OLEH
20089142203
TAHUN AKADEMIK
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur merupakan salah satu penyakit yang dapat mempengaruhi kualitas
hidup seseorang. Fraktur disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik, kecelakaan, baik
kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas (Noorisa dkk, 2017). Fraktur
merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap integritas seseorang, sehingga
akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan
respon berupa nyeri. Nyeri operasi fraktur menyebabkan pasien sulit untuk memenuhi
Activity Daily Living. Nyeri terjadi karena luka yang disebabkan oleh patahan tulang
yang melukai jaringan sehat (Kusumayanti, 2015).
Badan kesehatan duniaWorld Health of Organization (WHO) tahun 2019
menyatakan bahwa Insiden Fraktur semakin meningkat mencatat terjadi fraktur
kurang lebih 15juta orang dengan angka prevalensi 3,2%. Fraktur pada tahun 2018
terdapat kurang lebih 20juta orang dengan angka prevalensi 4,2% dan pada tahun
2018 meningkat menjadi 21 juta orang dengan angka prevalensi 3,8% akibat
kecelakaan lalu lintas (Mardiono dkk, 2018). Data yang ada di Indonesia kasus fraktur
paling sering yaitu fraktur femur sebesar 42% diikuti fraktur humerus sebanyak 17%
fraktur tibia dan fibula sebanyak 14% dimana penyebab terbesar adalah kecelakaan
lalu lintas yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor atau kendaraan
rekreasi 65,6% dan jatuh 37,3% mayoritas adalah pria 73,8% (Desiartama & Aryana,
2018).
Dampak lain yang timbul pada fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada
bagian tubuh yang terkena cidera, merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa nyeri.
Nyeri terjadi akibat luka yang mempengaruhi jaringan sehat. Nyeri mempengaruhi
homeostatis tubuh yang akan menimbulkan stress, ketidaknyamanan akibat nyeri
harus diatasi apabila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang membahayakan
proses penyembuhan dan dapat menyebabkan kematian (Septiani, 2015). Seseorang
yang mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-hari seperti gangguan
istirahat tidur, intoleransi aktivitas, personal hygine, gangguan pemenuhan nutrisi
(Potter & Perry, 2015). Penatalaksanaan pada fraktur dengan tindakan operatif atau
pembedahan (Mue DD, 2016).
Penatalaksanaan fraktur tersebut dapat mengakibatkan masalah atau
komplikasi seperti kesemutan, nyeri, kekakuan otot bengkak atau edema serta pucat
pada anggota gerak yang di operasi (Carpintero, 2016). Manajemen untuk mengatasi
nyeri dibagi menjadi 2 yaitu manajemen farmakologi danmanajemen non
farmakologi. Manajemen farmakologi dilakukan antara dokter dan perawat, yang
menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan rasa nyeri,
manajemen non farmakologi teknik yang dilakukan dengan cara pemberian kompres
hangat, teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, distraksi, stimulus saraf elektrik
transkutan, stimulus terapi musik dan massage yang dapat membuat nyaman karena
akan merileksasikan otot otot sehingga sangat efektif untuk meredakan
nyeri(Mediarti, 2015). Berdasarkan latar belakang dan data yang didapatkan, penulis
tertarik untuk membuat “ Asuhan Keperawatan pada Pasien Faktur Femur di Ruang
Dahlia RSU Negara”.
A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsug, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang
patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan
lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan
saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera
akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Brunner &
Suddarth, 2013).
Fraktur adalah suatu kondisi yang terjadi ketika keutuhan dan kekuatan dari
tulang mengalami kerusakan yang disebabkan oleh penyakit invasif atau suatu
proses biologis yang merusak (Kenneth et al., 2015).
Fraktur atau patah tulang disebabkan karena trauma atau tenaga fisik,
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak
disekitar tulang merupakan penentu apakah fraktur terjadi lengkap atau tidak
lengkap (Astanti, 2017).
B. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah cidera, stress,
dan melemahnya tulang akibat abnormalitas seperti fraktur patologis(Apleys &
Solomon, 2018). Menurut Purwanto (2016)
Etiologi/ penyebab terjadinya fraktur adalah :
1. Trauma langsung
Terjadi benturan pada tulang yang menyebabkan fraktur
2. Trauma tidak langsung
Tidak terjadi pada tempat benturan tetapi ditempat lain, oleh karena itu
kekuatan trauma diteruskan oleh sumbu tulang ke tempat lain.
