Anda di halaman 1dari 116

Spesifikasi Teknis

KATA PENGANTAR

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (R K S) perencanaan teknis ini


merupakan salah satu keluaran pihak perencana selama proses dari rangkaian
Perencanaan Pembangunan Kantor UPT Metrologi.
Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini merupakan salah satu alat
pengendalian mutu bagi penyedia jasa yang berperan dari awal proses
pembangunan hingga selesai dengan baik. RKS ini merupakan penjelasan teknis
mengenai spesifikasi bahan-bahan yang digunakan dan metode pelaksanaannya
yang mengacu pada beberapa standar-standar yang ditetapkan pemerintah dan
juga standar-standar yang dikeluarkan oleh pihak produsen bahan.
RKS ini bertujuan menuntun para penyedia jasa yang terkait agar pada saat
pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan baik sehingga diperoleh hasil
pekerjaan yang sesuai dengan perencanaan awal baik dari segi keamanan, bentuk
arsitektur, mutu maupun kualitas.
Dengan Penulisan dan Pemaparan Rencana kerja dan Syarat-syarat ini,
diharapkan dapat bermanfaat bagi pekerjaan selanjutnya, sehingga hasil pekerjaan
dapat memenuhi sasaran sesuai dengan maksud dan tujuan dari pekerjaan yang
akan dilaksanakan.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses persiapan,
survey, perhitungan hingga penyusunan RKS ini kami sampaikan ucapan terima
kasih.

Palu, 2014
Konsultan Perencana

i
Spesifikasi Teknis

PASAL 1 PEKERJAAN PERSIAPAN 1


1.0 Direksi Keet 1
2.0 Bestek dan Gambar 3
3.0 Rencana Kerja 3
4.0 Pekerjaan Pembersihan 4
5.0 Stripping 5
6.0 Pengukuran dan Pemasangan Bowplank 5
7.0 Tinggi Titik Duga (Peil) 5
8.0 Gambar dan ukuran 6
9.0 Pengadaan bahan bangunan 6
10.0 Standar Yang Di pakai 6
11.0 Pengunaan Persyaratan Teknis 7
12.0 Pekerjaan Pembongkaran 7

PASAL 2 GALIAN, URUGAN KEMBALI DAN PEMADATAN 8


1.0 Lingkup Pekerjaan 8
2.0 Prosedur Umum 8
3.0 Bahan-Bahan Umum 10
4.0 Pelaksanaan Pekerjaan 10

PASAL 3 BATU KALI 15


1.0 Lingkup Pekerjaan 15
2.0 Standar/ Rujukan 15
3.0 Prosedur Umum 15
4.0 Bahan-Bahan 16
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 16

PASAL 4 UJI BETON 18


1.0 Lingkup Pekerjaan 18
2.0 Standar/ Rujukan 18

ii
Spesifikasi Teknis
3.0 Prosedur Umum 18
4.0 Bahan-Bahan 19
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 19

PASAL 5 BAJA TULANGAN 23


1.0 Lingkup Pekerjaan 23
2.0 Standar/ Rujukan 23
3.0 Prosedur Umum 23
4.0 Bahan-Bahan 24
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 25

PASAL 6 27
A. BETON BERTULANG 27
1.0 Lingkup Pekerjaan 27
2.0 Standar/ Rujukan 27
3.0 Prosedur Umum 28
4.0 Bahan-Bahan 30
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 33

B. BETON TIDAK BERTULANG 38


1.0 Lingkup Pekerjaan 38
2.0 Standar/ Rujukan 38
4.0 Material 38

PASAL 7 BATU BATA 39


1.0 Lingkup Pekerjaan 39
2.0 Standar/ Rujukan 39
3.0 Prosedur Umum 39
4.0 Bahan-Bahan 40
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 40

PASAL 8 ADUKAN DAN PLESTERAN 43


iii
Spesifikasi Teknis
1.0 Lingkup Pekerjaan 43
2.0 Standar/ Rujukan 43
3.0 Prosedur Umum 43
4.0 Bahan-Bahan 43
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 44

PASAL 9 BERBAGAI JENIS UBIN 47


1.0 Lingkup Pekerjaan 47
2.0 Standar/ Rujukan 47
3.0 Prosedur Umum 47
4.0 Bahan-Bahan 47
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 48

PASAL 10 PINTU DAN JENDELA ALLUMUNIUM 50


1.0 Lingkup Pekerjaan 50
2.0 Standar/ Rujukan 50
3.0 Prosedur Umum 50
4.0 Bahan-Bahan 51
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 53

PASAL 11 PINTU DAN JENDELA KAYU 55


1.0 Lingkup Pekerjaan 55
2.0 Standar/ Rujukan 55
3.0 Prosedur Umum 55
4.0 Bahan-Bahan 56
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 56

PASAL 12 PEKERJAAN KACA 58


1.0 Lingkup Pekerjaan 58
2.0 Bahan-Bahan 58
3.0 Pelaksanaan Pekerjaan 58

iv
Spesifikasi Teknis

PASAL 13 ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI 59


1.0 Lingkup Pekerjaan 59
2.0 Standar/ Rujukan 59
3.0 Prosedur Umum 59
4.0 Bahan-Bahan 59
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 60

PASAL 14 PENUTUP DAN PENGISI CELAH 62


1.0 Lingkup Pekerjaan 62
2.0 Standar/ Rujukan 62
3.0 Prosedur Umum 62
4.0 Bahan-Bahan 62
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 62

PASAL 15 ATAP DAN BAJA RINGAN 64


1.0 Lingkup Pekerjaan 64
2.0 Standar/ Rujukan 64

3.0 Prosedur Umum 64


4.0 Bahan-Bahan 64
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 66

PASAL 16 PANEL GYPSUM DAN AKSESORIS 69


1.0 Lingkup Pekerjaan 69
2.0 Standar/ Rujukan 69
3.0 Prosedur Umum 69
4.0 Bahan-Bahan 70
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 71

PASAL 17 PENGECETAN 72
1.0 Lingkup Pekerjaan 72

v
Spesifikasi Teknis
2.0 Standar/ Rujukan 72
3.0 Prosedur Umum 72
4.0 Bahan-Bahan 73
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 74

PASAL 18 ELEKTRIKAL 79
1.0 Syarat Prosedure 80
2.0 Lingkup Pekerjaan 80
3.0 Standar Rujukan 80
4.0 Spesifikasi komponen Elektrikal 80
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 83

PASAL 19 PEKREJAAN MEKANIKAL 85


1.0 Syarat Prosedure 85
2.0 Lingkup Pekerjaan 86
3.0 Standar Rujukan 86
4.0 Spesifikasi komponen Mekanikal 86
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 87

PASAL 20 PERLENGKAPAN SANITASI 89


1.0 Lingkup Pekerjaan 89
2.0 Standar/ Rujukan 89
3.0 Prosedur Umum 89
4.0 Bahan-Bahan 90
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 90

PASAL 21 PAPAN NAMA 92


1.0 Lingkup Pekerjaan 92
2.0 Standar/ Rujukan 92
3.0 Prosedur Umum 92
4.0 Bahan-Bahan 92

vi
Spesifikasi Teknis
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 93

PASAL 22 LAPISAN KEDAP AIR (WATER PROOFING) 95


1.0 Lingkup Pekerjaan 95
2.0 Standar/ Rujukan 95
3.0 Prosedur Umum 95
4.0 Bahan-Bahan 96
5.0 Pelaksanaan Pekerjaan 97

PASAL 23 PEKERJAAN LANSEKAP 101

1.0 Lingkup Pekerjaan 101


2.0 Prosedur Umum 101
3.0 Persyaratan Pelaksanaan Penanaman Tanaman 101
4.0 Pemeliharaan 104

PASAL 24 PEKERJAAN AKHIR 107


1.0 Pengawasan 107
2.0 Pembersihan Akhir 107
3.0 Asbuild Drawing 107
4.0 Foto Pelaksanaan dan Kelengkapan Pekerjaan 107
5.0 Penutup 108

vii
Spesifikasi Teknis
PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN

1.0. DIREKSI KEET


1.1 Setelah Surat Perintah Kerja diterbitkan, Kontraktor harus membuat
Direksi Keet (Kantor Direksi) yang berukuran 4 x 6 m dari bahan-bahan
yang sederhana, lantai dicor semen dan dapat dikunci dengan baik.
1.2 Kantor Direksi tersebut dilengkapi dengan meja tulis, kursi termasuk untuk
persiapan rapat berkala, tempat menempel gambar, schedule pekerjaan,
papan tulis (white board), kalender dan kotak obat-obatan serta lainnya
yang dianggap perlu.
1.3 point 1.1 dan 1.2 ini merupakan tanggung jawab Kontraktor.
1.4 Untuk menampung tenaga kerja dan penyimpanan bahan-bahan material
yang diperlukan, Kontraktor harus membuat barak kerja dan gudang
material yang memenuhi syarat, dapat dikunci dan perletakannya
mengikuti petunjuk Direksi.
1.5 Kantor Direksi, Barak Kerja dan Gudang Material tersebut pengadaan dan
pembongkarannya menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor, dan
selanjutnya Kantor Direksi, barak kerja dan gudang material serta
perlengkapan direksi keet menjadi milik Kontraktor. Kehilangan peralatan
dan pengadaan bahan material selama masa pelaksanaan pekerjaan adalah
sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor, sehingga kontraktor wajib
mengamankannya.
1.6 Kantor direksi, barak kerja dan gudang material tidak dibenarkan
dibongkar sebelum pekerjaan selesai, terkecuali atas perintah Pengguna
Jasa dan Direksi.

2.0. BESTEK DAN GAMBAR


2.1 Kontraktor diwajibkan meneliti semua gambar-gambar dan bestek
mengenai pekerjaan ini.
2.2 Bila ternyata ada perbedaan antara gambar dan RKS, antara gambar satu
dengan gambar lainnya maka yang berlaku adalah :
a. B e s t e k ( RKS )
b. Gambar dengan skala yang lebih besar (detail).
2.3 Bila perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan yang mungkin
menimbulkan kekeliruan atau bahaya dikemudian hari, Kontraktor wajib
menanyakan terlebih dahulu kepada direksi untuk mendapatkan ketegasan.

1
Spesifikasi Teknis
3.0. RENCANA KERJA
3.1 Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus menyusun suatu
rencana kerja (jadwal waktu pelaksanaan disertai Shop drawing Awal)
sebanyak empat rangkap yang diajukan paling lambat dalam satu minggu
setelah diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja, untuk diketahui dan
disetujui oleh Direksi.
3.2 Setelah rencana kerja disetujui Direksi, 3 (tiga) salinan untuk Direksi dan 1
(satu) salinan ditempel pada ruang Direksi Keet.
3.3 Kontraktor harus mengikuti rencana kerja tersebut yang menjadi dasar bagi
Direksi untuk menilai prestasi pekerjaan dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kelambatan pekerjaan
3.4 Kontraktor wajib mengajukan shop drawing dan disetujui oleh konsultan
pengawas/ Direksi sebelum memulai setiap item-item pekerjaan yang
menjadi kerangka acuan dalam pelaksanaan.

4.0. PEKERJAAN PEMBERSIHAN


4.1 Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus membersihkan areal lokasi
dari segala tanaman liar, rumput, puing-puing dan brangkal-brangkal yang
dapat menghambat pekerjaan dan melakukan penimbunan jika di anggap
perlu. Dalam hal ini kontraktor tidak diperbolehkan melakukan
pembakaran sampah/ tumbuhan hasil pembersihan dari jenis apapun dan
juga tidak menggunakan bahan kimia untuk membersihkan tanaman/
tumbuhan di areal lokasi.
4.2 Sebelum di lakukan penimbunan, akar tanam, rumput pada permukaan
tanah harus dikupas, dan hasil kupasan harus dibuang keluar lokasi
pekerjaan.
4.3 Jika pada halaman pekerjaan terdapat konstruksi atau utility yang masih
berfungsi seperti pipa-pipa, kabel-kabel, tiang-tiang listrik yang ada
dibawah atau diatas tanah, Kontraktor harus melindungi jangan sampai
terjadi kerusakan selama pelaksanaan.
4.4 Apabila untuk pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan kendaraan atau
peralatan-peralatan lain yang dipandang perlu untuk menunjang
pelaksanaan, maka hal ini menjadi kewajiban Kontraktor untuk
menyediakannya dan seluruh biaya yang timbul menjadi beban dan
kewajiban Kontraktor.
4.5 Pekerjaan pembersihan ini juga terdiri dari pembersihan segala macam
tumbuh-tumbuhan, semak-semak, tanaman lainnya, sampah-sampah dan
bahan-bahan yang lain yang mengganggu dan termasuk pencabutan akar-
akar, sisa-sisa konstruksi, seperti pondasi bekas bangunan, pekerjaan jalan
raya dan lain sebagainya. Yang dimaksud dengan semak-semak adalah
tanaman-tanaman atau tumbuhan-tumbuhan berupa rumput-rumputan,
alang-alang, segala jenis tanaman kecil yangt ingginya tidak melebihi 1,50
meter dari permukaan tanah dimana tanaman itu tumbuh dalam lingkup
2
Spesifikasi Teknis
daerah yang tidak luas.

5.0. STRIPPING (PEMBUANGAN LAPISAN TANAH ATAS)


5.1 Jika pada pelaksanaan pemberihan lokasi dianggap perlu dan tercantum
dalam kontrak untuk melakukan pekerjaan Stripping (Pembuangan/
pengupasan lapisan tanah atas), maka kontraktor harus mengacu tepat pada
gambar kerja mengenai elevasi untuk rencana stripping.
5.2 Jika Kontraktor mengerjakan pekerjaan stripping, maka pembuangan atau
pencukuran lapisan tanah atas dilakukan dengan ketebalan 0,25 meter
ketempat-tempat disekitar areal proyek yang ditentukan oleh konsultan
pengawas. Pada tempat-tempat khusus dimana setelah dilaksanakan
pembersihan (Stripping) ternyata tanah dasarnya lembek sekali, maka
kontraktor harus melakukan stripping kembali pada pada kedalaman 0,4
meter demikian seterusnya sampai kedalaman 0,9 meter atau sampai batas
yang disarankan oleh konsultan pengawas/ direksi. hanya sampai batas
kedalaman 0,4 m pembersihan tanah (Stripping) yang harga satuannya
tercantum dalam kontrak. Pembersihan selebihnya dari kedalaman kontrak
hanya bisa di bayarkan bilamana sudah ada persetujuan tertulis dari direksi.
5.3 Penggunaan peralatan alat berat pada pekerjaan stripping harus telah
melalui persetujuan direksi/ Konsultan Pengawas.

6.0. PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK


6.1 Pengukuran dan pemasangan bouwplank dilakukan sekaligus untuk seluruh
site, agar pengaturan perletakan bangunan tidak meleset serta menjaga
kemungkinan perubahan-perubahan atau pergeseran-pergeseran sesuai
keadaan.
6.2 Untuk mendapatkan ukuran yang tepat sesuai rencana, pengukuran wajib
dilaksanakan dengan menggunakan waterpass dan atau theodolite.
6.3 Sebelum dipasang papan untuk bouwplank harus diserut rata dan lurus.
6.4 Patok-patok utama hendaknya ditanam/ditancapkan sedalam/sekuat
mungkin agar tidak terjadi pergeseran. Dan pada saat semua patok sudah
terpasang titik yang telak ditentukan, dianggap perlu untuk dicek kembali
terhadap orientasi sudut rencana.

7.0. TINGGI TITIK DUGA (PEIL)


7.1 Ukuran tinggi titik duga (peil) 0,00 yang dinyatakan dalam gambar
disesuaikan dengan keadaan site.
7.2 Ukuran tinggi titik duga (peil) dinyatakan dengan suatu tanda tetap dan
dipasang pada tempat yang tidak mudah terganggu.
7.3 Pembuatan/pemasangan tanda tetap ini dikerjakan oleh Kontraktor dengan
petunjuk dan persetujuan Direksi/konsultan Pengawas.
8.0. GAMBAR DAN UKURAN
8.1 Denah, tampak-tampak dan potongan-potongan dinyatakan dalam gambar-
3
Spesifikasi Teknis
gambar rencana arsitektur dan struktur, dan dijelaskan pula dalam gambar
detail lengkap dengan ukuran-ukurannya.
8.2 Apabila terdapat ketidakjelasan dalam ukuran pada gambar rencana, maka
Kontraktor wajib meminta penjelasan dan petunjuk kepada Direksi/
Konsultan pengawas, Kemudian kontraktor Wajib mengajukan Shop
drawing dan disetujui oleh pengawas/ Direksi sebelum memulai pekerjaan.

9.0. PENGADAN BAHAN BANGUNAN


8.1 Bahan-bahan yang boleh ditempatkan didalam kompleks pekerjaan
hanyalah bahan-bahan yang disyaratkan dalam RKS maupun gambar-
gambar.
8.2 Cara dan tempat penimbunan/penyimpanan bahan harus memenuhi syarat
atau menurut petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.
8.3 Bahan bangunan yang dipakai adalah yang sesuai dengan kualitas dan
kuantitas serta dimensi yang disyaratkan dalam RKS maupun gambar.
8.4 Apabila suatu bahan yang disyaratkan tidak terdapat dipasaran, sebelum
diganti Kontraktor harus konsultasi terlebih dahulu dengan Direksi /
Konsultan Pengawas, dan penggantian bisa dilakukan setelah ada
persetujuan secara tertulis.
8.5 Penggantian bahan bangunan yang tidak terdapat dipasaran dengan bahan
bangunan lain harus setara/setingkat kualitasnya.
8.6 Bahan bangunan yang dinyatakan afkeur oleh Direksi/Konsultan Pengawas
karena cacat atau tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan harus
segera dipindahkan dan dikeluarkan dari kompleks pekerjaan selambat-
lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.

10.0. STANDAR YANG DIPAKAI


Semua pekerjaan yang ditentukan dalam dokumen ini mengacu dan harus
mengikuti persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI), Standar Konsep
Nasional Indonesia (SK SNI), Normalisasi Indonesia serta peraturan-peraturan
Nasional dan Internasional lain yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini,
seperti :
1. SNI 1728-1989; SKBI 1.3.53.1989, tentang Tata Cara Pelaksanaan
mendirikan Bangunan Gedung
2. SNI 03-1734-1989; SNI 03-1734-189-F, tentang Tata Cara Perencanaan
Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk Rumah dan
Gedung;
3. SNI 03-3233-1992; UDC.674.048. tentang Panduan Pengawetan Kayu
dengan Cara Pemulasan, Pencelupan dan Perendaman;
4. SKBI-4.3.53.1987; UDC. 699.048.004.1. tentang Spesifikasi Kayu Awet
untuk Perumahan dan Gedung;
5. SNI 03-2404-1991; SK SNI T-05-1990-F tentang Tata Cara Pencegahan
Rayap pada Pembuatan Bangunan Rumah dan Gedung;
6. SNI 03-2410-1991; SK SNI T-11-1990-F, tentang Tata cara Pengecatan
4
Spesifikasi Teknis
Dinding Tembok dengan Cat Emulsi;
7. SNI 03-2417-1991; SK SNI T-08-1990-F, tentang Tata Cara Pengecatan
Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung;
8. SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian C
(Bahan Bangunan dari Logam Besi/Besi).
9. SKBI 1.3.53.1987; UDC. 699.887 tentang Pedoman Perencanaan
Penangkal Petir;
10. SNI 03-1735-1989; SKBI-2.5.53.1987, tentang Tata Cara Perencanaan
Bangunan dan Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung;
11. Standar Industri Indonesia ( SII );
12. Pedoman Plumbing Indonesia;
13. ASTM, JIS dll yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini.
Apabila suatu persyaratan disebutkan secara khusus didalam persyaratan ini,
maka ketentuan itu yang harus diutamakan.

11. PENGGUNAAN PERSYRATAN TEKNIS


11.1 Persyaratan teknis ini merupakan pedoman dalam pelaksanaan-
pelaksanaan pekerjaan (yang disebut sebagai kegiatan) termasuk seluruh
bangunan-bangunan dan pekerjaan-pekerjaan lainnya satu kesatuan yang
tidak terpisahkan;
11.2 Kecuali disebutkan lain, maka setiap bagian dalam persyaratan teknis ini
berlaku untuk seluruh bangunan yang termasuk dalam pekerjaan ini,
disesuaikan dengan gambar-gambar, keterangan-keterangan tambahan
tertulis dan perintah-perintah direksi/pengawas.
11.3 Standar-standar utama yang dipakai adalah standar-standar yang dibuat
dan berlaku resmi di negara RI, apabila tidak terdapat standar yang dapat
diberlakukan terhadap pekerjaan tersebut, maka harus digunakan standar
internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-
tidaknya standar dari negara produsen bahan yang menyangkut pekerjaan
tersebut yang diberlakukan.

12. PEKERJAAN PEMBONGKARAN


12.1 Sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran, kontraktor wajib
mendapat persetujuan dari pengawas Teknik pada setiap item Pekerjaan
Pembongkaran.
12.2 Apabila untuk pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan kendaraan atau
peralatan-peralatan lain yang dipandang perlu untuk menunjang
pelaksanaan, maka hal ini menjadi kewajiban Kontraktor untuk

5
Spesifikasi Teknis
menyediakannya dan seluruh biaya yang timbul menjadi beban dan
kewajiban Kontraktor.
12.3 Pada saat pelaksanaan pembongkaran item bangunan, kontraktor harus
didampingi pengawas Teknik dan meminimalkan bias terhadap item
bangunan lain yang tidak di bongkar.
12.4 Pada saat melakukan pembongkaran, kontraktor wajib menjaga dan
melindungi keamanan struktur bangunan eksisting.
12.5 Kegagalan Struktur akibat kelalaian pada saat pelaksanaan pekerjaan
menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh kontraktor.
12.6 Apabila terdapat item pembongkaran bangunan diluar dari rencana
pembongkaran, kontraktor wajib bertanggung jawab sepenuhnya dari segi
finansial dan membentuk kembali item tersebut seperti semula sesuai
spesifikasi standar lama.
12.7 Seluruh item sisa bongkaran yang sifatnya masih dapat terpakai atau
mempunyai nilai nominal tetap menjadi status milik negara dan tidak
diperkenankan dipindah tempatkan dari areal lokasi pekerjaan tanpa
persetujuan pemilik proyek.

7
Spesifikasi Teknis
PASAL
2
GALIAN, URUGAN KEMBALI DAN
PEMADATAN
1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut:

- Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai, bahan-bahan,


tenaga kerja yang cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan.
- Penggalian untuk ruang pondasi Poor Plat, Pondasi Batu kali, dan galian
lainnya yang dianggap perlu, pengurugan kembali dan pemadatan semua
pekerjaan yang membutuhkan galian dan/atau urugan kembali seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
- Membuang semua bahan-bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan
ke suatu tempat pembuangan yang telah ditentukan.
- Penggalian dan pengangkutan bahan timbunan dari suatu tempat galian.
- Melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam spesifikasi ini.

