangan


bahaya kebakaran.

d. Surat Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah RI. Nomor 332/KPTS/M/2002
tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara

e. Surat Keputusan Gebernur Propinsi Sulawesi Tengah tentang HSBGN Propinsi Sulawesi
Tengah TA 2004

f. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan tertulis yang diberikan pengawas pekerjaan


untuk mencapai tujuan pembangunan.

1
SPESIFIKASI TEKNIS
1.2 PEKERJAAN PERSIAPAN DAN PENUNJANG PROYEK
1.2.1 Umum

Pekerjaan dengan mudah dan lancar. Pekerjaan-pekerjaan ini pada umumnya bersifat darurat,
tetapi secara struktural harus persiapan dan penunjang merupakan pekerjaan sementara yang
harus dilaksanakan agar pekerjaan dapat dilaksanakan mampu memikul beban yang ada dan
harus dilaksanakan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan serta sesuai dengan syarat-syarat
teknis. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan spesifikasi dan gambar-gambar pekerjaan
sementara kepada Direksi untuk memperoleh persetujuan, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
sebelum pekerjaan dimulai.

1.2.2 Pembersihan Lapangan .

Kontraktor harus menyingkirkan pohon-pohon, semak belukar, akar, sampah, bahan-bahan


organik dan benda-benda asing lainnya yang dapat mengganggu jalannya pekerjaan dalam area
pekerjaan seperti diuraikan dalam Kontrak, termasuk lahan-lahan yang digunakan untuk
bangunan/struktur, jalan dan lahan-lahan yang akan digali atau diurug.

1.2.3 Pengukuran dan Pemasangan Patok STA


(station)
Setelah Direksi Pekerjaan menyelesaikan peninjuan kembali rancangan (design review) atau revisi
desain dan menerbitkan gambar kerja, Kontraktor harus yakin bahwa juru ukur (surveyor) yang telah
dilengkapi dengan semua gambar yang berisi informasi yang paling mutakir tentang lebar
perkerasan yang diperlukan dan potongan melintang standar. Semua pengukuran survei lapangan
harus dicatat dalam buku catatan standar untuk survei lapangan. Lembar halaman yang terlepas tak
boleh digunakan.

2) Periksalah Stasiun (Sta.) pada setiap patok kilometer lama siapkan sebuah denah yang
menunjukkan dengan pasti posisi setiap patok kilometer yang berhubungan dengan Chainage
proyek. Dalam keadaan bagaimanapun, patok kilometer lama tidak boleh dipindah atau digeser
selama Periode Kontrak, kecuali kalau mutlak dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan yang
sebagaimana mestinya.

2.1.1 Mobilisasi dan Demobilisasi .

Mobilisasi mencakup pengadaan, penyediaan, alat berat dan pengankutan tenaga kerja,

2
SPESIFIKASI TEKNIS
perelengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan, termasuk
pemasangan, penyetelan dan pekerjaan penunjang lainnya, sehingga semua tenaga kerja,
perlengkapan dan peralatan kerja tersebut berada/terpasang dilokasi pekerjaan dalam kondisi
baik dan siap pakai. Mobilisasi mencakup pengadaan, penyediaan dan pengangkutan :

a. Tenaga kerja yang diperlukan sebagai pelaksana-pelaksana pekerjaan;

b. Peralatan pelaksanaan yang terdiri atas alat-alat ringan seperti alat bantu, peralatan berat
dan sebagainya.

c. Peralatan penunjang seperti, peralatan laboratorium dan sebagainya disediakan oleh


Kontraktor.

Dalam mobilisasi sudah termasuk pengadaan, penyediaan dan pengangkutan suku cadang
yang diperlukan agar perlengkapan dan peralatan tersebut selalu siap dipakai. Demobilisasi
dilakukan setelah berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, sebelum pekerjaan diserahkan untuk
pertama kalinya kepada pemilik. Demobilisasi adalah pembongkaran, pengangkutan tenaga
kerja, perlengkapan dan peralatan yang telah dimobilisasi, keluar dari lokasi pekerjaan
ketempatnya semula.

2.1.2 Kantor Proyek dan Perlengkapan

Kontraktor harus menyediakan kantor Direksi Proyek ukuran 4x5 meter terbuat dari dinding
papan dan atap seng serta dilengkapi peralatan/ perabotan serta fasilitas tulis menulis, kotak
P3K dan lain sebagainya.

2.1.3 Barak dan Gudang

Kontraktor harus membuat Barak Kerja di lokasi pekerjaan untuk tempat kerja dan tinggal
sementara para Pekerja yang memenuhi syarat kesehatan sebagai tempat tinggal, dilengkapan
fasilitas air minum dan perlengkapan yang dibutuhkan. Disamping itu Kontraktor wajib
menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk menyimpan bahan bangunan dan
peralatan penunjang lainnya agar terhindar dari gangguan cuaca. Penempatan barak dan
gudang harus diatur sedemikian rupa agar mudah dijangkau dan tidak menghalangi sirkulasi
pelaksanaan pekerjaan.

2.1.4 Biaya Asuransi

Dalam penawaran harga Kontraktor dianggap sudah memperhitungkan biaya Asuransi Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) terhadap pekerja, staf/pelaksana dilapangan, pengawas
lapangan serta staf dari Kegiatan yang ditempatkan dilapangan.

3
SPESIFIKASI TEKNIS
2.1.5 Personil Kontraktor .

a. Kontraktor wajib menempatkan seorang kuasa atau wakil yang cakap dan
berpengalaman untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan dilapangan (pelaksana) minimal
tamatan Sarjana Muda Teknik Sipil/Arsitek pengalaman minimal 3 tahun.

b. Pelaksana yang ditunjuk Kontraktor harus mendapatkan kuasa penuh dalam


bertindak untuk dan atas nama Perusahaan yang dinyatakan dengan Surat Tugas/Keterangan.

c. Kontraktor wajib laporkan secara tertulis kepada Direksi, tenaga pelaksana.


Jika suatu waktu dianggap kurang mampu/cakap menurut Direksi, Kontraktor wajib mengganti
pelaksana baru dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari. Sebelum bekerja harus dikonsultasikan
untuk disetujui Direksi. Jika calon pelaksana ditolak, harus dicari calon pelaksana lain paling
lambat 14 (empat belas) hari. Dalam tenggang waktu tersebut direktur/penanggung jawab
perusahaan yang memimpin pelaksanaan pekerjaan dilapangan sehari-harinya.

2.1.6 Dokumentasi
Kontraktor harus mernperhitungkan biaya dokumentasi serta pengirimannya kekantor Pemimpin
Kegiatan serta pihak-pihak lain yang diperlukan. Yang dimaksud dengan pekerjaan dokumentasi
ialah:

a. Membuat laporan-laporan perkembangan pelaksanaan yakni Harian dan Mingguan

b. Untuk kelengkapan laporan, Kontraktor wajib membuat foto-foto dokumentasi ukuran 4R,
dibuat sebelum pekerjaan di mulai (0%), tahap mulai pelaksanaan suatu konstruksi hingga
selesai (setiap kali untuk pembuatan laporan) dan pada setiap kali akan melakukan
tagihan/terminj, foto dokumentasi harus selalu diambil pada posisi yang sama untuk setiap
kemajuan (tampak depan, samping dan belakang) dan setiap bagian yang penting antara lain
penulangan, pondasi dan lain-lain.

c. Surat-surat dan dokumen lainnya.

1.3 BESTEK DAN GAMBAR KERJA


2.2.1 Kontraktor diwajibkan meneliti semua
gambar-gambar dan bestek mengenai pekerjaan ini.
2.2.2 Bila ternyata ada perbedaan antara gambar dan RKS, antara gambar satu dengan gambar
lainnya maka yang berlaku adalah :

4
SPESIFIKASI TEKNIS
a. B e s t e k ( RKS )

b. Gambar dengan skala yang lebih besar (detail).

2.2.3 Bila perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan yang mungkin menimbulkan kekeliruan atau
bahaya dikemudian hari, Kontraktor wajib konsultasikan terlebih dahulu kepada Direksi untuk
mendapatkan petunjuk.

1.4 RENCANA KERJA


2.3.1 Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor
wajib menyusun suatu rencana kerja (jadwal pelaksanaan) sebanyak empat rangkap
yang diajukan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah diterbitkan Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK), untuk disetujui oleh Direksi.
2.3.2 Setelah rencana kerja disetujui Direksi, 3 (tiga) salinan untuk Direksi dan 1 (satu) salinan
ditempel pada ruang Direksi Keet.

2.3.3 Kontraktor harus patuh pada rencana kerja tersebut yang menjadi dasar bagi Direksi untuk
menilai prestasi pekerjaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan percepatan dan
kelambatan pekerjaan.

1.5 PENGADAAN BAHAN


2.4.1 Umum
Bahan harus disimpan sedemikian rupa sehingga mutunya terjamin dan terpelihara serta siap
dipergunakan untuk Pekerjaan. Bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga selalu siap pakai, dan mudah diperiksa oleh Direksi Pekerjaan. Tanah dan bangunan
(property) orang lain tidak boleh dipakai tanpa ijin tertulis dari pemilik atau penyewanya.

2.4.2 Tempat Penyimpanan di Lapangan


Tempat penyimpanan di lapangan harus bebas dari tanaman dan sampah, bebas dari genangan
air dan permukaannya harus lebih tinggi dari sekitarnya. Bahan yang langsung ditempatkan diatas
tanah tidak boleh digunakan untuk Pekerjaan, kecuali jika permukaan tanah tersebut telah
disiapkan sebelumnya dan diberi lapis permukaan yang terbuat dari pasir atau kerikil setebal 10 cm
sedemikian hingga diterima oleh Direksi Pekerjaan.

2.4.3 Penumpukan Bahan (Stockpiles)

5
SPESIFIKASI TEKNIS
a) Bahan harus disimpan sedemikian hingga dapat mencegah terjadinya segregasi dan
menjamin gradasi yang sebagaimana mestinya, serta tidak terdapat kadar air yang
berlebihan. Tinggi maksimum dari penumpukan bahan harus dibatasi sampai maksimum 5
meter

b) Penumpukan berbagai jenis agregat yang akan dipergunakan untuk campuran aspal, burtu
atau burda, penetrasi macadam atau beton harus dilakukan secara terpisah menurut masing-
masing ukuran nominal agregat. Dinding pemisah dari papan dapat digunakan untuk harus
mencegah tercampurnya agregat-agregat tersebut.

c) Tumpukan agregat untuk untuk lapis pondasi atas dan bawah harus dilindungi dari hujan untuk
mencegah terjadinya kejenuhan agregat yang akan mengurangi mutu bahan yang dihampar
atau paling tidak mempengaruhi penghamparan bahan.

