Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR

DI RUANG RAWAT INAP DAHLIA RSU NEGARA

OLEH

NI KOMANG NUR ADI PRIMARINI

20089142203

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur merupakan salah satu penyakit yang dapat mempengaruhi kualitas
hidup seseorang. Fraktur disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik, kecelakaan, baik
kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas (Noorisa dkk, 2017). Fraktur
merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap integritas seseorang, sehingga
akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan
respon berupa nyeri. Nyeri operasi fraktur menyebabkan pasien sulit untuk memenuhi
Activity Daily Living. Nyeri terjadi karena luka yang disebabkan oleh patahan tulang
yang melukai jaringan sehat (Kusumayanti, 2015).
Badan kesehatan duniaWorld Health of Organization (WHO) tahun 2019
menyatakan bahwa Insiden Fraktur semakin meningkat mencatat terjadi fraktur
kurang lebih 15juta orang dengan angka prevalensi 3,2%. Fraktur pada tahun 2018
terdapat kurang lebih 20juta orang dengan angka prevalensi 4,2% dan pada tahun
2018 meningkat menjadi 21 juta orang dengan angka prevalensi 3,8% akibat
kecelakaan lalu lintas (Mardiono dkk, 2018). Data yang ada di Indonesia kasus fraktur
paling sering yaitu fraktur femur sebesar 42% diikuti fraktur humerus sebanyak 17%
fraktur tibia dan fibula sebanyak 14% dimana penyebab terbesar adalah kecelakaan
lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor atau kendaraan
rekreasi 65,6% dan jatuh 37,3% mayoritas adalah pria 73,8% (Desiartama & Aryana,
2018).
Dampak lain yang timbul pada fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada
bagian tubuh yang terkena cidera, merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa nyeri.
Nyeri terjadi akibat luka yang mempengaruhi jaringan sehat. Nyeri mempengaruhi
homeostatis tubuh yang akan menimbulkan stress, ketidaknyamanan akibat nyeri
harus diatasi apabila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang membahayakan
proses penyembuhan dan dapat menyebabkan kematian (Septiani, 2015). Seseorang
yang mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-hari seperti gangguan
istirahat tidur, intoleransi aktivitas, personal hygine, gangguan pemenuhan nutrisi
(Potter & Perry, 2015). Penatalaksanaan pada fraktur dengan tindakan operatif atau
pembedahan (Mue DD, 2016).
Penatalaksanaan fraktur tersebut dapat mengakibatkan masalah atau
komplikasi seperti kesemutan, nyeri, kekakuan otot bengkak atau edema serta pucat
pada anggota gerak yang di operasi (Carpintero, 2016). Manajemen untuk mengatasi
nyeri dibagi menjadi 2 yaitu manajemen farmakologi danmanajemen non
farmakologi. Manajemen farmakologi dilakukan antara dokter dan perawat, yang
menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan rasa nyeri,
manajemen non farmakologi teknik yang dilakukan dengan cara pemberian kompres
hangat, teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, distraksi, stimulus saraf elektrik
transkutan, stimulus terapi musik dan massage yang dapat membuat nyaman karena
akan merileksasikan otot otot sehingga sangat efektif untuk meredakan
nyeri(Mediarti, 2015). Berdasarkan latar belakang dan data yang didapatkan, penulis
tertarik untuk membuat “ Asuhan Keperawatan pada Pasien Faktur Femur di Ruang
Dahlia RSU Negara”.

B. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus


1 Tujuan umum.
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur post ORIF di
Ruang Rawat Inap Dahlia RSU Negara
2. Tujuan Khusus.
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur
post ORIF di Ruang Rawat Inap Dahlia RSU Negara
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa asuhan keperawatan pada pasien faktur
femur post ORIF di Ruang Rawat Inap Dahlia RSU Negara
c. Mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur post
ORIF di Ruang Rawat Inap Dahlia RSU Negara
d. Mendeskripsikan tindakan asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur post
ORIF di Ruang Rawat Inap Dahlia RSU Negara
e. Mendeskripsikan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur
post ORIF di Ruang Rawat Inap Dahlia RSU Negara
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsug, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang
patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan
lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan
saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera
akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Brunner &
Suddarth, 2013).
Fraktur adalah suatu kondisi yang terjadi ketika keutuhan dan kekuatan dari
tulang mengalami kerusakan yang disebabkan oleh penyakit invasif atau suatu
proses biologis yang merusak (Kenneth et al., 2015).
Fraktur atau patah tulang disebabkan karena trauma atau tenaga fisik,
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak
disekitar tulang merupakan penentu apakah fraktur terjadi lengkap atau tidak
lengkap (Astanti, 2017).

B. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah cidera, stress,
dan melemahnya tulang akibat abnormalitas seperti fraktur patologis(Apleys &
Solomon, 2018). Menurut Purwanto (2016)
Etiologi/ penyebab terjadinya fraktur adalah :
1. Trauma langsung
Terjadi benturan pada tulang yang menyebabkan fraktur
2. Trauma tidak langsung
Tidak terjadi pada tempat benturan tetapi ditempat lain, oleh karena itu
kekuatan trauma diteruskan oleh sumbu tulang ke tempat lain.
3. Kondisi patologis
Terjadi karena penyakit pada tulang (degeneratif dan kanker tulang)

C. Klasifikasi
Fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu :
1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan):
a. Fraktur Tertutup (closed)
Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,
disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
b. Fraktur Terbuka (open/compound)
Bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya permukaan kulit.
2. Berdasarkan komplit atau ketidakkomplitan fraktur :
a. Fraktur komplit
Bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang.
b. Fraktur inkomplit
Bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma :
a. Fraktur Transversal
Fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma
angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik
Fraktur yang arah garis patahanya membentuk sudut terhadap sumbu tulang
dan merupakan akibat trauma angulasi juga
c. Fraktur Spiral
Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma
rotasi.
d. Fraktur Kompresi
Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleks yang mendorong tulang kea
rah permukaan lain.
e. Fraktur Avulasi
Fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.

4. Berdasarkan jumlah garis patah.


a. Fraktur komunitif
Fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b. Fraktur Segmental
Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
c. Fraktur Multiple
Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser)
Garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum
masih utuh.
b. Fraktur Displaced (bergeser)
Terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen.
6. Berdasarkan posisi fraktur Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
a. 1/3 proksimal
b. 1/3 medial
c. 1/3 distal
7. Fraktur kelelahan : fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang
8. Fraktur patologis : fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan
jaringan lunak sekitar trauma, yaitu
a. Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
b. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan
c. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan
d. Tingkat 3 : cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement. (Wahid, 2013)
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada fraktur :
1. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimmobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk menimimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Deformitas
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti
normalnya. Pergeseran fragmen pada fragmen lengan atau tungkai
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bias
diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya otot.
3. Pemendekan
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
4. Krepitus
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. (Uji
krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.)
5. Pembengkakan
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

E. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan
di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah
ke dalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut, jaringan lunak yang biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat di sekitar fraktur.
Sel-sel darah putih dan sel-sel anast berkamulasi mengakibatkan peningkatan
aliran darah ketempat tersebut aktifitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang
baruamatir yang disebut callus. Bekuan fibrin di reabsorbsi dan sel-sel tulang baru
mengalami remodelling untuk membentuk tulang sejati.
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan
dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke
ekstermitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusa darah
total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun
jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom compartment (Brunner &
Suddart, 2015).
F. WOC