2.0. PROSEDUR UMUM

2.1. Penggalian
2.1.1. Penggalian harus dikerjakan sesuai garis dan kedalaman seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas. Areal galian harus dibuat cukup untuk
memberikan ruang gerak dalam melaksanakan pekerjaan.
2.1.2. Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan perkiraan
saja dan Konsultan Pengawas dapat menginstruksikan perubahan-
perubahan bila dianggap perlu.
2.1.3. Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib
melaporkannya kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa
pekerjaan selanjutnya.
2.1.4. Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali
harus dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar Kerja atau
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
2.1.5. Bila bahan yang tidak sesuai terlihat pada elevasi penggalian
rencana, Kontraktor harus melakukan penggalian tambahan sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas, sampai kedalaman dimana daya
dukung yang sesuai tercapai.
2.1.6. Untuk lapisan lunak, permukaan akhir galian tidak boleh
diselesaikan sebelum pekerjaan berikutnya siap dilaksanakan,

8
Spesifikasi Teknis
sehingga air hujan atau air permukaan lainnya tidak merusak
permukaan galian.
Untuk menggali tanah lunak, Kontraktor harus memasang Dinding
penahan tanah sementara untuk mencegah longsornya tanah ke
dalam lubang galian.
Kontraktor harus melindungi galian dari genangan air atau air
hujan dengan menyediakan saluran pengeringan sementara atau
pompa.
2.1.7. Untuk menjaga keamanan pekerjaan, tanah galian dibuang atau
ditempatkan sementara minimal 1 meter dari tepi galian.
2.1.8. Galian di bawah elevasi rencana karena kesalahan dan kelalaian
Kontraktor harus diperbaiki sesuai petunjuk Konsultan Pengawas
tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
2.1.9. Diasumsikan bahwa penggalian pada lokasi kerja dapat dilakukan
dengan peralatan standar sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
2.1.10 Bila ditemukan batu-batuan, Kontraktor harus memberitahukan
kepada Konsultan Pengawas yang akan mengambil keputusan,
sebelum penggalian dilanjutkan.
2.1.11 Sesudah setiap pekerjaan penggalian selesai, Kontraktor harus
memberi tahu Konsultan Pengawas, dan pekerjaan dapat
dilanjutkan kembali setelah Konsultan Pengawas menyetujui
kedalaman penggalian dan sifat lapisan tanah pada dasar
penggalian tersebut.

2.2. Urugan dan Timbunan


2.2.1. Pekerjaan urugan atau timbunan hanya dapat dimulai bila bahan
urugan dan lokasi pengerjaan urugan / timbunan telah disetujui
Konsultan Pengawas.
2.2.2. Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan pengurugan
sebelum pekerjaan terdahulu disetujui Konsultan Pengawas.
2.2.3. Bahan galian yang sesuai untuk bahan urugan dan timbunan dapat
disimpan oleh Kontraktor di tempat penumpukan pada lokasi yang
memudahkan pengangkutan selama pekerjaan pengurugan dan
penimbunan berlangsung. Lokasi penumpukan harus disetujui
Konsultan Pengawas.
2.2.4. Pengurugan pekerjaan beton hanya dapat dilakukan ketika umur
beton minimal 14 hari, dan ketika pekerjaan pasangan berumur
minimal 7 hari, atau setelah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.

2.3. Pemadatan
Pemadatan dengan menyiram dan menyemprot tidak diijinkan.
Kontraktor harus menyediakan peralatan pemadatan yang memadai (Ex.
9
Spesifikasi Teknis
Stamper kuda 17 KN) untuk memadatkan ukuran maupun daerah galian.
Bila tingkat pemadatan tidak memenuhi, perbaikan harus dilakukan
sampai tercapai nilai pemadatan yang disyaratkan. Bahan yang
ditempatkan di atas lapisan yang tidak dipadatkan dengan baik harus
disingkirkan dan harus dipadatkan kembali sesuai Konsultan Pengawas.

3.0. BAHAN-BAHAN
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan Pekerjaan dari Spesifikasi Teknis ini.

4.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


4.1. Galian
4.1.1. Pekerjaan galian dapat dianggap selesai bila dasar galian telah
mencapai elevasi yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4.1.2. Semua bahan galian harus dikumpulkan pada tempat tertentu
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas sehingga bila dibutuhkan
dan memenuhi ketentuan bahan galian tersebut dapat digunakan
untuk bahan urugan atau dibuang sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas.
4.1.3. Bila terjadi kelebihan penggalian garis batas dan elevasi yang
ditentukan dalam Gambar Kerja atau petunjuk Konsultan
Pengawas yang disebabkan karena kesalahan Kontraktor,
kelebihan penggalian tersebut tidak dibayar dan Kontraktor harus
memperbaiki daerah tersebut sesuai Gambar Kerja atas biaya
Kontraktor.
4.1.4. Penggalian harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa agar
tidak merusak patok-patok pengukuran atau pekerjaan lain yang
telah selesai. Semua kerusakan yang disebabkan karena pekerjaan
penggalian menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus
diperbaiki oleh Kontraktor tanpa biaya tambahan atau waktu.
4.1.5. Kontraktor harus menyingkirkan setiap batuan yang ditemukan
pada daerah elevasi pada kedalaman minimal 150 mm di bawah
elevasi akhir rencana. Batuan dapat berupa batu atau serpihan
keras dalam tanah dasar asli.

4.2. Urugan dan Timbunan

4.2.1. Bahan Urugan


- Bahan urugan harus bebas dari bahan organic, gumpalan
besar, kayu, bahan-bahan lain yang mengganggu dan butiran
batu besar dari 100 mm dan memiliki gradasi sedemikian rupa
agar pemadatan berjalan lancar.

10
Spesifikasi Teknis
- Bila menurut pendapat Konsultan Pengawas, suatu bahan
tidak dapat diperoleh, penggunaan batu-batuan atau kerikil
yang dicampur dengan tanah dapat diijinkan, dalam hal ini,
bahan yang lebih besar dari 150 mm dan lebih kecil dari 50
mm tidak diijinkan digunakan, dan presentase pasir harus
berjumlah cukup untuk mengisi celah dan membentuk
kepadatan tanah yang seragam dengan nilai kepadatan yang
sesuai.
- Semua bahan galian kecuali tanah tidak diijinkan digunakan
sebagai bahan urugan kecuali disetujui oleh Konsultan
Pengawas seperti disebutkan dalam butir 4.1.2. dari
Spesifikasi Teknis ini.
- Setiap Lapisan bahan urugan, bila kering, harus dibasahi
merata sampai tercapai kadar air tertentu untuk mendapatkan
kepadatan yang disyaratkan.

4.2.2. Persiapan
Sebelum penempatan bahan urugan, pekerjaan-pekerjaan berikut
harus sudah dikerjakan sebelumnya.
- Pembersihan lokasi dan/atau penggalian sesuai petunjuk
Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis.
- Kontraktor harus memberitahu Konsultan Pengawas sebelum
memulai penempatan bahan urugan dan Konsultan Pengawas
akan memeriksa kondisi lokasi yang telah disiapkan untuk
maksud tersebut.
- Lokasi yang akan diberi bahan urugan/timbunan harus
dikeringkan dahulu dari genangan air menggunakan pompa alat
lain yang disetujui Konsultan Pengawas.

4.2.3. Penempatan Bahan Urugan


- Bahan urugan tidak boleh dihampar atau dipadatkan pada
waktu hujan. Bahan urugan di dalam atau di luar lokasi
timbunan harus ditempatkan lapis demi lapis dengan ketebalan
maksimal 200 mm (keadaan lepas) dan harus dipadatkan
dengan baik.
- pelaksanaan pemadatan hendaknya mengacu pada rencana
teknis perencanaan secara manual atau menggunakan alat
bantu.
- Jika menurut konsultan pengawas tidak diperoleh kepadatan
yang baik dengan memadatkan secara manual, maka
hendaknya kontraktor menyiapkan alat bantu pemadatan seperti
stamper kuda 17 KN yang dipadatkan layer/layer setebal 200
mm.
11
Spesifikasi Teknis
- Untuk timbunan di luar lokasi timbunan harus dipadatkan
sampai kepadatan yang sebanding dengan daerah sekitarnya
atau sesuai ketentuan dalam butir 4.3. dari Spesifikasi Teknis
ini.
- Untuk timbunan di dalam lokasi timbunan, urugan harus
dipadatkan sesuai nilai kepadatan yang ditentukan dalam butir
4.3. dari Spesifikasi Teknis ini.
- Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja atau-syarat
khusus, pemadatan dengan tangan tidak diijinkan sebagai
pengganti alat pemadat mekanis.
- Kontraktor tidak boleh menempatkan lapisan baru bahan
urugan sebelum pemadatan lapisan terdahulu disetujui
Konsultan Pengawas. Pengurugan tidak boleh dikerjakan tanpa
persetujuan dari Konsultan Pengawas.

4.3. Pemadatan

4.3.1. Umum
- Jika diperlukan, setiap lapisan sebelum dipadatkan harus
memiliki kadar air yang sesuai dengan ketentuan agar
dihasilkan pemadatan dengan nilai kepadatan yang sesuai.
Bahan harus memiliki kadar air yang seragam pada seluruh
lapisan bahan yang akan dipadatkan.
Setiap lapisan harus dipadatkan dengan merata menggunakan
alat pemadatan yang disetujui seperti stamper kuda 17 KN atau
menggunakan peralatan sesuai rencana teknis yang tertera pada
kontrak.
- Apabila Penggilasan harus perlu dilakukan, maka pelaksanaan
harus dilakukan pada arah memanjang sepanjang timbunan dan
biasanya dimulai dari sisi terluar dan menuju ke arah tengah
dengan cara sedemikian rupa agar setiap bagian menerima
tingkat pemadatan yang sama.

4.3.2. Kepadatan Kering Maksimal dan Kadar Air Optimal


Kepadatan kering maksimal dan kadar air optimal harus
ditentukan berdasarkan metode ASTM D1557-90 (AASHTO
T180-74) yang umum dikenal sebagai Modified Proctor Test.

4.3.3. Pengawasan Kelembaban


Pada saat pemadatan yang membutuhkan nilai kepadatan tinggi,
bahan urugan dan permukaan yang akan menerima bahan urugan
harus memiliki kadar air yang disyaratkan. Kontraktor tidak

12
Spesifikasi Teknis
diijinkan melakukan pemadatan sampai dicapai kadar air sesuai
dengan yang disyaratkan.
Kontraktor harus melembabkan bahan urugan atau permukaan
yang akan diurug bila kondisinya tertatu kering. Bahan urugan
yang tertatu basah dan harus dikeringkan sampai tercapai kadar air
yang sesuai bila perlu dengan bantuan peralatan mekanis.

4.3.4. Penggilasan (Jika Diperlukan)


- Kontraktor harus melakukan pekerjaan penggilasan daerah
yang dikupas atau dipotong sesuai Konsultan Pengawas,
untuk memastikan adanya tanah lunak yang ada di lokasi
tersebut. Kontraktor harus menggunakan trek bermuatan,
mesin gilas atau peralatan pemadatan lainnya yang disetujui.
Jenis ukuran dan berat peralatan harus sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas.
- Kontraktor harus menempatkan dan memadatkan bahan
urugan pada tempat rendah. Bila ditemui tempat basah,
Kontraktor harus memberitahukannya kepada Konsultan
Pengawas agar dapat ditentukan perbaikannya. Lokasi yang
mendukung struktur/ konstruksi harus diawasi selama
pelaksanaan penggilasan dan harus disetujui Konsultan
Pengawas sebelum pekerjaan ditanjutkan.

4.3.5. Kepadatan Tanah Kohesif


Untuk tanah yang mengandung 30% atau lebih berat partikel yang
metalui saringan no. 200, yang membutuhkan pemadatan retatif,
seperti ditentukan ASTM D1557-90 (AASHTO T180-74).

4.3.6. Kepadatan Tanah Tidak Kohesif


Tanah yang mengandung kurang dari 30% berat partikel yang
melalui saringan No, 200, yang membutuhkan pemadatan relatif,
seperti ditentukan ASTM D1557-90 (AAHSTO T180-74), dan
dinyatakan dalam presentase kepadatan kering maksimal dan
kadar air, pada saat pemadatan harus memenuhi ketentuan berikut
:

13
Spesifikasi Teknis
Kepadatan relatif
Daerah pemadatan
(%)

Timbunan di bawah lapisan Tidak ada pernyaratan khusus cukup


drainase digilas dengan bulldoezer (misalnya D-6)

10
Timbunan pengisi di bawah Bila juga diperiksa dengan beberapa kali
pelat laintai lintasa roller sesuai Konsultan Pengawas

60

Dasar Jalan 40

Pematan saluran Tidak ada persyaratan khusus

Saluran

4.4. Pembuangan Bahan Galian


Sernua bahan galian yang memenuhi persyaratan dapat digunakan untuk
bahan urugan. Bahan yang tidak sesuai untuk pengurugan harus dibuang
pada tempat yang disetujui Konsultan Pengawas.

14
PASAL
3
BATU
KALI
1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan pasangan batu kali untuk pondasi batu
kali dan item lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Pekerjaan ini meliputi, tetapi tidak terbatas pada pengadaan bahan, tenaga kerja
dan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
pasangan batu kali, sesuai batas, tingkat, bagian dan dimensi seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982).

2.2. Spesifikasi Teknis:


- Galian, Urugan Kembali dan Pemadatan.
- Adukan dan Plesteran-

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan


Contoh bahan batu seberat minimal 20 kg dengan ukuran terpanjang
maksimal 150mm, harus diserahkan terlebih dahulu kepada Konsultan
Pengawas untuk disetujui sebelum dikirimkan ke lokasi proyek.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan.


Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus membuat Gambar Detail
Pelaksanaan (Shop drawing) yang mencakup dimensi, elevasi,
kemiringan dan detail-detail lain yang diperlukan, untuk disetujui
Konsultan Pengawas.

3.3. Pemeriksaan dan Pengujian


Pemeriksaan dan pengujian harus dikerjakan pada setiap bagian pekerjaan
seperti di bawah ini:
- Tata letak,
- Penggalian
- Bahan di lokasi termasuk alat dan peralatan,
- Penempatan pasir,
- Setiap tinggi pemasangan batu kali 1200 mm.
Selama pengujian, Kontraktor harus menyediakan tenaga pengawas mutu
dan fasilitas untuk Konsultan Pengawas tanpa biaya tambahan kepada
Pemilik proyek.

4.0. BAHAN-BAHAN

4.1. Batu Kali


Batu kali harus memiliki sisi terpanjang maksimat 150 mm, dan memiliki
minimal 3 bidang kontak.
Batu kali harus keras, berasifat kekal dan tidak boleh mengundang bahan
yang dapat merusak.

4.2. Adukan
Adukan dan plesteran harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis
seperti pada Pasal berikutnya (Spesifikasi Teknis Adukan dan Plesteran).

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. Pemeriksaan dan Pembersihan Galian

5.1.1. Pekerjaan pasangan batu kali, baru di ijinkan untuk dimulai bila
semua pekerjaan galian dan urugannya telah diperiksa serta
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Pekerjaan galian dan urugan kembali dilaksanakan sesuai
ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada pasal 2 (Spesifikasi
Teknis Galian, Urugan Kembali dan Pemadatan).
5.1.2. Sebelum memulai pekerjaan perletakan pasangan batu kali, air/air
hujan ataupun air tanah yang berada dalam galian harus dipompa
dan dikeluarkan.

5.2. Pemasangan

5.2.1. Adukan 1 semen dengan 2 pasir untuk pasangan batu kali yang
terendam air dan adukan 1 semen dengan 5 pasir untuk pasangan
batu kali yang tidak terendam air.
5.2.2. Adukan harus membungkus batu kali pada bagian tengah
pasangan sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian dari
pasangan yang berongga/tidak padat.
5.2.3. Tidak diperbolehkan sama sekali memukul batu kali ditempat
pekerjaan (pada bagian konstruksi) dengan martil besar, kecuali
diluar pagar,patok ukur/bowplank.
5.2.4. Pasangan batu kali di atas tanah keras harus mempunyai lantai
kerja beton tipis 50 mm dan pasir setebal 50 mm, atau sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja.
5.2.5. Bagian yang akan diberi pasangan batu kali harus sudah dibentuk
sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja, dan/atau sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas.

5.3. Komponen Pondasi


Semua pondasi yang dilewati oleh komponen-komponen bangunan
seperti kabel listrik, kabel penangkal petir, saluran air hujan/kotor harus
dilengkapi dengan lubang drainase. Kecuali ditentukan lain dalam
Gambar Kerja, lubang drainase, dibuat dari pipa PVC.

5.4. Pembersihan Permukaan


Segera setelah adukan ditempatkan, semua permukaan pasangan batu kali
yang terlihat harus dibersihkan secara menyeluruh dari cipratan adukan
dan harus dijaga sedemikian rupa sampai pekerjaan selesai.

5.5. Perawatan
Pasangan batu kali harus dilindungi dari cahaya matahari dan secara terus
menerus harus dibasahi dengan cara yang disetujui selama 3 (tiga) hari
setelah pekerjaan selesai.
PASAL
4
UJI
BETON
1.0 LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini mencakup prosedur yang harus dilakukan guna pengambilan


contoh beton selama pelaksanaan pengecoran beton.

Pekerjaan ini mencakup penyediaan peralatan seperti :


- Alat-alat laboratorium dan peralatan yang dibutuhkan.
- Perlengkapan penyimpanan.
- Landasan pencampur dekat lokasi gudang.
- Cetakan kedap air, dengan kubus dimensi 150mm x 150mm x 150mm.
- Batang besi untuk memadatkan contoh adukan beton dengan Ø 16 mm
(5/8"), panjang 600 mm.
- Kerucut slump.
- Kotak-kotak untuk pengangkutan kubus.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971)


2.2. American Society for Testing and Materials (ASTM):
- ASTM C31-90 Test Method of Making and Curing Concrete Test
Specimens in the Field.
- ASTM C39-86 Test Method for Compressihale Strength of
Cylindrical Concrete Specimens.
- ASTM C42-90 Test Method for Obtaining and Testing Drilled
Cores and Sawed Beams of Concrete.
- ASTM C31-90a Test Method of Slump of Hydraulic Cement
Concrete. ASTM C172-90
- Practice of Sampling Freshly Mixed Concrete.
- ASTM C231-90
- Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the
Pressure Method.
2.3. American Concrete Institute (ACI):
- ACI 308-92 Standard Practice for Curing Concrete.
2.4. Spesifikasi Teknis
- Beton Cor di tempat.
3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh adukan beton diambil sesuai dengan prosedur ASTM C 172
dan/atau PBUI (PBI-1971) atau seperti ditentukan dalam Spesifikasi ini
yang memenuhi standar ASTM 1972.

3.2. Contoh adukan beton harus mewakili setiap kelompok pencampuran dan
terdiri dari berbagai perbandingan dari tempat yang berbeda dalam
kelompok pencampuran.
3.3. Contoh harus diaduk menyeluruh dengan sekop untuk memperoleh
keseragaman. Uji slump contoh harus dilakukan segera setelah
pengambilan contoh.

4.0. BAHAN-BAHAN
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan dari Spesifikasi Teknis ini.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.1. Uji Slump
Uji Slump harus dilakukan setiap kali pembuatan uji beton kubus. Metoda
harus memenuhi standar ASTM C 143.

5.2. Pembuatan Kubus Beton


Cara pembuatan kubus beton harus sesuai dengan cara yang diuraikan
dalam PBI 71/NI. 2 - 1971. Contoh diusahakan tidak berubah pada saat
pengangkutan.
Bila bahan akan diangkut ke tempat yang jauh dari tempat pengambilan
contoh, beton harus diaduk dengan sekop sebelum dimasukkan ke dalam
cetakan.

5.3. Perawatan Contoh di Laboratorium


5.3.1. Contoh untuk uji coba beton harus diambil sesuai ketentuan PBI
71/NI.2- 1971.
5.3.2. Kubus untuk uji coba beton harus dibuat, dirawat di laboratorium
dan diuji sesuai ketentuan PBI (NI-2, 1971).
5.3.3. Kubus untuk uji beton harus dibuat, dirawat di laboratorium dan
diuji sesuai ketentuan ASTM C 31 dan ASTM C 39.

5.4. Penyimpanan Contoh Kubus Beton


5.4.1. 24 jam pertama setelah pembuatan kubus sangatlah penting.
Kubus hanya boleh dipindahkan dari tempat pencetakan ke
gudang penyimpanan, dan dijaga harus tetap dalam posisi vertikal
dan hindarkan dari getaran dan benturan. Kubus boleh disimpan di
tempat yang tertutup rapat, kotak kayu yang kuat, atau bangunan
19
sementara selama temperatur di sekitamya berkisar antara 15,6° C
dan 26,7°C dan penguapan dari contoh dapat dicegah.
5.4.2. Pada umur 1 (satu) hari setiap kelompok contoh harus diperiksa
untuk perawatan dan pengujian. Tempatkan kubus pada kotak
yang kuat untuk pengiriman. Jarak antara kubus dan kotak harus
diisi dengan pasir basah atau serbuk gergaji. Setiap kelompok
kubus harus dilengkapi dengan catatan waktu / tanggal pembuatan
kubus.
5.4.3. Bila memungkinkan mengirim contoh baru berumur 1 (satu) hari,
contoh harus dilembabkan terus menerus dengan pasir basah
sampai akhir periode 24 jam, dan harus tetap lembab pada
temperatur 21°-24,5° C sampai saat pengiriman. Kubus harus
dikirim secepat mungkin dan paling lambat beberapa hari sebelum
periode 7 (tujuh) hari tercapai, karena laboratorium harus
menerima kubus-kubus tersebut sehari atau lebih sebelum
pengujian 7 (tujuh) hari.

5.5. Pengujian
5.5.1. Pemeriksaan dan pengujian harus dilaksanakan oleh lembaga yang
dikontrak oleh Kontraktor dan sudah disetujui konsultan
pengawas.
5.5.2. Kontraktor harus bekerja sama dengan Laboratorium Penguji
untuk kelancaran pekerjaan. Kontraktor harus memberitahu
Laboratorium dan Konsultan pengawas minimal 24 jam sebelum
pengecoran beton dimulai untuk pemeriksaan dan pengujian beton
di tempat percampuran dan di lapangan, dan pemeriksaan acuan
dan penulangan. Kontraktor harus menyediakan gudang kotak
berisolasi yang dapat dikunci dalam ukuran yang memadai untuk
menyimpan peralatan dan contoh benda uji di lokasi proyek, dan
beberapa pekerja untuk menyiapkan contoh benda uji.
5.5.3. Pembuatan, penanganan, pengangkutan dan perawatan contoh
harus dilakukan oleh staf Laboratorium Penguji saja.
5.5.4. Pengawasan dan pemeriksaan harus meliputi persyaratan minimal:
- Pengambilan contoh dan pengujian campuran beton.
- Mempelajari dan memeriksa campuran desain yang diusulkan
Kontraktor.
- Mengevaluasi tempat pencampuran dan peralatan untuk
mengukur, mencampur dan mengangkut beton.
- Mengevaluasi tempat pencampuran dan pelaksanaan
pencampuran.
- Mengevaluasi campuran beton.
5.5.5. Pengawasan lapangan dan pemeriksaan harus meliputi persyaratan
minimal sebagai berikut:
- Memeriksa nomor trek dan/atau Surat pengiriman dari tempat
20
pencampuran beton.
- Memeriksa jumlah air yang ditambahkan ke dalam campuran
beton di lapangan.
- Membuat contoh dan pengujian kandungan air dalam beton.
- Membuat pengujian slump sesuai ketentuan ASTM C 143.
- Membuat contoh untuk pengujian kuat beton pada laboratorium.
Mengukur temperatur campuran beton, simpanan beton dan beton
selama masa perawatan.
- Mengukur temperatur udara saat pengecoran dan perawatan beton.
Memeriksa penempatan beton dan prosedur perawatan.
- Pengujian lapangan harus dilakukan untuk setiap 5 m3 atau setiap
kedatangan truk.
5.5.6. Pengujian dan pemeriksaan laboratorium harus meliputi persyaratan
minimal berikut:
- Pengujian kuat tekan beton sesuai dengan PBI 71/NI.2-1971.
- 3 buah contoh dirawat di lab untuk kuat tekan 7 hari
- 3 buah contoh dirawat di lab untuk kuat tekan 28 hari.
- Kuat tekan lainnya sesuai kebutuhan
- 3 buah contoh yang dirawat di lab dan di lokasi untuk kuat tekan 3
hari dan 7 hari yang diharapkan dimana kekuatan beton telah
mencapai ketentuan, bila bahan tambahan percepatan digunakan.
- Menimbang semua contoh
5.5.7. Pengujian inti beton yang telah mengeras harus sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
- Pengujian ini dilaksanakan bila pengujian kuat beton di lab tidak
memuaskan atau terjadi kesalahan dalam pengecoran.
- Konsultan pengawas berhak menentukan contoh yang diambil dari
suatu bagian pekerjaan untuk pemeriksaan dan pengujian. Peralatan
pemotong metoda pengambilan sampel harus disetujui Konsultan
pengawas. Contoh harus diambil dan diuji sesuai ketentuan. Bagian
yang diambil intinya harus dirapikan sehingga disetujui Konsultan
pengawas.
- Kontraktor harus menanggung biaya pengujian inti bila diperlukan
karena kegagalan uji beton, atau bila uji inti beton gagal.
5.5.8. Bila pengujian dan laporan mengindikasikan adanya beton yang tidak
memenuhi kuat tekan yang disyaratkan, Konsultan pengawas akan
memberi tahu Kontraktor secara tertulis. Tambahan perawatan sesuai
pengarahan Konsultan pengawas mungkin diperlukan dalam desain
campuran beton untuk sisa pekerjaan beton, atau kemungkinan beton
harus dibongkar dan diganti, dan semuanya atas biaya Kontraktor.