2.5 URAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis permukaan aspal beton yang tersusun dari agregat
dan material aspal yang dicampur di pusat pencampuran serta menghampar dan memadatkan
campuran tersebut di atas suatu dasar (pondasi) yang telah disiapkan dan sesuai dengan
persyaratan ini yang memenuhi bentuk sesuai dalam Gambar dalam hal elevasi (ketinggian),
penampang memanjang dan melintangnya atau sesuai dengan yang diperintahkan Konsultan
Pengawas. Pekerjaan ini juga akan mencakup peningkatan dan perbaikan perkerasan aspal
jalan lama, beserta penyediaan dan penghamparan konstruksi perkerasan baru untuk
membuat perkerasan yang sempurna, sesuai dengan Gambar dan instruksi Konsultan
Pengawas.

2.5.1 Peralatan 
Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :

 Distributor Aspal 
Distributor Aspal ini harus mempunyai tenaga penggerak sendiri; memakai ban angin yang lebar dan

6
SPESIFIKASI TEKNIS
jumlahnya memungkinkan beban pada permukaan jalan tidak melebihi 100 kg per sentimeter lebar
ban.Alat ini harus mampu menghamparkan material bitumen secara merata, bahkan dalam keadaan
panas pada berbagai lebar jalan sampai 5 meter; dapat mengontrol kecepatan sehingga hamparan
yang terjadi terkendali antara 0,2 sampai dengan 9,0 liter per meter persegi dengan tekanan merata,
dan toleransi tidak lebih dari 0,1 liter per meter persegi. 
 Distributor Aspalharus mempunyai peralatan untuk mengukur kecepatan secara tepat pada kecepatan
rendah, kecepatan aliran aspal melalui pipa penyemprot, suhu dalam tank dan tekanannya.Alat-alat ini
harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga operator dapatdengan mudah membacanya ketika
distributor dioperasikan.
 Distributor Aspal harus dilengkapi dengan Generator tersendiri untuk pompa, batang penyemprot yang
bisa diatur posisi vertikal dan mendatar.Batang penyemprot harus dikontrol oleh pekerja yang duduk di
bagian belakang distributor, sehingga operasi penyemprotan sepenuhnya berada dalam
pengawasannya.Distributor ini harus dilengkapi penyemprot tangan, yang hanya digunakan pada
daerah yang tak terjangkau batang penyemprot.
 Pemanas Aspal 
Jenis alat ini harus tipe oil jacket atau tipe lain yang memakai pengaduk otomatis untuk mencegah
overheating lokal pada material. Alat ini juga harus dilengkapi dengan termometer.
 Instalasi Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant) 
Instalasi Pencampur Aspal harus :

 Mempunyai sertifikat “laik operasi” dari Kementerian Pekerjaan Umum dan sertifikat kalibrasi dari
Direktorat Metrologi Kementerian Perdagangan untuk timbangan aspal, agregat dan bahan pengisi
(filler) tambahan, yang masih berlaku. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas, Instalasi
Pencampur Aspal atau timbangannya dalam kondisi tidak baik maka Instalasi Pencampur Aspal
atau timbangan tersebut harus dikalibrasi ulang meskipun sertifikatnya masih berlaku.
 Pusat pencampuran dengan sistem penakaran (batching) dan mampu memasok mesin
penghampar secara terus menerus bilamana menghampar campuran pada kecepatan normal dan
ketebalan yang dikehendaki;
 Dirancang dan dioperasikan sedemikian hingga dapat menghasilkan campuran dalam rentang
toleransi dari JMF (Job Mix Formula);
 Untuk instalasi baru harus dipasang di lokasi yang jauh dari pemukiman dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas sehingga tidak mengganggu ataupun mengundang protes dari penduduk di
sekitarnya;
 Dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust collector) yang lengkap yaitu sistem pusaran kering
(dry cyclone) dan pusaran basah (wet cyclone) atau kantung penampungan (bag house) sehingga

7
SPESIFIKASI TEKNIS
tidak menimbulkan pencemaran debu. Bilamana salah satu sistem di atas rusak atau tidak berfungsi
maka AMP tersebut tidak boleh dioperasikan;
 Mempunyai pengaduk (pug mill) dengan kapasitas minimum 800 kg (sebagaimana asli dari pabrik)
dan dilengkapi dengan sistem penimbangan secara komputerisasi.
 Jika digunakan untuk pembuatan campuran aspal yang dimodifikasi harus dilengkapi dengan
pengendali temperatur termostatik otomatis yang mampu mempertahankan temperatur campuran
sebesar 175oC.Jika digunakan bahan bakar gas maka pemanas (dryer) harus dilengkapi dengan
alat pengendali temperatur (regulator) untuk mempertahankan panas dengan konstan.
 Jika digunakan untuk pembuatan AC-Base, mempunyai pemasok dingin (cold bin) yang jumlahnya
tidak kurang dari lima buah dan untuk jenis campuran beraspal lainnya minimal tersedia 4 pemasok
dingin..
 Bahan bakar yang digunakan untuk memanaskan agregat dan aspalharuslah minyak atau gas.
 Agregat yang diambil dari pemasok panas (hot bin) atau pengering (dryer) tidak boleh mengandung
jelaga dan atau sisa minyak yang tidak habis terbakar.

2.5.2 Tangki Penyimpan Bitumen 


Tangki penyimpan bahan aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang dapat dikendalikan dengan
efektif dan handal sampai suatu temperature dalam rentang yang disyaratkan. Pemanasan harus
dilakukan melalui kumparan uap (steam coils), listrik, atau cara lainnya sehingga api tidak langsung
memanasi tangki pemanas. Setiap tangki harus dilengkapi dengan sebuah termometer yang terletak
sedemikian hingga temperatur tangki dapat dengan mudah dilihat.Sebuah keran harus dipasang pada
pipa keluar dari setiap tangki untuk pengambilan benda uji

Sistem sirkulasi untuk bahan aspal harus mempunyai ukuran yang sesuai agar dapat memastikan
sirkulasi yang lancar dan terus menerus selama periode pengoperasian.Perlengkapan yang sesuai
harus disediakan, baik dengan selimut uap (steam jacket) atau perlengkapan isolasi lainnya, untuk
mempertahankan temperatur yang disyaratkan dari seluruh bahan pengikat aspal dalam sistem
sirkulasi.

Daya tampung tangki paling sedikit untuk memenuhi kuantitas dua hari produksi. Jumlah tangki yang
disediakan paling sedikit dua buah tangki dengan kapasitas yang sama. Tangki-tangki tersebut harus
dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing tangki dapat diisolasi secara
terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke alat pencampur.

8
SPESIFIKASI TEKNIS
 Ayakan Penampung Panas (Hot Bin Screen) 
Ukuran ayakan hot bin harus disediakan sesuai dengan yang cocok untuk jenis campuran aspal yang
diperlukan untuk pekerjaan.
 Pengendali Waktu Pencampuran 
Instalasi harus dilengkapi dengan perlengkapan yang handal untuk mengendalikan waktu pencampuran
dan menjaga waktu pencampuran tetap konstan kecuali kalau diubah atas perintah Konsultan
Pengawas.
 Jembatan Timbang dan Rumah Timbang 
Jembatan Timbang harus disediakan untuk menimbang agregat, aspal dan bahan pengisi yang
ditambahkan.Rumah timbang harus disediakan untuk menimbang truk bermuatan yang siap dikirim ke
tempat penghamparan.
Timbangan tersebut harus memenuhi ketentuan seperti yang dijelaskan diatas.
 Penyimpanan dan Pemasukan Bahan Pengisi 
Silo atau tempat penyimpanan harus disediakan yang tahan cuaca untuk menyimpan dan memasok
bahan pengisi dengan sistem penakaran berat.

2.5.3 Ketentuan Keselamatan Kerja

 Tangga yang memadai dan aman untuk naik ke landasan (platform) instalasi pencampur dan
landasan berpagar yang digunakan sebagai jalan antar unit perlengkapan harus disediakan. Untuk
mencapai puncak bak truk, perlengkapan untuk landasan atau perangkat lain yang sesuai harus
disediakan sehingga Konsultan Pengawas dapat mengambil baik benda uji maupun memeriksa
temperatur campuran. Untuk memudahkan pelaksanaan kalibrasi timbangan, pengambilan benda
uji dan lain-lainnya, maka suatu sistem pengangkat atau katrol harus disediakan untuk menaikkan
peralatan dari tanah ke landasan (platform) atau sebaliknya.Semua roda gigi, roda beralur (pulley),
rantai, rantai gigi dan bagian bergerak lainnya yang berbahaya harus seluruhnya dipagari dan
dilindungi. 
 Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di dan sekitar tempat pengisian
muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari benda yang jatuh dari alat pencampur.

2.5.4 Alat Pengangkutan

 Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak terbuat dari logam yang rapat,
bersih dan rata, yang telah disemprot dengan sedikit air sabun, atau larutan kapur untuk mencegah
melekatnya campuran aspal pada bak. Setiap genangan minyak pada lantai bak truk hasil

9
SPESIFIKASI TEKNIS
penyemprotan sebelumnya harus dibuang sebelum campuran aspal dimasukkan dalam truk. Tiap
muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang
sedemikian rupa agar dapat melindungi campuran aspal terhadap cuaca dan proses oksidasi.
Dump Truk yang mempunyai badan menjulur dan bukaan ke arah belakang harus disetel agar
seluruh  campuran aspal dapat dituang ke dalam penampung dari alat penghampar aspal tanpa
mengganggu kerataan pengoperasian alat penghampar dan truk harus tetap bersentuhan dengan
alat penghampar. Truk yang mempunyai lebar yang tidak sesuai dengan lebar alat penghampar
tidak diperkenankan untuk digunakan. Truk aspal dengan muatan lebih tidak diperkenankan .
 Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan pada campuran aspal akibat sistem pegas atau
faktor penunjang lainnya, atau yang menunjukkan kebocoran oli yang nyata, atau yang
menyebabkan keterlambatan yang tidak semestinya, atas perintah Konsultan Pengawas harus
dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki.
 Bilamana dianggap perlu, bak truk hendaknya diisolasi dan seluruh penutup harus diikat kencang
agar campuran aspal yang tiba di lapangan pada temperatur yang disyaratkan.
 Jumlah truk untuk mengangkut campuran aspal harus cukup dan dikelola sedemikian rupa sehingga
peralatan penghampar dapat beroperasi secara menerus dengan kecepatan yang disetujui.
 Penghamparan pada setiap bagian pekerjaan harus tidak diijinkansampai dengan tersediannya tiga
truk di lapangan yang siap memasok campuran aspal ke alat penghampar. Kecepatan alat
penghampar harus dioperasikan sedemikian rupa sehingga jumlah truk yang digunakan untuk
mengangkut campuran aspal setiap hari dapat menjamin berjalannya alat penghampar secara
menerus tanpa henti. Bilamana penghamparan terpaksa harus dihentikan, maka Konsultan
Pengawas hanya akan mengijinkan dilanjutkannya penghamparan bilamana minimum terdapat tiga
truk di lapangan yang siap memasok campuran aspal ke alat penghampar. Ketentuan ini
merupakan petunjuk praktisyang baik dan Kontraktor tidak diperbolehkan menuntut tambahan biaya
atau waktu atas keterlambatan penghamparan yang diakibatkan oleh kegagalan Kontraktor untuk
menjaga kesinambungan pemasokan campuran aspal ke alat penghampar.