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

Fraktur

Pergeseran fragmen tulang

Diskontinuitas tulang Timbul respon stimulus nyeri Tindakan ORIF / ORIF

Fraktur terbuka Fraktur tertutup Pengeluaran histamin Pemasangan platina/ fiksasi eksternal

Laserasi kulit Perubahan fragmen tulang Reaksi nosiseptor Perawatan post op perubahan

Gangguan Putus vena/arteri sirkulasi


Resiko
integritas Perdarahan Spasme otot, ruptur vena/arteri Respon reflek protektif pada tulang infeksi Gangguan fungsi tulang
kulit Gangguan
Kehilangan Protein plasme darah
integritas
volume cairan Edema kulit
Nyeri Akut Hambatan mobilitas
Penekanan pembuluh darah
Resiko syok fisik
hipovolemik Ketidakefektifan
perfusi jaringan

Resiko terserang organisme patogenik

Resiko Infeksi
G. Pemeriksaan Penunjang
Adapun beberapa periksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan
diagnosa fraktur adalah sebagai berikut.
1. Pemeriksaan rontgen
Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Scan tulang/scan CT/MRI
Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram
Dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai
4. Hitung darah lengkap
HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan
bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ
jauh pada mulltipel.
5. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil kagulasi
Penurunan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple, atau cidera
hati (Doenges dalam Jitowiyono, 2016).

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Tindakan penanganan fraktur dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi serta


usia, berikut adalah tindakan pertolongan awal pada fraktur menurut (Muttaqin,
2015) :
1. Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat trauma yang terjadi
karena benturan, terjatuh atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat
pasien mengalami fraktur.
2. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptic dan bersihkan
perdarahan dengan cara di perban.
3. Lakukan reposisi (pengembalian tulang ke posisi semula) tetapi hal ini hanya
boleh dilakukan oleh para ahli dengan cara operasi oleh ahli bedah untuk
mengembalikan tulang ke posisi semula.
4. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai atau papan dari
kedua posisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisi tulang tetap
stabil.
5. Berikan analgesic untuk mengurangi rasa nyeri pada sekitar perlukaan.
6. Beri perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post operasi.
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke
posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa
penyembuhan patah tulang atau imobilisasi (Sjamsuhidayat & Jong, 2015).

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah :


1. Fraktur Terbuka
adalah kasus emergency karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan
disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8jam (golden period). Kuman
belum terlalu jauh dilakukan : pembersihan luka, exici, heacting situasi,
antibiotic. Ada beberapa prinsipnya yaitu :
a. Harus ditegakkan dan ditangani terlebih dahulu akibat trauma yang
membahayakan jiwa airway, breathing dan circulation.
b. Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang memerlukan
penanganan segera yang meliputi pembidaian, menghentikan perdarahan
dengan bidai, menghentikan perdarahan besar dengan klem.
c. Pemberian antibiotic
d. Dibredemen dan irigasi sempurna
e. Stabilisasi.
f. Penutup luka
g. Rehabilitasi.
h. Life saving.
Semua penderita patah tulang terbuka diingat sebagai penderita dengan
kemungkinan besar mengalami cidera ditempat lain yang serius. Hal ini
perlu ditekankan bahwa terjadinya patah tulang diperlukan gaya yang cukup
kuat yang sering kali dapat berakibat total dan berakibat multi organ. Untuk
life saving prinsip dasar yaitu : airway, breathing, and circulation. Semua
patah tulang terbuka dalam kasus gawat darurat Dengan terbukanya barrier
jaringan lunak maka patah tulang tersebut terancam untuk terjadinya infeksi
seperti kita ketahui bahwa periode 6 jam sejak patah tulang terbuka luka
yang terjadi masih dalam stadium kontaminasi (golden period) dan setelah
waktu tersebut luka berubah menjadi luka infeksi. Oleh karena itu
penanganan patah tulang terbuka harus diakukan sebelum golde periode
terlampaui agar sasaran terakhir penanganan patah tulang terbuka tercapai
walaupun ditinjau dari segi prioritas penanganannya. Tulang secara primer
menempati urutan prioritas ke 6. Sasaran akhir ini adalah mencegah sepsis,
penyembuhan tulang, dan pulihnya fungsi.
j. Pemberian Antibiotik
Mikroba yang ada dalam luka patah tulang terbuka sangat bervariasi
tergantung dimana patah tulang itu terjadi. Pemberian antibiotik yang tepat
sukar untuk ditentukan hanya saja sebagai pemikiran sadar. Sebaliknya
antibiotika dengan spectrum luas untuk kuman gram positif maupun
negatif.
k. Debridemen dan Irigasi
Debridemen untuk membuang semua jaringan mati pada daerah patah
terbuka baik berupa benda asing maupun jaringan lokal yang mati. Irigasi
untuk mengurangi kepadatan kuman dengan cara mencuci luka dengan
larutan fisiologis dalam jumlah banyak baik dengan tekanan maupun tanpa
tekanan.
l. Stabilisasi
Untuk penyembuhan luka dan tulang sangat diperlukan stabilisasi fragmen
tulang, cara stabulisasi tulang tergantung derajat patah tulang terbukanya
dan fasilitas yang ada. Pada derajat 1 dan 2 dapat dipertimbangkan
pemasangan fiksasi dalam secara primer, untuk derajat 3 dianjurkan fiksasi
luar. Stabilisasi ini harus sempurna agar dapat segera dilakukan langkah
awal dari rehabilitasi pengguna.
2. Fraktur tertutup
Penatalaksanaan fraktur tertutup yaitu dengan pembedahan, perlu diperhatikan
karena memerlukan asuhan keperawatan yang komprehensif perioperatif yaitu
Reduksi tertutup dengan memberikan traksi secara lanjut dan counter traksi
yaitu memanipulasi serta imobilisasi eksternal dengan menggunakan gips.
Reduksi tertutup yaitu dengan memberikan fiksasi eksternal atau fiksasi
perkuatan dengan K-wire.
3. Seluruh Fraktur
a. Rekoknisis/Pengenalan
Riwayat kajian harus jelas untuk menentukan diagnosa dan tindakan
selanjutnya.
b. Reduksi/ Manipulasi/Reposisi
c. Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang supaya kembali secara optimal
seperti semula. Dapat juga diartikan reduksi fraktur (setting tulang) adalah
mengembalikan fragmen tulang pada posisi kesejajarannya rotasfanatomis
d. OREF (Open Reduction an`d External Fixation)
Penanganan intraoperative pada fraktur terbuka derajat III yaitu dengan
cara reduksi terbuka di ikuti fiksasi eksternal OREF sehingga diperoleh
stabilisasi fraktur yang baik. Keuntungan fiksasi eksternal adalah
memungkinkan stabilisasi fraktur sekaligus menilai jaringan lunak sekitar
dalam masa penyembuhan fraktur. Penanganan pasca operasi yaitu
perawatan luka dan pemberian antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi,
pemberian radiologic serial, darah lengkap serta rehabilitasi berupa latihan-
latihan secara teratur dan bertahap sehingga ketiga tujuan utama
penanganan fraktur bisa tercapai yaitu union (penyambungan tulang
kembali secara sempurna) sembuh secara otomatis (penampakan fisik
organ anggota gerak baik proporsional) dan sembuh secara fungsional
(tidak ada kekakuan dan hambatan lain dalam melakukan gerakan).
e. ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi
pada tulang yang mengalami fraktur. Fungsi ORIF untuk mempertahankan
posisi agar fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami
pergeseran. Internal fiksasi ini berupa Intra Modullary Nail biasanya
digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe fraktur transfer.
f. Retensi/Imobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimal. Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang
harus di imobilisasi atau dipertahankan kesejajarannya yang benar sampai
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau
internal. Metode fiksasi eksternal meliputi pembalutan gips, bidai, traksi
kkontinu, dan teknik gips atau fiksator eksternal. Implant logam dapat
digunakan untuk fiksasi internal untuk imobilisasi fraktur.
g. Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya
diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan
imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler
(misal Pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau dan
ahli bedah ortopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan
neurovaskuler.