5.6. Kondisi Lingkungan

21
Tidak diijinkan menuang beton pada waktu hujan atau ketika hujan
diperkirakan akan turun kecuali pekerjaan dapat dilindungi terhadap hujan
dan/atau aliran air permukaan.

22
PASAL
5
BAJA
TULANGAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup pengadaan bahan baja tulangan yang sesuai Gambar
Kerja. Pekerjaan ini termasuk semua mesin, peralatan, tenaga kerja dan
pemasangan baja tulangan.
Spesifikasi ini akan lebih kuat dari Gambar Kerja bila ada perbedaan detail yang
mungkin terjadi.

2.0. STANDAR/RUJUKAN
2.1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (SNI-2, 1971)
2.2. British Standar (BS)
2.3. American Society for Testing and Materials (ASTM)
2.4. American Concrete Institute (ACI)
2.5. Standar Industri Indonesia (SII)/ Standar Nasional Indonesia (SOI)
2.6. Spesifikasi Teknis - Beton Cor di Tempat

3.0. PROSEDUR UMUM.


3.1. Contoh Bahan dan Sertifikat Pabrik
3.1.1. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan pengawas,
contoh bahan beserta sertifikat pabrik bahan baja tulangan untuk
disetujui.
3.1.2. Sebelum pengadaan bahan, semua daftar bahan dan daftar
pemotongan harus disiapkan oleh Kontraktor dan diserahkan
kepada Konsultan pengawas untuk disetujui.
Persetujuan yang diberikan tidak berarti membebaskan
Kontraktor dari tanggung jawabnya untuk memastikan
kebenaran daftar pemesanan dan daftar pemotongan.
Setiap penyimpangan dari daftar bahan dan daftar penulangan
yang telah disetujui telah menjadi tanggung jawab Kontraktor
untuk menggantinya atas biayanya.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


3.2.1. Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus diserahkan oleh
23
Kontraktor kepada Konsultan pengawas untuk disetujui.

24
- Daftar penulangan yang menunjukkan pembengkokan,
ukuran kait, lewatan, sambungan dan lainnya yang
memenuhi ACI 315 dan/atau PBI (NI-2, 1971).
- Gambar harus memenuhi spasi tulangan, selimut dan jarak
antara, pasak besi dan penahan jarak/gelang-gelang.
3.2.2. Kontraktor diijinkan mengganti ukuran rencana baja
tulangan yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja selama
penggantian tersebut dianalisa dengan teliti dan Kontraktor telah
memeriksa bahwa kekuatan yang diinginkan telah terpenuhi.
Penggantian harus disetujui Konsultan pengawas secara tertulis
sebelum pelaksanaan pekerjaan. Dalam hal ini kontraktor wajib
melampirkan hasil perhitungan keamanan struktur secara detail
dan tertulis yang ditandatangani oleh ahli dan berpengalaman
dibidang struktur bangunan. Biaya proses perubahan ukuran
rencana baja tulangan yang melibatkan tenaga ahli dan biaya
lain-lain sepenuhnya menjadi beban kontraktor.
Dari segi keamanan, kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya
jika pada saat pelaksanaan pembangunan mengalami kegagalan
struktur sebagai akibat penggantian ukuran rencana baja
tulangan, sekalipun telah disepakati bersama oleh direksi.

3.3. Pengiriman dan Penyimpanan


Baja tulangan setiap waktu harus dilindungi terhadap kerusakan dan harus
ditempatkan di atas batok-batok untuk mencegah menempelnya kotoran
atau benda asing lainnya pada besi tulangan. Tempat penyimpanan harus
dinaikkan agar aman dari air permukaan.

4.0. BAHAN-BAHAN
4.1. Umum
Semua baja tulangan lunak harus dalam keadaan baru, tidak berkarat atau
memiliki cacat lainnya serta harus memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi
Teknis ini.

4.2. Baja Tulangan


Kecuali ditentukan lain, baja tulangan polos harus dari baja Mutu BjTP-
24 dengan tegangan leleh minimal 2400 kg/cml, dan baja tulangan ulir

25
dari baja mutu BjTP-32 dengan tegangan leleh minimal 3200 kg/cm2
serta memenuhi ketentuan SIFO 136- 84/SNI.07-2052-1990. Diameter
yang digunakan harus sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.

4.3. Jenis-jenis diameter besi


Baja tulangan polos digunakan untuk diameter < 19 mm. Spesifikasi
ukuran tulangan disesuaikan dengan gambar kerja rencana. Apabila
terdapat kekurang jelasan mengenai spesifikasi ukuran pada gambar
rencana, maka kontraktor wajib untuk menindaklanjuti dengan cara
konfirmasi kepada konsultan perencana dan diketahui oleh konsultan
pengawas.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.1. Kait dan Pembengkokan
Penulangan harus dilengkapi dengan kait/bengkokan minimal sesuai
ketentuan PBI (NI-2, 1971) atau sesuai petunjuk Konsultan pengawas
dan/atau Gambar Kerja.

5.2. Pemotongan
Panjang baja tulangan yang melebihi Gambar Kerja (kecuali tewatan)
harus dipotong dengan alat pemotong besi atau alat pemotong yang
disetujui Konsultan pengawas. Pada bagian yang membutuhkan bukaan
untuk dudukan mesin, peralatan dan alat utilitas lainnya, baja tulangan
harus dipotong sesuai dengan besar atau ukuran bukaan.

5.3. Penempatan dan Pengencangan


5.3.1. Sebelum pemasangan, baja tulangan harus bebas dari debu, karat,
kerak lepas, oli, cat dan bahan asing lainnya.
5.3.2. Semua baja tulangan harus terpasang dengan baik, sesuai dengan
mutu, dimensi dan lokasi seperti ditunjukkan dalam Gambar
Kerja. Pada penulangan plat lantai Penahan jarak dengan bentuk
balok persegi (beton tahu) atau gelang-gelang harus dipasang pada
setiap m2 atau sesuai petunjuk Konsultan pengawas. Batu, bata
atau kayu tidak diijinkan untuk digunakan. Sebagai penahan jarak
atau sisipan harus diikat dengan kawat no. AWG 16 ( 0 1,62 mm)
atau yang setara. Las tipis juga dapat dilakukan pada baja lunak
pada tempat-tempat yang disetujui Konsultan pengawas.

26
5.4. Pengecoran Beton
Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis
pada Pasal mengenai Spesifikasi Teknis Beton Cor Di Tempat.

27
PASAL
6
A. BETON
BERTULANG

1.0 LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan ini meliputi struktur beton bertulang, yang
dilaksanakan pada bagian poor plat, kolom, balok, ring balok, plat lantai,
plat kantilever dan item lainnya sesuai dengan garis mutu dan dimensi
sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
Semua pekerjaan, bahan dan untuk kerja yang berkaitan dengan beton cor
di tempat harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis ini dan standar terkait.

2.0 STANDAR / RUJUKAN


2.1. Peraturan Beton Bertutang Indonesia (NI-2, 1971)
2.2. Standar industri Indonesia (SII) and/or standar Nasional Indonesia
(SNI):
- SII.0013-81 /SNI. 15-2049-1992 Semen Portland, Mutu dan
Cara Uji Semen.
- SNI. 03-2847-1992- Tata Cara Perhitungan struktur Beton
untuk Bangunan dan Gedung.
2.3. American Concrete Institute (ACI)
- ACI 318-95 Building Requirements for Reinforced Concrete
- ACI 347-94 Formwork for Concrete
2.4. American Association of State Highway and Transportation
Officials (AASHTO):
- AASHTO M6 Standard Specifications for concrete Aggregates.
- AASHTO T11 Amount of Material Finer than 0.075 mm (No.
200) Siehale In Aggregate.
- AASHTO T27 Siehale Analysis of Fine and Coarae Aggregate
- AASHTO T112 day Lumps and Friable Parti des in Aggregates
- AASHTO T113 Lightweight Pieces in Aggregates
2.5. American Society for Testing and Material (ASTM)
- ASTM C33-93 Specifications for Concrete Aggregate
- ASTM C94-90 Specifications for Ready-Mixed Concrete
- ASTM C150-94 Specifications for Portland Cement
- ASTM, C260-94 Standard Specification for Air-Entraining
Admixtures for Concrete.
28
- ASTM C294-92 Standard Specification for Chemical
Admixtures for Concrete. ASTM C685-94 Specification for
Concrete Made by HALolumetric Batching and Continuous
Mixing.
- ASTM C920-87 Specification for Elastomeric -Joint Sealants.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Gambar Detail Pelaksanaan


Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus di sertakan Kontraktor
kepada Konsultan pengawas untuk disetujui dan harus meliputi:
- Diagram penulangan yang menunjukkan pembengkokan, kait,
lewatan, sambungan dan lainnya sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis.
- Bentuk cetakan harus menunjukkan batang struktur, spasi,
ukuran, sambungan, sisipan dan pekerjaan lainnya yang terkait.
- Metoda pengecoran termasuk desain campuran, tenaga kerja,
peralatan dan alat-alat kerja.

3.2. Pemeriksaan, Pengambilan Contoh dan Pengujian


3.2.1. Pemeriksaan Lapangan
- Sebelum memulai pekerjaan beton, pengujian
pendahuluan tersebut di bawah akan dilakukan oleh
Konsultan pengawas dengan biaya Kontraktor.
Kontraktor harus mengacu kepada hasil campuran
percobaan dan estimasi yang akan digunakan dalam
pekerjaan ini.
- Kontraktor harus membantu Konsultan pengawas dalam
pelaksanaan pengambilan contoh dan pengujian.
Pengujian pendahuluan akan meliputi penentuan hal-hal
berikut:
- Karakteristik batu pecah.
- Tipe dan kualitas semen.
- Pemilihan dan dosis bahan tambahan.
- Perbandingan kelas batu pecah dan campuran.
- Faktor air semen.
- Pengujian slump.

29
- Karakteristik campuran beton segar.
Pengujian-pengujian ini harus dilakukan sampai
diperoleh campuran yang sesuai dengan ketentuan
Spesifikasi Teknis ini dan mengacu pada spesifikasi
rencana.

3.2.2. Pengambilan Contoh dan Pengujian


Semua pengambilan contoh dan pengujian harus dilakukan
oleh Kontraktor tanpa tambahan biaya. Pekerjaan ini akan
berlangsung terus menerus selama pelaksanaan pekerjaan
beton.
Pengambilan contoh dan pengujian harus ditentukan oleh
Konsultan pengawas, seperti tersebut di bawah :
- Semen
Semen harus memiliki sertifikat dari pabrik pembuat,
yang menunjukkan berat per zak, bahan alkali yang
sesuai.
- Aggregate
Aggregate harus sesuai dan tahan uji menurut ASTM C
33, pengujian dimulai 30 hari sebelum pelaksanaan
pekerjaan beton.
- Mont
Minimal 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai,
Kontraktor harus membuat percobaan campuran untuk
pengujian (Mix design), bahan-bahan yang akan
digunakan, dan metoda yang akan digunakan untuk
pekerjaan ini.
- Bahan Tambahan
Semua bahan tambahan untuk beton harus diuji sesuai
standar ASTM C 260 dan ASTM C 494 minimal 30 hari
sebelum pekerjaan beton dimulai.
Bahan tambahan tidak diijinkan digunakan tanpa
persetujuan Konsultan pengawas.

30
3.3 Pengujian Campuran Percobaan / Trial Mix Design
3.1. Kontraktor harus melakukan pengujian campuran beton,
setiap tipe dan kuat tekan yang diaplikasikan, sebelum
pelaksanaan pengecoran beton.

3.2. Desain campuran harus mengindikasikan rasio air-semen,


kadar air, kadar bahan tambahan, kadar semen, kadar agregat,
gradasi agregat, slump, kadar udara dan kuat tekan.
3.3. Pengujian campuran dilakukan ketika contoh benda uji yang
dirawat dan diuji dalam kondisi lab, kuat tekannya akan
melebihi kuat tekan yang diperlukan. Kuat tekan umur 7 hari
harus memiliki nilai minimal 65% dari kuat tekan umur 28
hari. Pengujian beton harus dilaksanakan sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknis.
3.4. Laporan hasil pengujian harus diserahkan kepada Konsultan
pengawas untuk disetujui.

3.5 Bahan-Bahan
Beton
1. Komposisi beton, baik berat atau hal volume, harus
ditentukan oleh Konsultan pengawas dan harus
memenuhi kondisi berikut:
- Slump harus ditentukan sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis.
- Campuran alternatif tidak boleh digunakan sebelum
disetujui Konsultan pengawas.
2. Mutu Beton Pada pekerjaan ini seragam menggunakan
metu beton K-275 dengan nilai Slump (12 ± 2) cm, w/c
= 0,56
3. Semen
Semen harus dari tipe I dan memenuhi persyaratan SII-
0013-81/SNI.15-204-1992 atau ASTM C 150-89. Semen
harus berasal dari salah satu merk dagang, seperti Semen
Tonasa, Semen Tiga Roda, Semen Gresik, Semen
Bosowa.

4. Air

31
Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya
harus bersih dan bebas dari unsur-unsur yang merusak
seperti alkali, asam, garam dan bahan organik. Air dari
kualitas yang dikenal dan untuk konsumsi manusia tidak
perlu diuji. Jenis air kecuali yang telah disebutkan di
atas, harus diuji dan memenuhi ketentuan ASTM
dan/atau disetujui Konsultan pengawas.
4.4. Agregat Halus

4.4.1. Agregat harus untuk beton harus terdiri dari pasir keras dan harus
disetujui Konsultan pengawas. Agregat hatus harus memenuhi ketentuan
berikut:

METODA UJI MAX.


NO. AASHTO BERAT %

1. Gumpalan tanah liat T 112 0,5 %


2. Batubara dan bahan akar T 113 0,5 %
3. Bahan lolos saringan No. 200 T 11 3%

4.4.2. Agregat harus tidak boleh mengundang bahan-bahan organik, asam,


alkali dan bahan lainnya yang merusak.
Agregat hatus merata didegradasi dan harus memenuhi ketentuan
gradasi berikut:

SARINGAN % berat yang lolos (AASHTO T 27)

3/8’ (9,5 mm) 100


No. 4 (4,75 mm) 95 – 100
No. 18 (1,18 mm) 45 – 80
No. 50 (0,300 mm) 10 – 30
No. 100 (0,150 mm) 1 – 100

32
4.5. Agregat Kasar

4.5.1. Agregat kasar untuk konstruksi harus terdiri dari batu butiran,
batu pecah, k e r a kd a p u r t i n g g i dan bahan lain
n ya ya n g d i s e t u j u i d a n m e r n i t i k i
karakteristik serupa yang keras, tahan lama dan bebas dari
bahan -bahan yang tidak diinginkan.

A gr e gat k as ar h aru s b eb as d ar i b ah an - ba ha n ya n g m e
rus ak d an har us memenuhi ketentuan berikut:

METODA UJI MAX.


NO. AASHTO BERAT %

1. Gumpalan tanah liat T 112 0,25 %


2. Bahan lolos saringan No. 200 T 11 1%
Bahan tipis panjang lebih dari 5 x
2 - 10 %
ketebalan maksimal

Bahan -bahan lain yang merusak harus tidak lebih dari


batas presentase yang ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini
dan/atau disetujui Konsultan pengawas.

4.5.2. Ketentuan gradasi batuan kasar harus memenuhi ketentuan ASTM A 33


:

UKURAN PRESENTASE BERAT LOLOS SARINGAN %


MAKS. BATU UKURAN SARINGAN
PECAH
(CM) 5,08 2,54 1,905 1,27 0,952 No.4 No.8 No.16

3,81 95-100 - - - 10-30 0-5 - -


1,905 - 100 90-100 - 20-55 0-10 0-5 -
0,952 - - - 100 85-100 10-30 0-10 0-5

4.5.3. Agregat kasar dari ukuran yang berbeda harus digabung dengan
ukuran lain dengan perbandingan berat atau halolume untuk
menghasitkan batuan yang memenuhi persyaratan gradasi yang
ditentukan.
4.6. Bahan Perawatan

Bahan untuk perawatan harus memenuhi ketentuan berikut :

NO. DESKRIPSI METODA UJI


1. Lembaran kain dari sera/goni AASHTO N 182
2. Lapisan cairan untuk perawatan beton AASHTO M 148
3. Lembaran polyethylene putih AASHTO M 171
untuk perawatan beton

Metoda ini untuk perawatan beton harus disetujui Konsultan pengawas.

4.7. Bahan Tambahan


4.7.1. Bahan tambahan untuk mengurangi air dan memperlambat pengerasan
beton, bila dibutuhkan, harus memenuhi ketentuan ASTM C 494 tipe B
dan D.
4.7.2. Bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan beton bila diperlukan,
harus memenuhi ketentuan ASTM C 494 tipe C.

4.8. Pengisi Sambungan (Join Filler) dan (Joint Sealant)


4.8.1 Joint Filler harus memenuhi persyaratan AASHTO M 153 dan US
Federal Specification HH-F 341 a type 1 dass B, seperd Pahalatex atau
setara.
4.8.2 Joint sealant harus memenuhi persyaratan ASTM C 920 seperti Elasto-
seal 227 atau setara.

4.9. Baja Tulangan


Baja tulangan harus sesuai ketentuan dan Spesifikasi Teknis seperti pada Pasal
mengenai Spesifikasi Teknis Baja Tulangan.

5.0. PELAKSANAAAN PEKERJAAN


5.1. Perancah dan Acuan
5.1.1. Perancah harus dibuat di atas pondasi dengan kekuatan yang memadai
untuk menerima beban tanpa penurunan.
5.1.2. Perancah yang berdiri di atas tanah lembek harus didukung dan
diperkuat dengan perancah tambahan yang sesuai. Sebelum
menempatkan perancah, gambar-gambar rancangan
pemasangan/penempatan perancah harus diserahkan kepada Konsultan
pengawas untuk disetujui.

5.1.3. Acuan harus memenuhi ketentuan berikut :


- Semua acuan harus dilengkapi dengan lubang pembersihan yang
memadai untuk pemeriksaan dan pembersihan setelah pemasangan
baja tulangan.
- Bahan acuan harus berasal dari pagan kayu tebal minimal 20 mm,
kayu lapis tebal minimal 9 mm, baja pelat lembaran tebal minimal
0,6 mm jika dibutuhkan, atau bahan lain yang disetujui.
- Permukaan beton yang menghendaki penyelesaian halus dan
diekspos harus menggunakan acuan kayu lapis.
- Acuan harus rapat dan kaku agar tidak terjadi distorai yang
diakibatkan oleh tekanan alat penggetar dan beban beton atau
lainnya.
- Acuan harus dibuat dengan teliti dan diperiksa kemampuan
konstruksinya sebelum pengecoran.
- Semua sudut Sambungan, pertemuan harus k
a k u u n t u k m e n c e g a h terbukanya acuan selama
pekerjaan pengecoran berlangsung. Kontraktor b e r t an ggu
n g j a w a b u n tu k a c u an d a n p en o p a n gn ya ya n g m
e m a d a i.

5.3. Penempatan Pipa Mekanikal dan Elektrikal


5.3.1. Pipa-pipa mekanikal dan elektrikan harus dipasang sebelum pengecoran,
dengan tanpa mengurangi kekuatan beton. Pipa-pipa tersebut harus
dilindungi dengan pipa bahan PVC sehingga tidak akan terisi adukan
beton sewaktu pengecoran.

5.4. Sambungan Konstruksi


Sambungan konstruksi harus ditempatkan pada tempat-tempat sesuai Gambar
Kerja atau sesuai petunjuk Konsultan pengawas.
Sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap garis utama tekanan dan
umumnya ditempatkan pada titik-titik minimal gaya geser pada Sambungan
konstruksi horizontal.
Batang pasak, alat penyalur beban dan alat pengikat yang diperlukan harus
ditempatkan pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

5.5. Sambungan Terbuka


Sambungan terbuka harus dibuat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja
dengan menyisipkan dan kemudian mencabut kepingan kayu, pelat metal atau
bahan lain yang disetujui. Penyisipan dan pencabutan cetakan harus dilakukan
tanpa merusak pinggiran atau sudut beton.
Penulangan tidak boleh melewati sambungan terbuka kecuali bila ditentukan
lain.

5.6. Perbandingan dan Campuran Beton


5.6.1. Perbandingan bahan ditentukan sesuai spesifikasi perencanaan dengan
penimbangan atau dengan metode yang disetujui Konsultan pengawas.
Perbandingan volume tidak diijinkan tanpa persetujuan Konsultan
pengawas.
5.6.2. Semua beton harus dicampur dengan mesin. Waktu pencampuran harus
sesuai dengan petunjuk kapasitas alat pencampur.
5.6.3. Slump yang diijinkan minimal 75 mm dan maksimal 150 mm untuk
balok, kolom dan pelat sedangkan untuk pondasi sumuran minimal 50
mm dan maksimal 125 mm. Pencampuran beton tidak boleh dimulai
tanpa memastikan persediaan bahan yang memadai, dalam batas yang
aman, agar pengecoran beton dapat dilaksanakan.
5.6.4. Bila pengecoran tidak dapat dihentikan. Kontraktor harus menyediakan
peralatan tambahan dan memadai yang disetujui Konsultan pengawas.
5.6.5. Dalam hal ini kontraktor dapat menggunakan Beton ready-mixed yang
harus dicampur dan didatangkan sesuai ketentuan ASTM C 94 dan
ASTM C 685. Selisih biaya menggunakan jasa pengadaan beton dengan
mencampur menggunakan mesin (Ex.Molen) sepenunhnya menjadi
tanggungan kontraktor.

5.7. Pembesian Beton Bertulang


5.7.1. Spesifikasi dan dimensi tulangan yang digunakan mengacu pada
gambar kerja dan mengacu pada spesifikasi baja tulangan pada bab
sebelumnya.
5.8.2. Sebelum melakukan pengecoran pembesian harus dicek kembali oleh
konsultan pengawas dari segi spek, dimensi, maupun jarak tulangan
yang mengacu gambar kerja, kecuali ditentukan lain atau ada
kesepakatan lain bersama direksi mengenai pembesian.
5.8.3. Sebelum melakukan pengecoran posisi pembesian harus sesuai dengan
spasi terhadap tepi dimensi rencana (spasi minimal 2 cm) sesuai
dengan aturan spesifikasi pembesian yang berlaku.
5.8.4. Khusus pembesian pada bagian struktur yang berbentuk plat, posisi
tulangan harus melayang dengan cara diganjal dengan menggunakan
beton tahu atau batu pecah atau menggunakan penganjal besi. Tidak di
izinkan menggunakan penganjal berbahan kayu atau bahan lainnya
yang tidak dapat monolit bersama beton.

