Anda di halaman 1dari 2

Menurut Stevenin (2000, pp.134-135), terdapat lima langkah meraih kedamaian dalam konflik.

Apa pun sumber


masalahnya, lima langkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi kesulitan:

1. Pengenalan

Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan bagaimana keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang
menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan masalah atau menganggap ada
masalah padahal sebenarnya tidak ada).

2. Diagnosis

Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan
bagaimana berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada hal-hal sepele.

3. Menyepakati suatu solusi

Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan cara
yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.

4. Pelaksanaan

Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian. Hati-hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu
mempengaruhi pilihan dan arah kelompok.

5. Evaluasi

Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil,
kembalilah ke langkah-langkah sebelumnya dan cobalah lagi.

Contoh kasus:

Insiden 13 Mei adalah istilah untuk kerusuhan rasial antara etnis Tionghoa dan orang Melayu yang terjadi di Kuala
Lumpur, Malaysia pada 13 Mei 1969 yang menyebabkan sedikitnya 184 orang meninggal.

 Pengenalan:

Adanya konflik ras di malaysia tahun 1969 ketika partai oposisi memenangi pemilu, dimana partai oposisi
ini terdiri dari suku tionghoa.

Awalnya pada 1963, Malaysia menderita akibat ketimpangan kekayaan antara golongan keturunan
Tionghoa yang umumnya pedagang/ pengusaha, yang menguasai sebagian besar ekonomi Malaysia. Selain
itu, orang Tionghoa juga menguasai sebagian besar kekayaan negara. Kerusuhan rasial di Singapura pada
1964 juga merupakan salah satu penyebab keluarnya negara itu dari Malaysia (dulunya Singapura
merupakan bagian dari Malaysia), dan ketegangan rasial terus berlangsung bahkan keduanya saling serang
dengan menggunakan senjata tajam, parang, dan bahkan pistol. Korban berjatuhan dan mengakibatkan
banyaknya kerusakan di kota tersebut.

 Diagnosis:
Kesenjangan ekonomi antara suku tionghoa dengan suku malaysia, sehingga menyebabkan adanya
kecemburuan sosial diantara suku tersebut, terlebih pada era tahun 1960an, partai perikatan United Malays
National Organization UMNO-MCA-MIC (Malaysia) mengalami kekalahan telak dalam pemilu melawan
partai oposisi keturunan Tionghoa, Democratic Action Party.

 Solusi: Pemerintah memberlakukan Undang-Undang Darurat dan membekukan parlemen (yang baru
terbentuk kembali pada 1971). Pers juga dibekukan dan Dewan Operasi Nasional dibentuk.
 Pelaksanaan:
Negara mendeklarasikan Darurat Nasional, dengan diberlakukannya jam malam dan petugas keamanan
berjaga di tiap sisi kota. Setelahnya tidak ada lagi konflik setelah diadakan perubahan-perubahan peraturan
dan lainnya.

Pelaksanaan selanjutnya dilakukan Pada tahun 1969 pemilu diadakan kembali dan partai yang berkuasa
memenangi 2/3 dari semua kursi. Barisan Nasional dibentuk. Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur dibentuk
untuk mengurangkan jumlah pemilih Tionghoa dalam Dewan Undangan Negeri Selangor. Beberapa tokoh
politik yang dianggap berbahaya telah ditahan melalui Akta Keselamatan Dalam Negeri (ISA). Batas-batas
dalam pemilu yang lebih bijaksana dan seimbang dilaksanakan. Sistem demokrasi, pemilu dan pembagian
kue ekonomi nasional ditafsirkan kembali dan dibagi secara lebih adil.

 Evaluasi:
Sebagai bahan evaluasi, Pemerintah membentuk National Operation Council yang membahas apa yang
akan dilakukan oleh negara untuk menyelesaikan konflik, agar tidak terjadi lagi perang konflik
pembakaran, kerusuhan, pembunuhan, penjarahan dll.

Anda mungkin juga menyukai