I. Pengkajian keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien terkait nama, jenis kelamin, umur, agama, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, alama, no. CM, diagnosa medis
b. Penanggung jawab terkait : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat

2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
Riwayat Penyakkit Sekarang
1) Keluhan utama :
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bias akut atau kronik tergantung dari lamanya serangan.
Untuk memeperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasien
digunakan :
a) Provoking incident: apakah ada pristiwa yang menjadi factor
presipitasi nyeri.
b) Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
c) Region: radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (scale) of pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
pasien, bisa berdasarkan skala nyeri atau pasien menerangkan
seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.

2) Kronologi penyakit saat ini :


Pengumpulan data yang dilakukan untuk menetukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu rencana tindakan terhadap pasien. Ini bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa
ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena
(Ignatavicius, Dona D, 2006)

3) Riwayat penyakit dahulu


Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s
yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung

b. Riwayat Kesehatan Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah


satu factor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis, yang
sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cendrung
diturunkan secara genetik.

c. Pengkajian Biologis
1) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada pasien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-
harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan.
2) Pola Eliminasi
BAK/BAB dalam sehari, apakah mengalami kesulitan waktu BAB di
kaenakan imobilisasi, feses warna kuning, pada pasien fraktur tidak ada
gangguan BAK.
3) Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan pada pola tidur apakah ada gangguan yang disebabkan karena
nyeri, misalnya nyeri karena fraktur.

4) Pola Aktivitas dan Latihan


Aktivitas pada klien yang mengalami gangguan karena fraktur
mengakibatkan kebutuhan pasien perlu dibantu oleh perawat atau keluarga.
5) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Klien mengalami gangguan percaya diri sebab tubuhnya perubahan pasien
takut cacat / tidak dapat bekerja lagi
6) Pola Sensori Kognitif
Adanya nyeri yang disebabkan kerusakan jaringan, jika pada pola kognotif
atau pola berfikir tidak ada gangguan.
7) Pola Hubungan Peran
Terjadi hubungan peran interpersonal yaitu klien merasa tidak berguna
sehingga menarik diri.
8) Pola Management stress
Penting ditanyakan apakah membuat pasien menjadi depresi / kepikiran
mengenai kondisinya.
9) Pola Persepsi
Klien fraktur apakah akan mengalami perubahan atau gangguan pada
personal hygiene atau mandi
10) Pola Reproduksi Seksual
Jika pasien sudah berkeluarga maka mengalami perubahan pola seksual dan
reproduksi, jika pasien belum berkeluarga pasien tidak mengalami
gangguan pola reproduksi seksual.
11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Terjadi kecemasan/stress untuk pertahanan klien meminta mendekatakan
diri pada Allah SWT.
d. Pemeriksaan fisik
Menurut (Muttaqin 2015) ada dua macam pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan
fisik secara umum (status general)untuk mendapatkan gambaran umum dan
pemeriksaan setempat (local). Hal ini diperlukan untuk dapat melaksanakan
perawatan total (total care).
1) Pemeriksaan fisik secara umum
a) Keluhan utama:
 Kesadaran klien : apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis yang
bergantung pada klien
 Kedaaan penyakit : akut, kronis, ringan, sedang, berat.
 Tanda-tanda vital tidak normal terdapat gangguan lokal, baik fungsi
maupun bentuk.
b) Pemeriksaan fisik secara Head To Toe:
Kepala
Inspeksi : simetris, ada pergerakan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : simetris, tidak ada penonjolan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, reflek menelan ada
Wajah
Inspeksi : simetris, terlihat menahan sakit,
Palpasi : tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk, tidak ada lesi, dan
tidak ada oedema.
Mata
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada gangguan seperti kongjungtiva tidak anemis (karena
tidak terjadi perdarahan)
Telinga
Inspeksi : normal, simetris
Palpasi : tidak ada lesi, dan nyeri tekan
Hidung
Inspeksi : normal, simetris
Palpasi : tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung
Thoraks
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak bengkak
Palpasi : iktus cordis tidak teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : tidak ada ronchi, wheezing, dan bunyi jantung I, II reguler

Paru
Inspeksi : pernafasan meningkat,regular
Palpasi : pergerakan simetris, fermitus teraba sama.
Perkusi : sonor, tidak ada suara tambahan.
Auskultasi :suara nafas normal, tidak ada wheezing atau suara
tambahan lainnya.
Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus jantung
Palpasi : nadi meningkat, iktus tidak teraba
Auskultasi :suara S1 dan S2 tunggal
Abdomen
Inspeksi : simetris,bentuk datar
Palpasi : turgor baik, tidak ada pembesaran hepar.
Perkusi : suara timpani, ada pantulan gelombang cairan
Auskultasi : peristaltic usus normal ± 20 x/menit
Ekstremitas
Inspeksi : apakah ada jaringan parut,warna kemerahan atau kebiruan
atau hiperpigmentasi, apa ada benjolan dan pembengkakan
atau adakah bagian yang tidak normal.
Palpasi : suatu pada kulit, apakah teraba denyut arterinya, raba
apakah adanya pembengkakan, palpasi daerah jaringan
lunak supaya mengetahui adanya spasme otot,artrofi otot,
adakah penebalan jaringan senovia,adannya cairan
didalam/di luar sendi, perhatikan bentuk tulang ada/tidak
adanya penonjolan atau abnormalitas.
Pergerakan : perhatikan gerakan pada sendi baik secara aktif/pasif, apa
pergerakan sendi diikuti adanya krepitasi, lakukan
pemeriksaan stabilitas sandi, apa pergerakan menimbulkan
rasa nyeri, pemeriksaan (range of motion) danpemeriksaan
pada gerakan sendi aktif ataupun pasif.

J. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan Pre- operasi
a. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan atau cidera jaringan lunak, agen
cedera fisik
b. Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri, gangguan muskuloskeletal,imobilisasi
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d edema
d. Gangguan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi
e. Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan
f. Resiko infeksi b/d efek prosedur invasif, peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
2. Diagnosa Keperawatan Post- operasi
a. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan atau cidera jaringan lunak, agen
cedera fisik
b. Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri, gangguan muskuloskeletal, prosedur bedah,
imobilisas
c. Gangguan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi
d. Resiko infeksi b/d efek prosedur invasif, peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
K. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional


1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan SIKI
terputusnya keperawatan selama .... x 24 jam maka
Manajemen nyeri Manajemen nyeri
kontinuitas nyeri pasien mengalami penurunan
jaringan atau dengan kriteria hasil: 1. Observasi 1. Observasi
cidera jaringan  Ekspresi wajah tampak rileks a. Identifikasi keluhan nyeri a. Pengkajian penting
lunak, agen  Skala nyeri 1 (0-10)
cedera fisik  Mampu tidur 6-8 jam malam hari pasien bedasarkan PQRST dilakukan untuk
 Mampu melakukan teknik relaksasi (pencetus, kualitas, lokasi, mengetahui status nyeri
 Mampu memilih teknik relaksasi
untuk mengatasi nyeri skala dan waktu terjadi pasien sehingga dapat
nyeri )tiap 6 jam menentukan intervensi yang
b. Identifikasi respon nyeri non diberikan.
verbal pasien tiap 6 jam b. Memvalidasi keluhan nyeri
pasien secara verbal dan no
c. Identifikasi faktor yang verbal
memperberat nyeri tiap 6 jam c. Faktor yang memperberat
nyeri menghambat proses
penyembuhan
2. Terapeutik
a. Berikan stimulasi massage 2. Terapeutik
kinestetik a. Stimulasi massage
kinestetik mengaktifkan
sistem saraf parasimpatis
sehingga lebih rileks
b. Ajarkan teknik pernafasan b. Pernafasan diafragma
diafragma meningkatkan oksigen ke
tingkat sel dan membuat
rileks
3. Edukasi 3. Edukasi
Jelaskan penyebab nyeri dan Meningkatkan pengetahuan
cara mengatasi nyeri pasien sehingga mampu
memilih cara penanganan
nyeri

4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter Analgetik menurunkan
pemberian analgetik sensasi rangsangan nyeri

2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan SIKI


mobilitas fisik keperawatan selama ..... x 24 jam Manajemen mobility level Manajemen mobility level
b/d nyeri, maka pergerakan pasien terarah 1. Observasi 1. Observasi
gangguan dengan kriteria hasil : a. Identifikasi kemampuan a. Pengkajian penting
muskuloskeletal, mobility / pergerakan pasien. dilakukan untuk
prosedur bedah,  Aktivitas fisik klien meningkat mengetahui status
imobilisas  Mengerti tujuan dalam peningkatan mobilisasi pasien sehingga
mobilitas dapat menentukan
 Menggunakan alat bantu untuk intervensi yang diberikan
berpindah meningkatkan kemampuan
otot pasien dan cegah
b. Identifikasi faktor –faktor atropi otot.
penghambat mobilitas fisik b. Menghindari faktor yang
dapat menghambat proses
penyembuhan

2. Terapeutik 2. Terapeutik
a. Latih pasien dalam a. Meningkatkan kemampuan
pemenuhan kebutuhan ADLs gerak dan mencegah atropi
secara mandiri sesuai otot
kemampuan

b. Ajarkan pasien merubah b. Meningkatkan kemampuan


posisi dan tawarkan bantuan gerak dan mencegah atropi
jika diperlukan. otot

c. Ajarkan ROM c. Meningkatkan kemampuan


gerak dan mencegah atropi
otot

3. Edukasi 3. Edukasi
a. Jelaskan pentingnya ROM a. Peningkatan pengetahuan
meningkatkan keinginan
pasien untuk melakukan
latihan secara rutin
b. Jelaskan makanan yang perlu b. Meningkatkan asupan
dikonsumsi untuk pemulihan makanan berutrisi untuk
proses pemulihan

4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan rehab Meningkatkan kerja sama
medik dengan tenaga kesehatan
lainnya

3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan SIKI


perfusi jaringan keperawatan selama .... x 24 jam maka Manajemen sirkulasi Manajemen sirkulasi
perifer b/d meningkatan perfusi jaringan pasien 1. Observasi a. Observasi
edema dengan kriteria hasil ; a. Observasi vital sign, sianosis, a. Pengkajian penting
 Tekanan darah : SaO2, CRT tiap 6 jam/ hari. dilakukan untuk
Sistolik 100- 120 mmHg mengetahui status
Diastolik 60 – 80 mmHg oksigenasi pasien sehingga
 Nadi : 60-100 x/menit dapat menentukan
 Respirasi : 16-18 x/ menit intervensi yang diberikan.
 Suhu : 36 – 37 °C
 CRT < 3 detik b. Kaji keluhan pasien tiap 6 b. Memvalidasi kondisi
 SaO2 : 94-100% jam pasien

c. Monitori daerah hanya peka c. Menentukan adanya


terhadap panas/ dingin/ parastesia
tajam / tumpul tiap 6 jam

2. Terapeutik b. Terapeutik
a. Instruksikan kepada keluarga a. Meningkatkan partisipasi
untuk mengobservasi adanya dalam merawat pasien
lesi b. Mencegah tromboplebitis.
b. Ajarkan ROM

3. Edukasi 3. Edukasi
Jelaskan penyebab edema Meningkatkan
pengetahuan pasien

4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter Mengurangi sensasi nyeri
pemberian analgetik

4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan SIKI


integritas kulit keperawatan selama .....x 24 jam maka Integritas Kulit Integritas Kulit
b/d perubahan keutuhan kulit pasien meningkat 1. Observasi 1. Observasi
sirkulasi dengan kriteria hasil : a. Identifikasi kulit terkait a. Memantau adanya
 Pasien menunjukkan pemahaman adanya kemerahan, ketidaknormalan sehingga
dalam proses perbaikan kulit kehangatan, edema dan menentukan interensi
 Pasien terindar dari cedera berulang drainage tiap 24 jam selanjutnya
 Mampu melindungi kulit dan b. Identikasi kondisi luka b. Memantau adanya pus
mempertahankan kelembapan kulit adanya pus tiap 3 hari sehingga menentukan
 Terhindar dari nekrosis intervensi selanjutnya
 Terhindar dari pus
2. Terapeutik 2. Terapeutik
Lakukan perawatan luka tiap Perawatan luka membantu
3 hari penyembuhan jaringan
baru, mencegah adanya
infeksi

3. Edukasi 3. Edukasi
a. Jelaskan nutrisi yang a. Nutrisi membnatu dalam
dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka
penyembuhan luka
b. Jelaskan pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan b. Kebersihan lingkungan
tempat tidur pasien
mencegah terjadi infeksi
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter
pemberian anibiotik dalam 4. Kolaborasi
penyembuhan luka Antibiotik menegah
pertumbuhan bakteri yang
menyebabkan infeksi
5 Resiko syok Setelah dilakukan tindakan SIKI
hipovolemik b/d keperawatan selama .....x 24 jam maka Pencegahan syok Pencegahan syok
perdarahan aliran darah pasien meningkat dengan 1. Observasi 1. Observasi
kriteria hasil : 1.
 Tekanan darah : a. Observasi (turgor kulit, a. Pengkajian penting
Sistolik 100- 120 mmHg rasa haus, tanda vital, intake dilakukan untuk
Diastolik 60 – 80 mmHg dan output cairan) tiap 6 jam/ mengetahui status cairan
 Nadi : 60-100 x/menit hari. pasien sehingga dapat
 Respirasi : 16-18 x/ menit menentukan intervensi
 Suhu : 36 – 37 °C yang diberikan.
 CRT < 3 detik b. Menentukan intervesi
 SaO2 : 94-100% b. Pantau adanya perdarahan lebih lanjut
tiap 6 jam
 Turgor kulit elastis
 Mukosa bibir lembap
2. Terapeutik
2. Terapeutik a. Menghentikan aliran
a. Lakukan penekanan dengan perdarahan
kassa steril pada lokasi
perdarahan fraktur terbuka b. Mencegah pergeseran
b. Lakukan balut bidai tulang

3. Edukasi
3. Edukasi Meningkatkan pengetahuan
Jelaskan resiko terjadi syok pasien mencegah syok
4. Kolaborasi
4. Kolaborasi Memenuhi kebutuhan
Kolaborasi dengan dokter cairan.
pemberian cairan dan obat