5.8. Penempatan Beton dan Pembongkaran Acuan


5.8.1. Beton tidak boleh ditempatkan sebelum acuan, penulangan, sisipan dan
lainnya telah disetujui Konsultan pengawas. Acuan harus dibersihkan,
bebas dari guncangan, celah, dan kotoran.
5.8.2. Metoda dan urutan pengecoran harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis
dan petunjuk Gambar Kerja.
5.8.3. Bagian luar permukaan beton harus dikerjakan dengan baik selama
pengecoran. Penggetaran terus menerus pada jarak 38-40 cm harus
tetap terjaga untuk mencegah keropos dan untuk mendapatkan
permukaan yang halus. Alat Penggetar/ Vibrator harus disetujui
terlebih dahulu oleh konsultan pengawas mengenai kelayakan guna
alat.
5.8. Pembongkaran Acuan
Acuan dan perancah tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan Konsultan
pengawas. Persetujuan Konsultan pengawas tidak membebaskan Kontraktor
dari keamanan pekerjaan tersebut. Jadwal pembongkaran harus ditentukan oleh
Konsultan pengawas.Untuk pembongkaran acuan pada bagian struktur portal
banguan,minimal waktu memulai pembongkaran acuan adalah 14 hari setelah
pengecoran atau pada posisi beton telah mengering dan mengeras sempurna jika
menggunakan bahan tambahan dan dengan persetujan Konsultan Pengawas.

5.9. Perbaikan Beton


5.9.1. Kontraktor harus meminta Konsultan pengawas untuk memeriksa
permukaan beton segera setelah pembongkaran acuan.
5.9.2. Kontraktor atas biayanya harus mengganti beton yang tidak sesuai
dengan garis, detail atau elevasi yang telah ditentukan atau yang
rusaknya berlebihan. (Jangan menambat, mengisi, memutar,
memperbaiki atau mengganti beton ekspos kecuali atas petunjuk
Konsultan pengawas).
5.9.3. Keropos, lubang atau sambungan harus diperbaiki segera setelah
pembongkaran acuan.

5.10. Perawatan dan Perlindungan


- Ketentuan-ketentuan berikut harus diperhatikan untuk melindungi
beton segar yang baru dicor terhadap matahari, angin dan hujan
sampai beton mengeras dengan baik, dan untuk mencegah
pengeringan yang tertalu cepat.
- Semua acuan yang berisi beton harus dijaga tetap lembab sampai
saat pembongkaran.
- Semua permukaan beton ekspos harus dilembabkan secara terus
menerus selama 14 hari setelah pengecoran.
- Tidak diijinkan menyimpan bahan-bahan di atas beton atau
melintas diatas konstruksi, yang menurut pendapat Konsultan
pengawas, belum cukup mengeras.
B. BETON TIDAK BERTULANG

1.0 LINGKUP PEKERJAAN


Bagian pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan-bahan, pemasangan dan semua
pekerjaan beton tak bertulang dan campuran yang dipergunakan adalah 1 Pc : 3
Ps : 5 Kr, dan dilaksanakan untuk neut-neut kosen, neut-neut kolom kayu, lantai
kerja, rabat beton dan lainnya yang ditentukan dalam gambar

2.0 STANDAR / RUJUKAN


Mengacu pada standar/ rujukan Beton Bertulang

2.0 Material
Mengacu pada standar material Beton bertulang yg dijelaskan di atas
sebelumnya.
PASAL
7
BATU
BATA
1.0 LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat-atat


bantu yang dibutuhkan, bahan dan semua pasangan batu bata pada tempat-
tempat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis
ini.
Pekerjaan ini terdiri tetapi tidak pada hal-hal berikut:
- Pasangan batu bata,
- Adukan,
- Pengaplikasian bahan penutup celah antara dinding dengan kotom
bangunan, dinding dengan bukaan dinding dan dinding dengan peralatan,
sesuai dengan petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

2.0 STANDAR / RUJUKAN

2.1. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)


2.2. Standar Industri Indonesia (SII) / Standar Nasional Indonesia (SNI)
2.3. American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.4. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI 5-04-1989-F).
2.5 Spesifikasi Teknis:
- Adukan dan Plesteran
- Penutup dan Pengisi Celah.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan


Contoh bahan-bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada
Konsultan pengawas untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirimkan
ke lokasi proyek. Contoh bahan batu bata diserahkan sebanyak minimal
10 buah, untuk keperluan pengujian kuat tekan yang disyaratkan.
Biaya pengadaan Contoh dan pengujian menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

3.2. Pengiriman dan Penyimpanan


Semua bahan harus disimpan dengan baik, terlindung dari kerusakan.
Bata harus tersusun dengan baik dan teratur dengan tinggi maksimum 150
cm. Semen harus dikirim dalam kemasan aslinya yang tertutup rapat
dimana tertera nama pabrik merek dagangnya.
Penyimpanan semen harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis seperti pada Pasal mengenai Spesifikasi Teknis Beton Cor di
Tempat.

4.0. BAHAN-BAHAN

4.1. Batu-Bata
4.1.1 Batu bata harus batu bata merah dari mutu yang terbaik dengan
pembakaran sempurna dan merata, produksl lokal dengan ukuran
nominal 55 mm x 110 mm x 230 mm atau sesuai dengan ukuran
lokal yang dapat diperoleh yang dibakar dengan baik dan bersudut
runcing dan rata, tanpa cacat dan mengandung kotoran.
Meskipun ukuran bata yang biasa diperoleh di suatu daerah
mungkin berbeda dengan ukuran tersebut diatas, harus diusahakan
supaya tidak terlatu menyimpang dari ukuran-ukuran tersebut.
4.1.2. Bata merah yang digunakan harus mempunyai kuat tekan minimal
25 kg/cm sesuai ketentuan SII-0021-78/SNI.15-2049-1991 dan SK
SNI 5-04-1989-F.

4.2. Adukan dan Plesteran


Adukan dan plesteran untuk pasangan batu-bata harus memenuhi
ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada Pasal mengenai Spesifikasi
Teknis Adukan dan Plesteran.

4.3. Bahan Penutup dan Pengisi Celah


Bahan penutup dan pengisi celah harus memenuhi persyaratan Spesifikasi
Teknis seperti pada Pasal mengenai Spesifikasi Teknis Penutup dan
Pengisian Celah.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. Adukan
5.1.1. Adukan harus dicampur dalam alat/tempat mencampur yang telah
disetujui. Sangat dilarang memakai adukan yang sudah mulai
mengeras dan membubuhkannya untuk dipakai lagi.
5.1.2. Adukan yang dipakai seperti berikut:
- Untuk pasangan kedap air di daerah basah, 15 cm di bawah
permukaan tanah I sampai 20 cm di atas lantai (tergambar
ataupun tidak tergambar dalam Gambar Kerja), dan ditempat-
tempat lain sesuai petunjuk Gambar Kerja digunakan adukan
1 semen dan 3 pasir.

40
- Untuk pasangan biasa digunakan adukan 1 semen dengan 5
pasir.

5.2. Pemasangan
5.2.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor wajib memeriksa
dengan seksama Gambar Kerja dan melihat keadaan tempat
pekerjaan tersebut di atas yang akan dilaksanakan. Sebelum
digunakan, batu bata harus direndam dalam air menggunakan bak
air/drum hingga jenuh. dinding harus dipasang dan didirikan
menurut masing-masing ukuran, ketebalan dan ketinggian yang
disyaratkan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
5.2.2. Tidak diperkenankan memasang batu-bata yang patah dua
melebihi 5% dan yang patah lebih dari dua.
5.2.3. Pasangan dinding batu-bata yang luasnya lebih besar dari 12
2
m harus ditambahkan kolom dan balok penguat dengan ukuran
minimal 120 mm x 120 mm, sesuai dengan lebar bata, dengan
tulangan pokok minimal 4 Ø 10 mm, sengkang Ø 8 mm - 200 mm
(Tergambar atau tidak tergambar pada Gambar Kerja).
5.2.4. Pasangan dinding bata dengan Luas setiap 6 m2 yang terletak diluar
bangunan yang langsung mendapat beban angin harus diberi
kotom praktis ukuran minimum 120 mm x 120 mm dengan
tulangan dan beugeul seperti diatas. (Tergambar atau tidak
tergambar pada Gambar Kerja).
5.2.5. Pemasangan dinding batu bata yang dilaksanakan bertahap dalam
jeda waktu lebih dari 1 bulan, setiap tahap terdiri maksimal 24
lapis setiap hari, dan kemudian diikuti dengan pengecoran kolom
praktis. (Tergambar atau tidak tergambar pada Gambar
Kerja).
5.2.6. Tebal adukan pengikat tidak kurang dari 10 mm dan adukan harus
padat sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan yang
lurus / menerus dan rata.
5.2.7. Setelah bata terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok rapih
sedalam 10 mm dan dibersihkan dengan sapu lidi untuk kemudian
disiram.
5.2.8. Sebelum diplester, pasangan bata harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu sampai jenuh.
5.3. Perawatan dan Perlindungan
5.3.1. Pasangan batu bata harus dibasahi terus menerus.
5.3.2. Pasangan batu bata yang terkena, udara terbuka, selama waktu-
waktu hujan tebat harus diberi perlindungan dengan menutup
bagian atas dari tembok.
5.3.3. Siar atau celah antara dinding dengan kolom bangunan, dinding
dengan bukaan dinding atau dinding dengan peralatan harus

41
ditutup dengan bahan pengisi celah seperti disebutkan dalam
Spesifikasi Teknis seperti pada Pasal mengenai Spesifikasi Teknis
Penutup dan Pengisian Celah.

5.4. Plesteran
Bahan plesteran harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis seperti
pada BAB II.11 (Spesifikasi Teknis Adukan dan Plesteran).

42
PASAL
8
ADUKAN DAN
PELESTERAN
1.0 LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan adukan dan plesteran (kasar dan halus),
seperti penjelasan dalam Gambar Kerja atau disyaratkan dalam Spesifikasi
Teknis ini.

2.0. STANDAR/ RUJUKAN

2.1. American Society for Testing and Materials (ASTM)


2.2. American Concrete Institute (ACI)
2.3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (N1-2, 1971)
2.4. Standar Industri Indonesia (SII) and / or Standar Nasional Indonesia (SNI):
- SII.0013-81 /SNI. 115-2049-1992 Semen Portland, Mutu dan Cara
Uji Semen
2.5. American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).
2.6. Spesifikasi Teknis - Beton Cor di Tempat.

3.0 PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan


Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas
Lapangan untuk terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.
3.2. Pengiriman dan Penyimpangan
3.2.1. Pengiriman dan penyimpangan bahan semen dan bahan lainnya
harus sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada Pasal
mengebai Spesifikasi Teknis Beton Cor Di Tempat.
3.2.2. Pasir harus disimpan di atas tanah yang beraih, bebas dari aliran
air, dengan kata lain penyimpanan dilengkapi dengan saluran
pernbuangan yang memadai, dan bebas dari benda-benda asing.
Tinggi penimbunan tidak lebih dari 1200 mm agar tidak
berhamburan.

4.0. BAHAN-BAHAN

4.1. Semen
Semen tipe I harus memenuhi Standar SII.001 3-81 /SNI. 15-2049-1992
atau ASTM C 15089 serta. Spesifikasi Teknis seperti pada Pasal

43
mengenai Spesifikasi Teknis Beton Cor Di Tempat.

44
Semen yang digunakan hams berasat dari sate merek dagang yang dikenal
teas Sian mullah diperoleh.
4.2. Pasir
Pasir harus bersih, keras, padat dan tajam, tidak mengandung Lumpur
atau kotoran yang lain yang merusak.
Perbandingan butir-butir harus seragam dari yang kasar sampai dengan
yang halus, sesuai dengan ketentuan ASTM C 33.
4.3. Air
Air harus bersih, bebas dari asam, minyak, alkali dan zat-zat organic yang
beraifat merusak. Air dengan kualitas yang diketahui dan dapat diminum
tidak perlu diuji. Pada dasamya semua air, kecuali yang telah disebutkan
diatas, harus diuji sesuai ketentuan AASHTO T26 dan/atau disetujui
Pengawas Lapangan.
4.4. Bahan Tambahan
Bahan tambahan untuk meningkatkan kekedapan air terhadap air dan
menambah daya lekat harus berasal dari merek yang dikenal lugs, seperti
Super Cement, Febond SBR, Cemecryl, Barra Emulsion 57 atau yang
setara.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. Perbandingan Campuran Adukan dan/atau Plesteran


5.1.1. Campuran 1 semen dan 3 pasir digunakan untuk adukan kedap air,
adukan kedap air 150 mm di bawah permukaan tanah sampai 200
mm di atas lantai, tergambar atau tidak tergambar dalam Gambar
Kerja, plesteran permukaan beton yang terlihat dan tempat-tempat
lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
5.1.2. Campuran 1 semen dan 5 pasir untuk semua pekerjaan adukan dan
plesteran selain tersebut di atas.
5.1.3. Bahan tambahan untuk menambah daya lekat dan meningkatkan
kekedapan terhadap air harus digunakan dalam jumlah yang sesuai
dengan petunjuk penggunaan dari pabrik pembuat.

5.2. Pencampuran
Semua bahan kecuali air harus dicampur dalam kotak pencampur atau alat
pencampur yang disetujui sampai diperoleh campuran yang merata, untuk
kemudian dimbahkan sejumlah air dan pencampuran minimal 1 sampai 2
menit sebelum pengaplikasian
Adukan dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu percarnpuran minimal
1 sampai 2 menit sebelum pengaplikasian.
Adukan yang tidak digunakan dalam jangka waktu 45 menit setelah
pencampuran tidak diijinkan digunakan.

45
5.3. Perataan dan Pembersihan Permukaan
5.3.1. Semua permukaan yang akan menerima adukan dan/atau plesteran
harus bersih, bebas dari serpihan karbon lepas dan bahan lainnya
yang mengganggu.
5.3.2. Pekerjaan plesteran hanya diperkenankan setelah selesainya
pemasangan instatasi Listrik dan air dan seluruh bagian yang akan
menerima plesteran telah terlindung di bawah atap.
Permukaan yang akan diplester harus telah berusia tidak kurang
dari dua minggu. Bidang permukaan tersebut harus disiram air
terlebih dahulu dengan air hingga jenuh dan siar telah dikerok
sedalam 10 mm dan dibersihkan.

5.4. Pemasangan
5.4.1. Plesteran Batu Bata
- Pekerjaan plesteran dapat dimulai setelah pekerjaan persiapan
dan pembersihan selesai.
- Untuk memperoleh permukaan yang rapi dan sempuma,
bidang plesteran dibagi-bagi dengan kepala plesteran yang
dipasangi sementara dari bambu.
- Kepala plesteran dibuat pada setiap jarak 100 cm, dipasang
tegak dengan menggunakan kepingan kayu lapis tebal 6 mm
untuk patokan kerataan bidang.
- Setelah kepala plesteran diperiksa kesikuannya dan
kerataannya, permukaan dinding baru dapat ditutup dengan
plesteran sampai rata dan tidak ada kepingan-kepingan kayu
yang tertinggal dalam plesteran.
- Seluruh permukaan plesteran harus rata dan rapi, kecuali bila
pasangan akan ditapis dengan bahan lain. Sisa-sisa pekerjaan
yang telah selesai harus segera dibersihkan.
- Tali air (naad) selebar 4 mm digunakan pada bagian-bagian
permukaan dengan bukaan dinding atau bagian lain yang
ditentukan dalarn Gambar Kerja, dibuat dengan menggunakan
profil kayu khusus untuk itu yang telah diserut rata, rapi dan
siku. Tidak diperkenankan membuat tali air dengan
menggunakan baja tulangan.

5.4.2. Plesteran Permukaan Beton


- Permukaan beton yang akan diberi plesteran harus dikasarkan,
dibersihkan dari bagian-bagian yang lepas dan dibasahi air,
kemudian diplester.
- Permukaan beton harus bersih dari bahan-bahan cat, minyak,
temak, lumut dan sebagainya sebelum pekerjaan plesteran

45
dimulai. Permukaan beton harus dibersihkan menggunakan
kawat baja. Setelah plesteran selesai dan mulai mengeras,
permukaan plesteran dirawat dengan penyiraman air.
- Plesteran yang tidak sempurna, misalnya bergelombang,
retak-retak, tidak tegak turns dan sebagainya harus diperbaiki
hingga sempurna.

5.5. Ketebalan Adukan dan Plesteran


Tebal adukan dan/atau plesteran minimal 10 mm, kecuali bila dinyatakan
lain dalam Gambar Kerja atau sesuai dengan petunjuk Konsultan
Pengawas.

5.6. Pengacian
Pengacian dilakukan setelah plesteran disiram air sampai jenuh sehingga
plesteran menjadi rata, harus tidak ada bagian yang bergelombang, tidak
ada bagian yang retak dan setelah plesteran berumur 8 (delapan) hari atau
sudah kering sempurna.
Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai dilakukan, Kontraktor
harus selalu meyirami bagian permukaan yang di aci dengan air sampai
jenuh, sekurang-kurangnya dua kali setiap harinya.

5.7. Pemeriksaan dan Pengujian


Semua pekerjaan harus dengan mudah dapat diperiksa dan diuji.
Kontraktor setiap waktu harus memberi kemudahan kepada Konsultan
Pengawas untuk dapat mengambil contoh pada bagian yang telah
diselesaikan.
Bagian yang ditemukan tidak memuaskan harus diperbaiki dan dikerjakan
dengan cara yang sama dengan secepatnya tanpa biaya tambahan dari
Pemilik Proyek.

46
PASAL
9
BERBAGAI JENIS
UBIN

1.0 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan berbagai jenis ubin
pada tempat- tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja serta Spesifikasi
Teknis ini atau sesuai Petunjuk Konsultan pengawas.

2.0 STANDAR/ RUJUKAN


2.1. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982).
2.2. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-1989-F).
2.3. Standar Industri Indonesia (SII)/ Standar Nasional Indonesia (SNI).
2.4. Spesifikasi Teknis - Adukan dan plesteran.

3.0 PROSEDUR UMUM


3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh bahan dan data teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus
diserahkan terlebih dahulu kepada Konsultan pengawas untuk disetujui
sebelum dikirim ke lokasi proyek.
Contoh bahan ubin keramik harus diserahkan sebanyak 3 (tiga) buah
dengan 4 (empat) gradasi warna untuk setiap bahan.
Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab kontraktor.

3.2. Pengiriman dan Penyimpanan


Pengiriman ubin keramik ke lokasi proyek harus terbungkus dalam
kemasan pabrik yang belum dibuka dan dilindungi dengan label/merek
dagang yang utuh dan jelas. Kontraktor wajib menyediakan cadangan
sebanyak 2,5% dari keseluruhan bahan terpasang untuk diserahkan
kepada Pernilik Proyek.
Ubin harus dari kualitas yang baik dan dari merek yang dikenal. Ubin
yang tidak rata permukaan, dan warnanya, sisinya tidak lurus, sudut-
sudutnya tidak siku, retak atau cacat-cacat yang lainnya, tidak boleh
dipasang.

4.2. Ubin Keramik


4.2.1. Ubin keramik terdiri dari beberapa jenis seperti tersebut berikut:
- Ubin keramik non-slip ukuran 400mm x 400mm (Ex. Roman)
lantai KM/WC dan tempat-tempat lainnya seperti yang
ditunjukkan dalam gambar kerja.
- Ubin keramik ukuran 200mm x 400mm (Ex.Roman) untuk

47
dinding KM/WC.

48
- Ubin keramik ukuran 400mm x 400 mm (Ex.Roman) untuk
tempat-tempat lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
Kerja.
4.2.2. Tipe dan warna masing-masing ubin keramik harus sesuai Skema
warna yang ditentukan oleh direksi (owner), dan tipe keramik
berasal dari merek Kobin atau yang setara yang disetujui oleh
Konsultan pengawas.

4.4. Adukan
4.1.1 Adukan terdiri dari campuran semen dan pasir yang diberi bahan
tambahan penguat dalam jumlah penggunaan sesuai petunjuk dari
pabrik pembuat.
4.1.2 Adukan perekat khusus untuk memasang ubin keramik, jika
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Konsultan
pengawas, harus memenuhi ketentuan AS 2358, ANSI 118.1,
118,4 dan BS 5385, seperti produk AM 30 Mortarflex atau yang
setara.

5.0 PELAKSANAAN PEKERJAAN.

5.1. Persiapan
5.1.1. Pekerjaan pasangan ubin baru boleh dilakukan setelah pekerjaan
lainnya benar-benar selesai.
5.1.2. Pemasangan ubin harus menunggu sampai semua alat penggantung,
pengunci pintu/jendela dan semua pekerjaan perpipaan air
bersih/air kotor atau pekerjaan lainnya yang terletak di belakang
atau di bawah pasangan ubin ini telah diselesaikan terlebih dahulu.

5.2. Pemasangan
5.2.1. Sebelum pemasangan ubin pada dinding dimulai, plesteran harus
dalam keadaan kering, padat, rata dan bersih.
5.2.2. Sebelum dipasang, ubin harus direndam air terlebih dahulu.
5.2.3. Adukan untuk pasangan ubin pada lantai, dinding luar dan bagian
lain yang harus kedap air harus terdiri dari campuran 1 semen, 2
pasir. Adukan untuk pasangan ubin pada tempat-tempat lainnya
menggunakan campuran I semen dan 4 pasir.
Tebal Adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari 25mm,
kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
5.2.4. Adukan untuk pasangan ubin pada dinding luar harus diberikan
pada permukaan plesteran dan permukaan belakang ubin,
kemudian dilekatkan pada tempat yang sesuai dengan
direncanakan atau sesuai petunjuk Gambar Kerja.

49
5.2.5. Adukan untuk pasangan ubin pada lantai harus ditempatkan di atas
lapisan pasir padat, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar
Kerja. Pasangan ubin untuk lantai KM/WC, permukaannya harus
dimiringkan dan sedemikian rupa menuju ke arah lubang
pembuangan (saringan air kotor).
5.2.6. Ubin harus kokoh menempel pada atasnya dan tidak boleh
berongga. Harus dilakukan pemeriksaan untuk menjaga agar
bidang ubin yang terpasang tetap lurus dan rata.
Ubin yang salah (letaknya, cacat atau pecah, harus dibongkar dan
diganti.
5.2.7. Ubin mulai dipasang dari salah satu sisi agar potongan simetris
yang dikehendaki dapat terbentuk dengan baik.
5.2.8. Sambungan atau celah-celah antara ubin harus lurus, rata dan
seragam, saling tegak lurus. Lebar celah tidak boleh lebih dari
1.6mm, kecuali bila ditentukan lain.
Adukan harus rapi, tidak keluar dari celah sambungan.
5.2.9. Pemotongan ubin harus dengan keahlian dan dilakukan hanya
pada satu sisi, bila tidak terhindarkan.
Pada pemasangan khusus seperti pada sudut-sudut pertemuan,
pengakhiran dan bentuk-bentuk yang lainnya harus dikerjakan rapi
dan sesempurna mungkin.

5.3. Pengecoran Siar/Celah


5.3.1. Pengecoran siar/celah antara ubin keramik harus dilaksanakan
setelah adukan pasangan ubin benar-benar kering. Hal ini perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya ledakan yang disebabkan
karena terperangkapnya kandungan air di bawah ubin.
5.3.2. Siar/celah antara ubin dicor dengan semen pengisi/grout yang
berwarna sama dengan ubinnya, seperti produk AM 50 Colored
Ceramic Grout dengan campuran AM 54 Liquid Grout Additive
atau yang setara yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5.3.3. Setelah semen pengisi cukup mengeras, bekas-bekas pengecoran
segera dibersihkan dengan kain lunak yang baru dan bersih.