2.5.5 Peralatan Penghampar dan Pembentuk 

 Peralatan penghampar dan pembentuk harus penghampar mekanis bermesin sendiri yang
disetujui, yang mampu menghampar dan membentuk campuran aspal sesuai dengan garis,
kelandaian serta penampang melintang yang diperlukan.
 Alat penghampar harus dilengkapi dengan penampung dan dua ulir pembagi dengan arah
gerak yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal secara merata di depan "screed"
(sepatu) yang dapat disetel. Peralatan ini harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang

10
SPESIFIKASI TEKNIS
dapat digerakkan dengan cepat dan efisien dan harus mempunyai kecepatan jalan mundur
seperti halnya maju.Penampung (hopper) harus mempunyai sayap-sayap yang dapat dilipat
pada saat setiap muatan campuran aspal hampir habis untuk menghindari sisa bahan yang
sudah mendingin di dalamnya.
 Alat penghampar harus mempunyai perlengkapan elektronik dan/atau mekanis pengendali
kerataan seperti batang perata (leveling beams), kawat dan sepatu pengarah kerataan (joint
matching shoes) dan dan peralatan bentuk penampang melintang (cross fall devices) untuk
mempertahankan ketepatan kelandaian dan bentuktepi perkerasan tanpa perlu menggunakan
acuan tepi yang tetap (tidak bergerak).
 Alat penghampar harus dilengkapi dengan "screed" (perata) baik dengan jenis penumbuk
(tamper) maupun jenis vibrasi dan perangkat untuk memanasi "screed" (sepatu) pada
temperatur yang diperlukan untuk menghampar campuran aspal tanpa menggusur atau
merusak permukaan hasil hamparan.
 Istilah "screed" (perata) mengacu pada pengambang mekanis standar (standard floating
mechanism) yang dihubungkan dengan lengan arah samping (side arms) pada titik penambat
yang dipasang pada unit pengerak depan alat penghampar pada bagian belakang roda
penggerak dan dirancang untuk menghasilkan permukaan tekstur lurus dan rata tanpa terbelah,
tergeser atau beralur.
 Bilamana selama pelaksanaan, hasil hamparan peralatan penghampar dan pembentuk
meninggalkan bekas pada permukaan, segregasi atau cacat atau ketidak-rataan permukaan
lainnya yang tidak dapat diperbaiki dengan cara modifikasi prosedur pelaksanaan, maka
penggunaan peralatan tersebut harus dihentikan dan peralatan penghampar dan pembentuk
lainnya yang memenuhi ketentuan harus disediakan oleh Kontraktor.

2.5.6 Peralatan Pemadat (Roller) 

 Setiap alat penghampar harus disertai paling sedikit dua alat pemadat roda baja (steel wheel roller)
dan satu alat pemadat roda karet (pneumatictired roller). Paling sedikit harus disediakan satu
tambahan alat pemadat roda karet (pneumatictired roller)) untuk setiap kapasitas produksi yang
melebihi 40 ton perjam.Semua alat pemadat harus mempunyai tenaga penggerak sendiri.
 (Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan memiliki tidak kurang dari sembilan
roda yang permukaannya halus dengan ukuran yang sama dan mampu dioperasikan pada tekanan
ban pompa (6,0 - 6,5) kg/cm2 atau (85 – 90) psi pada jumlah lapis anyaman ban (ply) yang sama.
Roda-roda harus berjarak sama satu sama lain pada kedua sumbu dan diatur sedemikian rupa

11
SPESIFIKASI TEKNIS
sehingga tengah-tengah roda pada sumbu yang satu terletak di antara roda-roda pada sumbu yang
lainnya secara tumpang-tindih (overlap). Setiap roda harus dipertahankan tekanan pompanya pada
tekanan operasi yang disyaratkan sehingga selisih tekanan pompa antara dua roda tidak melebihi
0,35 kg/cm2 (5 psi). Suatu perangkat pengukur tekanan ban harus disediakan untuk memeriksa dan
menyetel tekanan ban pompa di lapangan pada setiap saat. Untuk setiap ukuran dan jenis ban yang
digunakan, Kontraktor harus memberikan kepada Konsultan pengawas grafik atau tabel yang
menunjukkan hubungan antara beban roda, tekanan ban pompa, tekanan pada bidang kontak,
lebar dan luas bidang kontak. Setiap alat pemadat harus dilengkapi dengan suatu cara penyetelan
berat total dengan pengaturan beban (ballasting) sehingga beban per lebar roda dapat diubah
dalam rentang (300 – 600) kilogram per 0,1 meter. Dalam pengoperasian, tekanan pemompaan ban
dan beban roda harus disesuaikan sebagaimanapermintaan Konsultan Pengawas, agar dapat
memenuhi ketentuan setiap aplikasi khusus.Pada umumnya pemadatan dengan alat pemadat roda
karet pada setiap lapis campuran aspal harus dengan tekanan yang setinggi mungkin yang masih
dapat dipikul bahan. 
 Alat pemadat roda baja yang bermesin sendiri dibagi atas dua jenis : 1. Alat pemadat tandem statis
(tandem static rollers)    2.Alat pemadat vibrator ganda (twin drum vibratory)
 Alat pemadat statis minimum harus mempunyai berat statis tidak kurang dari 8 ton. Alat pemadat
vibrator ganda mempunyai berat statis tidak kurang dari 6 ton.Roda gilas harus bebas dari
permukaan yang datar, penyok, robek-robek atau tonjolan yang merusak permukaan perkerasan.
 Dalam penghamparan percobaan, Kontraktor harus dapat menunjukkan kombinasi jenis penggilas
untuk memadatkan setiap jenis campuran sampai dapat diterima oleh Konsultan Pengawas,
sebelum Job Mix Formula (JMF) disetujui. Kontraktor harus melanjutkan untuk menyimpan dan
menggunakan kombinasi penggilas yang disetujui untuk setiap campuran. Tidak ada alternatif lain
yang dapat diperkenankan kecuali jika Kontraktor dapat menunjukkan kepada Konsultan Pengawas
bahwa kombinasi penggilas yang baru paling sedikit seefektif yang sudah disetujui

1.6 Perlengkapan Lainnya 


Semua perlengkapan lapangan yang harus disediakan termasuk tidak terbatas pada :

 Mesin Penumbuk (Petrol Driven Vibrating Plate).


 Alat pemadat vibrator, 600 kg.
 Mistar perata 4 meter.
 Thermometer (jenis arloji) 300 C (minimum tiga unit).
 Kompresor dan jack hammer.

12
SPESIFIKASI TEKNIS
 Mistar perata 4 meter yang dilengkapi dengan waterpass dan dapat disesuaikan untuk
pembacaan 3% atau lereng melintang lainnya dan super-elevasi antara 0 sampai 6%.
 Mesin potong dengan mata intan atau fiber.
 Penyapu Mekanis Berputar.
 Pengukur kedalaman aspal yang telah dikalibrasi.
 Pengukur tekanan ban

2.5.7 Ketentuan Umum Pelaksanaan

Kecuali bila ditentukan dibagian lain atau ditentukan oleh Konsultan Pengawas, semua pekerjaan
material bitumen harus sesuai dengan ketentuan berikut :
A. Cuaca 
Material bitumen tidak boleh dihamparkan pada waktu hujan atau berkabut dan, kecuali bila
ditentukan lain di dalam Spesifikasi ini, permukaan yang akan dihampari harus bersih dan
kering. Campuran aspal harus tidak dihamparkan pada kondisicuaca tidak memungkinkan
pekerjaan selesai dengan semestinya.
B. Perlindungan untuk hasil pekerjaan 
Peralatan yang digunakan pada pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan harus sesuai dengan
material yang digunakan, kondisi dan ketebalan lapisan yang diinginkan, agar lapisan
subgrade atau lapisan perkerasan yang sudah selesai tidak rusak.Material bitumen harus
selalu bersih sebelum dilakukan penghamparan lapisan berikutnya atau lapisan penutup
(surface-treatment).Lalu lintas di atas material bitumen, terbatas hanya untuk yang
berkepentingan dalam menghamparkan dan memadatkan lapisan selanjutnya. 
Sebelum penyemprotan bitumen, permukaan struktur, semak-semak, pepohonan dan lain-lain
di sekitar daerah itu harus dilindungi agar tidak terperciki material.
C. Lapisan Perkerasan Aspal (Bituminous Courses) 
Ketebalan setiap lapisan yang sudah dipadatkan tidak boleh lebih dari 105 mm. Bila lebih,
lapisan ini harus dihamparkan dengan dua lapisan atau lebih yang ketebalannya sama.
D. Sampel hasil kerja (Finished Work Samples) 

 Plant-Mix. Kontraktor harus menggali sampel sampai kedalaman penuh untuk diuji oleh
Konsultan Pengawas. Sampel harus dipotong secara rapih dengan gergaji, core drill
atau dengan alat lain yang disetujui. Sampel harus berupa lempengan sekurang -
kurangnya berukuran 15 cm x 15 cm, atau beberapa sample berbentuk tabung dengan

13
SPESIFIKASI TEKNIS
diameter minimum masing-masing 10 cm, dengan jumlah total sekurang-kurangnya 230
cm2.Paling sedikit 1 dan paling banyak 3 sampel harus diambil setiap pelaksanaan
kerja per-hari.Kontraktor harus menyediakan material baru untuk mengurug lubang
akibat pengambilan sampel.Bila ada perubahan penting pada job-mix formula, sampel
tambahan harus diambil.
 Bituminous Spray. Untuk memeriksa kecepatan pengeluaran material bitumen,
lembaran-lembaran kertas karton ukuran 50 x 50 cm, yang sudah ditimbang dulu,
dihamparkan di atas permukaan jalan yang akan diberi lapisan bitumen dan ditimbang
lagi setelah penyemprotan material bitumen. Kontraktor harus menyediakan material
untuk pemeriksaan ini dan menyemprot lagi daerah yang tadi tertutupi kertas.
 Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas dan analisa laboratorium, Konsultan Pengawas
dapat memerintahkan pembongkaran dan penggantian material yang tidak sesuai
dengan Spesifikasi, atas biaya Kontraktor. Konsultan Pengawas juga dapat
memerintahkan penambahan lapisan material, atau pembongkaran kelebihan material
dan mengurangi jumlah material yang akan dibayar.