6 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan SIKI


b/d efek keperawatan selama .....x 24 jam maka Kontrol Infeksi Kontrol Infeksi
prosedur invasif, pasien terhindar dari resiko infeksi 1. Observasi 1. Observasi
peningkatan dengan kriteria hasil : a. Monitori suhu tubuh pasien a. Infeksi dapat menigkatkan
paparan  Suhu : 36 – 37 ° C tiap 6 jam suhu tubuh sebagai proses
organisme  Luka terhidar dari pus perlawanan sel imun
patogen  Luka terhindar dari kemerahan terhadap patogen
lingkungan b. Monitori luka adanya pus, b. Timbulnya kemerahan, pus,
edema, kemerahan tiap 24 edema merupakan salah
jam satu indikasi adanya
infeksi

2. Terapeutik 2. Terpeutik
a. Lakukan perawatan luka tiap a. Perawatan luka mencegah
hari timbulnya infeksi dan
meningkatkan
pertumbuhan jaringann
baru
b. Ajarkan pasien dan keluarga b. Cuci tangan mencegah
untuk untuk pengendalian penularan infeksi
infeksi seperti cuci tangan nosokommial

3. Edukasi 3. Edukasi
Jelaskan pentingnya Meningkatkan pemahaman
meningkatkan pemenuhan klien sehingga mampu
nutrisi dan menjaga kebersihan melakukan pemilihan
lingkungan perawatan menunjang
kesehatan diri
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter Antibiotik mencegah
pemberian antibiotik kuman berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Amin dan Hardi. 2015. Aplikasi Nanda Nic-Noc Jilid 3. Yogyakarta:MediAction.

Brunner, Suddarth. 2015. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC.

Jakarta.

Desiartama, A., & Aryana, I. W. 2017. Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur

Akibat Kecelakan Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di Rumah Sakit Umum Pusat

Sanglah Denpasar Tahun 2013. E-Jurnal Medika Udayana, 6(5).

Lestari, Y. E. (2017). Pengaruh Rom Exercise Dini Pada Pasien Post Operasi

Fraktur Ekstermitas Bawah Fraktur Femur Dan Fraktur Cruris Terhadap Lama

Hari Rawat Di Ruang Bedah Rsud Gambiran Kota Kediri. Jurnal Ilmu Kesehatan,

3(1), 34-40

Muttaqin.A. 2015.Asuhan Keperawatan Gangguan Integumen.Jakarta:Selemba.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan

Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan

Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan

Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Sjamsuhidayat & Jong. 2015 .Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3.Jakarta:EGC

Sulistyaningsih. 2016. Gambaran kualitas hidup pada pasien pasca open reduction

internal fixation (orif) ekstermitas bawah di poli ortopedi rs ortopedi prof. dr. r.

soeharso surakarta.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TN. P DENGAN FRAKTUR FEMUR POST ORIF

DI RUANG RAWAT INAP DAHLIA RSU NEGARA

OLEH

NI KOMANG NUR ADI PRIMARINI

20089142203

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK
2021/2022

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. P DENGAN FRAKTUR FEMUR POST ORIF
DI RUANG RAWAT INAP DAHLIA RSU NEGARATANGGAL 18 - 20 MEI 2021

I. PENGKAJIAN
5. Analisa dan Sintesa Data

Tanggal Data Etiologi Masalah


10/6/202 S : Pasien mengatakan nyeri Agen cedera Nyeri akut

1 pada paha kanan, saat dingin fisik

atau digeser,seperti teriris-

iris,skalanyeri 5(0-10),waktu

tak menentu

O : pasien tampak menahan

nyeri luka operasi


10/6/202 S: pasien mengatakan nyeri Gangguan Hambatan

1 saat bergeser, kebersihan diri muskuloskeletal mobilitas fisik

dibantu oleh istri.

O : kaki kanan tampak tidak

mampu melakukan ROM

kekuatan otot

5555 5555

2222 5555
10/6/202 S : pasien mengatakan luka Prosedur Resiko infeksi

1 daerah operasi paha kanan invasif

nyeri

O : luka operasi tampak tanpa

pus, tampak basah, luka tidak

berbau, tidak tampak

pembengkakan sekitar luka


5. Analisa dan Sintesa Data

Tanggal Data Etiologi Masalah


10/6/2021 S: - Perubahan Gangguan

O : luka operasi tampak sirkulasi integritas kulit

tanpa pus, tampak basah, perubahan

luka tidak berbau, tidak sirkulasi

tampak pembengkakan

sekitar luka

6. Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan

Tanggal 10/6/2021

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan pasien

mengatakan nyeri pada paha kanan, saat dingin atau digeser,seperti teriris-

iris,skalanyeri 5(0-10),waktu tak menentu, pasien tampak menahan nyeri luka

operasi

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ganguan muskuloskeletal

ditandai dengan pasien mengatakan nyeri saat bergeser, kebersihan diri dibantu

oleh istri,kaki kanan tampak tidak mampu melakukan ROM, kekuatan otot

5555 5555
2222 5555

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi ditandai

dengan luka operasi tampak tanpa pus, tampak basah, luka tidak berbau, tidak

tampak pembengkakan sekitar luka


d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif didukung data luka operasi

tampak tanpa pus, tampak basah, luka tidak berbau, tidak tampak

pembengkakan sekitar luka.

I. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan pasien

mengatakan nyeri pada paha kanan, saat dingin atau digeser,seperti teriris-iris,skala

nyeri 5(0-10),waktu tak menentu, pasien tampak menahan nyeri luka operasi

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ganguan muskuloskeletal ditandai

dengan pasien mengatakan nyeri saat bergeser, kebersihan diri dibantu oleh

istri,kaki kanan tampak tidak mampu melakukan ROM, kekuatan otot

5555 5555

2222 5555

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi ditandai dengan

luka operasi tampak tanpa pus, tampak basah, luka tidak berbau, tidak tampak

pembengkakan sekitar luka

d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif didukung data luka operasi

tampak tanpa pus, tampak basah, luka tidak berbau, tidak tampak pembengkakan

sekitar luka.
II. Perencanaan

Hari/ Diagnosa Keperawatan Rasional


Waktu Intervensi
Tanggal (Tujuan, Kriteria Hasil)
Kami 08.00 Nyeri akut berhubungan dengan agen SIKI
s cedera fisik ditandai dengan pasien
Manajemen nyeri Manajemen nyeri
10/6/ mengatakan nyeri pada paha kanan,
2021 saat dingin atau digeser,seperti teriris- 1. Observasi 1. Observasi
iris,skala nyeri 5(0-10),waktu tak
a. Identifikasi keluhan nyeri a. Pengkajian penting
menentu, pasien tampak menahan
nyeri luka operasi pasien bedasarkan PQRST dilakukan untuk
(pencetus, kualitas, lokasi, mengetahui status nyeri
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan skala dan waktu terjadi pasien sehingga dapat
keperawatan selama .... x 24 jam maka
nyeri )tiap 6 jam menentukan intervensi
nyeri pasien mengalami penurunan
dengan kriteria hasil: yang diberikan.
 Ekspresi wajah tampak rileks b. Identifikasi respon nyeri non b. Memvalidasi keluhan
 Skala nyeri ringan 1-3 (0-10)
 Mampu tidur 6-8 jam malam hari verbal pasien tiap 6 jam nyeri pasien secara verbal
 Mampu melakukan teknik relaksasi dan no verbal
 Mampu memilih teknik relaksasi
untuk mengatasi nyeri c. Identifikasi faktor yang c. Faktor yang memperberat
memperberat nyeri tiap 6 jam nyeri menghambat proses
penyembuhan
2. Terapeutik 2. Terapeutik
a. Berikan stimulasi massage a. Stimulasi massage
kinestetik kinestetik mengaktifkan
sistem saraf parasimpatis
sehingga lebih rileks
b. Ajarkan teknik pernafasan b. Pernafasan diafragma
diafragma meningkatkan oksigen ke
tingkat sel dan membuat
rileks

3. Edukasi 3. Edukasi
Jelaskan penyebab nyeri dan Meningkatkan pengetahuan
cara mengatasi nyeri pasien sehingga mampu
memilih cara penanganan
nyeri

4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter Analgetik menurunkan
pemberian analgetik ketorolac sensasi rangsangan nyeri
2 x 30 mg dan pemberian sedangkan ranitidin
ranitidin 2 x 30 mg mencegak perlukaan
mukosa lambung akibat
ketorolac.