5.4. Pembersihan dan Perlindungan


Setelah pemasangan selesai, permukaan ubin harus benar-benar bersih,
tidak ada cacat, bila dianggap perlu permukaan ubin harus diberi
perlindungan misalnya dengan sabun anti karat atau cara lain yang
diperbolehkan tanpa merusak permukaan ubin.

50
PASAL
10
PINTU DAN JENDELA
ALUMINIUM

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pembuatan dan pemasangan kusen dan pintu
dan jendela, daun jendela dan daun pintu dan pekerjaan lainnya yang
menggunakan bahan profit aluminium, sesuai petunjuk Gambar Kerja dan
Spesifikasi Teknis.

2.0. STANDAR/ RUJUKAN


2.1. Standar Industri Indonesia (SII)/Standar Nasionat Indonesia (SNI).
SII.0695-82/SNI.07-0603-1989 - Produk Aluminium Ekstrusi untuk
Arsitektur.
2.2. British Standard (BS).
2.3. American Society for Testing and Materials (ASTM).
- ASTM B221M-91 - Specification for Aluminium-Alloy Extruded
Bara, Roda, Wire, Shapes and Tubes.

2.4. Spesifikasi Teknis:


- Penutup dan Pengisi Celah.
- Alat Penggantung dan Pengunci.
- Kaca dan Aksesori.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis


Contoh profit dan penyelesaian permukaan yang harus meliputi tipe
aluminium ekstrusi, pelapisan, warna dan penyelesaian, harus diserahkan
kepada Konsultan pengawas untuk disetujui sebelum pengadaan bahan ke
lokasi pekerjaan.
3.1.1. Contoh bahan produk aluminium harus diuji di laboratorium yang
ditunjuk Konsultan pengawas atau harus dilengkapi dengan data-
data pengujian.
Data-data ini harus meliputi pengujian untuk:
- Ketebalan lapisan,
- Keseragaman warna,
- Berat,
- Karat,
- Ketahanan terhadap air dan angin minimal 100 kg/m2 untuk
masing- masing tipe,
51
3
- Ketahanan terhadap udara minimal 15 m /jam

52
2
- Ketahanan terhadap air minimal 15 kg/m
3.3.2. Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


3.2.1. Gambar detail pelaksanaan harus meliputi detail-detail
pemasangan rangka dan bingkai, pengencangan dan sistem
pengangkutan seturuh pekerjaan harus disiapkan oleh Kontraktor
untuk diserahkan kepada Konsultan pengawas untuk disetujui
sebelum pelaksanaan pekerjaan.
3.2.2. Semua dimensi harus diukur di lokasi pekerjaan dan ditunjukan
dalam Gambar Detail Pelaksanaan.
3.2.3. Kontraktor bertanggung-jawab atas setiap perbelian dimensi dan
akhir penyetelan semua bagian pekerjaan, koordinasi dengan
pekerjaan lain dan semua pekerjaan lain yang diperlukan untuk
menyempurnakan pekerjaan yang tercakup dalam Spesifikasi
Teknis ini, sehingga sesuai dengan ketentuan dalam Gambar
Kerja.

3.3. Pengiriman dan Penyimpanan


3.3.1. Pekerjaan alluminium dan kelengkapannya harus diadakan sesuai
dengan ketentuan dalam Gambar Kerja, bebas dari bentuk
puntiran, lekukan dan cacat.
3.3.2. Segera setelah didatangkan, pekerjaan aluminium dan
kelengkapannya harus ditumpuk dengan baik di tempat yang
bersih dan kering dan dilindungi terhadap kerusakan atau gesekan,
sebelum dan setelah pemasangan. Semua bagian harus dijaga tetap
bersih dan bebas dari ceceran adukan, plesteran, cat dan lainnya.

3.4. Garansi
Kontraktor harus memberikan kepada Pemilik Proyek, garansi tertulis
yang metiputi kesempumaan pemasangan, pengoperasian dan kondisi
semua pintu, jendela dan lainnya seperti ditunjukan dalam Spesifikasi
Teknis untuk periode selama 1 tahun setelah tanggal penerimaan. Selama
periode ini, Kontraktor wajib memperbaiki dan mengganti pekerjaan yang
rusak atas biaya Kontraktor.

4.0. BAHAN-BAHAN

4.1. Aluminium
4.1.1. Aluminium untuk kusen pintu/jendela/lower dan untuk daun
jendela/Louver adalah dari jenis aluminium alloy yang memenuhi
ketentuan S11-0695- 1982/SNI.07-0603-1989 dan ASTM B 221

51
M, dalam bentuk profil jadi yang dikerjakan di pabrik, dengan
lapisan clear anodized minimal 10 mikron yang diberi warna
lapisan akhir dari pabrik, dengan warna sesuai Skema Warna yang
ditentukan kemudian.(Dalam hal ini allumunium yang digunakan
adalah warna silver dengan kualitas baik atau setara merk
alexindo)
Tebal profil minimal 1,5 mm, seperti merek Alexindo)dan, Indeks
atau yang setara dengan ukuran dan bentuk sesuai Gambar Kerja.
Dimensi profil dapat berubah tergantung jenis profil yang
disetujui.
4.1.2. Kecuali ditentukan lain, semua Louver dan jendela harus
dilengkapi dengan perlengkapan standar dari pabrik pembuatnya.

4.2. Alat Pengencang Aksesori


- Alat Pengencang harus terdiri dari sekrup baja anti karat AISI seri
300 dengan pemasangan kepala tertanam untuk mencegah reaksi
elektrolitik antara pengencang dan komponen yang dikencangkan.
- Angkur harus dari baja anti karat AISI seri 300 dengan tebal minimal
2 mm.
- Penahan udara dari bahan vinyl.

4.3. Kaca dan Neoprene / Gasket


4.3.1. Kaca untuk pintu dan jendela aluminium harus memenuhi
ketentuan Spesifikasi Teknis/ Gambar Kerja seperti Kaca Raybend
5 mm dan 3 mm sesuai gambar kerja serta kaca tempered
ketebalan 12 mm
4.3.2. Neoprene/Gasket untuk pelindung cuaca pada pemasangan kaca
pekerjaan aluminium harus memenuhi ketentuan Spesifikasi
Teknis.

4.4. Perlengkapan Pintu dan Jendela


4.4.1. Perlengkapan pintu dan jendela seperti kunci, engsel, dan lainnya
sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada Pasal mengenai
Spesifikasi Teknis Material Penggantung dan Pengunci.

4.5. Louver
4.5.2. Kusen/rangka Louver terutama bagian bawah harus mempunyai
tanggulan / bagian yang dapat menahan air hujan. Seperti profil
tipe 11767 dari produk indeks atau yang setara.
4.5.3. Daun Louver harus mempunyai profil sedemikian rupa sehingga
air hujan tidak tampias ke bagian dalam bangunan. Seperti tipe
5262 dari produk indalek atau yang setara.

52
4.5.4. Pemasangan daun Louver harus sedemikian rupa sehingga
membentuk sudut kurang lebih 30 derajat terhadap bidang
vertikal.
4.5.5. Pemasangan louver harus dilengkapi dengan fly screen yang
terbuat dari bahan aluminium.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. Pabrikasi
5.1.1. Pekerjaan pabrikasi atau pemasangan tidak boleh dilaksanakan
sebelum Gambar Detail Pelaksanaan yang diserahkan Kontraktor
disetujui Konsultan pengawas.
5.1.2. Semua komponen harus dipabrikasi dan dirakit secara tepat sesuai
bentuk dan ukuran yang telah ditentukan dalam Gambar Kerja dan
ukuran di lokasi serta dipasang pada lokasi seperti ditunjukkan.
5.2. Pemasangan
5.2.1. Bagian pertama yang terpasang harus disetujui Konsultan
pengawas sebagai acuan dan contoh untuk pemasangan
berikutnya.
5.2.2. Kontraktor bertanggung jawab atas kualitas konstruksi komponen-
komponen. Bila suatu sambungan tidak digambarkan dalam
Gambar Kerja, sambungan-sambungan tersebut harus ditempatkan
dan dibuat sedemikian rupa sehingga sambungan-sambungan
tersebut dapat meneruskan beban dan menahan tekanan yang
harus diterima.
5.2.3. Bila dipasang langsung ke dinding atau beton, kusen atau bingkai
harus dilengkapi dengan angkur pada jarak setiap 50 cm.
5.2.4. Semua bagian aluminium yang berhubungan dengan semen atau
adukan harus dilindungi dengan cat transparan atau lembaran
plastik. Semua bagian aluminium yang berhubungan dengan
elemen baja harus dilapisi dengan cat khusus yang
direkomendasikan pabrik pembuat, untuk mencegah kerusakan
komposisi aluminium.
5.2.5. Berbagai perlengkapan bukan aluminium yang akan dipasang
pada bagian aluminium harus terdiri dari bahan yang tidak
menimbulkan reaksi etektrolitik seperti baja anti karat, nylon,
neoprene dan lainnya.
5.2.6. Semua pengencang harus tidak terlihat, kecuali ditentukan lain.
Semua sambungan harus rata dengan pemotongan dan pengeboran
yang dikerjakan sebelum pelaksanaan anodisasi.

53
5.2.7. Pemasangan kaca pada profil aluminium harus dilengkapi dengan
gasket sesuai ketentuan Spesifikasi.
5.2.8. Kunci, alat penutup pintu (door closer jika diperlukan pada
perencanaan) dan engsel harus dipasang sesuai ketentuan Gambar
Kerja dan memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada
pasal mengenai Spesifikasi Teknis Alat Penggantung dan
Pengunci.
5.2.9. Penutup celah harus digunakan sesuai rekomendasi dari pabrik
pembuat dan memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis Pasal
mengenai Spesifikasi Teknis Penutup dan Pengisi Celah.

54
PASAL
11
PINTU, JENDELA KAYU &
KACA

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pembuatan dan pemasangan kusen dan pintu
dan jendela, daun jendela dan daun pintu dan pekerjaan lainnya yang
menggunakan bahan kayu, sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi
Teknis.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis


Contoh kayu harus meliputi jenis klasifikasi dan kelas awet kayu harus
diserahkan kepada Konsultan pengawas untuk disetujui sebelum
pengadaan bahan ke lokasi pekerjaan.
3.1.1. Contoh bahan kayu dan spesifikasi kelas kayu harus diawasi dan
disetujui oleh Konsultan pengawas.
Data-data ini harus meliputi pengujian untuk:
- Dimensi,
- Kelas Awet,
- Berat,
- Ketahanan terhadap air
- Kadar lengas kayu
- Ketahanan terhadap rayap
3.3.2. Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


3.2.1. Gambar detail pelaksanaan harus meliputi detail-detail
pemasangan rangka dan bingkai, pengencangan dan sistem
pengangkutan seturuh pekerjaan harus disiapkan oleh Kontraktor
untuk diserahkan kepada Konsultan pengawas untuk disetujui
sebelum pelaksanaan pekerjaan.
3.2.2. Semua dimensi harus diukur di lokasi pekerjaan dan ditunjukan
dalam Gambar Detail Pelaksanaan.
3.2.3. Kontraktor bertanggung-jawab atas setiap pembelian dimensi dan
akhir penyetelan semua bagian pekerjaan, koordinasi dengan
pekerjaan lain dan semua pekerjaan lain yang diperlukan untuk
menyempurnakan pekerjaan yang tercakup dalam Spesifikasi
Teknis ini, sehingga sesuai dengan ketentuan dalam Gambar
Kerja.
55
3.3. Pengiriman dan Penyimpanan
3.3.1. Pekerjaan kayu dan kelengkapannya harus diadakan sesuai dengan
ketentuan dalam Gambar Kerja, bebas dari bentuk puntiran,
lekukan dan cacat.
3.3.2. Segera setelah didatangkan, pekerjaan kayu dan kelengkapannya
harus ditumpuk dengan baik di tempat yang bersih dan kering dan
dilindungi terhadap kerusakan atau gesekan, sebelum dan setelah
pemasangan. Semua bagian harus dijaga tetap bersih dan bebas
dari ceceran adukan, plesteran, cat dan lainnya.

4.0. BAHAN-BAHAN
4.1 Material
4.1.1 Jenis : Kayu yang dipakai pada pekerjaan ini seluruhnya adalah Kayu
yang mempunyai kelas keawetan II dan kelas kuat II sesuai dengan
SKBI-3.6.53.1987 UDC : 674.048.
4.1.2 Mutu : Kayu yang dipakai harus lurus kering, memiliki serat yang
teratur, tidak terdapat mata-mata kayu/cacat-cacat lainnya serta tidak
terdapat bidang-bidang yang lemah.
4.1.3 Ukuran : Ukuran-ukuran kayu yang dipergunakan harus sesuai
dengan yang terdapat pada gambar detail.
4.1.4 Kadar Air : Kayu-kayu yang dipergunakan hanya boleh mengandung
kadar air maksimum 25 % untuk ukuran tebal lebih dari 7 cm dan
kadar air maksimum 19 % untuk tebal kurang dari 7 cm.
4.1.5 Playwood dengan Veneer (Teakwood) : Playwood dengan lapisan
veneer lebih kurang 1 mm dari jenis "teak" atau rose "wood" yang
terekat ke badan plywood dan dipasang pada daerah-daerah sesuai
gambar rencana. Bahan-bahan yang dipakai harus produksi dalam
negeri dengan kualitas terbaik.
4.1.6 Pengikat-pengikat : Bahan pengikat digunakan dari kayu paku
galvanis, baut atau plat besi. Apabila menggunakan perekat, bahan
perekat yang digunakan harus terbuat dari lem tahan air setaraf
dengan merk "Herferin".

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. Pabrikasi
5.1.1. Pekerjaan pabrikasi atau pemasangan tidak boleh dilaksanakan
sebelum Gambar Detail Pelaksanaan yang diserahkan Kontraktor
disetujui Konsultan pengawas.
5.1.2. Semua komponen harus dipabrikasi dan dirakit secara tepat sesuai
bentuk dan ukuran yang telah ditentukan dalam Gambar Kerja dan
ukuran di lokasi serta dipasang pada lokasi seperti ditunjukkan.

56
5.2. Pemasangan
5.2.1. Bagian pertama yang terpasang harus disetujui Konsultan
pengawas sebagai acuan dan contoh untuk pemasangan
berikutnya.
5.2.2. Kontraktor bertanggung jawab atas kualitas konstruksi komponen-
komponen. Bila suatu sambungan tidak digambarkan dalam
Gambar Kerja, sambungan-sambungan tersebut harus ditempatkan
dan dibuat sedemikian rupa sehingga sambungan-sambungan
tersebut dapat meneruskan beban dan menahan tekanan yang
harus diterima.
5.2.3. Bila dipasang langsung ke dinding atau beton, kusen atau bingkai
harus dilengkapi dengan angkur pada jarak setiap 50 cm.
5.2.4. Semua bagian kayu yang berhubungan dengan semen atau adukan
harus dilindungi dengan cat transparan atau lembaran plastik.
5.2.5. Semua pengencang harus tidak terlihat, kecuali ditentukan lain.
Semua sambungan harus rata dengan pemotongan dan
pengeboran/pemakuan yang dikerjakan sebelum pelaksanaan.
5.2.6. Pemasangan kaca pada profil kayu penahan kaca harus terpasang
sesuai ketentuan Spesifikasi dan gambar kerja.
5.2.7. Kunci, alat penutup pintu (door closer jika diperlukan pada
perencanaan) dan engsel harus dipasang sesuai ketentuan Gambar
Kerja dan memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada
pasal mengenai Spesifikasi Teknis Alat Penggantung dan
Pengunci.
5.2.8 Semua pekerjaan kosen, pintu, dan jendela berbahan kayu pada
bagian-bagian tertentu harus diserut rata dan halus, dan pada
bagian-bagian pertemuan harus dikerjakan dengan rapi dan tidak
berongga.
5.2.9 Semua pekerjaan harus bertaraf kelas satu dengan hasil yang baik
dan rapi, untuk profil panjang harus menggunakan mesin potong.
5.2.10 Semua lubang-lubang bekas paku, baut dan sebagainya harus
ditutup dengan dempul hingga rapi kembali.

57
PASAL
12
PEKERJAAN
KACA

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pembuatan dan pemasangan Pekerjaan ini
meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja pemotongan dan pemasangan
kaca bingkai jendela, ventilasi, cermin maupun kaca mati seperti yang
ditunjukan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis.

2.0. BAHAN-BAHAN
2.1 Kaca yang digunakan pada pekerjaan ini bervariasi sesuai petunjuk
gambar kerja diantaranya kaca Rayban tebal 5 mm dan kaca bening tebal
5 mm dan kaca temperet 12 mm.
2.2 Kaca yang digunakan adalah kaca buatan dalam negeri, tidak cacat dan
tidak retak.

3.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1. Ukuran dan ketebalan kaca yang akan dipasang dilaksanakan mengikuti
petunjukpetunjuk yang ditentukan dalam gambar.
3.2. Kaca harus dipasang sedemikian rupa sehingga dengan lubang sponing
yang sesuai dengan ketebalan kaca, serta dipasang list dengan rapi
sehingga tidak goyang/longgar.
3.3. Pada saat pekerjaan diserahkan, kaca yang terpasang dalam keadaan
utuh dan tidak pecah/retak. Apabila berdasarkan pemeriksaan terdapat
kaca yang retak, Kontraktor harus segera mengganti.

58
PASAL
13
ALAT PENGGANTUNG DAN
PENGUNCI

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangan semua atas
penggantung dan pengunci pada semua daun pintu dan jendela sesuai petunjuk
dalam Gambar Kerja

2.0. STANDAR / RUJUKAN


2.1. Spesifikasi Teknis:
- Pekerjaan Kayu Halus.
- Pintu Kaca.

3.0. PROSEDUR UMUM


3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh bahan beserta data teknis/brosur bahan alat penggantung dan
pengunci yang akan dipakai harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan
untuk disetujui, sebelum dibawa ke lokasi Proyek.
3.2. Pengiriman dan Penyimpanan
Alat Penggantung dan pengunci harus dikirimkan ke lokasi proyek dalam
kemasan asli dari pabrik pembuatnya, tiap alat harus dibungkus rapi dan
masing-masing dikemas dalam kotak yang masih utuh lengkap dengan
Nama pabrik dan mereknya. Semua alat harus disimpan dalam tempat
kering dan terlindung dari kerusakan.
3.2. Ketidaksesuaian
Pengawas Lapangan berhak menolak bahan maupun pekerjaan yang tidak
memenuhi persyaratan dan Kontraktor harus menggantinya dengan yang
sesuai. Segala hal yang diakibatkan karena hal di atas menjadi tanggung
jawab kontraktor.

4.0. BAHAN-BAHAN.
4.1. Umum
Semua bahan/alat yang tertulis di bawah ini harus seturuhnya baru,
kualitas baik buatan pabrik yang dikenal dan disetujui.
Semua bahan harus anti karat untuk semua tempat yang memiliki nilai
kelembaban lebih dari 70%.
Kecuali ditentukan lain, semua alat penggantung dan pengunci yang
didatangkan harus sesuai dengan tipe-tipe tersebut di bawah.
59
4.2. Alat Penggantung dan Pengunci
4.2.1. Kunci dan Pegangan Pintu
Kunci untuk semua luar dipasang kunci tanam buatan dalam
negeri 2 slaag kualitas baik setara Yale.
Semua kunci harus terdiri dari :
- Kunci tipe silinder yang terbuat dari bahan kuningan, dengan
3 (tiga) buah anak kunci.
- Rumah kunci yang terbuat dari baja lapis seng dengan jenis
yang disesuaikan dengan jenis bahan panel pintu (besi, kayu
atau aluminium).

4.2.2. Slot/Grendel
Semua daun pintu dan jendela harus dilengkapi dengan pengunci
tipe slot/grendel, seperti merk Dekkson atau setara.

4.2.3. Engsel
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk pintu harus tipe kupu-
kupu Stainless steel ring dari bahan baja yang setara dengan
merk Dekkson dan jendela engsel jendela menggunakan
engsel type casement dari bahan baja yang setara dengan
merk Dekkson

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5. 1. Umum
5.1.1. Pemasangan semua alat penggantung dan pengunci harus sesuai
dengan perayaratan serta sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatnya. Semua peralatan tersebut harus terpasang dengan
kokoh dan rapih pada tempatnya, untuk menjamin kekuatan serta
kesempurnaan fungsinya.
5.1.3. Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan badan kunci,
silinder, handel/pelat.

5.2. Pemasangan Pintu


5.2.1 Kunci pintu dipasang pada ketinggian 100 cm dari lantai.
5.2.2 Pemasangan engsel atas berjarak maksimal 28 cm dari tepi atas
daun pintu dan engsel bawah berjarak maksimum 33 cm dari tepi

60
bawah daun pintu, sedang engsel tengah dipasang di antara kedua
engsel tersebut.
5.2.3 Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan pegangan
(handel), pelat penutup muka dan pelat kunci.
5.2.4 Pada pintu yang terdiri dari dua buah daun pintu, salah satu
daunnya harus memasang slot tanam sebagaimana mestinya.

5.3. Pemasangan Jendela


Daun jendela dipasangkan ke kusen dengan menggunakan sepasang
engsel tipe casement tipe jungkit seperti ditunjukan dalam Gambar Kerja.

61
PASAL
14
PENUTUP DAN PENGISI
CELAH
1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini metiputi pengadaan dan pemasangan bahan penutup dan pengisi
celah termasuk diantaranya, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut:
- celah antara kusen pintu/jendela dengan dinding,
- celah antara dinding dengan kolom bangunan,
- celah antara peralatan dengan dinding, lantai atau langit-langit,
- celah antara langit-langit dan dinding, dan
- celah celah lainnya yang memerlukan

2.0. STANDAR/ RUJUKAN


2.1. American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.2. Spesifikasi Teknis:
- Batu Bata
- Pintu Jendela dan Aluminium

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis


Contoh bahan beserta data teknis bahan dan/atau brosur bahan harus
diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui sebelum
pengadaan bahan ke lokasi.
3.3. Pengiriman dan Penyimpanan
Semua bahan yang didatangkan harus dalam keadaan baru, utuh/masih
disegel, bermerek jelas dan harus disimpan di tempat kering, bersih dan
aman, dan ditindungi dari kerusakan yang diakibatkan oleh kondisi udara.

4.0. BAHAN-BAHAN
Bahan penutup dan pengisi celah harus terbuat dari bahan formula silicon, yang
sesuai Untuk daerah tropis dengan kelembaban tinggi dan dapat diaplikasikan
pada berbagal jenis bahan, seperti produk Dow Corning 795 Silicone Building
Sealant, Ge Silglaze N, atau yang setara.
Untuk permukaan yang berpori harus digunakan pelapis dasar yang
direkomendasikan oleh pabtik pembuat bahan penutup dan pengisi celah.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.1. Persiapan
Semua permukaan yang akan menerima bahan penutup dan pengisi celah

62
harus bebas dari debu, air, minyak dan segala kotoran.