2.6 LAPIS RESAP PENGIKAT (PRIME COAT) 


 Uraian 
Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penghamparan material bitumen pada
permukaan tanah dasar, lapis pondasi agregat (aggregate base) yang telah disiapkan
sesuai persyaratan Spesifikasi ini, dengan lebar sesuai ukuran yang tercantum pada
Gambar Penampang Melintang atau menurut instruksi Konsultan Pengawas. 
 Material Bitumen 
Material bitumen harus sesuai dengan Gambar dan memenuhi salah satu persyaratan
di bawah ini :

o Medium-curing cut back asphalt : AASHTO M 82


o Medium setting emulsion asphalt : AASHTO M 140 dan/atau M 208
o Slow setting emulsion asphalt : AASHTO M 140 dan/atau M 208

 Material Pengering/penyerap (Blotter Material) 


Material pengering/penyerap harus berupa pasir atau abu batu yang bersih dan kering,
bebas dari material yang bersifat kohesif, serta tidak mengandung bahan organik.
 Pelaksanaan Pekerjaan 

14
SPESIFIKASI TEKNIS
A. Cuaca 
Lapis resap pengikat dapat dilaksanakan setelah ada persetujuan dari Konsultan
Pengawas, yang akan menentukan kualitas bitumen yang harus digunakan. Permukaan
yang akan dikerjakan harus kering atau agak lembab. Penyemprotan lapis resap pengikat
harus tidak dikerjakan ketika angin kencang atau hujan.
B. Peralatan 
Peralatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan Pasal S9.01 (2).
C. Pembersihan permukaan Segera sebelum dilakukan penyemprotan material bitumen
sebagai lapis resap pengikat, permukaan yang dipersiapkan harus dibersihkan dari
kotoran dan material lepas atau yang tidak dikehendaki, dengan power broom atau power
blower. Bila Konsultan Pengawas memerintahkan, permukaan harus dikupas tipis dan
digilas sebelum material bitumen disemprotkan, dalam hal penyapuan (brooming) atau
penghembusan (blowing) tidak diperlukan. Bila diperlukan Konsultan Pengawas dapat
memerintahkan, penyemprotan permukaan dengan sedikit air sesaat sebelum material
bitumen disemprotkan. Sebelum pekerjaan dilaksanakan, daerah yang akan dikerjakan
harus mendapat persetujuan terlebih dulu oleh Konsultan Pengawas.
D. Penyemprotan material bitumen. Material bitumen harus disemprotkan pada seluruh lebar
bagian jalan dengan distributor aspal secara merata dan menerus. Apabila tidak ditentukan
dalam Gambar, maka banyaknya material yang digunakan/disemprotkan antara 1,0 s/d 2,5
kg/m2, dan Konsultan Pengawas akan menentukan secara tepat banyaknya dan kualitas
material yang digunakan sesuai dengan material permukaan yang akan dikerjakan.
Penyemprotan pada bagian sambungan harus diperhatikan jangan sampai melebihi jumlah
yang telah ditentukan.Kelebihan material bitumen harus dibuang dari permukaan.Daerah yang
tidak tersiram atau kurang harus diperbaiki.Kertas karton harus diletakkan pada ujung
dimulainya penyemprotan dan akhir daerah penyemprotan, untuk menjamin bentuk potongan
daerah yang dikerjakan berbentuk persegi dan mencegah genangan atau kelebihan
penyemprotan.
E. Penghamparan Material Pengering/penyerap (Blotter Material) Untuk memperkecil kerusakan
akibat hujan sebelum permukaan mengering, Konsultan Pengawas dapat memerintahkan
penghamparan material pengering untuk menutupi material bitumen yang masih
basah.Material pengering harus dihamparkan sedemikian rupa sehingga lintasan roda
kendaraan tidak akan melintasi daerah yang tidak tertutup.

15
SPESIFIKASI TEKNIS
2.7 ASPAL BETON
2.7.1 Uraian 
 Pekerjaan ini meliputi pencampuran agregatdan aspal (bitumen) pada instalasi
pencampur, penghamparan dan pemadatannya pada permukaan yang telah
dipersiapkan menurut Spesifikasi ini dan sesuai dengan garis, kelandaian, ketebalan
dan bentuk tampak melintang yang tercantum pada Gambar atau instruksi Konsultan
Pengawas. 
 Jenis campuran aspal panas harus seperti yang ditentukan dalam Pasal ini atau
seperti yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Dalam hal ini campuran-campuran
aspal yang dipakai untuk keperluan pekerjaan perkerasan adalahasphalt concrete
base course (AC-Base), asphalt concrete binder course(AC-BC) dan asphalt concrete
wearing course (AC-WC). 

2.7.2 Material 
 Komponen Campuran 
Campuran aspal harus tersusun dari campuran agregat, filler, aspaldan bahan anti
pengelupasandan/atau modifier.Beberapa macam fraksi agregat harus berukuran dan
berkualitas merata dan dicampurkan dengan proporsi tertentu sehingga hasil
campuran sesuai dengan formula campuran kerja (job-mix formula) dan dengan
indeks kekuatan berikut menurut AASHTO T 245 untuk AC-WC dan AC-BC, dan
ASTM D5581 untuk AC-Base. Dalam menghitung karakteristik rongga (voids) dalam
campuran, Kontraktor harus membiarkan agar aspal diserap agregat, dan harus
menggunakan effective specific gravity agregat dan maximum specific gravity dari
campuran aspal yang belum padat (AASHTO T 209). Beberapa fraksi agregat dan
filler untuk campuran harus diukur, digolongkan dan dicampurkan dengan proporsi
tertentu sehingga hasil campuran sesuai dengan ketentuan gradasi Tabel (1)

 Grade A digunakan untuk asphalt concrete base course.


 Grade B digunakan untuk asphalt concrete binder course.
 Grade C digunakan untuk asphalt concrete wearing course.

16
SPESIFIKASI TEKNIS
Tabel  (1)

Ketentuan sifat-sifat campuran aspal disyaratkan dalam Table (2).

1. Rongga dalam campuran dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis


Maksimum Agregat (Gmm test, AASHTO T209).
2. Konsultan Pengawas dapat atau menyetujui AASHTO T283-89 sebagai
alternatif pengujian kepekaan terhadap kadar air. Pengkondisian beku cair
(freeze thaw conditioning) tidak diperlukan.
3. Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), disarankan menggunakan
penumbuk bergetar (vibratory hammer) agar pecahnya butiran agregat dalam
campuran dapat dihindari. Jika digunakan penumbukan mekanis tumbukan per
bidang harus 600 untuk cetakan berdiamater 6 inch dan 400 untuk cetakan
berdiamater 4 inch. Penumbukan manual (tanpa motor penggerak) tidak
diijinkan.

17
SPESIFIKASI TEKNIS
Sebelum agregat didatangkan, Kontraktor harus menyerahkan proposal formula
campuran (job-mix) secara tertulis, untuk digunakan oleh Konsultan Pengawas
dalam menentukan cara pencampuran untuk material yang disetujui. Formula
tersebut harus menunjukkan angka-angka yang pasti mengenai :

 Persentase agregathasil pengayakan dari masing-masing saringan.


 Persentase aspal yang akan ditambahkan, berdasarkan berat total
agregat.
 Suhu campuran ketika keluar dari mixer
 Suhu campuran ketika dihamparkan di jalan.
 Grade/jenis dari material bitumen (aspal)

Nilai/angka yang diajukan harus dalam batas yang ditentukan untuk jenis
campuran aspal tertentu. Konsultan Pengawas akan menentukan satu job-mix
formula yang pasti dan memberitahukannya secara tertulis kepada Kontraktor. 
Campuran yang dibuat oleh Kontraktor harus sesuai dengan job-mixformula
tersebut, dengan batas toleransi dan gradasi seperti pada Tabel (1).

 Agregat sama atau lebih besar dari 2,36 mm ......................... + 5 %


 Agregat lolos dari saringan 2,36 tertahan 0,150mm .............. + 3 %
 Agregatlolos dari saringan 0,150 mm tertahan 0.075 mm .....+ 2 %
 Agregatlolos dari saringan 0.075 mm .................................... + 1 %
 Aspal (bitumen) ......................................................................+ 0,3 %
 Suhu campuran ketika keluar dari pusat pencampur ...........+ 10dC

Bila hasilnya tidak memuaskan, Konsultan Pengawas dapat menyusun job-mix


formula baru dan memberitahukannya secara tertulis kepada Kontraktor.Bila ada
usulan perubahan sumber material, harus dibuat job-mixformula baru sebelum
material baru itu digunakan.Hasil campuran akan ditest setelah proses

18
SPESIFIKASI TEKNIS
pencampuran dalam instalasi pencampur atau sebelum pemakaiannya pada
pekerjaan.

2.7.3 Agregat Kasar 


Agregat kasar (tertahan saringan 4,75 mm) harus terdiri dari pecahan-pecahan yang
bersih, keras dan awet, tidak terlalu rata, tidak lunak, tidak pipih, tidak memanjang, dan
bebas dari batu yang terlapisi kotoran dan lain-lain. 

 Persentase pengujian keausansesuai dengan AASHTO T 96 tidak lebih dari 30 untuk


500 putaran dan 6 untuk 100 putaran.
 Kehilangan berat berdasarkan test sodium sulfat tidak boleh lebih dari 12%, dan
berdasarkan test magnesium sulfat tidak boleh lebih dari 18% sesuai dengan AASHTO
T104.
 Kelekatan agregat kasar terhadap aspal menurut AASHTO T 182, agregat tersebut
harus memiliki permukaan yang terselimuti aspal tidak kurang dari 95%.
 Bila digunakan batu pecah, angularitas yang didefinisikan sebagai persen berat
agregat yang lebih besar dari 4,75 mm mempunyai satu bidang pecah atau lebih, yang
diuji sesuai dengan AASHTO TP61-02(2005), sekurang-kurangnya 95/90 (menyatakan
bahwa 95% agregat kasar mempunyai satu bidang pecah atau lebih dan 90%
mempunyai dua bidang pecah atau lebih).
 Partikel pipih dan lonjong diuji sesuai dengan ASTM D4791 (rasio 1:5 diukur dengan
zigmat) tidak melampaui 10%
 Partikel mineral yang lolos saringan No.200 yang diuji dengan AASHTO T11 tidak lebih
dari 2%.
 Agregat kasar harus terdiri dari batu atau kerikil pecah mesin dan disediakan dalam
ukuran nominal tunggal. Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus
dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakanpemasok penampung
dingin (cold bin feeds) yang terpisah dengan ukuran nominal berikut:

Table (3)

19
SPESIFIKASI TEKNIS
2.7.4 Agregat halus 
Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan
batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.4 (4,75 mm. 
Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari agregat
kasar. Pasir alam dapat digunakan dalam campuran Aspal Beton (AC) sampai suatu batas
yang tidak melampaui 15% terhadap berat total campuran. Agregat halus harus
merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan yang tidak
dikehendaki lainnya.Batu pecah halus harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan
mutu. Untuk memperoleh agregat halus yang memenuhi ketentuan diatas :

1. bahan baku untuk agregat halus dicuci terlebih dahulu secara mekanis
sebelum dimasukkan kedalam mesin pemecah batu.
2. digunakan scalping screen dengan proses berikut ini :

 fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama
(primary crusher) tidak boleh langsung digunakan.
 agregat yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama (primary crusher)
harus dipisahkan dengan vibro scalpingscreen yang dipasang di antara primary
crusher dan secondary crusher.
 material tertahan vibroscalping screen akan dipecah oleh secondary crusher,
hasil pengayakannya dapat digunakan sebagai agregat halus.
 material lolos vibro scalping screen hanya boleh digunakan sebagai komponen
material Lapis Pondasi Agregat.
 Apabila fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap
pertama (primary crusher), tidak memenuhi pengujian Standar Setara Pasir
sebesar 50%, maka fraksi agregat harus dipisahkan dengan scalping screen
sebelum masuk pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) atau harus
diperoleh melalui proses pencucian secara mekanis.