Kamis 08.00 Hambatan mobilitas fisik berhubungan SIKI


10/6/2021 dengan ganguan muskuloskeletal Manajemen mobility level Manajemen mobility level
ditandai dengan pasien mengatakan 1. Observasi 1. Observasi
nyeri saat bergeser, kebersihan diri a. Identifikasi kemampuan a. Pengkajian penting
dibantu oleh istri,kaki kanan tampak mobility / pergerakan pasien. dilakukan untuk
tidak mampu melakukan ROM, mengetahui status
kekuatan otot mobilisasi pasien sehingga
dapat menentukan
5555 5555 intervensi yang diberikan
2222 5555 meningkatkan kemampuan
otot pasien dan cegah
atropi otot.
Setelah dilakukan tindakan b. Identifikasi faktor –faktor b. Menghindari faktor yang
keperawatan selama ..... x 24 jam penghambat mobilitas fisik dapat menghambat proses
maka pergerakan pasien terarah penyembuhan
dengan kriteria hasil :
2. Terapeutik 2. Terapeutik
 Aktivitas fisik klien meningkat a. Latih pasien dalam a. Meningkatkan kemampuan
 Mengerti tujuan dalam peningkatan pemenuhan kebutuhan ADLs gerak dan mencegah atropi
mobilitas secara mandiri sesuai otot
 Menggunakan alat bantu untuk kemampuan.
berpindah
b. Ajarkan pasien merubah b. Meningkatkan kemampuan
posisi dan tawarkan bantuan gerak dan mencegah atropi
jika diperlukan. otot

c. Ajarkan ROM c. Meningkatkan kemampuan


gerak dan mencegah atropi
otot

3. Edukasi
3. Edukasi
a. Jelaskan pentingnya ROM a. Peningkatan pengetahuan
meningkatkan keinginan
pasien untuk melakukan
latihan secara rutin
b. Jelaskan makanan yang perlu b. Meningkatkan asupan
dikonsumsi untuk pemulihan makanan berutrisi untuk
proses pemulihan

4.Kolaborasi 4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan rehab Meningkatkan kerja sama
medik dengan tenaga kesehatan
lainnya

Kamis 08.00 Gangguan integritas kulit berhubungan SIKI


10/6/2021 dengan perubahan sirkulasi ditandai Integritas Kulit
dengan luka operasi tampak tanpa pus, 1. Observasi 1. Observasi
tampak basah, luka tidak berbau, tidak a. Identifikasi kulit terkait adanya a. Memantau adanya
tampak pembengkakan sekitar luka kemerahan, kehangatan, edema ketidaknormalan sehingga
dan drainage tiap 24 jam menentukan interensi
Tujuan dan Kriteria Hasil : selanjutnya
Setelah dilakukan tindakan b. Identikasi kondisi luka adanya b. Memantau adanya pus
keperawatan selama .....x 24 jam maka pus tiap 3 hari sehingga menentukan
keutuhan kulit pasien meningkat intervensi selanjutnya
dengan kriteria hasil :
a.Pasien menunjukkan pemahaman 2. Terapeutik 2. Terapeutik
dalam proses perbaikan kulit Lakukan perawatan luka tiap 3 Perawatan luka membantu
b.Pasien terindar dari cedera berulang hari penyembuhan jaringan
c.Mampu melindungi kulit dan baru, mencegah adanya
mempertahankan kelembapan kulit infeksi
d.Terhindar dari nekrosis
e.Terhindar dari pus 3. Edukasi
a. Nutrisi membnatu dalam
3. Edukasi proses penyembuhan luka
a. Jelaskan nutrisi yang
dibutuhkan dalam b. Kebersihan lingkungan
penyembuhan luka mencegah terjadi infeksi
b. Jelaskan pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan tempat
tidur pasien
c. 4. Kolaborasi

4. Kolaborasi Obat topical membantu


pertumbuhan jaringan baru
Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat topical dalam
penyembuhan luka

Kamis 08.00 Resiko infeksi berhubungan dengan SIKI


10/6/2021 prosedur invasif didukung data luka Kontrol Infeksi Kontrol Infeksi
operasi tampak tanpa pus, tampak 1. Observasi 1. Observasi
basah, luka tidak berbau, tidak tampak a. Monitori suhu tubuh pasien a. Infeksi dapat menigkatkan
pembengkakan sekitar luka. tiap 6 jam suhu tubuh sebagai proses
perlawanan sel imun
Tujuan dan Kriteria Hasil : terhadap patogen
Setelah dilakukan tindakan b. Monitori luka adanya pus, b. Timbulnya kemerahan, pus,
keperawatan selama .....x 24 jam maka edema, kemerahan tiap 24 edema merupakan salah
pasien terhindar dari resiko infeksi jam satu indikasi adanya
dengan kriteria hasil : infeksi
 Suhu : 36 – 37 ° C
 Luka terhidar dari pus 2. Terapeutik 2. Terpeutik
 Luka terhindar dari kemerahan a. Lakukan perawatan luka tiap a. Perawatan luka mencegah
hari timbulnya infeksi dan
meningkatkan
pertumbuhan jaringann
baru
b. Ajarkan pasien dan keluarga b. Cuci tangan mencegah
untuk untuk pengendalian penularan infeksi
infeksi seperti cuci tangan nosokommial

3. Edukasi 3. Edukasi
Jelaskan pentingnya Meningkatkan pemahaman
meningkatkan pemenuhan klien sehingga mampu
nutrisi dan menjaga kebersihan melakukan pemilihan
lingkungan perawatan menunjang
kesehatan diri

4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter Antibiotik mencegah
pemberian antibiotik ceftriaxon kuman berkembang.
2 x 1 gr

III. IMPLEMENTASI

Hari/ No. Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift D

K
Kamis 1 09.0 Mengidentifikasi keluhan nyeri pasien 09.05 S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi
bedasarkan PQRST (pencetus, kualitas,
10/6/2021 0 paha kanan, nyeri seperti teriris-iris,
lokasi, skala dan waktu terjadi nyeri),
Pagi respon nyeri non verbal dan faktor yang nyeri saat dingin atau digeser, skala
memperberat nyeri.
nyeri 5(0-10), waktu nyeri tidak menetu.