63
Bahan metal atau kaca yang berhubungan dengan dinding harus
dibersihkan dengan bahan pembersih yang tidak mengandung minyak
seperti methyl.
5.2. Desain Pertemuan
Desain pertemuan pada lokasi bahan penutup celah akan ditempatkan
tidak lebih lebar dari 12.7 mm dan tidak lebih sempit dari 4 mm, dengan
kerdalaman tidak lebih besar dari 4.6 mm dan tidak lebih kecil dari 4 mm.
5.3 Cara Pengaplikasian
5.3.1 Daerah di sekitar tempat yang akan diberi bahan penutup celah
harus dilindungi dengan lembaran pelindung. Lembaran pelindung
ini tidak boleh menyentuh bagian permukaan yang akan diberi
bahan penutup celah.
5.3.2 Pelapis dasar harus diaplikasikan terlebih dahulu pada permukaan
yang berpori, agar bahan penutup dan pengisi celah dapat melekat
dengan baik.
5.3.3 Bahan penutup celah harus diaplikasikan secara menerus (tidak
terputus).
5.3.4 Lembaran pelindung harus segera dibuka setelah bahan penutup
celah selesai diaplikasikan.
5.3.5 Bahan penutup celah yang baru saja terpasang tidak boleh
diganggu pating sedikit selama 48 (empat putuh delapan) jam.

64
PASAL
15
ATAP & BAJA
RINGAN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan alat, bahan serta pemasangan lembaran


pelindung atap dan metal untuk talang air hujan dan perlengkapan atap, lainnya
pada seluruh bangunan sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis
ini.

2.0. STANDAR/ RUJUKAN

2.1. Standar Industri Indonesia (SII).

2.2. Japanese Industrial Standard (JIS).

2.3. Spesifikasi Teknis:


- Rangka Baja Ringan.
- Berbagai Jenis Metal.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis


Contoh dan data teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus
diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus membuat dan
menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan untuk diperiksa dan disetujui
Konsultan Pengawas.

3.3. Pengiriman dan Penyimpanan.


Semua bahan yang didatangkan harus segera disimpan ditempat yang
kering dan terlindung dari kerusakan, baik sebelum dan selama
pemasangan.

4.0. BAHAN-BAHAN

4.1. Rangka Baja Ringan


4.1.1. Properti mekanis baja (Steel Mechanical Properties) :
65
Baja Mutu Tinggi G 550

66
Tegangan leleh minimum (Minimum Yield Strength) 550 MPa
Modulus Elastisitas 200.000 Mpa
Modulus geser 80.000 Mpa

4.1.2. Lapisan Anti karat


Material baja harus dilapisi perlindungan terhadap serangan korosi,
dua jenis lapisan anti karat (coating):
Galvanised (Z220)
Pelapisan Galvanised
Jenis Hot-dip zinc
Kelas Z22
katebalan pelapisan 220 gr/m2
komposisi 95% zinc, 5% bahan campuran

Galvalume (AZ100)
Pelapisan Zinc-Aluminium
Jenis Hot-dip-allumunium-zinc
Kelas AZ100
katebalan pelapisan 100 gr/m2
komposisi 55% alumunium, 43,5% zinc dan 1,5% silicon.

4.2. Multigrip (MG)


Konektor antara kuda-kuda baja ringan dengan murplat (top plate) berfungsi
untuk menahan gaya lateral tiga arah, standar teknis sebagai berikut:
Galvabond Z275
Yield Strength 250 MPa
Design Tensile Strength 150 MPa

4.3. Alat Penyambung (Screw)


Baut menakik sendiri (self drilling screw) digunakan sebagai alat sambung
antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan instalasi,
spesifikasi screw sebagai berikut:
Kelas Ketahanan Korosi Minimum Kelas 2
Panjang (termasuk kepala baut) 16mm
Kepadatan Alur 16 alur/inci
Diameter Bahan dengan alur 4,80 mm
Diameter Bahan tanpa alur 3,80 mm
Kekuatan Mekanikal :
Gaya geser satu baut 5,10 KN
Gaya aksial 8,60 KN
Gaya Torsi 6,90 KN
4.4. Valley Gutter
67
Talang Jurai Dalam (Valley Gutter), Pertemuan dua bidang atap yang
membentuk sudut tertentu, pada pertemuan sisi dalam harus manggunakan
talang dalam (Valley Gutter) untuk mengalirkan air hujan. Ketebalan material
jurai dalam minimal 0,45 mm dengan detail profil seperti gambar diatas.

4.5. Profil Material Rangka Baja Ringan


Rangka atap menggunakan Profil C.75.75
Reng Menggunakan profil U.35.45

4.6. Talang Air Hujan


Jika menggunakan bantuan talang tegak, maka spesifikasi harus terbuat
dari pipa PVC dengan diameter sesuai Gambar Kerja dan dari kelas
tekanan kerja 5 kg/cm2 sesuai standard JIS, seperti merek Pralon, Rucika,
Maspion atau yang setara.

4.7. Atap
4.7.1.Bahan atap yang akan dipergunakan untuk bangunan ini Rangka
Atap Baja Ringan Galvalum Profil C 1,00 mm (C75.100) + Atap
trimdek 0.40 TCT (colorbond)

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. Umum
5.1.1. Pekerjaan yang bersifat pabrikasi dilaksanakan sesuai ketentuan
dalam Gambar Kerja dan harus dikerjakan oleh tukang yang ahli
dalam bidangnya.

68
5.2. Pemasangan Rangka Baja Ringan
5.2.1 Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum
pelaksanaan pemasangan rangka atap baja ringan, sesuai dengan
RKS (Rencana Kerja dan Syarat) .
5.2.2 Produk yang dipaparkan sesuai dengan surat dukungan dan brosur
yang dilampirkan pada dokumen tender.
5.2.3 Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap
berserta detail dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-
ukuran yang tercantum dalam gambar kerja. Dalam hal ini
meliputi dimensi profil, panjang profil dan jumlah alat sambung
pada setiap titik buhul.
5.2.4 Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke
Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana dan Pihak Direksi
untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis.
5.2.5 Eleman utama rangka kuda-kuda (truss) dilakukan fabrikasi
diworkshop permanen dengan menggunakan alat bantu mesin JIG
yang menjamin keakurasian hasil perakitan (fabrikasi)
5.2.6 Kontraktor wajib menyediakan surat keterangan keahlian tenaga
dari Fabrikan penyedia jasa Rangka Atap Baja ringan,
5.2.7 Kontraktor wajib menyertakan hasil uji lab dari bahan baja ringan
dari badan akreditasi nasional (instansi yang berwenang sesuai
dengan kompetensinya).
5.2.8 Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait,
harus dilaksanakan sesuai gambar dan desain yang telah dihitung
dengan aplikasi khusus perhitungan baja ringan sesuai dengan
standar perhitungan mengacu pada standar peraturan yang
berkompeten.
5.2.9 Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar
kerja.
5.2.10 Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di workshop permanen
dengan menggunakan mesin rakit (Jig) dan pemasangan sekrup
dilakukan dengan mesin screw driver yang dilengkapi dengan
kontrol torsi.
5.2.11 Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok
penopang dengan kondisi rata air (waterpas level) untuk dudukan
kuda-kuda sesuai dengan desain sistem rangka atap.
5.2.12 Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua
struktur yang dipakai untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan
dengan hal itu, pihak konsultan ataupun tenaga ahli berhak
meminta informasi mengenai reaksi-reaksi perletakan kuda-kuda.
5.2.13 Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 8 (delapan) buah
Atap metal yang akan dipakai sebagai penutup atap, agar pihak

67
penyedia konstruksi baja ringan dapat memasang reng dengan
jarak yang setepat mungkin, dan penyediaan genteng tersebut
sudah harus ada pada saat kuda-kuda tiba dilokasi proyek.
5.2.14 Kontraktor wajib memberikan jaminan jika terjadi deformasi yang
melebihi ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur
rangka atap Baja Ringan, meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku
dan reng.
5.2.15 Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai
dengan Peraturan Pembebanan Indonesia dan mengacu pada
persyaratan-persyaratan seperti yang tercantum pada “Cold
formed code for structural steel”(Australian Standard/New
Zealand Standard 4600:1996) dengan desain kekuatan strukural
berdasarkan ”Dead and live loads Combination (Australian
Standard 1170.1 Part 1) & “Wind load”(Australian Standard
1170.2 Part 2) dan menggunakan sekrup berdasarkan ketentuan
“Screws-self drilling-for the building and construction
industries”(Australian Standard 3566).

5.3. Pemasangan Talang (Jika diperlukan)


5.3.1. Hubungan antara atap beton dengan talang tegak lurus dikerjakan
dengan cara yang sesuai dan disetujui sehingga rapih, kuat dan
tidak bocor.
5.3.2. Atap beton harus dibuat sederniklan rupa sehingga terjadi
kemiringan ke arah lubang talang tegak dan air dapat mengalir
dengan lancar ke talang tegak tanpa menimbulkan genangan air.
5.3.3. Setiap lubang menuju talang tegak lurus harus dilenSkapi dengan
saringan talang yang ditanam dengan baik ke dalam lubang talang
tegak dan setiap belokan talang tegak harus dilengkapi elbow dari
bahan yang sama dengan bahan talang tegak.
5.3.4. Pemasangan dan penempatan talang tegak harus sesuai ketentuan
Gambar Kerja dan harus diikatkan ke struktur bangunan dengan
cara seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

5.4. Pemasangan Lembaran Pelindung


Lembaran pelindung pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja, harus dibuat, dibentuk dan dipasang sesuai dengan
petunjuk dalam Gambar Kerja dan disesuaikan dengan keadaan lapangan.

5.5. Lapisan Kedap Air (Jika diperlukan)


Lapisan kedap air, jika diperlukan, harus dilaksanakan sesuai petunjuk
pelaksanaan dari pabrik pembuatnya.

68
PASAL
16
PANEL KALSIBOARD DAN
AKSESORI

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan, tenaga kerja, peralatan bantu dan
pemasangan panel Kalsiboard dan aksesori pada tempat-
tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.

2.0. STANDAR/ RUJUKAN


2.1. Australian Standard (AS).
2.2. American Society for Testing and Materials (ASTM). 2.3. Spesifikasi
Teknis :
Berbagai Jenis Metal, Pengecatan.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis


Contoh dan data teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus
diserahkan terlebih dahulu kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui
sebelum dikirim ke lokasi proyek.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


Kontraktor harus menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan sebelum
Pekerjaan dimulai, untukdisetujul oleh Pengawas Lapangan.
Gambar Detail Pelaksanaan harus mencakup penjelasan mengenai
jenis/data, bahan, dimensi bahan, ukuran-ukuran, jumlah bahan, cara
penyambungan pabrikasi, cara pemasangan dan detail lain yang
diperlukan.

3.2. Pengiriman dan Penyimpanan


3.2.1. Panel kalsiboard dan aksesoris harus didatangkan ke lokasi
sesaat
sebelum pemasangan untuk mengurangi resiko kerusakan.
3.2.2. Panel kalsiboard harus ditumpuk dengan rapi dan kuat di atas
penumpu yang ditempatkan setiap jarak 450mm, dengan
menumpu bagian ujung berjarak tidak lebih dari 150mm terhariap
ujung tumpukan.
3.2.3. Panel kalsiboard clan aksesoris harus disimpan ditempat
terlindung, tepas, dari muka tanah, atas permukaan yang rata dan
dibindarkan dari pengaruh cuaca.
69
3.3. Ketidaksesuaian
3.3.1. Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhariap
kemun&nan kesalahm/ketidaksesuaian, baik dari segi dimensi,
jumlah maupun pemasangan dan lainnya.

3.3.2. Bila bahan-bahan yang didatangkan atau pabrikasi ternyata


menyimpang atau tidak sesuai dengan yang telah disetujui, maka
akan ditolak dan Kontraktor wajib menggantinya dengan yang
sesuai.
3.3.3. Biaya yang ditimbulkan karena hal di atas menjadi tanggung
jawab kontraktor sepenuhnya dan tanpa tambahan waktu.

4.0. BAHAN-BAHAN.
4.1. Panel Kalsiboard
4.1.1. Panel
- Panel kalsiboard harus dari produk yang memiliki teknologi
control density dan memiliki ketebalan minimum dan ukuran
model sesuai petunjuk dan Gambar Kerja (Ketebalan Gypsum
digunakan 9 mm), seperti produk Jayaboard atau yang setara.
- Panel kalsiboard harus dari normal/standar yang
memenuhi ketentuan AS 2588-1983, dengan bentuk tepi
khusus untuk penyambungan rata (flush joint), kecuali bila
ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

4.1.2. Semen Penyambung


Semen penyambung panel kalsiboard harus sesuai
dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat panel kalsiboard .

4.1.3. Alat Pengencang


Alat pengencang berupa sekrup dengan tipe sesuai jenis
pemasangan harus sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat panel
gypsum yang memenuhi ketentuan AS 2589-1983.

4.1.4. Perlengkapan Lainnya


Alat pengencang berupa sekrup dengan tipe sesuai jenis
pemasangan harus sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat panel
kalsiboard yang memenuhi ketentuan AS 2589-1983.
- Perekat,
- Pita kertas,
- Cat dasar khusus untuk pembuatan panel. kalsiboard ,
- Dan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan agar panel
gypsum terpasang dengan baik.

70
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. Umum
5.1.1. Sebelum panel kalsiboard dipasang, Kontraktor halus memeriksa
kesesuaian tinggi/kerataan pamukaan, pembagian bidang, ukuran
dan waterpas pada tempat pemasangan terhadap ketentuan
Gambar Kerja, serta lurus dan waterpas pada tempat yang sama.
5.1.2. Pemasangan, panel kalsiboard dan kelengkapannya harus
sesuai dengan petunjuk pemasangan dari pabrik pembuatnya.
5.1.3. Jenis/bentuk tepi panel kalsiboard harus dipilih berdasarkan jenis
pemasangan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

5.2. Pemasangan
5.2.1 Rangka panel kalsiboard untuk pemasangan di langit-langit, partisi
atau tempattempat lainnya berupa rangka yang terbuat dari bahan
baja lapis seng, harus sesuai dengan standar dari pabrik
pembuatnya. yang dibuat khusus untuk pemasangan panel
kalsiboard .
5.2.2 Panel kalsiboard dipasangkan ke rangkanya dengan paku, sekrup
atau alat pengencang dengan diameter dan panjang yang sesuai.
5.2.3 Sambungan antar panel kalsiboard harus
menggunakan pita penyambung dan perekat
dikerjakan sesuai petunjuk pelaksanaan dari pabrik pembuat panel
kalsiboard .

5.3. Pengecatan
5.3.1 Permukaan kalsiboard harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk
dan permukaan yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan
dimulai.
5.3.2 Kemudian permukaan panel kalsiboard tersebut harus dilapisi
dengan cat dasar khusus untuk panel kalsiboard
untuk menutup permukaannya yang berpori.
5.3.3 Setelah cat dasar panel kalsiboard kering kemudian
dilanjutkan dengan pengaplikasian cat dasar dan/atau cat
akhir sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada Spesifikasi
Teknis Pengecatan dalam warna akhir sesuai ketentuan Skema
warna yang akan ditentukan kemudian.

71
PASAL
17
PENGECAT
AN

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan mencakup pengangkutan dan pengadaan semua peralatan,
tenaga kerja dan bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan pengecatan
selengkapnya, sesuai dengan Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
Kecuali ditentukan lain, semua permukaan eksterior dan interior harus dicat
dengan standar pengecatan minimal 2 (dua) kali cat dasar dan 2 (dua) kali cat
akhir.

2.0. STANDAR/ RUJUKAN


2.1. Steel Structures Painting Council (SSPC).
2.2. Swedish Standard Institution (SIS).
2.3. British Standard (BS).
2.4. Petunjuk Pelaksanaan dari pabrik pembuat cat yang digunakan.

3.0. PROSEDUR UMUM


3.1. Data Teknis dan Kartu Warna
Kontraktor harus menyerahkan data teknis/brosur dan kartu warna dari
cat yang akan digunakan, untuk disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas
Lapangan. Semua warna ditentukan oleh Pengawas Lapangan dan akan
diterbitkan secara terpisah dalam suatu Skema Warna.

3.2. Contoh dan Pengujian


3.2.1. Cat yang telah disetujui untuk digunakan harus disimpan di lokasi
proyek dalam kemasan tertutup, bertanda merek dagang dan
mencantumkan identitas cat yang ada di dalamnya, serta harus
diserahkan tidak kurang 2 (dua) bulan sebelum pekerjaan
pengecatan, sehingga cukup dini untuk memungkinkan waktu
pengujian selama 30 (tiga puluh) hari.
3.2.2. Pada saat bahan cat tiba di lokasi, Kontraktor dan Pengawas
lapangan mengambil 1 liter contoh dari setiap takaran yang ada
dan diambil secara acak dari kaleng/kemasan contoh harus diaduk
dengan sempurna untuk memperoleh contoh yang benar-benar
dapat mewakili
3.2.3. Untuk pengujian, Kontraktor harus mernbuat contoh warna dari
cat-cat tersebut diatas 2 (dua) potongan kayu lapis atau panel
semen berserat berukuran 300mm x 300mm untuk masing-masing
warna. 1 (satu) contoh disimpan kontraktor dan I (satu) contoh

72
lagi disimpan Pengawas lapangan guna memberikan kemungkinan

73
untuk pengujian di masa mendatang bila bahan tersebut ternyata
tidak memenuhi syarat setelah dikerjakan.
3.2.4. Biaya pengadaan contoh bahan dan pembuatan contoh warna
menjadi tanggung jawab kontraktor

4.0. BAHAN-BAHAN
4.1. Umum
4.1.1. Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup pabrik/segel,
dan masih jelas menunjukkan nama/merek dagang, nomor formula
atau spesifikasi cat, nomor takaran pabrik, warna, tanggal
pembuatan pabrik, petunjuk dari pabrik dan Nama pabrik
pembuat, yang kesemuanya harus masih absah pada saat
pemakalannya. Semua bahan harus sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan pada daftar cat.
4.1.2. Cat dasar yang dipakai dalam pekerjaan ini harus berasal dari satu
pabrik/merek dagang dengan cat akhir yang akan digunakan.
Untuk menetapkan suatu standar kualitas, disyaratkan bahwa
semua cat yang dipakai harus berdasarkan/mengambil acuan pada
cat-cat hasil produksi.

4.2. Cat Dasar


Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut atau yang
setara:
- Homopolymer polyvinilacetate Emulsion atau setara merk mowilex,
jenis ini digunakan untuk permukaan dinding, beton, gypsum pada
bagian interior maupun eksterior.
- Aluminium Wood Primer Undercoat untuk permukaan kayu lapis
Setara merk Avian
- Quick-Drying Metal Primer Chromate/Zinc Chromate Primer untuk
permukaan lapis besi/baja.

4.3. Cat Akhir


- Cat akhir yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut, atau
yang setara merk mowilex.
- Homopolymer polyvinilacetate Emulsion atau setara merk
mowilex, jenis ini digunakan untuk permukaan interior dinding,
beton, gypsum dan panel semen berserat.
- Homopolymer polyvinilacetate Emulsion atau setara merk
mowilex, jenis ini digunakan untuk permukaan Eksterior dinding,
beton, gypsum dan panel semen berserat.

74
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN.

5.1. Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan.


5.3.1. Umum

- Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan


lainnya, permukaan polesan mesin, petal, instatasi tampu dan
Benda-benda sejenisnya yang berhubungan langsung dengan
permukaan yang akan dicat, harus ditepas, ditutupi atau
ditindungi, sebelum pelaksanaan persiapan permukaan dan
pengecatan dimulai.
- Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang
ahli dalam bidang tersebut.
- Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan
persiapan Permukaan atau pelaksanaan pengecatan. Minyak
dan lemak harus dhilangkan dengan memakai kain bersih dan
zat pelarut/pembersih yang berkadar racun rendah dan
0
mempunyai titik nyala di atas 38 C
- Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur
sedemikian rupa sehingga debu dan pencemar lain yang
berasat dari proses pembersihan tersebut tidak jatuh di atas
permukaan cat yang baru dan basah.

5.3.2. Permukaan Plesteran dan Beton.


- Permukaan plesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah
sedikitnya selang waktu 4 (empat) minggu untuk mengering
di udara terbuka. Semua pekerjaan plesteran atau semen yang
dicat harus dipotong dengan tepi-tepinya dan ditambal dengan
plesteran baru hingga tepi-tepinya beraambung menjadi rata
dengan plesteran seketitingnya.
- Permukaan plesteran yang akan dicat harus diperaiapkan
dengan menghitangkan bunga garam tiering, bubuk besi,
kapur, debu, Lumpur lemak minyak, aspat, adukan yang
berlebihan dan tetesan-tetesan adukan. Sesaat sebelum
pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan plesteran dibasahi
secara menyeluruh dan seragam dengan tidak meninggatkan
genangan air. Hal ini dapat dicapai dengan menyemprolkan
air dalam bentuk kabut dengan memperaiapkan selang waktu
dari saat penyemprolan hingga air dapat diserap.

75
5.3.4. Permukaan Kalsiboard
Permukaan kalsiboard harus kering, bebas dari debu, oli atau
gemuk
dan permukaan yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan
dimulai. Kemudian permukaan gypsum tersebut harus dilapisi
dengan cat dasar khusus untuk gypsum, untuk menutup
permukaannya yang berpori, seperti ditentukan dalam Spesifikasi
Teknis.
Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan pengecatan
sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknis ini.

5.3.5. Permukaan Panel Semen Berserat.


Permukaan panel semen berserat harus kering dan bersih sebelum
melakukan pengecatan lapisan pertama. Minyak, lemak atau
bercak karat harus bent-bent dibersihkan dengan zat petarut yang
sesuai dan alat lain yang sesuai dengan rekomendasi.
Sesudah cat lapisan pertama mengering dan sebelum dilakukan
pengecatan akhir, perlu dilakukan pengecatan perbaikan setempat
pada tempat-tempat yang meresap catnya.

5.3.6. Permukaan Barang Besi/Baja.


a. Besi/Baja Baru.
Permukaan besi/baja yang terkena karat lepas dan benda-
benda asing lainnya harus dibersihkan secara mekanis dengan
sikat kawat atau penyemprolan pasir / sand blasting sesuai
standar Sa 216.
Semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya harus
dibersihkan dengan zat pelarut yang sesuai dan kemudian
dilap dengan kain bersih.
Sesudah pembersihan selesai, pelapisan cat dasar pada semua
permukaan barang besi/baja dapat dilakukan sampai mencapai
ketebalan yang disyaratkan.

b. Besi Baja Dilapis Dasar Pabrik/Bengkel


Bahan cat dasar yang diaplikasikan di pabrik / bengkel harus
dari merek yang sama dengan cat akhir yang akan
diaplikasikan di lokasi proyek dan memenuhi ketentuan
dalam butir 4.2. dari Spesifikasi Teknis ini.
Barang/besi atau baja yang telah dilapis dasar di
pabrik/bengket harus ditindungi terhariap karat, baik sebelum
maupun sesudah pemasangan dengan cara segera merawat
permukaan karat yang terdeteksi. Permukaan harus segera
dibersihkan dengan zat petarut untuk menghilangkan debu,
kotoran, minyak, gemuk.
76
Bagian-bagian permukaan yang tergores atau berkarat harus
dibersihkan dengan sikat kawat sampai bersih, sesuai standar
St2/SP2, dan kemudian dicat kembali (touch-up) dengan cat
yang sama dengan telah disetujui, sampai mencapai ketebalan
yang disyaratkan.

5.4. Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan.


Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk
dicat harus mendapatkan lapisan pertama atau cat dasar seperti yang
disyaratkan, secepat mungkin setelah persiapan-persiapan diatas selesai.
Harus diperhatikan bahwa hal ini harus dilakukan sebe(um terjadi
kerusakan pada permukaan yang sudah disiapkan diatas.