20
SPESIFIKASI TEKNIS
 Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin
(cold bin feeds) yang terpisah sehingga gradasi gabungan dan presentase pasir
didalam campuran dapat dikendalikan dengan baik 
Angulatitas agregat halus yang diuji sesuai dengan AASHTO TP-33 atau ASTM
C1252-93, tidak kurang dari 45.

2.7.5 Filler 
Bila diperlukan filler harus terdiri dari debu batu kapur, Portland cement atau bahan mineral non-
plastis lainnya dari sumber yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.Filler mineral ini harus
kering, tidak tercampur kotoran atau bahan lain yang tidak dikehendaki, mengalir lancar, dan ketika
diuji dengan pengayakan di laboratorium, harus memenuhi ketentuan gradasi sebagai berikut:

Table (4)

Filler tambahan harus terdiri dari semen, abu batu kapur, hydratelime, dolomite dust, cement
kiln dust atau fly ash dari sumber yang disetujui Konsultan Pengawas. Semua material harus
terbebas dari material-material yang dilarang.Ketika Job Mix membutuhkan tambahan fillerlebih
3%, penambahannya harus brupa abu batu kapur. Bilamana kapur tidak terhidrasi atau
terhidrasi sebagian, digunakan sebagai bahan pengisi yang ditambahkan maka proporsi
maksimum yang diijinkan adalah 1,0% dari berat total campuran aspal. Kapur yang seluruhnya
terhidrasi yang dihasilkan dari pabrik yang disetujui dan memenuhi persyaratan yang
disebutkan diatas, dapat digunakan maksimum 2% terhadap berat total campuran aspal.
Campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi sekurang-kurangnya 1%.

2.7.6 Aspal Keras (Asphalt Cement) 


Aspal keras harus penetration gradeAC-20 (setara dengan Pen. 60-70), dan harus sesuai
dengan ketentuan AASHTO M 226 Table 2, dan sebagaimana ditentukan dalam Tabel
(5).Pengambilan contoh bahan aspal harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO T40. Pihak
produsen aspal harus telah memiliki/menjamin :

21
SPESIFIKASI TEKNIS
 Sertifikat mutu Internasional (ISO 9002)
 Sistem pengamanan mutu aspal selama pengiriman menuju lokasi
instalasi pencampuran aspal, dan dapat dibuktikan keandalannya

 Kelangsungan (kesinambungan) pasokan aspal selama pekerjaan


 Kualitas (mutu) aspal

Tabel (5)

Sistem pengamanan mutu aspal

Contoh bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI 03-3640-1994
(metoda soklet) atau AASHTO T164 (metoda sentrifugal) Cara A atau AASHTO 164 - 06 (metoda
tungku pengapian). Jika metoda sentrifugal digunakan, setelah konsentrasi larutan aspal yang
terekstraksi mencapai 200 ml, partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan ke dalam
suatu sentrifugal.Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam bahan aspal
yang diperoleh kembali tidak melebihi 1 % (dengan pengapian). Jika bahan aspal diperlukan
untuk pengujian lebih lanjut maka bahan aspal itu harus diperoleh kembali dari larutan sesuai
dengan prosedur AASHTO T170

Bitumen harus diuji pada setiap kedatangan dan sebelum dituangkan ke tangki penyimpan AMP
untuk penetrasi pada 25 oC (AASHTO T49) dan Titik Lembek (AASHTO T53).Tidak ada bitumen
yang boleh digunakan sampai bitumen tersebut telah diuji dan disetujui.

Bahan Anti Pengelupasan (Anti Stripping Agent) Bahan anti pengelupasan hanya digunakan jika
stabilitas Marshall sisa campuran beraspal sebelum ditambah bahan anti pengelupasan minimum
90%. Bahan anti pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan dalam bentuk cairan di

22
SPESIFIKASI TEKNIS
timbangan aspal AMP dengan mengunakan pompa penakar (dozing pump) sesaat sebelum
dilakukan proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas pemakaian aditif anti striping dalam
rentang 0,2% - 0,4% terhadap berat aspal. Jenis bahan anti pengelupasan yang digunakan
haruslah yang disetujui Konsultan Pengawas.Bahan anti striping harus sesuai dengan Tabel (6)
dan Tabel (7).

Tabel (6) Ketentuan Bahan Anti Pengelupasan Mengandung Amine

Ketentuan Bahan Anti Pengelupasan Mengandung Amine

Tabel (7) - Kompatibilitas Bahan Anti Pengelupasan dengan Aspal

2.7.7 Pelaksanaan Pekerjaan 


1. Peralatan 
Instalasi pencampur dan alat pengangkut dan penghampar campuran aspal harus memenuhi
ketentuan .Kontraktor harus melakukan pemeliharaan yang tepat agar alat-alat kecil selalu
bersih dari material bitumen yang melekat. Juga harus tersedia selalu penutup atau terpal, bila
diperintahkan Konsultan Pengawas, untuk keadaan darurat seperti hujan, angin dingin, atau
bila harus ada penundaan, untuk menutupi atau melindungi material yang sudah dihamparkan
tapi belum dipadatkan.
2. Penyiapan Material Bitumen (Aspal) 
Material bitumen harus dipanaskan sampai suhu yang ditentukan dan tidak boleh ada
kelebihan suhu secara lokal, dan harus menjamin pengiriman material itu secara menerus ke
mixer dalam suhu yang tetap dan merata.Aspal semen harus tidak boleh digunakan kalau
masih berbuih atau suhunya melebihi dari 175derajad C.
3. Penyiapan Agregat 

23
SPESIFIKASI TEKNIS
Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada suhu tertentu.Api untuk
pemanasan itu harus diatur sehingga tidak menyebabkan agregat rusak dan berjelaga.Setelah
dipanaskan dan dikeringkan, agregat harus segera disaring menjadi tiga macam fraksi atau
lebih sebagaimana ketentuan, dan dibawa ke penyimpanan (compartment) masing-masing
untuk segera dicampur dengan material bitumen. Saataspalsemen digunakan, suhu agregat
pada waktu masuk ke mixer, dengan batas toleransi yang dibolehkan oleh job-mixformula,
tidak lebih dari suhu dimana aspal keras mempunyai kekentalan (Saybolt FurolViscosity)
sebesar 100 detik, menurut AASHTO T 72. Suhu tidak boleh lebih rendah dari yang telah
ditentukan untuk mencapai pelapisan yang baik dan merata untuk butir agregat, dan untuk
menghasilkancampuran yang mudah dikerjakan.
4. Pencampuran 
Agregat yang sudah kering harus dicampurkan ke dalam mixer dengan jumlah setiap fraksi
agregat sesuai dengan ketentuan job-mixformula. Material bitumen harus diukur dan
dimasukkan ke dalam mixer dengan ketentuan yang sama dengan job mix formula. Setelah
agregat dan material bitumen dalam jumlah tertentu dimasukkan ke dalam mixer, kecuali bila
ditentukan lain, material-material itu harus diaduk sampai butir-butir agregat terlapisi aspal
secara merata. Waktu pencampuran basah akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas untuk
setiap alat dan setiap tipe agregatyang digunakan. Untuk perkerasan aspal maka campuran
aspal beton harus dibuat pada temperatur yang mendekati temperatur terendah yang masih
memungkinkan campuran mudah dikerjakan (dihampar dan dipadatkan), dan masih di dalam
rentang temperatur yang disyaratkan.
5. Pengangkutan, penghamparan dan penyelesaian 
Campuran (aspal beton) harus diangkut dari instalasi pencampur ke tempat pekerjaan sesuai
dengan ketentuan Spesifikasi.Pengangkutan material jangan sampai terlambat sehingga
menghambat penyelesaian pekerjaaan pada siang hari, kecuali bila Konsultan Pengawas
mengijinkan kerja malam dan disediakan penerangan yang memadai.Setiap kendaraan
pengangkut harus ditimbang setelah dimuati, dan harus ada catatan mengenai berat kotor,
berat bersih, berat kendaraan, suhu dan waktu operasi pengangkutan.Suhu campuran aspal
saat dimasukkan ke alat penghampar minimum 130derajad C dan saat digilas pertama kali
(initial rolling) suhu minimum 125derajad C. Campuran (aspal beton) harus dihamparkan pada
permukaan yang telah disetujui, diratakan dan ditempa sesuai dengan kelandaian dan elevasi
yang ditentukan.Untuk menghamparkan campuran, harus digunakan paver, baik pada seluruh
lebar atau sebagian lebar jalan yang masih memungkinkan. Sambungan longitudinal pada
satu lapisan harus menggeser dari sambungan pada lapisan di bawahnya kira-kira 15 cm.
Namun sambungan pada lapisan teratas harus pada sumbu (centre line) jalan bila jalan terdiri

24
SPESIFIKASI TEKNIS
dari dua lajur, atau pada garis lajur bila jalan mempunyai lebih dari 2 lajur, kecuali bila
ditentukan lain.Pada daerah di mana ada rintangan yang tidak dapat dihindarkan atau
keadaan yang tidak teratur, maka campuran harus dihamparkan, dan dikerjakan dengan alat
yang digerakkan dengan tangan; sampai ketebalan yang ditentukan.
Bila produksi campuran aspal beton dapat dijamin kesinambungannya dan dinilai praktis,
paver harus digunakan dalam barisan (berbaris) untuk menghamparkann surface course pada
lajur-lajur yang berdekatan. Kontraktor harus mengadakan percobaan yang diperlukan untuk
menentukan tebal lapisan campuran yang harus dihamparkan (belum padat) sehingga bila
dipadatkan akan sesuai dengan ketebalan yang disyaratkan. Material yang belum padat di
belakang paver harus diukur, dan harus disesuaikan dengan ketebalan nominal.