O : pasien tampak menahan nyeri

4 Mengukur vital sign 09.15 S: -

09.1 O : suhu 36,8 ° C, N : 88 x/menit, TD :

0 12/80 mmHg, RR: 16 x/menit


Memberikan injeksi ranitidin 30 mg
1 (intarvena) dan keterolac 30 mg 09.30 S: -
(intravena)
O : Obat tampak sudah masuk, tidak ada

09.3 alergi

0
IV. IMPLEMENTASI

Hari/ No. Jam Implementasi Para Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift DK f
Kamis, 2 09.3 Mengidentifikasi kemampuan 09.4 S : Pasien mengatakan kaki kanan sulit
mobility / pergerakan pasien dan
10/6/202 5 faktor –faktor penghambat 0 digerakkan, kalau geser-geser masih nyeri
mobilitas fisik
1 O : 5555 5555

Pagi 2222 5555


2 S:-
Mengajarkan ROM
09.4 10.0 O : Pasien tamak kooperatif

5 0 5555 5555
2222 5555

S:-
3 Mengidentifikasi kulit terkait
adanya kemerahan, kehangatan, O : Luka opearsi masih tak tampak edema
edema dan drainage
dan drainage
11.0 11.1

0 0

IV. IMPLEMENTASI

Hari / No. Jam Implementasi Para Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift DK f
Kamis 3, 4 11.0 Menjelaskan pentingnya meningkatkan 11.10 S : Pasien mengatakan ya,
pemenuhan nutrisi dan menjaga biasanya makanan habis 1 porsi
10/6/2021 0
kebersihan lingkungan dan istri rajin cuci tangan
Pagi O : Pasien tampak paham
Memberikan ceftriaxon 1 gram 11.15 S : -
3,4
(intravena) O : Obat tampak sudah masuk, tak
11.1
tampak tanda alergi
0
Mengajarka cuci tangan 11.15 S : Pasien mengatakan ia kadang
4
lupa gerakannya
O : Pasien tampak kooperatif
11.1

IV. IMPLEMENTASI

Hari/ No. Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift DK
Jumat 1 09.3 Mengidentifikasi keluhan nyeri pasien 09.3 S : Pasien mengatakan nyeri luka
bedasarkan PQRST (pencetus, kualitas,
11/6/2021 0 5 operasi paha kanan, nyeri seperti teriris-
lokasi, skala dan waktu terjadi nyeri),
Pagi iris, nyeri saat dingin atau digeser, skala
respon nyeri non verbal dan faktor yang
memperberat nyeri. nyeri saat ini 5 (0-10), waktu nyeri tidak

menetu, tadi malam nyeri sedang skala 6

(0-10)

O : pasien tampak menahan nyeri


Mengukur vital sign
4 S: -

09.4 09.4 O : suhu 36,6 ° C, N : 80 x/menit, TD :

0 5 12/70 mmHg, RR: 16 x/menit


Memberikan injeksi ranitidin 30 mg
1 S: -
(intarvena) dan keterolac 30 mg
O : Obat tampak sudah masuk, tidak
(intravena)
09.5 09.5 ada alergi

0 5

IV. IMPLEMENTASI

Hari/ No. Jam Implementasi Para Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift DK f
Jumat, 2 10.0 Mengidentifikasi kemampuan 10.0 S : Pasien mengatakan kaki kanan sulit
mobility / pergerakan pasien dan
11/6/202 0 faktor –faktor penghambat 5 digerakkan, kalau geser-geser masih nyeri
1 mobilitas fisik O : 5555 5555

Pagi 2222 5555

2 S:-
Mengajarkan ROM
10.1 10.2 O : Pasien tamak kooperatif

0 0 5555 5555
2222 5555

S:-
3 Mengidentifikasi kulit terkait
adanya kemerahan, kehangatan, O : Luka opearsi masih basah, warna
edema dan drainage
pink, hangat, tak tampak pus
11.1 11.1

0 5

IV. IMPLEMENTASI

Hari / No. Jam Implementasi Para Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift DK f
Jumat 4 11.2 Merawat luka 11.4 S:-
11/6/202 0 5 O : Luka operasi masih basah
warna pink, hangat, tak tampak
1
pus, tak tampak nekrosis
Pagi

3, 4 Memberikan ceftriaxon 1 gram S:-


(intravena) 11.5 O : Obat tampaksudah masuk
11.4
0
1 5
Mengajarkan teknik massage kinestetik S : Pasien mengatakan oo tinggal
jika nyeri diusap –usap aja
12.0 O : Pasien tampak kooperatif
1 11.5
Mengajarkan nafas diafragma 0 S : Pasien mengatakan agak sulit
5
O : Pasien tampak kooperatif

12.1
12.0
5
0
IV. IMPLEMENTASI

Hari/ No. Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift D

K
Sabtu 1 09.1 Mengidentifikasi keluhan nyeri pasien 09.05 S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi
bedasarkan PQRST (pencetus, kualitas,
12/6/2021 0 paha kanan berkurang, nyeri seperti
lokasi, skala dan waktu terjadi nyeri),
Pagi teriris-iris, nyeri saat dingin atau digeser,
respon nyeri non verbal dan faktor yang
memperberat nyeri. skala nyeri 4 (0-10), waktu nyeri tidak

menetu.

O : pasien tampak menahan nyeri

4 Mengukur vital sign 09.15 S: -

09.1 O : suhu 36,5 ° C, N : 80 x/menit, TD :

0 12/80 mmHg, RR: 16 x/menit

1 Memberikan injeksi ranitidin 30 mg 09.30 S: -


(intarvena) dan keterolac 30 mg
O : Obat tampak sudah masuk, tidak ada
(intravena)
09.3 alergi

0
IV. IMPLEMETASI

Hari/ No. Jam Implementasi Para Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift DK f
Sabtu, 2 09.3 Mengidentifikasi kemampuan 09.4 S : Pasien mengatakan kaki kanan sulit
mobility / pergerakan pasien dan
12/6/202 5 faktor –faktor penghambat 0 digerakkan, kalau geser-geser masih nyeri
mobilitas fisik
1 O : 5555 5555

Pagi 2222 5555

2 Mengajarkan ROM S:-

09.4 10.0 O : Pasien tamak kooperatif

5 0 5555 5555
2222 5555

Mengidentifikasi kulit terkait S:-


3 adanya kemerahan, kehangatan,
edema dan drainage O : Luka opearsi masih basah, warna

pink, hangat, tak tampak pus


11.0 11.1

0 0
IV. IMPLEMENTASI

Hari / No. Jam Implementasi Para Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift DK f
Sabtu 1 10.0 Menjelaskan penyebab nyeri dan cara 10.35 S : Pasien mengatakan ya
mengatasi O : Pasien tampak paham
12/6/2021 0

Pagi 1
Mengajarkan pernafasan diafragma 10.40 S : -
10.3 O : Pasien tampak kooperatif
Memberikan ceftriaxon 1 gram 11.15 S : -
3, 4 5
(intravena) O : Obat tampak sudah masuk, tak
tampak tanda alergi
2 11.1 Mengajarkan pasien merubah posisi dan 11.20 S : Pasien mengatakan lebih
tawarkan bantuan nyaman posisi setengah duduk,
0
geser-geser masih nyeri
O : pasien tampak kooperatif
2 11.1 Melatih pasien mmenuhi kebutuhan 11.30 S : Pasien mengatakan kalau pakai
ADLs secara mandiri baju sudah bisa, duduk perlu
5
bantuan
O : pasien tampak kooperatif

11.2

IV. IMPLEMENTASI

Hari/ No. Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift D

K
Minggu 1 09.0 Mengidentifikasi keluhan nyeri pasien 09.05 S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi
bedasarkan PQRST (pencetus, kualitas,
13/6/2021 0 paha kanan, nyeri seperti teriris-iris,
lokasi, skala dan waktu terjadi nyeri),
Pagi nyeri saat dingin atau digeser, skala
respon nyeri non verbal dan faktor yang
memperberat nyeri. nyeri 5(0-10), waktu nyeri tidak menetu.