5.5. Pelaksanaan Pengecatan.


5.5.1. Umum
Permukaan yang sudah dirapihkan harus bebas dari atiran
punggung cat, tetesan cat, penonjolan, gelombang, bekas olesan
kuas, perberiaan warna dan tekstur.
Usaha untuk menutupi semua kekurangan tersebut harus sudah
sempurna dan semua lapisan harus diusahakan membentuk lapisan
dengan ketebalan yang sama.
Perhalian khusus harus diberikan pada keseturuban permukaan,
termasuk bagian tepi, sudut dan cekuk/lekukan, agar bisa
diperoleh ketebalan lapisan yang sama dengan permukaan-
permukaan di sekitamya.
Permukaan besi/baja atau kayu yang terletak beraebetahan dengan
permukaan yang akan menerima cat dengan bahan dasar air, harus
diberi lapisan cat dasar tertebih dahulu.

5.5.2. Proses Pengecatan


Harus diberi setang waktu yang cukup diantara pengecatan yang
berikutnya untuk memberikan kesempatan pengeringan yang
sempuma, sesuai dengan keadaan cuaca dan ketentuan dari pabrik
pembuat cat dimaksud.
Pengecatan harus dilakukan dengan ketebalan minimal (dalam
keadaan cat kering), sesuai ketentuan berikut:
a. Permukaan Interior Plesteran, Beton, Kalsiboard dan
Panel
Semen Berserat.
Cat dasar : 1 (Satu) lapis Homopolymer polyvinilacetate
Emulsion.
Cat akhir : 2 (dua) lapis Homopolymer polyvinilacetate
Emulsion.
b. Permukaan Eksterior Plesteran, Beton dan Panel Semen
77
Berserat.
Cat dasar : 1 (Satu) lapis Homopolymer polyvinilacetate
Emulsion.
Cat akhir : 2 (dua) Homopolymer polyvinilacetate
Emulsion.
c. Permukaan Besi/Baja.
Cat dasar : 1 (Satu) lapis Quick Drying Metal Primer
Chromate / Zinc Chromate Primer.
Cat akhir : 2 (dua) lapis Synthetic Super Gloss /
Synthetic Enamel.

d. Tebal Lapisan Cat.


Tebal lapisan cat dalam keadaan kering harus sesuai dengan
standar dari pabrik pembuat cat yang dipilih untuk
digunakan.

5.5.3. Pencampuran dan Pengenceran.


Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda
mengeras, membentuk setaput yang berlebihan dan tanda-tanda
kerusakan lainnya.
Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar
seragam konsistensinya seisms pengecatan.
Bila disyaratkan oleh keadaan permukaan, suhu, cuaca, dan
metoda pengecatan, maka cat boleh diencerkan sesaat sebelum
dilakukan pengecatan dengan mentaati petunjuk yang diberikan
oleh pabrik pembuat cat dan tidak melebihi jurntah 0,5 liter zat
pengencer yang baik untuk 4 liter cat.
Pemakalan zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab
Kontraktor untuk memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu
menutup warna lapis dibawahnya).

5.5.4. Metoda Pengecatan.


Cat dasar untuk permukaan beton, plesteran dan panel semen
berserat diberikan dengan Kuas dan lapisan berikutnya boleh
dengan Kuas atau rol.
Cat dasar untuk permukaan panel gypsum diberikan dengan kuas
dan lapisan berikutnya, dengan Kuas atau rol.
Cat dasar untuk permukaan kayu lapis diberikan dengan Kuas dan
lapisan berikutnya dengan Kuas atau rol.
Cat dasar untuk permukaan barang besi/baja diberikan dengan
Kuas atau disemprolkan dan lapisan berikutnya boleh
menggunakan semprolan.
5.6. Pemasangan Kemball Barang-Barang yang Dilepas.
Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-barang yang
78
dilepas harus; dipasang kembali oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya.

79
PASAL 18
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

1.0 SYARAT PROSEDURE

1.1. Pekerjaan-pekerjaan yang tercakup dalam bidang keahlian ini metiputi,


menyediakan seluruh pekerjaan, material, perlengkapan, peralatan dan
melaksanakan seluruh pekerjaan sistem listrik sehingga dapat beroperasi
secara sempurna, sesuai dengan gambar spec dan risalah rapat.
1.2. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling
melengkapi dan sesuatu yang tercantum di dalam gambar dan spesifikasi
bersifat mengikat.
1.3. Seluruh pekerjaan instalasi listrik yang dilaksanakan harus dikerjakan oleh
instalatur yang dapat dipercaya, mempunyai reputasi baik dan mempunyai
pekerja-pekerja yang cakap dan berpengalaman dalam bidangnya, serta
perusahaan tersebut terdaftar sebagai instalatir resmi PLN dengan
memegang pas instalatir yang masih berlaku untuk tahun berjalan.
1.4. Seluruh pekerjaan intalasi harus dikerjakan menurut Peraturan Umum
Intalasi Listrik Indonesia / Peraturan PLN edisi yang terakhir sebagai
petunjuk dan juga peraturan yang berlaku pada daerah setempat dan standar-
standar/kode-kode lainnya yang di akui VDE/DIN.
1.5. Kontraktor harus melakukan percobaan seperti yang dipersyaratkan disini
dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap sistem, yang disaksikan oleh
Direksi pengawas. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yamg perlu untuk
percobaan tersebut merupakan tanggung jawab kontraktor. Peralatan, bahan
dan pengerjaan yang tidak baik harus diganti.
1.6. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa
merk tertentu atau kelas mute (quality performace) dari material atau
komponen tertentu terutama untuk material-material listrik utama, maka
Kontraktor wajib mengajukan didalam penawarannya material yang dalam
taraf mutu/pabrikyang disebutkan itu. Apabila nanti selama proyek berjalan
terjadi bahwa material yang disebutkan pada label material tidak dapat
diadakan oleh Kontraktor yang diakibatkan oleh sesuatu alasan kuat yang
dapat diterima oleh Konsultan Pengawas, maka dapat dipikirkan penggantian
merk/type dengan suatu sanksi tertentu kepada Kontraktor, dan biaya
sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor.
1.7. Manual mengenai operasi dan pemeliharaan, mengenai perlengkapan-
perlengkapan harus disampaikan kepada Direksi pengawas dalam waktu 30
(tiga puluh) hari sebelum dimulainya oprasi.Manual harus lengkap dengan
petunjuk-petunjuk yang mendetail untuk pemeliharaan dan operasi dari
perlengkapan-perlengkapan serta sistem-sistem, dan harus lengkap meliputi
informasi yang perlu untuk jangka panjang, pembongkaran dan pemasangan

80
kembali dari unit-unit yang lengkap dan komponen sub assamble.Manual ini
harus menjelaskan model yang tepat, style dan ukuran dari perlengkapan
sistem yang dipakai. Manual yang menjelaskan perlengkapan yang serupa,
tapi dari mode style dan ukuran yang lain tidak akan diterima. Manual ini
harus diserahkan dalam 4 (empat) rangkap.
1.8. Perihal garansi dalam hal elektrikal, semua pekerjaan, bahan dan
perlengkapan harus digaransikan, semua perlengkapan bahan dan pekerjaan
yang tidak baik harus secepatnya diganti serta diperbaiki oleh kontraktor
tanpa biaya tambahan.

2.0 LINGKUP PEKERJAAN

2.1 Mengurus Biaya Penyambungan dan uang jaminan langganan termasuk


pengurusan administrasi yang biayanya akan dibayar oleh kontraktor.
2.2 Pengadaan dan pemasangan panel-panel distribusi utama maupun cabang
lengkap dengan isinya.
2.3 Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan interior maupun eksterior
bangunan yang meliputi lampu- lampu, saklar, stop kontak dan accessories
penunjang lainnya sehingga terpasang dengan rapih dan dapat dioperasikan
dengan baik.
2.4 Pengadaan dan pemasangan panel-panel penerangan, penel control, panel-
panel tenaga dengan accessorienya.
2.5 Pengadaan dan pemasangan instalasi penangkal petir mulai dari elektroda
atas sampai grounding.
2.6 Pengadaan dan pemasangan sparing pipa kabel, menhole termasuk pekerjaan
galian dan urugan apabila ada.
2.7 Melakukan testing Et Commisiening/ Pengujian dan pengesahaan seluruh
instalasi listrik, yang terpasang oleh badan yang berwenang PLN/ Badan
Keselamatan Kerja setempat.

3.0 STANDARD/RUJUKAN
3.1 Peraturan-Peraturan dari PLN.
3.2 P. U. I. L – 1987
3.3 Peraturan keselamatan Kerja
3.4 Peraturan-peraturan setempat.
3.5 Aturan-aturan lain seperti VDE/DIN dan IEC juga menjadi pegangan sesuai
persyaratan instalasi dan kondisi ruangan.

4.0 SPESIFIKASI KOMPONEN ELEKTRIKAL


Spesifikasi semua material yang disupplay dan dipasang oleh Kontraktor harus
sesuai petunjuk gambar kerja atau mengacu ke RAB (jika tertera), harus baru dan
material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah tropis. Material-material
harustah dari produk dengan kwalitas baik dari produksi terbaru. Untuk material-
81
material yang tersebut dibawah ini maka Kontraktor harus menjamin bahwa
barang tersebut adalah baik dan baru dengan jalan menunjukkan surat order
pengiriman dari dealer/agen/pabrik seperti peralatan panel Switch, circuit
breaker, relay-relay, peralatan lampu Armature, bola lampu dan ballast kapasitor,
peralatan instalasi stop kontak, saklar,switch.
Adapun spesifikasi komponen elektrikal dijelaskan secara rinci sebagai berikut :
4.1 Kabel Tegangan/Daya (NYY, NYM).
Kabel berinci 4,3 phasa dan i phasa netrat
Kabel berinti 3,1 phasa dan 1 grounding untuk 1 phasa netrat.
Untuk kabel dengan diameter inti 2,5 mm2 sampai dengan 100 mm2, inti
harus dibuat dari multi standard multi core kabel.
Kabel produksi : kabel metal, kabelindo, supreme, tranka.
4.2 Kabel Instalasi Penerangan dipasang dalam corduit. Kabel berisolasi PVC,
multi/single core kabel dari copper, solid copper atau standard copper wire.
Diameter minimum 2,5 mm2.
4.3 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) Insulation rating : Dilengkapi
dengan : Thermal release dan electro magnetic over current retase Voltage
380/415 V. MCCB juga harus mempunyai over load proteksi dari tipe
proteksi thermal standard. Sedangkan proteksi hubung singkat adalah
magenetik standard dengan fixed Irm untuk rating < (63 A, sedangkan untuk
> 63 A harus dapat diatur.
4.4 Panel Sekring.
a. Panel/cabinet harus dibuat dari plat baja yang mempunyai ketebalan 2
mm, dan dicat anti karat dan diberi cat finish yang rata dengan sistem cat
baker.
b. Panel sekring harus mempunyai ukuran kabel seperti dipersyaratkan,
yang besarannya menurut kebutuhan, sehingga untuk jumlah dan ukuran
kabel yang tidak dipakai tidak penuh sesak.
c. Frame/rangka panel harus ditanahkan/digroundingkan dan lengkap
dengan bracket untuk dapat ditutup rapat-rapat.
d. Pada cabinet harus ada cara yang baik untuk memasang, mendukung dan
menyetel panel sekring serta tutupnya. Kabinet dengan kawat-kawat
Through Feeder harus diatur sedemikian rupa sehingga ada saluran
dengan lebar tidak kurang dari 10 cm.
e. Kabinet/panel harus dilengkapi dengan kombinasi Catch dan Flat Key
Lock dengan kunci yang sama (Master Key), 1 (satu) kabinet/panel harus
disediakan dua anak kunci.

82
4.5 Sakelar
Rocker mekanisme, modular, grid system.
Rating 10A, 220 Volt, AC.
Type : Saklar tunggal dan ganda (Type tanam). Perletakan
sesuai petunjuk gambar rencana.
Merk : Broco atau setara.
4.6 Stop Kontak
Type : Broco (type ternamam di dinding)
Ratin : 10 A dan 16 A
Merk : Broco atau setara
4.7 Lampu Penerangan
a. Lampu fluorescent /TL type RM Reflective (2 x 20 watt)
Merk : Semua material merk Philips atau setara, kecuali kapasitor boleh
merk Bosch atau setara yang mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
Ballast :Ballast atau transformer harus mempunyai temperature kerja
rendah, noise-less, ballast dengan rumahan dari bahan potyster.
Untuk lampu TL dengan dua lampu disusun/digunakan "twin
lamp ballast"/duo ballast (anti sroboscopic). Rated tegangan 220
V. ballast harus dilengkapi dengan connection terminal.
Starter :Starter untuk lampu fluorescent mempunyai reliability.Terbuka
dan high quality white polycarbonate. Rating starter disesuaikan
dengan rating lampu.

b. Lampu Downlight
Type Downlight 25 dan 15 watt, 4 inch frame coolwhite and
reflektive dari keluaran merk Philips atau setara.

c. Lampu Sorot (Flood Light)


type AMEC dari artolite atau setara
Housing : high pressure die cast aluminium - Reflector : High grade
aluminium.
Tahan korosi Class tebal
5 mm Symmetrical
wide beam Klasifikasi
IP.55
Standard : IEC
Power Consumption : 300 W dan 500 W
Input Tegangan : 220 V, 50 Hz.

82
4.8 Penangkal Petir
Sistem Penangkal Petir yang dipakai adalah Franklin Rod/ Jalur Instalasi
Tunggal
Resistensi pentanahan harus lebih kecit dari 2 Ohm atau mencapai level
muka air tanah.
Letaknya pada suatu tempat tertentu yang dapat dikontrol/ditihat sehingga
dapat dicegah tegangan langkah yang terjadi pada saat petepasan muatan.
Down conductor menggunakan kabel jenis BC50 mm dan harus kep
setiap 50 cm.

5.0 PROSEDURE PELAKSANAAN

5.1 Pemasangan kabel dan penghantar.


a. Pemasangan instalasi listrik umumnya dikerjakan sebelum plafon ditutup
dan pelesteran dinding dikerjakan.
b. Kabel yang tertanam dalam dinding baik kabel penerangan dan kabel untuk
stop kontak harus dimasukan kedalam pipa conduit, sesuai dengan standard
PUIL pasal 730 dan 743 A8.
c. Semua kabel harus dipasang lurus atau sejajar dan jari-jari lengkungan
tidak boleh kurang dari syarat-syarat PUIL pasal 730.
d. Kabel-kabel tenaga harus diklem dengan klem khusus atau dilindungi
dengan besi siku yang dicat dengan anti karat.
e. Didalam kabel folder tidak diperkenankan adanya sambungan-sambungan
kabel.
f. Kabel yang digunakan untuk tegangan rendah adalah jenis NYM, NYY,
dengan tegangan kerja minimum 0,6- KV.
g. Semua penyambungan kabel penyambungan kabel harus disesuaikan
dengan warna-warna yang telah ditentukan dari peraturan PLN atau PUIL.

5.2 Pemasangan Lampu – lampu


a. Sistem fixture penerangan dan perlengkapan harus dipasang dengan cara
yang disetujui oleh Direksi pengawas. Harus disediakan “strap”, “support”,
pengantung bahan-bahan lain yang perlu untuk pemasangan yang baik
seperti dipersyaratkan dalam gambar rencana. Body lampu harus mendapat
pentanahan.
b. Pada waktu diselesaikan pemasangan fixture-fixture penerangan dan outles
(receptacle), harus bebas dari cacat dan harus baik. Bagian-bagian yang
rusak harus diganti oleh kontraktor tanpa biaya tambahan.
c. Pemasangan titik penerangan disesuaikan dengan petunjuk gambar rencana
dan disesuaikan dengan jenis armatur yang digunakan. Apabila terdapat
kendala yang mengakibatkan perlu adanya, maka kontraktor wajib

83
menyampaikan dan meminta rekomendasi perubahan kepada konsultan
pengawas, dan kontraktor wajib membuat as-build drawing mengenai
segala perubahan tersebut.

5.3 Pemasangan Stop Kontak dan Saklar.


a. Pemasangan stop kontak dipasang inbow (didalam dinding tembok). Tinggi
pemasangan dari lantai sesuai gambar.
b. Pemasangan saklar dipasang inbow dengan pipa conduit, Tinggi
pemasangan dari lantai 1,40 cm atau mengikuti petunjuk gambar rencana
c. Pada semua stop kontak dan SDP harus di beri arde dengan menggunakan
kawat BC, dan khusus pengetanahan pada SDP dibagian yang tertanam
kedalam tanah harus dikerjakan sampai mendapatkan tahanan yang
disyaratkan, serta diberi pelindung pipa GIP diameter 1/2".

5.4 Pemasangan Penangkal Petir (Type Franklin Rod)


a. Pada fase pekerjaan ini kontraktor wajib menggunakan tenaga ahli yang
profesional dan berpengalaman tentang pemasangan penangkal petir.
b. Kontraktor harus mengikuti pola jalur instalasi penangkal petir menuju
ground sesuai dengan petunjuk gambar kerja kecuali di tentukan lain oleh
konsultan pengawas.
c. Pemasangan instalasi penangkal petir menuju ground harus berada di
dalam kolom bangunan yang terbesar sesuai petunjuk gambar kerja.kabel
harus dibaluti dengan pipa conduit hingga tepat tertanam di tanah.
d. Pemasangan penangkal petir dan instalasi harus memperhatikan
keselamatan kerja dan keselamatan pengguna gedung.

84
PASAL 19
PEKERJAAN MEKANIKAL

1.0 SYARAT PROSEDURE

1.9. Pekerjaan-pekerjaan yang tercakup dalam bidang keahlian ini metiputi,


menyediakan seluruh pekerjaan, material, perlengkapan, peralatan dan
melaksanakan seluruh pekerjaan sistem listrik sehingga dapat beroperasi
secara sempurna, sesuai dengan gambar spec dan risalah rapat.
1.10. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling
melengkapi dan sesuatu yang tercantum di dalam gambar dan spesifikasi
bersifat mengikat.
1.11. Seluruh pekerjaan sistem mekanikal yang dilaksanakan harus
dikerjakan oleh tenaga ahli bidang mekanikal yang dapat dipercaya,
mempunyai reputasi balk dan mempunyai pekerja-pekerja yang cakap dan
berpengalaman dalam bidangnya.
1.12. Seluruh pekerjaan sistem mekanikal harus dikerjakan menurut
"Peraturan Umum Intalasi Mekanikal, seperti Pedornan Plumbing Indonesia
sebagai petunjuk dan juga peraturan yang berlaku pada daerah setempat dan
standar-standar/kode-kode lainnya yang diakui (SII, JIS, BS, ASTM).
1.13. Kontraktor harus melakukan percobaan seperti yang dipersyaratkan
disini dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap sistem, yang
disaksikan oleh Direksi pengawas. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan
yamg perlu untuk percobaan tersebut merupakan tanggung jawab kontraktor.
Peralatan, bahan dan pengerjaan yang tidak baik harus diganti.
1.14. Manual mengenai operasi dan pemeliharaan, mengenai perlengkapan-
perlengkapan harus disampaikan kepada Direksi pengawas dalam waktu 30
(tiga puluh) hari sebelum dimulainya oprasi.Manual harus lengkap dengan
petunjuk-petunjuk yang mendetail untuk pemeliharaan dan operasi dari
perlengkapan-perlengkapan serta sistem-sistem, dan harus lengkap meliputi
informasi yang perlu untuk jangka panjang, pembongkaran dan pemasangan
kembali dari unit-unit yang lengkap dan komponen sub assamble.Manual ini
harus menjelaskan model yang tepat, style dan ukuran dari perlengkapan
sistem yang dipakai. Manual yang menjelaskan perlengkapan yang serupa,
tapi dari mode style dan ukuran yang lain tidak akan diterima. Manual ini
harus diserahkan dalam 4 (empat) rangkap.
1.15. Perihal garansi dalam hal elektrikal, semua pekerjaan, bahan dan
perlengkapan harus digaransikan, semua perlengkapan bahan dan pekerjaan
yang tidak baik harus secepatnya diganti serta diperbaiki oleh kontraktor
tanpa biaya tambahan.

85
2.0 LINGKUP PEKERJAAN
2.8 Pengadaan dan pemasangan sernua peralatan mekanikal.
2.9 Pengadaan dan pemasangan pipa air bersih, pipa air kotor, pipa air bekas,
pipa air hujan, pemasangan pompa air bersih lengkap dengan accessories.
2.10Pemasangan tangki septic dan resapan
2.11Pengadaan dan pemasangan water tank
2.12Pengadaan dan pemasangan Exhaust fan.

3.0 STANDARD/RUJUKAN
3.1. Pedoman Plumbing Indonesia 1979
3.2. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
3.3. Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI.03-2398-1991-Tata Cara Perencanaan Tangki Septik.
3.4. Spesifikasi Teknis:
- Galian, Urugan Kembali dan Pemadatan.
- Peripaan Utilitas
- Beton Cor di Tempat.

4.0 SPESIFIKASI KOMPONEN MAKANIKAL


Spesifikasi semua material yang disupplay dan dipasang oleh Kontraktor harus
sesuai petunjuk gambar kerja atau mengacu ke RAB (jika tertera), harus baru dan
material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah tropis. Material-material
haruslah dari produk dengan kwalitas baik dari produksi terbaru. Untuk material-
material yang tersebut dibawah ini maka Kontraktor harus menjamin bahwa
barang tersebut adalah baik dan baru dengan jalan menunjukkan surat order
pengiriman dari dealer/agen/pabrik.
Adapun spesifikasi komponen elektrikal dijelaskan secara rinci sebagai berikut :
4.9 Pipa air bersih.
Galvanized steel pipe medium class.
Merk : Bakrie pipe, Bumi kaya atau setara.
4.10Pipa air kotor.
Type atau jenis pipa yang digunakan adalah PVC.
Merk : Paralon,Maspion atau setara.
4.11Exhaust Fan.
Exhaust Fan merk KDK, Panasonic atau setara.
4.12Komponen Sambungan
Sambungan Reducer, Knee,Elbow dari bahan PVC dan metode pemasangan
harus sesuai dan memenuhi syarat petunjuk teknis tentang pekerjaan
mekanikal yang berlaku di Indonesia (JIS K6739).
4.13Tangki Septik
Tangki septic harus dibuat dari Pasangan 1/2 bata trasram 1:3 yang dalam
kapasitas ukuran dan bentuk sesuai Gambar Kerja.
4.14Perekat

86
Perekat untuk penyambungan pipa PVC harus dari merek yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat pipa PVC.
4.15Beton
Khusus untuk pekerjaan mekanikal pada sub pekerjaan instalasi air hujan
dan septiktank dan resapan, bahan beton harus memenuhi persyaratan
Spesifikasi Teknis seperti pada Spesifikasi Teknis Beton bertulang & tak
bertulang)

5.0 PROSEDURE PELAKSANAAN

5.5 Prinsip mekanikal


a. Prinsip Supply Air bersih bersumber dari PDAM atau dari Air Tanah
yang ditampung dengan cara dipompakan ke roof tank.
b. Prinsip Distribusi
Sistem distribusi air bersih menggunakan sistem gravitasi
Supply air bersih dari PDAM atau Air Tanah Dipompa dipompakan ke
roof tank selanjutnya distribusi ke unit-unit plumbing dengan
menggunakan sistim gravitasi.

5.6 Teknis Instalasi Sistem mekanikal.


a. Umum
Semua pipa yang dipergunakan untuk instalasi mekanikal harus
memenuhi persyaratan 511, JIS, BS, ASTM. Semua pipa harus baru dan
harus jelas ditandai mengenai ukurannya dan disesuaikan dengan
petunjuk gambar rencana.
b. Sambungan pada pipa harus dibuat secara mekanis dan harus kuat
c. Finishing.
Instalasi pipa harus dicat dengan warna yang ditentukan oleh Konsultan
Pengawas.