6. Pemadatan
1. Setelah campuran aspal dihamparkan, ditempa dan permukaan yang tidak rata diperbaiki,
maka harus dipadatkan secara merata dengan digilas. Specific gravity sesuai ketentuan
AASHTO T 230, tidak boleh kurang dari 98% specific gravity material contoh laboratorium
yang tersusun dari material yang sama, dengan proporsi yang sama pula.
2. Jumlah, berat dan jenis roller harus memadai untuk menghasilkan kepadatan yang ditentukan,
pada saat campuran dalam keadaan yang dapat dikerjakan (workable). Urutan operasi
penggilasan dan pemilihan jenis roller harus sesuai dengan kepadatan yang dikehendaki dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3. Penggilasan campuran harus terdiri dari tiga operasi pelaksanaan yang terpisah sebagai
berikut

A. Penggilasan awal (break down) 


B. Penggilasan sekunder (intermediate) 
C. Penggilasan akhir (finishing) 

4. Penggilasan awal dan akhir seluruhnya harus dilaksanakan dengan mesin gilas beroda baja.
Penggilasan sekunder harus dikerjakan dengan mesin gilas yang beroda bertekanan angin.
Mesin gilas untuk penggilasan awal harus beroperasi dengan depan (drive roll) sedekat
mungkin dengan mesin penghampar (paver).
5. Penggilasan sekunder harus dilaksanakan secepat mungkin setelah penggilasan awal dan
harus dikerjakan sementara campuran masih pada suatu temperatur yang akan menghasilkan
suatu pemadatan yang maksimum. Penggilasan akhir harus dikerjakan sementara bahan

25
SPESIFIKASI TEKNIS
yang bersangkutan masih berada dalam suatu kondisi yang cukup dapat dikerjakan sehingga
semua bekas jejak roda mesin gilas dapat dihilangkan.
6. Permukaan harus digilas pada saat campuran dalam kondisi yang tepat, tidak memungkinkan
terjadi lapisan lepas (terkelupas), retak atau bergeser.
7. Kecepatan mesin gilas tidak boleh lebih dari 4 km/jam untuk mesin gilas beroda baja dan 6
km/jam untuk mesin yang menggunakan ban bertekanan angin. Setiap saat mesin gilas
tersebut harus cukup lambat untuk menghindari terjadinya perpindahan (displacement)
campuran panas. Jalur penggilasan tidak boleh diubah dengan tiba-tiba begitu pula arah
penggilasan tidak diputar balik dengan tiba-tiba, cara mana dapat menimbulkan
perpindahan/bergesernya campuran.
8. Penggilasan harus berlanjut secara terus menerus selama waktu yang diperlukan untuk
memperoleh pemadatan yang seragam sementara campuran yang bersangkutan berada
dalam kondisi dapat dikerjakan dan sampai semua bekas jejak roda mesin gilas dan
ketidakrataan lainnya dihilangkan.
9. Sambungan-sambungan melintang harus digilas pertama dan dalam penggilasan awal harus
digilas dalam arah melintang dengan memasang papan-papan dengan ketebalan seperti yang
diminta dari perkerasan jalan untuk memungkinkan gerakan mesin gilas di luar perkerasan
jalan. Dimana sambungan melintang akan dibuat di samping suatu jalur lapisan sebelumnya
maka lintasan pertama harus dibuat sepanjang sambungan membujur untuk suatu jarak yang
pendek.
10. Kecuali bila ditentukan lain, penggilasan harus dimulai dari pinggir dan bergerak secara
longitudinal sejajar dengan sumbu (centreline) jalan ke arah puncak cembungan jalan. Setiap
gilasan roller harus overlapping (tumpang tindih) dengan gilasan terdahulu sebesar setengah
lebar roller. Bila penghamparan dilakukan dengan 2 paver (finisher) yang bersamaan
(berbaris) atau berbatasan dengan lajur yang telah dikerjakan terlebih dahulu, sambungan
longitudinal harus digilas dulu lalu diikuti dengan cara penggilasan biasa. Pada lengkung
superelevasi, penggilasan harus dimulai pada sisi yang rendah dan berlanjut ke sisi yang
tinggi dengan overlapping gilasan longitudinal yang sejajar dengan sumbu jalan
(centreline).Roller harus bergerak lambat dan dalam kecepatan tetap dengan roda penggerak
berada di depan (ke arah jalannya pekerjaan penghamparan).
11. Jika lokasi perkerasan sempit seperti pada bahu dalam yang tidak memungkinkan roller
beroperasi maka digunakan alat yang lebih kecil (baby roller).
12. Roda roller harus dijaga agar selalu basah dengan disemprot air atau air dicampur sedikit
detergen atau material lain yang disetujui, agar campuan tidak melekat pada roda roller.
Cairan pembasah yang berlebihan tidak diperbolehkan.Pada daerah-daerah yang tidak

26
SPESIFIKASI TEKNIS
memungkinkan dipadatkan dengan roller, pemadatan dilakukan dengan "hand tamper" atau
alat pemadat tangan lainnya yang disetujui. Pada daerah yang rendah dapat digunakan trench
roller, atau cleated compression strips digunakan di bawah roller untuk meneruskan tekanan
ke daerah yang rendah tersebut.
13. Campuran yang menjadi tidak padat dan pecah, tercampur kotoran atau kerusakan lain, harus
dibongkar dan diganti dengan campuran baru yang panas, lalu dipadatkan agar sesuai
dengan daerah sekelilingnya. Daerah-daerah yang kelebihan atau kekurangan material
bitumen harus dibongkar dan diganti. Sebelum 12 jam setelah pekerjaan selesai, tidak boleh
ada lalu lintas memasuki perkerasan baru tersebut, kecuali bila ada ijin Konsultan Pengawas.

7. Sambungan, Membentuk Pinggiran dan Pembersihan 

Penghamparan campuran aspal beton sedapat mungkin harus dilakukan secara


menerus.Roller tidak boleh melewati campuran yang baru dihamparkan dan tidak terlindungi,
kecuali bila diijinkan oleh Konsultan Pengawas.Sambungan melintang (transverse joint) harus
dibuat dengan memotong lapisan terdahulu yang telah diselesaikan, sampai bertemu dengan
permukaan yang rata dan ketebalannya sesuai dengan Gambar.

-Bila penghamparan wearing course tidak dilakukan dengan 2 paver bersamaan (berbaris)
untuk menghampar lajur-lajur yang berdekatan dan bila tepi lapisan wearing course yang telah
selesai dikerjakan, menurut pendapat Konsultan Pengawas akan mempengaruhi kualitas
sambungan, maka sambungan longitudinal harus dibentuk dengan potongan vertikal dan
lurus.

Tepi atau pinggiran lapisan yang menonjol dipotong sampai sesuai dengan garis yang
ditentukan.Material sisa pemotongan tepi lapisan atau material lain yang tak terpakai harus
disingkirkan dari permukaan jalan, dan dibuang oleh Kontraktor sesuai dengan instruksi
Konsultan Pengawas.Bila bahan digunakan untuk lebih daripada jalur, maka harus
diperhatikan sambungan memanjang untuk menghindari suatu kelebihan atau kekurangan
bahan disebabkan kesalahan lapisan tumpang tindih. Lebar lapisan tumpang tindih harus
berada dalam batas antara 50 mm sampai 100 mm. Bila diperintahkan oleh Konsultan
Pengawas, lapisan pengikat (tack coat) harus dioleskan pada permukaan sambungan
sebelum campuran dihamparkan di sisi lapisan/lajur yang telah selesai tersebut.

8. Toleransi Permukaan 

27
SPESIFIKASI TEKNIS
Variasi ketinggian permukaan dari tepi mal datar di antara dua titik kontak dengan permukaan
tidak boleh lebih dari toleransi yang diijinkan. Untuk base dan binder course, tes kesesuaian
harus diadakan segera sesudah penggilasan pertama, dan ketidaksamaan permukaan harus
dibetulkan dengan membongkar atau menambah material seperlunya. Kemudian digilas lagi
sesuai dengan ketentuan.Pembongkaran atau penambahan material ke permukaan tidak
boleh dilakukan bila penggilasan telaah selesai dikerjakan.Wearing Course harus dikerjakan
dengan hati-hati sehingga material yang dihamparkan sesuai dengan toleransi yang diijinkan.

1. Overlay dan Penyesuaian Permukaan 

Bila Kontrak mensyaratkan pelapisan ulang (overlay) perkerasan jalan existing, pekerjaan ini
harus dilakukan sesuai dengan instruksi Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas mungkin
memerintahkan pelapisan ulang dilakukan pada sebagian lebarnya atau dibatasi panjangnya,
untuk mempermudah penyesuaian tinggi permukaan.

2. Pengujian Kualitas 
1. Material contoh untuk laboratorium terdiri dari material campuran yang diambil
dari instalasi pencampuran atau lapangan yang dipadatkan dengan prosedur
AASHTO T 245. Untuk agregat yang mengandung butir-butir dengan diameter
lebih dari 1 inchi, maka akan digunakan ASTM D 5581.
2. Material-material contoh berikut harus diambil untuk pengujian produksi harian :

A. Agregatdari penampung agregat panas (hot bin) dan gabungannya untuk


pengujian gradasi secara basah.
B. Campuran bitumen dalam keadaan lepas untuk pengujian ekstraksi dan
stabilitas Marshall. Bila rumus campuran kerja (job-mix formula) diubah atau
sebagaimana diarahkan oleh Konsultan Pengawas, maka contoh-contoh
tambahan untuk (1) dan (2) akan diambil untuk memungkinkan penentuan berat
jenis (bulk specificgravity) menyeluruh agregat dari campuran bitumen (AASHTO
T 209-74).

3. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas hasil-hasil dan


catatan-catatan yang diperoleh dari hasil pengujian-pengujian yang dilaksanakan
untuk setiap produksi harian bersama-sama dengan lokasi penghamparannya
yang tepat untuk setiap produksi harian dalam pekerjaan yang diselesaikan.

28
SPESIFIKASI TEKNIS
4. Agar Pengguna Jasa dapat memonitor daya tahan perkerasan jalan dalam
jangka waktu yang panjang, maka Konsultan Pengawas dari waktu ke waktu
harus mengarahkan Kontraktor untuk menyerahkan hasil-hasil pengujian
penetrasi dan titik lembek dari contoh-contoh bitumen yang digunakan.
5. Pengontrolan kualitas campuran, pengambilan sampel dan pengujian material
harus dilakukan sesuai dengan prosedur-prosedur yang dipakai dan sesuai
dengan instruksi Konsultan Pengawas.

3. Frekuensi Pengujian 
Pengendalian Kualitas campuran aspal dan benda uji dan pengujian yang disetujui harus
dilaksanakan sesuai dengan Tabel 9.07 (8) dan berdasarkan perintah Konsultan
Pengawas..

Tabel (8) Pengendalian Campuran Benda uji

Pengendalian Campuran Benda uji

29
SPESIFIKASI TEKNIS
Pengendalian Campuran Benda uji

1.19 BETON

2.7.8 Umum
1. Uraian

a) Pekerjaan yang disyaratkan dalam Seksi ini harus mencakup pelaksanaan seluruh
struktur beton, termasuk tulangan, struktur pracetak dan komposit, sesuai dengan
Spesifikasi dan sesuai dengan garis, elevasi, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan
dalam Gambar, dan sebagaimana yang diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.

b) Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton,
pemeliharaan pondasi, pengadaan lantai kerja, pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar pondasi tetap kering.