O : pasien tampak menahan nyeri

4 09.15 S: -
Mengukur vital sign
09.1 O : suhu 36,0 ° C, N : 88 x/menit, TD :
0 12/80 mmHg, RR: 16 x/menit
Memberikan injeksi ranitidin 30 mg
1 09.30 S: -
(intarvena) dan keterolac 30 mg
O : Obat tampak sudah masuk, tidak ada
(intravena)
09.3 alergi

IV. IMPLEMENTASI

Hari/ No. Jam Implementasi Para Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift DK f
Minggu, 2 09.3 Mengidentifikasi kemampuan 09.4 S : Pasien mengatakan kaki kanan sulit
mobility / pergerakan pasien dan
13/6/202 5 faktor –faktor penghambat 0 digerakkan, kalau geser-geser masih nyeri
mobilitas fisik
1 O : 5555 5555

Pagi 2222 5555

3 Mengidentifikasi kulit terkait S:-


adanya kemerahan, kehangatan,
11.2 edema dan drainage 11.3 O : Luka opearsi masih basah, warna

5 0 pink, hangat, tak tampak pus

3, 4 Memberikan ceftriaxon 1 gram S:-


(intravena) O : Obat tampak sudah masuk, tak

11.3 11.3 tampak alergi

0 5

IV. IMPLEMENTASI

Hari/ No. Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift D

K
Senin 1 09.3 Mengidentifikasi keluhan nyeri pasien 09.35 S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi
bedasarkan PQRST (pencetus, kualitas,
14/6/2021 0 paha kanan, nyeri seperti teriris-iris,
lokasi, skala dan waktu terjadi nyeri),
Pagi nyeri saat dingin atau digeser, skala
respon nyeri non verbal dan faktor yang
memperberat nyeri. nyeri 3(0-10), waktu nyeri tidak menetu.

O : pasien tampak rileks


4 09.45 S: -
Mengukur vital sign
09.4 O : suhu 36,1 ° C, N : 88 x/menit, TD :

0 12/80 mmHg, RR: 16 x/menit

1 09.55 S: -
Memberikan injeksi ranitidin 30 mg
O : Obat tampak sudah masuk, tidak ada
(intarvena) dan keterolac 30 mg
09.5 alergi
(intravena)
0

IV. IMPLEMENTASI

Hari/ No. Jam Implementasi Para Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift DK f
Senin, 2 10.3 Mengidentifikasi kemampuan 10.4 S : Pasien mengatakan kaki kanan sulit
mobility / pergerakan pasien dan
14/6/202 5 faktor –faktor penghambat 0 digerakkan, kalau geser-geser masih nyeri
mobilitas fisik
1 O : 5555 5555

Pagi 2222 5555

2 Mengajarkan ROM S:-

10.4 11.0 O : Pasien tampak kooperatif


5 0 5555 5555
3333 5555

S:-
3 Mengidentifikasi kulit terkait
adanya kemerahan, kehangatan, O : Luka opearsi masih basah, warna
edema dan drainage, kondisi luka
adanya pus pink, hangat, tak tampak pus
11.0 11.1

5 0

IV. IMPLEMENTASI

Hari / No. Jam Implementasi Para Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift DK f
Senin 4 11.1 Merawat luka 11.40 S : -
O : Luka operasi masih kering
13/6/202 0
warna pink, hangat, tak tampak
1
pus, tak tampak nekrosis
Pagi
Memberikan ceftriaxon 1 gram 11.45 S :-
3, 4
(intravena) O : Obat tampak sudah masuk, tak
11.4
tampak tanda alergi
0

IV. IMPLEMENTASI

Hari/ No. Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift D

K
Selasa 1 09.0 Mengidentifikasi keluhan nyeri pasien 09.05 S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi
bedasarkan PQRST (pencetus, kualitas,
15/6/2021 0 paha kanan, nyeri seperti teriris-iris,
lokasi, skala dan waktu terjadi nyeri),
Pagi nyeri saat dingin atau digeser, skala
respon nyeri non verbal dan faktor yang
memperberat nyeri. nyeri 2 (0-10), waktu nyeri tidak menetu.

Bisa tidur 6 jam, lebih memilih untuk

mengelus-elus kalau nyeri

O : pasien tampak rileks


Mengukur vital sign
4 09.15 S: -

09.1 O : suhu 36,2 ° C, N : 84 x/menit, TD :

0 12/80 mmHg, RR: 16 x/menit


Memberikan injeksi ranitidin 30 mg
1 09.30 S: -
(intarvena) dan keterolac 30 mg
O : Obat tampak sudah masuk, tidak ada
(intravena)
09.3 alergi

IV. IMPLEMENTASI

Hari/ No. Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf

Tgl/Shift DK
Selasa, 2 09.3 Mengidentifikasi kemampuan 09.4 S : Pasien mengatakan sudah latihan dengan
mobility / pergerakan pasien dan faktor
15/6/2021 5 –faktor penghambat mobilitas fisik 0 fisioterafi, geser-geser sedikit
Pagi O : uji kekutan otot

5555 5555

3333 5555

Pasien tampak melakukan peningkatan

aktifitas

3 S : Pasien mengatakan luka tidak kena air


Mengidentifikasi kulit terkait adanya
11.0 kemerahan, kehangatan, edema dan 11.1 saat di mandi di tempat tidur
drainage
0 0 O : Pasien tampak paham menjaga

kelembapan luka, luka tanpa edema,

drainage, terhindar dari nekrosis dan pus


V. Evaluasi

Hari/Tgl / No Jam Evaluasi (SOAP) Paraf

Shift DK
Selasa 1 13.00 S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi paha
15/6/2021 kanan, nyeri seperti teriris-iris, nyeri saat
Pagi dingin atau digeser, skala nyeri 2 (0-10),
waktu nyeri tidak menetu. Bisa tidur 6 jam,
lebih memilih untuk mengelus-elus kalau
nyeri
O : pasien tampak rileks, mampu memilih
teknik relaksasi
A: Masalah teratasi sepenuhnya
P: Edukasi obat yang digunakan saat dirumah
Paracetamol 3 x 500 mg bila nyeri
Cefadroxil 2 x 500 mg
Kontrol luka operasi tgl 17/6/2021 poli bedah
Selasa 2 13.10 S : Pasien mengatakan sudah latihan dengan
15/6/2021 fisioterafi, geser-geser sedikit
Pagi O : uji kekutan otot
5555 5555
3333 5555
Pasien tampak melakukan peningkatan
aktifitas
A : Masalah teratasi sepenihnya
P : Lanjutkan latihan ROM di rumah
Kontrol poli rehab medik
Selasa 3 13.15 S : Pasien mengatakan luka tidak kena air saat
15/6/2021 di mandi di tempat tidur
Pagi O : Pasien tampak paham menjaga kelembapan
luka, luka tanpa edema, drainage, terhindar
dari nekrosis dan pus.
A : Masalah teratasi sepenuhnya
P : Kontrol tgl 17/6/2021 di poli bedah
Tingkatkan pemenuhan nutrisi untuk
penyembuhan luka
VI. Evaluasi

Hari/ No Jam Evaluasi (SOAP) Paraf


Tgl /Shift
DK
Selasa 4 13.20 S :-
15/6/2021 O : suhu 36,2 ° C, luka tampak kering,
Pagi terhindar dari kemerahan, luka, luka tanpa
edema, drainage, terhindar dari nekrosis dan
pus.
A : Masalah teratasi sepenuhnya
P : Edukasi obat yang digunakan saat dirumah
Cefadroxil 2 x 500 mg
Kontrol luka operasi tgl 17/6/2021 poli bedah

Anda mungkin juga menyukai