5.7 Teknis pembuatan septiktank dan resapan.


a. Umum
Seluruh tangki septic dan resapan harus dipasang sesuai dengan
ketentuan SHI.03-2398-1991, petunjuk Gambar Kerja dan Gambar
Detail Pelaksanaan yang telah disetujui oleh konsultan pengawas.
Pekerjaan galian, urugan kembali dan pemadatan harus memenuhi
ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada Spesifikasi Teknis Galian
Urugan Kembali Dan Pemadatan.
Pengerjaan beton harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis seperti pada Spesifikasi Teknis Beton bertulang & tak
bertulang.

87
Semua pekerjaan perpipaan harus dikerjakan sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknis seperti pada Spesifikasi Teknis Instatasi Air Kotor
dan Sanitasi.

b. Konstruksi dan Pemasangan


Tangki septic harus mempunyai ruang udara, tidak kurang dari 20 cm
dari langit-langit tangki dan di bawah tutup tangki.
Tangki harus, dibuat dari beton yang kedap air.
Resapan harus dibuat dan dipasang sesuai petunjuk dalam Gambar
Kerja Berta petunjuk Pengawas Lapangan.

88
PASAL
20
PERLENGKAPAN
SANITASI

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup pengangkutan, pengadaan dan pemasangan semua
perlengkapan sanitasi pada tempat-tempat seperti ditunjukan dalam Gambar
Kerja dan/atau Spesifikasi Teknis ini, termasuk pengawasan percobaan yang
diperlukan agar keseturuhan system dapat berjalan dengan baik.

3. STANDAR/ RUJUKAN
2.1. Standar Industri Indonesia (SII) dan/atau Standar Nasional Indonesia
(SNI). 2.2. Japanese Industrial Standard (JIS).
2.3. Pedoman Plumbing Indonesia.
2.4. Spesifikasi Teknis:
- Kaca dan Aksesori.
- Spesifikasi Teknis Sistem Plumbing.

3.0. PROSEDUR UMUM


3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh dan/atau data teknis dan brosur perlengkapan sanitasi yang akan
digunakan harus diperlihatkan kepada Pengawas Lapangan untuk
disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.
Data teknis harus mencantumkan tipe, dimensi, warna, dan data lain yang
diperlukan untuk pemasangan.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


Sebelum pemasangan, Kontraktor harus menyerahkan Gambar Detail
Pelaksanaan yang mencakup dimensi, detail tata letak, cara, pemasangan
dan pengencangan dan detail lain yang diperlukan, kepada Pengawas
Lapangan untuk diperiksa dan disetujui.

3.3. Penyimpanan
Semua perlengkapan sanitasi harus disimpan dalam tempat yang bersih
dan kering serta terlindung dari kerusakan, sebelum dan sesudah
pemasangan.

3.4. Garansi
Kontraktor harus menyerahkan kepada Pemilik Proyek Surat garansi
untuk barang dan pemasangan semua perlengkapan sanitasi selama 1
(satu) tahun, dimulai sejak penyerahan terakhir.
89
Selama periode ini Kontraktor harus memperbaiki dan mengganti
kerusakan yang ada serta membayar semua perbaikan atau penggantian.

4.0 BAHAN-BAHAN
4.1. Kloset Duduk
4.1.1. Kloset Duduk harus sesuai atau setara dengan Type CE-9
standar buatan TOTO, dalam warna putih. Kloset Jongkok harus
dilengkapi dengan aksesori lainnya yang berstandar TOTO untuk
melengkapi pemasangan.

4.2. Urinoir
Urinoir harus dari jenis unit tunggal yang dipasang di dinding, dilengkapi
dengan kran wudlu, kran tekan/pembilas dan aksesori lainnya standar
TOTO untuk melengkapi pemasangan, seperti tipe U-57M atau yang
setara, dalam warna putih.

4.3. Bak Cuci (Wastafel)


4.3.1. Bak cuci tangan dengan tipe pemasangan di meja harus sesuai atau
setara dengan Toto Tipe lw 660, warna putih, dilengkapi dengan
aksesori standar TOTO untuk melengkapi pemasangan.
4.3.2. Bak cuci dapur dari bahan stainless steel harus memiliki petunjuk
jumlah mangkuk dan bidang pengering sesuai petunjuk Gambar
Kerja, seperti buatan Blanco atau yang setara.

4.3. Kran
Kran untuk Wastafel dan lainnya sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis dan
setara merk TOTO.

5.0 PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.1. Umum
5.1.1. Semua perlengkapan harus dipasang menurut petunjuk pabrik dan
Spesifikasi Teknis ini, kecuali dinyatakan lain setara tertulis.
Ukuran vertikal dan horizontal Berta jumlah setiap jenis
perlengkapan sesuai dengan petunjuk dan detail dari pabrik
pembuatnya.
5.1.2. Kecuali disyaratkan lain, maka semua perlengkapan pemasangan
harus sesuai dengan petunjuk dan detail dari pabrik pembuatnya.
5.1.3. Kontraktor bertanggung jawab melengkapi semua, perlengkapan
sanitasi yang diperlukan sehingga pekerjaan terlaksana dengan
baik. Oleh karenanya semua perlengkapan pekerjaan sanitasi harus
diperiksa dengan rinci.

PERENCANAAN PEMBANGUNAN INSTALASI CUCI, SANITASI DAN PERTAMANAN 90


5.2. Pemasangan
5.2.1. Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan penutup
sambungan tidak diijinkan.
Cat, vernis, dempul dan lainnya tidak diijinkan dipasang pada
bidang-bidang pertemuan sambungan sampai semua sambungan
dipasang kuat dan diuji. Semua saturan ekspos ke perlengkapan
sanitasi harus diselesaikan sedemikian rupa sehingga tampak
bersih dan rapih dan sesuai ketentuan Gambar Kerja dan petunjuk
pemasangan dari pabrik pembuat.
5.2.2. Perpipaan dari perlengkapan sanitasi ke pipa distribusi utama
harus ditaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis
Mekanikal.
5.2.3. Bak cuci tangan tipe Dinding harps dipasang sedemikian rupa
sedemikian rupa sehingga puncak bagian luar alat-alat tersebut
berada 80 mm di atas lantai.
5.2.5. Urinoir harus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak tepi
bagian depan alat ini berada 650 mm diatas lantai, atau sesuai
petunjuk dari pabrik pembuatnya.
5.2.6. Sistem penumpu dan penopang harus sesuai dengan rekomendasi
dari pabrik pembuat perlengkapan sanitasi atau sesuai persetujuan
Pengawas Lapangan.

5.3. Pengujian
Pengujian seluruh perlengkapan sanitasi harus dilaksanakan bersamaan
dengan pengujian System Plumbing seperti disebutkan dalam Spesifikasi
Teknis Mekanikal, kecuali bila ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan.

PERENCANAAN PEMBANGUNAN INSTALASI CUCI, SANITASI DAN PERTAMANAN 91


PASAL
21
PAPAN
NAMA

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini mencakup pengangkutan, pengadaan bahan, tenaga kerja dan alat
kerja serta pemasangan papas Nama, sesuai petunjuk Gambar Kerja dan
Spesifikasi Teknis ini.
Pekerjaan ini meliputi, tetapi tidak dibatasi pada hat-hat berikut :
- Papan Nama eksterior.
- Dan tanda-tanda lainnya seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau
sesuai dengan petunjuk Pemilik Proyek.

2.0. STANDAR/ RUJUKAN


2.1. Standar Industri Indonesia (SII) dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
2.2. American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.3. Spesifikasi Teknis - Berbagai Jenis Metal.

3.0. PROSEDUR UMUM


3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Sebelum pengadaan bahan, Kontraktor harus menyerahkan contoh
dan/atau data teknis/brosur bahan yang akan digunakan, untuk disetujui
Pengawas Lapangan.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


Sebelum pelaksanaan, Kontraktor wajib membuat dan menyerahkan
Gambar Detail Pelaksanaan kepada Pengawas Lapangan untuk diperiksa
dan disetujui. Gambar Detail Pelaksanaan harus mempertihatkan dimensi,
tata letak, detail-detail pertemuan, cara pengencangan, cara pemasangan
dan penyelesaian lainnya.

3.3. Pengiriman dan Penyimpanan


Semua bahan yang didatangkan harus disimpan ditempat yang tertindung
sehingga terhindar darl kerusakan, baik sebelum dan selama pemasangan.

4.0. BAHAN-BAHAN.

4.1. Papan Nama Eksterior.


Papan Nama eksterior dibuat dari Acrylic yang memenuhi ketentuan AISI
304, dengan bentuk dan dimensi serta dengan ketentuan dalam gambar

92
kerja.

93
5.0 PELAKSAAN PEKERJAAN.
5.1. Persiapan.
Periksa keadaan lokasi dan permukaan bidang dimana papan nama akan
dipasang. Pemasangan dapat dilakukan setelah semua cacat atau
kesalahan pada permukaan bidang tersebut telah diperbaiki dan disetujui
Pengawas Lapangan.

5.2. Pabrikasi Papan Nama.


5.2.1. Lubang untuk baut dan sekrup dapat dibuat dengan bor atau
pukulan. Hasil bor dan pukulan harus bersih, lurus dan rata.
Pemboran dan pelubangan harus menghasilkan permukaan yang
lurus dan bersih. Permukaan ekspos harus mempunyai
penyelesaian yang halus dan pengencang ekspos harus rata dengan
permukaan bidang. Sembunyikan alat pengencang jika
memungkinkan. Bentuk sambungan ekspos terhadap cuaca untuk
mengeluarkan /membuang air. Lengkapi dengan saluran air dan
tubang drainase (weep holes) untuk mencegah pembentukan
kondensasi.

5.3. Aplikasi Grafis.


5.3.1. Aplikasi tulisan pada panel dengan proses cetak saring. Cetakan
harus dibuat dari saringan foto yang disiapkan dari karya asli.
Cetak saring dibuat dengan potongan tangan/manual tidak
diperkenankan.
5.3.2. Karya asli harus ditetapkan sebagai pekerjaan seni yang
merupakan reproduksi generasi pertama pekerjaan tersebut. Sisi-
sisi dan sudut-sudut harus bersih. Sudut-sudut membulat,
potongan atau sisi-sisi yang kasar /tidak rata, permukaan yang
tidak rata atau cacat tidak diterima.

5.4. Pemasangan.
5.4.1. Pasang papan nama pada lokasi-lokasi seperti ditentukan
kemudian.
Pastikan semua papan nama terpasang lurus dan benar, pada
ketinggian dan dengan cara sesuai ketentuan.
Jangan memasang papan nama di atas pintu atau permukaan
lainnya sebelum pekerjaan pada bagian-bagian tersebut
diselesaikan.

5.5. Perlindungan.
Perlindungan pekerjaan dan pekerjaan sekitarnya Berta bahan-bahan dari
kerusakan selama pekerjaan berjalan sampai selesai. Bungkus pekerjaan
yang telah selesai dengan kertas, lembaran plastik atau Pita kedap air

93
untuk pengiriman dan penyimpanan dan dilindungi dari kerusakan selama
pemasangan.

5.6. Perbaikan dan Pembersihan.


Setiap kerusakan yang terjadi selama pemasangan harus diperbaiki. Papan
nama yang tidak dapat diperbaiki harus diganti dengan yang baru.
Bersihkan bingkai dan permukaan papan nama agar diperoleh hasil yang
baik.

94
PASAL
22
LAPISAN KEDAP AIR (WATER
PROOFING)

1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan secara lengkap tenaga, peralatan bantu dan
pengerjaan pelapisan kedap air pada tempat-tempat seperti ditunjukan dalam
Gambar Kerja. Pekerjaan ini akan mencakup hal-hal berikut, tetapi tidak
terbatas pada :

- Lapisan kedap air pada bagian exterior dan interior seperti ditunjukan
dalam Gambar Kerja.
- Mengisi celah dan memberi lembaran lapisan pelindung (flashing).
- Penyelesaian penembusan lapisan kedap air oleh pipa, struktur dan lainnya
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

2.0. STANDAR/ RUJUKAN

2.1. American Society for Testing and Materials (ASTM).

2.2. Semua Peraturan Standar Nasionat/Lokat yang berlaku dan mengikat.

2.3. Spesifikasi Teknis:


- Beton Cor di tempat.
- Adukan dan Plesteran.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan dan Teknis

Contoh berikut data teknis bahan yang akan dipakai harus diserahkan
kepada Pengawas Lapangan untuk mendapat peraetujuan dan diuji
kebenarannya terhariap standar atau ketentuan yang disyaratkan.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan

3.2.1. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail


Pelaksanaan untuk peraetujuan Pengawas Lapangan. Semua
Gambar Detail Pelaksanaan harus segera diserahkan sebelum
95
pengadaan bahan agar diperoleh waktu yang cukup untuk
memeriksa.

Semua Gambar Detail Pelaksanaan Harus lengkap dan berisi


semua informasi detail yang diperlukan

3.2.2. Bila ada perberiaan antara Gambar Kerja yang satu dengan yang
lain atau Gambar Kerja dengan Spesifikasi Teknis ini, Kontraktor
harus memberitahukan perberiaan ini kepada Pengawas Lapangan
untuk dicari pemecahannya.

3.3. Pengiriman dan Penyimpanan

3.3.1. Behan harus didatangkan ke lokasi pekerjaan dalam keadaan baik,


tidak cacat dan dilengkapi merek dagang yang jelas.
3.3.2. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak
lembab, kering dan bersih, sesuai dengan perayaratan yang
ditentukan.

3.3.3. Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan bahan yang


disimpan baik sebelum atau selama pelaksanaan jika terdapat
kerusakan yang diakibatkan oleh ketatalan Kontraktor.

4.0. BAHAN-BAHAN

4.1. Lapisan Kedap Air Sistem Pemasangan Dingin

4.1.1. Lapisan Kedap Air

Lapisan kedap air harus merupakan lembaran yang memiliki


ketebalan minimal 1,5 mm, dilengkapi lapisan perekat, terdiri atas
komposisi polyethylene kekuatan tInW, yang pada satah satu
sisinya Oitapisi lapisan aspat modifikasi polymer, yang
dilaksanakan di pabrik pembuat.

Lapisan kedap air harus metekat kuat dan tetap pada tempatnya
sehingga terbentuk lapisan penahan air yang menerus tanpa
pemberian perekat, bahan panas, pengencang mekanis atau
peralatan khusus.

4.2.2. Lembaran lapisan kedap air harus memiliki karakteristik sebagai


berikut :

96
- Pemasangan cara. dingin,
- Daya lekat yang baik pada permukaan beton yang diberi cat
dasar, Ketebalan yang seragam pada seturuh lembaran,
- Pemasangan yang cepat,

seperti Proofex GPE, Jiffy Seat, Bituthene atau yang setara.

4.2. Cat Dasar.

Cat dasar untuk semua permukaan beton atau permukaan pasangan harus
berasal dari pembuat lapisan kedap air yang disetujui.

4.4. Adukan Tebal (Screed).

Adukan tebal untuk melindungi lapisan kedap air harus memenuhi


ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada BAD 11.4 (Spesifikasi Teknis
Beton Cor di Tempat).

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN.

5.1. Umum.

5.1.1 Semua pekerjaan lapisan kedap air harus dilaksanakan sesuai


rekomendasi dan petwjuk pemasangan pabrik pembuat dan di
bawah pengawasan ahti yang ditunjuk oleh pabrik pembuat.

5.1.2. Untuk permukaan dengan lubang buangan, permukaan harus


dibuat dengan kemiringan + 1% ke arah lubang buangan.

1.1.3. Sebelum pemasangan lapisan kedap air, lubang buangan harus


sudah terpasang dengan baik.

1.1.4. Pemasangan lembaran lapisan kedap air harus dimulai dari titik
terendah.

5.2. Pemasangan Sistem Dingin.

5.2.1. Umum.

Lapisan kedap air dengan sistem pemasangan dingin diaplikasikan


pada daerah basah seperti kamar mandi, dinding bawah tanah,
lantai bawah tanah dan bagian interior lainnya seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja.

97
5.2.2. Persiapan Permukaan.

Permukaan beton atau pasangan yang halus dan monolit sangat


dibutuhkan agar pelekatan lapisan kedap air sempurna.

Permukaan harus bebas dari celah, keropos, batuan lepas dan


benda-benda tajam. Bersihkan permukaan untuk mernbuang debu,
bate-bate lepas dan kotoran dengan menggunakan sapu, pengisap
debu atau kompresor udara. Beton harus sudah matang dan kering
sebelum pemasangan lapisan kedap air.

5,2.3. Cat Dasar.

Laburkan cat dasar pada permukaan beton atau pasangan dengan


rol wol domba sampai mencapai ketebalan yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat lapisan kedap air.
Biarkan cat dasar menjadi kering atau sampai kering sentuh.

Beri cat dasar hanya pada tempat-tempat yang akan diberi lapisan
kedap air pada hari yang sama.

Bahan metal atau permukaan lain yang tidak mernerlukan cat


dasar, harus dalam keadaan bersih, kering, bebas dari cat-cat
lepas, karat atau bahan lain yang dapat merusak.

Bagian permukaan yang tidak sempat diberi lapisan kedap air


pada hari yang sama harus diberi cat dasar utang.

5.2.4. Temperatur.

Pemasangan lapisan kedap air dilakukan hanya pada cuaca cerah


ketika udara dan temperatur permukaan di atas 5°C.

5.2.5. Penutup Tepi/Pinggiran.

Pada pemasangan meliputiertikal, lapisan kedap air harus dipasang


melewati tepi bagian lantai permukaan atau melampaui puncak
pondasi atau dinding. Bila lembaran berhenti pada permukaan
vertikal, maka harus dilengkapi dengan lembaran lapis pelindung
atau lembaran dapat dihentikan pada beton dengan menekan kuat
kuat pada dinding.

98
Tekan tepi-tepi dengan alat metal atau kayu kerns seperti patu atau
pegangan pisau.

Kegagalan menggunakan tekanan kuat pada perhentian akan


mengakibatkan penutupan yang jelek.

Memaku lembaran biasanya tidak dibutuhkan.


Berikan bahan penutup celah yang direkomendasikan, pada semen
perhentian vertikal maupun horlsontat.

5.2.6. Penutup Celah.

Semua tepi harus diberi lewatan minimal 75mm dan sambungan


akhir harus diberi lewatan minimal 150mm, atau sesuai
rekomendasi pabrik pembuat lapisan kedap air.

Untuk pekerjaan ini, sebuah garis penunjuk harus dibubuhkan


pada lembaran.

5.2.7. Detail Sudut.

Tutup semua sudut dalam dan luar dengan strip awal setebar
minimal 30cm yang ditempatkan di tengah-tengah sudut; diikuti
pemasangan lapisan kedap air dalam lebar penuh.

Sudut luar harus bebeas dari tepi-tepi yang tajam. Periksa


permukaan yang beraebetahan dengan semua sudut dan perbaiki
jika perlu agar diperoleh permukaan yang rata dan halus. Sudut
dalam harus diberi lapisan tipis yang dibentuk dari adukan
modifikasi tateks dan kemudian ditutup lapisan kedap air sesuai
petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat.

5.3. Perlindungan.

5.3.1. Lembaran lapisan kedap air harus dilindungi untuk mencegah


kerusakan karena pekerjaan lain, bahan-bahan konstruksi atau
tanah urug.

5.3.2. Perlindungan harus diberikan pada dinding pondasi dan


permukaan horisontal dengan lalu Untas ringan.

99
5.3.3. Perlindungan harus diberikan pada hari yang sama dengan
pemasangan lembaran lapisan kedap air atau segera setelah
pengujian 24 jam tanpa kebocoran.
5.3.4. Bila di atas lapisan perlindungan akan diberikan beton, bahan
beton dan pelaksanaannya harus memenuhi ketentuan Spesifikasi
Teknis.

100
PASAL 23
PEKERJAAN AKHIR

1.0 PENGAWASAN
1.1 Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan
oleh Direksi/Pengawas.
1.2 Setiap saat Direksi/Pengawas atau petugas-petugasnya harus dapat
mengawasi, memeriksa atau menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan
peralatan. Untuk itu Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang
diperlukan.
1.3 Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari
pengamatan Direksi/Pengawas adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Pekerjaan tersebut bila diperlukan harus dapat diperiksa sebagian atau
seluruhnya untuk keperluan/kepentingan pemeriksaan.
1.4 Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas Harian diluar jam kerja yang
resmi, maka segala biaya yang diperlukan untuk hal tersebut menjadi beban
Kontraktor. permohonan untuk mengadakaan pemeriksaan tersebut harus
dengan surat yang disampaikan kepada Direksi/pengawas.

2.0 PEMBERSIHAN AKHIR


2.1 Pada akhir pekerjaan, seluruh ruangan termasuk dinding, plafond, lantai
dan sebagainya harus bersih dari sisa-sisa semen, cat dan kotoran lainnya.
2.2 Halaman bangunan harus dibersihkan dari sisa-sisa bahan-bahan bangunan,
kotoran-kotoran dan gundukan-gundukan tanah bekas galian harus
diratakan serta bahan-bahan yang tidak terpakai lagi harus diangkut keluar
lokasi pekerjaan.

3.0 GAMBAR PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)


3.1 Setelah selesainya seluruh pekerjaan, Kontraktor harus membuat gambar
terlaksana (as built drawing) dari seluruh sistem, termasuk apabila terjadi
perubahan letak, denah maupun konstruksi.
3.2 Instalasi listrik, instalasi air bersih dan instalasi air kotor harus dibuat oleh
Kontraktor sesuai dengan keadaan yang terpasang dan diserahkan kepada
Pemberi Tugas pada saat Serah Terima Pekerjaan.

4.0 FOTO PELAKSANAAN DAN KELENGKAPAN LAPORAN


4.1 Untuk kelengkapan laporan, Kontraktor harus membuat foto-foto
dokumentasi dibuat sebelum pekerjaan di mulai ( 0 % ), tahap pelaksanaan
hingga selesai ( 25 %, 50 %, 75 % dan 100 % ), foto dokumentasi harus
selalu diambil pada posisi yang sama untuk setiap kemajuan (tampak
depan,samping dan belakang) dan setiap bagian yang penting antara lain
penulangan, pondasi dan lain-lain. Foto-foto tersebut dimasukan kedalam
101
album dan diserahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran atau
(Direksi/Pengawas) sebanyak 2 (dua) set.
4.2 Kontraktor wajib menugaskan beberapa tenaga khusus untuk membuat
laporan harian sesuai pelaksanaan dilapangan yang berisikan jumlah
pekerja,peralatan yang digunakan, material yang digunakan dan persentase
volume item pekerjaan yang terlaksana serta kendala-kendala yang
dihadapi selama pelaksanaan pekerjaan per satuan hari.
4.3 Kontraktor juga wajib membuat laporan mingguan yang merupakan
rangkuman laporan harian yang berisi rekap pekerjaan terlaksana seperti
yang terlampir pada kerangka laporan harian.
4.4 Laporan harian dan mingguan dibuat menjadi arsip minimal 2 rangkap
dengan dukungan foto pelaksanaan lapangan,kemudian diserahkan kepada
konsultan pengawas untuk di setujui dan dilegalkan.
4.5 Laporan harian dan mingguan yang dibuat oleh kontraktor merupakan
acuan dasar administrasi konsultan pengawas dalam mengidentifikasi
tingkat kemajuan pekerjaan kontraktor.

5.0 PENUTUP
5.1 Pekerjaan-pekerjaan yang belum/tidak tercantum/dijelaskan dalan RKS ini
dapat dilihat pada gambar atau di tanyakan pada saat Rapat Penjelasan
Pekerjaan (Aanwijzing)
5.2 Perubahan-perubahan yang terjadi terhadap RKS ini pada saat Rapat
Penjelasan Pekerjaan akan dibuat suatu Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
yang mengikat, dan merupakan satu kesatuan dengan RKS ini.

102

Anda mungkin juga menyukai