30
SPESIFIKASI TEKNIS
c) Mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam
Kontrak haruslah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau Seksi lain yang
berhubungan dengan Spesifikasi ini, atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Beton yang digunakan dalam Kontrak ini haruslah mutu beton berikut ini :

K600 : digunakan untuk tiang pancang beton pratekan bulat


digunakan untuk beton pratekan pada gelagar jembatan dan tiang pancang
K500 :
beton pratekan persegi.
Digunakan untuk beton pratekan pada balok berongga (hollow beam) dan
K400 :
tiang pancang pracetak beton bertulang.
digunakan untuk diafragma, lantai jembatan, gelagar beton bertu-lang
K350 :
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
digunakan untuk gorong-gorong pipa beton bertulang dan kerb beton
K300 :
pacetak.
digunakan untuk struktur beton bertulang seperti gorong-gorong persegi,
K250 :
gorong-gorong pelat, struktur bangunan bawah.
digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan seperti trotoar dan
K175 :
pasangan batu kosong yang diisi adukan, pasangan batu.
Beton Siklop K175 : sebagai pengisi pondasi sumuran.
K125 : digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan kembali dengan beton.

d) Syarat dari PBI NI-2 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton
yang dilaksanakan dalam Kontrak ini, kecuali bila terdapat pertentangan dengan
ketentuan dalam Spesifikasi ini, dalam hal ini ketentuan dalam Spesi-fikasi ini yang harus
dipakai.

2. Penerbitan Detil Pelaksanaan


Detil pelaksanaan untuk pekerjaan beton yang tidak disertakan dalam Dokumen Kontrak pada
saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan setelah peninjauan rancangan awal telah
selesai dilaksanakan sesuai dengan Seksi 1.9 dari Spesifikasi ini.

4. Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta hasil akhir harus
dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam Standar Rujukan

5. Toleransi

a) Toleransi Dimensi :

 Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m. + 5 mm

31
SPESIFIKASI TEKNIS
 Panjang keseluruhan lebih dari 6 m + 15 mm
 Panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau antara kepala
jembatan - 0 dan + 10 mm

Toleransi Bentuk :

 Persegi (selisih dalam panjang diagonal) 10 mm


b)  Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang
dimaksud) untuk panjang s/d 3 m 12 mm
 Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m 15 mm
 Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m
20 mm
Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) :

c)  Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana ± 10 mm


 Kedudukan permukaan horizontal dari rencana ± 10 mm
 Kedudukan permukaan vertikal dari rencana ± 20 mm
Toleransi Alinyemen Vertikal :
d)
Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding ± 10 mm

Toleransi Ketinggian (elevasi) :

 Puncak lantai kerja di bawah pondasi ± 10 mm


e)  Puncak lantai kerja di bawah pelat injak ± 10 mm
 Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang ± 10 mm

Toleransi Alinyemen Horisontal : 10 mm dalam 4 m panjang mendatar.


f)

Toleransi untuk Penutup / Selimut Beton Tulangan :

g)  Selimut beton sampai 3 cm 0 dan + 5 mm


 Selimut beton 3 cm - 5 cm - 0 dan + 10 mm
 Selimut beton 5 cm - 10 cm ± 10 mm

6. Standar Rujukan

Standar Industri Indonesia (SII) :

SII-13-1977 : Semen Portland.


(AASHTO M85 - 75)

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

PBI 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2.


SK SNI M-02-1994-03 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang Lolos

32
SPESIFIKASI TEKNIS
(AASHTO T11 - 90) Saringan No.200 (0,075 mm).
SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk
(AASHTO T21 - 87) Campuran Mortar dan Beton.
SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
(AASHTO T22 - 90)
Pd M-16-1996-03 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
(AASHTO T23 - 90) Lapangan.
SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Ha-lus
(AASHTO T27 - 88) dan Kasar.
SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los
(AASHTO T96 - 87) Angeles.
SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Ter-hadap
(AASHTO T104 - 86) Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.
SK SNI M-01-1994-03 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah
(AASHTO T112 - 87) Pecah Dalam Agregat.
SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
(AASHTO T126 - 90) Laboratorium.
SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar.
(AASHTO T141 - 84)

AASHTO :

AASHTO T26 - 79 : Quality of Water to be used in Concrete.

7. Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan
dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan dalam
Pasal 7.1.2 dari Spesifikasi ini.
b) Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing mutu beton
yang diusulkan untuk digunakan 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai.
c) Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis hasil dari seluruh peng-ujian
pengendalian mutu yang disyaratkan sedemikian hingga data tersebut selalu tersedia
atau bila diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.
Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum meliputi peng-ujian kuat
tekan beton yang berumur 3 hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari setelah tanggal
pencampuran.

d) Kontraktor harus mengirim Gambar detil untuk seluruh perancah yang akan digunakan,
dan harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan
perancah dimulai.
e) Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam
sebelum tanggal rencana mulai melakukan pencampuran atau pengecoran setiap jenis
beton, seperti yang disyaratkan dalam Pasal 7.1.4.(1) di bawah.

33
SPESIFIKASI TEKNIS
8. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
Untuk penyimpanan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan cuaca yang kedap
udara dan mempunyai lantai kayu yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya dan ditutup dengan
lembar polyethylene (plastik). Sepanjang waktu, tumpukan kantung semen harus ditutup dengan
lembar plastik.

9. Kondisi Tempat Kerja


Kontraktor harus menjaga temperatur semua bahan, terutama agregat kasar, dengan temperatur
pada tingkat yang serendah mungkin dan harus dijaga agar selalu di bawah 30 oC sepanjang
waktu pengecoran. Sebagai tambahan, Kontraktor tidak boleh melaku-kan pengecoran bilamana :

a) Tingkat penguapan melampaui 1,0 kg / m2 / jam.

b) Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %.

c) Tidak diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, selama turun hujan atau bila udara penuh debu
atau tercemar.

10. Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


a) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang disyaratkan
dalam Pasal 7.1.1.(4), atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi
ketentuan, atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam Pasal
7.1.3.(3), harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat
meliputi :

i) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum dikerjakan;

ii) Tambahan perawatan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya gagal;

iii) Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian pekerjaan


yang dipandang tidak memenuhi ketentuan;

b) Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta Kontraktor
melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan
yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil. Biaya pengujian tambahan tersebut
haruslah menjadi tanggung jawab Kontraktor.

c) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser haruslah sesuai dengan
ketentuan dari Pasal 2.2.1.(8).(b) dari Spesifikasi ini.

2.7.9 Bahan

34
SPESIFIKASI TEKNIS
1) Semen

a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen portland yang
memenuhi AASHTO M85 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan oleh
Direksi Pekerjaan, bahan tambahan (aditif) yang dapat menghasilkan gelembung udara
dalam campuran tidak boleh digunakan.
b) Terkecuali diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu merk semen portland yang
dapat digunakan di dalam proyek.

2) Air

Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih, dan
bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organik. Air akan
diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26. Air yang diketahui
dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana timbul keragu-raguan atas mutu air
yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan
perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan memakai air yang diusulkan
dan dengan memakai air suling atau minum. Air yang diusulkan dapat digunakan bilamana
kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan
mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang sama.

3) Ketentuan Gradasi Agregat

a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel
7.1.2.(1), tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut tidak perlu
ditolak bila Kontraktor dapat menunjukkan dengan pengujian bahwa beton yang
dihasilkan memenuhi sifat-sifat campuran yang yang disyaratkan dalam Pasal 7.1.3.(3).

Tabel 7.1.2 (1) Ketentuan Gradasi Agregat

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat


ASTM (mm) Halus Kasar
2” 50,8 - 100 - - -
1 1/2” 38,1 - 95 -100 100 - -
1” 25,4 - - 95 - 100 100 -
3/4” 19 - 35 - 70 - 90 - 100 100
1/2” 12,7 - - 25 - 60 - 90 - 100
3/8” 9,5 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70
No.4 4,75 95 – 100 0-5 0 -10 0 - 10 0 - 15
No.8 2,36 - - 0-5 0-5 0-5
No.16 1,18 45 – 80 - - - -
No.50 0,300 10 – 30 - - - -
No.100 0,150 2 – 10 - - - -

35
SPESIFIKASI TEKNIS
b) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari
¾ dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan,
atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor

4) Sifat-sifat Agregat

a) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat yang
diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari pengayakan
dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-
2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel 7.1.2.(2)
bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur SNI (AASHTO) yang
berhubungan.

Tabel 7.1.2.(2) Sifat-sifat Agregat

Batas Maksimum yang


Sifat-sifat Metode Pengujian diijinkan untuk Agregat
Halus Kasar
Keausan Agregat dengan Mesin Los
SNI 03-2417-1991 - 40 %
Angeles pada 500 putaran
Kekekalan Bentuk Batu terhadap
SNI 03-3407-1994
Larutan Natrium Sulfat atau Magne-sium 10 % 12 %
Sulfat setelah 5 siklus
Gumpalan Lempung dan Partikel yang
SK SNI M-01-1994-03 0,5 % 0,25 %
Mudah Pecah
Bahan yang Lolos Ayakan No.200 SK SNI M-02-1994-03 3% 1%

5) Batu Untuk Beton Siklop

Batu untuk beton siklop harus terdiri dari batu yang disetujui mutunya, keras dan awet dan bebas
dari retak dan rongga serta tidak rusak oleh pengaruh cuaca.. Batu harus bersudut runcing, bebas
dari kotoran, minyak dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatannya dengan beton.

2.7.10 Pencampuran dan Penakaran


1) Rancangan Campuran

Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metode yang
disyaratkan dalam PBI dan sesuai dengan batas-batas yang diberikan dalam Tabel 7.1.3.(1).

2) Campuran Percobaan

Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan dengan membuat
dan menguji campuran percobaan, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan
jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan.

36
SPESIFIKASI TEKNIS
Campuran percobaan tersebut dapat diterima asalkan memenuhi ketentuan sifat-sifat campuran
yang disyaratkan dalam Pasal 7.1.3.(3) di bawah.

Tabel 7.1.3.(1) Batasan Proporsi Takaran Campuran

Mutu Ukuran Agre- Rasio Air / Semen Maks. Kadar Semen Min.
Beton gat Maks.(mm) (terhadap berat) (kg/m3 dari campuran)
K600 - - -
K500 - 0,375 450
37 0,45 356
K400 25 0,45 370
19 0.45 400
37 0,45 315
K350 25 0,45 335
19 0,45 365
37 0,45 300
K300 25 0,45 320
19 0,45 350
37 0,50 290
K250 25 0,50 310
19 0,50 340
K175 - 0,57 300
K125 - 0,60 250

3) Ketentuan Sifat-sifat Campuran

a) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan "slump"
yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 7.1.3.(2), atau yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI
03-1974-1990 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991
(AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141).
a)
Tabel 7.1.3 (2) Ketentuan Sifat Campuran

Kuat Tekan Karakteritik Min. (kg/cm2) “SLUMP” (mm)


Mutu Benda Uji Kubus Benda Uji Silinder Tidak
Beton Digetarkan
15 x 15 x 15 cm3 15cm x 30 cm Digetarkan

7 hari 28 hari 7 hari 28 hari


K600 390 600 325 500 20 - 50 -
K500 325 500 260 400 20 - 50 -
K400 285 400 240 330 20 - 50 -
K350 250 350 210 290 20 - 50 50 - 100
K300 215 300 180 250 20 - 50 50 - 100

37
SPESIFIKASI TEKNIS
K250 180 250 150 210 20 - 50 50 - 100
K225 150 225 125 190 20 - 50 50 - 100
K175 115 175 95 145 30 - 60 50 - 100
K125 80 125 70 105 20 - 50 50 - 100

b) Beton yang tidak memenuhi ketentuan "slump" umumnya tidak boleh diguna-kan pada
pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui
penggunaannya dalam kuantitas kecil untuk bagian tertentu dengan pembebanan ringan.
Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton
dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau celah atau gelembung udara
atau gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan
diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.
c) Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah kekuatan
yang disyaratkan dalam Tabel 7.1.3.(2), maka Kontraktor tidak diperkenankan mengecor
beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui
dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi
beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan beton
berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dipandang tidak
sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki
sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 7.1.1.(10) di atas. Kekuatan beton dianggap lebih
kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu
bagian pekerjaan yang dipertanyakan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang
diperoleh dari rumus yang diuraikan dalam Pasal 7.1.6.(2).(c).
d) Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan
Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas
dasar hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian,
Kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi
dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari
diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi
Pekerjaan akan menelaah kedua hasil pengujian yang berumur 3 hari dan 7 hari, dan
dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu.
e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup
pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh berdasarkan pada hasil
pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja, terkecuali bila Kontraktor dan Direksi
Pekerjaan keduanya sepakat dengan perbaikan tersebut.

38
SPESIFIKASI TEKNIS
4) Penyesuaian Campuran

a) Penyesuaian Sifat Kelecakan (Workability)

Bilamana sulit memperoleh sifat kelecakan beton dengan proporsi yang semula
dirancang oleh Direksi Pekerjaan, maka Kontraktor akan melakukan perubahan pada
berat agregat sebagaimana diperlukan, asalkan dalam hal apapun kadar semen yang
semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan
pengujian kuat tekan yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi, tidak dinaikkan.

Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh
cara lain tidak akan diperkenankan. Bahan tambah (aditif) untuk mening-katkan sifat
kelecakan hanya diijinkan bila secara khusus telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

b) Penyesuaian Kekuatan

Bilamana beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui, kadar semen
harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru

Perubahan sumber bahan atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan dan bahan baru tidak boleh digunakan
sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis dan menetapkan
proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang
dilakukan oleh Kontraktor.

5) Penakaran Agregat

a) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen
kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen
yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak
semen. Agregat harus diukur beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak
boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
b) Sebelum penakaran, agregat harus dibasahi sampai jenuh dan dipertahankan dalam
kondisi lembab, pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering permukaan, dengan
menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala. Pada saat penakaran,
agregat harus telah dibasahi paling sedikit 12 jam sebe-lumnya untuk menjamin
pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat.
6) Pencampuran

39
SPESIFIKASI TEKNIS
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan
ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh
bahan.
b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat
untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran.
c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar,
dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.
d) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam campuran
bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan sebelum waktu
pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin
berkapasitas ¾ m3 atau kurang haruslah 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu
harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat
menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat mungkin dengan tempat
pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi pada
beton non-struktural.

2.7.11 Pelaksanaan Pengecoran


1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang baru
atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton
yang baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan syarat yang
disyaratkan dalam Seksi 7.15 dari Spesifikasi ini.
b) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi untuk pekerjaan
beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 3.1 dan 3.2
dari Spesifikasi ini, dan harus membersihkan dan menggaru tempat di sekeliling
pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut
pekerjaan. Jalan kerja yang stabil juga harus disediakan jika diperlukan untuk menjamin
bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diperiksa dengan mudah dan aman.
c) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga agar
senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur atau

40
SPESIFIKASI TEKNIS
bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat dicor di dalam air
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar
sumuran atau cofferdam.
d) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang harus
dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah dipasang dan
diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
e) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, bahan landasan untuk pekerjaan
beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dari Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini.
f) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi sebelum
menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau pengecoran beton dan dapat
meminta Kontraktor untuk melaksanakan pengujian penetrasi ke dalaman tanah keras,
pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya
dukung dari tanah di bawah pondasi.
Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan,
Kontraktor dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau ke dalaman dari pondasi
dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah
pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagai-mana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

2) Acuan

a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus dibentuk dari galian,
dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi
yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran
beton.
b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang
kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran,
pemadatan dan perawatan.
c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan akhir struktur
yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang merata harus
digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh sudut-sudut tajam Acuan
harus dibulatkan.
d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.

41
SPESIFIKASI TEKNIS
3) Pengecoran

a) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam
sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bilamana
pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi,
kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun
tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak
boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.

b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai pengecoran,


pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan atau wakilnya
tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran secara
keseluruhan.
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau diolesi
minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai
posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam waktu
yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang
digunakan, kecuali diberikan bahan tambah (aditif) untuk memperlambat proses
pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan
selesai.
f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan
halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang
dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak boleh
melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal
dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat 30
cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm.
Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.

42
SPESIFIKASI TEKNIS
Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam waktu
48 jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode Tremi atau
metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk
tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.

Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memung-kinkan
pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama pengecoran. Bilamana aliran
beton terhambat maka Tremi harus ditarik sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu
sebelum pengecoran dilanjutkan.

Baik Tremi atau Drop-Bottom-Buckret harus mengalirkan campuran beton di bawah


permukaan beton yang telah dicor sebelumnya

i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton
yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang
baru.
j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor, harus
terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan
telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru ini,
bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen dengan
campuran yang sesuai dengan betonnya
k) Air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton dalam
waktu 24 jam setelah pengecoran.

4. Perawatan Dengan Pembasahan

a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, tempe-ratur
yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air
yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu
yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan
pengerasan beton.
b) Beton harus dirawat, sesegera mungkin setelah beton mulai mengeras, dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air
ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari. Semua bahan perawat
atau lembaran bahan penyerap air harus dibebani atau diikat ke bawah untuk mencegah
permukaan yang terekspos dari aliran udara.
Bilamana digunakan acuan kayu, acuan tersebut harus dipertahankan basah pada setiap
saat sampai dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sam-bungan dan

43
SPESIFIKASI TEKNIS
pengeringan beton. Lalu lintas tidak boleh diperkenankan melewati permukaan beton
dalam 7 hari setelah beton dicor.

c) Lantai beton sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras
dengan cara ditutup oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21 hari.
d) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi atau
beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah bahan tambah (aditif), harus
dibasahi sampai kekuatanya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28
hari.

2.8 DOKUMENTASI
2.8.1 Kontraktor harus membuat foto-foto
dokumentasi dibuat sebelum pekerjaan di mulai (0%), tahap pelaksanaan
hingga pengusulan terminj, penyerahan I (pertama) dan penyerahan II (kedua),
foto dokumentasi harus selalu diambil pada posisi yang sama untuk setiap
kemajuan (tampak depan, samping dan belakang) dan setiap tahapan bagian
pekerjaan yang penting antara lain penulangan beton, pengecoran, pondasi
dan lain-lain. Foto-foto tersebut dimasukan kedalam album dan diserahkan
kepada Pemimpin Bagian Proyek (Direksi/Pengawas) sebanyak 3 (dua) set.

2.9 GAMBAR PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)


2.9.1 Setelah selesainya seluruh pekerjaan,
Kontraktor bekerja sama dengan Konsultan Pengawas membuat gambar
terlaksana/as built drawing (jika terdapat perubahan pelaksanaan dari

44
SPESIFIKASI TEKNIS
perencanaan) berdasarkan shop drawing dari seluruh sistem, struktur dan
konstruksi, termasuk perletakan, denah maupun instalasi.

2.9.2 Instalasi listrik, instalasi air bersih dan


instalasi air kotor harus dibuat oleh Kontraktor sesuai dengan keadaan yang
terpasang dan diserahkan kepada Pemberi Tugas pada saat Serah Terima
Pekerjaan.

2.10 PENGAWASAN
2.10.1 Pengawasan setiap hari terhadap
pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan oleh Direksi/Konsultan Pengawas dan
Pengelola Teknis.

2.10.2 Setiap saat Konsultan Pengawas dan


Pengelola Teknis harus dapat mengawasi, memeriksa atau menguji setiap
bagian pekerjaan, bahan dan peralatan maupun tenaga kerja. Untuk itu
Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.

2.10.3 Bagian-bagian pekerjaan yang telah


dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan Konsultan Pengawas dan Pengelola
Teknis adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pekerjaan tersebut bila
diperlukan harus dapat diperiksa sebagian atau seluruhnya untuk
keperluan/kepentingan pemeriksaan.

2.10.4 Jika diperlukan pengawasan oleh


Konsultan Pengawas dan Pengelola Teknis diluar jam kerja yang resmi, maka
biaya untuk hal tersebut menjadi beban Kontraktor. Permohonan untuk
mengadakaan pemeriksaan tersebut harus dengan surat yang disampaikan
kepada Direksi/Pengawas.

2.10.5 Bagian-bagian pekerjaan yang telah


dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan Konsultan Pengawas dan Pengelola
Teknis adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pekerjaan tersebut bila
diperlukan harus dapat diperiksa sebagian atau seluruhnya untuk
keperluan/kepentingan pemeriksaan.

45
SPESIFIKASI TEKNIS
2.10.6 Jika diperlukan pengawasan oleh
Konsultan Pengawas dan Pengelola Teknis diluar jam kerja yang resmi, maka
biaya untuk hal tersebut menjadi beban Kontraktor. Permohonan untuk
mengadakaan pemeriksaan tersebut harus dengan surat yang disampaikan
kepada Direksi/Pengawas.

2.11 PENUTUP

2.11.1 Perubahan-perubahan yang terjadi


terhadap RKS ini pada saat Rapat Penjelasan Pekerjaan akan dibuat suatu
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan yang mengikat (risalah) dan merupakan
satu kesatuan dengan RKS ini

1.12.1 Apabila ternyata terdapat revisi terakhir


dari peraturan-peraturan tersebut diatas, maka revisi terakhir yang menjadi
acuan dalam pelaksanaannya. Demikian pula apabila bertentangan dengan

46
SPESIFIKASI TEKNIS
Spesifikasi Teknik berikut ini maka yang berlaku adalah Spesifikasi atau
berdasarkan keputusan Direksi Pengawas.

Palu, Maret 2017

Konsultant Perencana
PEJABAT PELAKSANA TEKNIS CV. GRAFIK CONSULTANT
KEGIATAN (PPTK)

Dra. JAOHAR WINDRA PUTRA, A.Md


Direktur Direktur

47
SPESIFIKASI TEKNIS

Anda mungkin juga menyukai