3. Kondisi patologis
Terjadi karena penyakit pada tulang (degeneratif dan kanker tulang)
C. Klasifikasi
Fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu :
1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan):
a. Fraktur Tertutup (closed)
Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,
disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
b. Fraktur Terbuka (open/compound)
Bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya permukaan kulit.
2. Berdasarkan komplit atau ketidakkomplitan fraktur :
a. Fraktur komplit
Bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang.
b. Fraktur inkomplit
Bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma :
a. Fraktur Transversal
Fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma
angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik
Fraktur yang arah garis patahanya membentuk sudut terhadap sumbu tulang
dan merupakan akibat trauma angulasi juga
c. Fraktur Spiral
Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma
rotasi.
d. Fraktur Kompresi
Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleks yang mendorong tulang kea
rah permukaan lain.
e. Fraktur Avulasi
Fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.
E. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan
di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah
ke dalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut, jaringan lunak yang biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat di sekitar fraktur.
Sel-sel darah putih dan sel-sel anast berkamulasi mengakibatkan peningkatan
aliran darah ketempat tersebut aktifitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang
baruamatir yang disebut callus. Bekuan fibrin di reabsorbsi dan sel-sel tulang baru
mengalami remodelling untuk membentuk tulang sejati.
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan
dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke
ekstermitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusa darah
total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun
jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom compartment (Brunner &
Suddart, 2015).
F. WOC
Fraktur
Fraktur terbuka Fraktur tertutup Pengeluaran histamin Pemasangan platina/ fiksasi eksternal
Laserasi kulit Perubahan fragmen tulang Reaksi nosiseptor Perawatan post op perubahan
Resiko Infeksi
G. Pemeriksaan Penunjang
Adapun beberapa periksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan
diagnosa fraktur adalah sebagai berikut.
1. Pemeriksaan rontgen
Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Scan tulang/scan CT/MRI
Memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram
Dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai
4. Hitung darah lengkap
HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan
bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ
jauh pada mulltipel.
5. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil kagulasi
Penurunan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple, atau cidera
hati (Doenges dalam Jitowiyono, 2016).
I. Pengkajian keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien terkait nama, jenis kelamin, umur, agama, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, alama, no. CM, diagnosa medis
b. Penanggung jawab terkait : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
Riwayat Penyakkit Sekarang
1) Keluhan utama :
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bias akut atau kronik tergantung dari lamanya serangan.
Untuk memeperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasien
digunakan :
a) Provoking incident: apakah ada pristiwa yang menjadi factor
presipitasi nyeri.
b) Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
c) Region: radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d) Severity (scale) of pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
pasien, bisa berdasarkan skala nyeri atau pasien menerangkan
seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
c. Pengkajian Biologis
1) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada pasien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-
harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan.
2) Pola Eliminasi
BAK/BAB dalam sehari, apakah mengalami kesulitan waktu BAB di
kaenakan imobilisasi, feses warna kuning, pada pasien fraktur tidak ada
gangguan BAK.
3) Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan pada pola tidur apakah ada gangguan yang disebabkan karena
nyeri, misalnya nyeri karena fraktur.
Paru
Inspeksi : pernafasan meningkat,regular
Palpasi : pergerakan simetris, fermitus teraba sama.
Perkusi : sonor, tidak ada suara tambahan.
Auskultasi :suara nafas normal, tidak ada wheezing atau suara
tambahan lainnya.
Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus jantung
Palpasi : nadi meningkat, iktus tidak teraba
Auskultasi :suara S1 dan S2 tunggal
Abdomen
Inspeksi : simetris,bentuk datar
Palpasi : turgor baik, tidak ada pembesaran hepar.
Perkusi : suara timpani, ada pantulan gelombang cairan
Auskultasi : peristaltic usus normal ± 20 x/menit
Ekstremitas
Inspeksi : apakah ada jaringan parut,warna kemerahan atau kebiruan
atau hiperpigmentasi, apa ada benjolan dan pembengkakan
atau adakah bagian yang tidak normal.
Palpasi : suatu pada kulit, apakah teraba denyut arterinya, raba
apakah adanya pembengkakan, palpasi daerah jaringan
lunak supaya mengetahui adanya spasme otot,artrofi otot,
adakah penebalan jaringan senovia,adannya cairan
didalam/di luar sendi, perhatikan bentuk tulang ada/tidak
adanya penonjolan atau abnormalitas.
Pergerakan : perhatikan gerakan pada sendi baik secara aktif/pasif, apa
pergerakan sendi diikuti adanya krepitasi, lakukan
pemeriksaan stabilitas sandi, apa pergerakan menimbulkan
rasa nyeri, pemeriksaan (range of motion) danpemeriksaan
pada gerakan sendi aktif ataupun pasif.
J. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan Pre- operasi
a. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan atau cidera jaringan lunak, agen
cedera fisik
b. Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri, gangguan muskuloskeletal,imobilisasi
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d edema
d. Gangguan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi
e. Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan
f. Resiko infeksi b/d efek prosedur invasif, peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
2. Diagnosa Keperawatan Post- operasi
a. Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan atau cidera jaringan lunak, agen
cedera fisik
b. Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri, gangguan muskuloskeletal, prosedur bedah,
imobilisas
c. Gangguan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi
d. Resiko infeksi b/d efek prosedur invasif, peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
K. Intervensi Keperawatan
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter Analgetik menurunkan
pemberian analgetik sensasi rangsangan nyeri
2. Terapeutik 2. Terapeutik
a. Latih pasien dalam a. Meningkatkan kemampuan
pemenuhan kebutuhan ADLs gerak dan mencegah atropi
secara mandiri sesuai otot
kemampuan
3. Edukasi 3. Edukasi
a. Jelaskan pentingnya ROM a. Peningkatan pengetahuan
meningkatkan keinginan
pasien untuk melakukan
latihan secara rutin
b. Jelaskan makanan yang perlu b. Meningkatkan asupan
dikonsumsi untuk pemulihan makanan berutrisi untuk
proses pemulihan
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan rehab Meningkatkan kerja sama
medik dengan tenaga kesehatan
lainnya
2. Terapeutik b. Terapeutik
a. Instruksikan kepada keluarga a. Meningkatkan partisipasi
untuk mengobservasi adanya dalam merawat pasien
lesi b. Mencegah tromboplebitis.
b. Ajarkan ROM
3. Edukasi 3. Edukasi
Jelaskan penyebab edema Meningkatkan
pengetahuan pasien
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter Mengurangi sensasi nyeri
pemberian analgetik
3. Edukasi 3. Edukasi
a. Jelaskan nutrisi yang a. Nutrisi membnatu dalam
dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka
penyembuhan luka
b. Jelaskan pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan b. Kebersihan lingkungan
tempat tidur pasien
mencegah terjadi infeksi
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter
pemberian anibiotik dalam 4. Kolaborasi
penyembuhan luka Antibiotik menegah
pertumbuhan bakteri yang
menyebabkan infeksi
5 Resiko syok Setelah dilakukan tindakan SIKI
hipovolemik b/d keperawatan selama .....x 24 jam maka Pencegahan syok Pencegahan syok
perdarahan aliran darah pasien meningkat dengan 1. Observasi 1. Observasi
kriteria hasil : 1.
Tekanan darah : a. Observasi (turgor kulit, a. Pengkajian penting
Sistolik 100- 120 mmHg rasa haus, tanda vital, intake dilakukan untuk
Diastolik 60 – 80 mmHg dan output cairan) tiap 6 jam/ mengetahui status cairan
Nadi : 60-100 x/menit hari. pasien sehingga dapat
Respirasi : 16-18 x/ menit menentukan intervensi
Suhu : 36 – 37 °C yang diberikan.
CRT < 3 detik b. Menentukan intervesi
SaO2 : 94-100% b. Pantau adanya perdarahan lebih lanjut
tiap 6 jam
Turgor kulit elastis
Mukosa bibir lembap
2. Terapeutik
2. Terapeutik a. Menghentikan aliran
a. Lakukan penekanan dengan perdarahan
kassa steril pada lokasi
perdarahan fraktur terbuka b. Mencegah pergeseran
b. Lakukan balut bidai tulang
3. Edukasi
3. Edukasi Meningkatkan pengetahuan
Jelaskan resiko terjadi syok pasien mencegah syok
4. Kolaborasi
4. Kolaborasi Memenuhi kebutuhan
Kolaborasi dengan dokter cairan.
pemberian cairan dan obat
2. Terapeutik 2. Terpeutik
a. Lakukan perawatan luka tiap a. Perawatan luka mencegah
hari timbulnya infeksi dan
meningkatkan
pertumbuhan jaringann
baru
b. Ajarkan pasien dan keluarga b. Cuci tangan mencegah
untuk untuk pengendalian penularan infeksi
infeksi seperti cuci tangan nosokommial
3. Edukasi 3. Edukasi
Jelaskan pentingnya Meningkatkan pemahaman
meningkatkan pemenuhan klien sehingga mampu
nutrisi dan menjaga kebersihan melakukan pemilihan
lingkungan perawatan menunjang
kesehatan diri
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter Antibiotik mencegah
pemberian antibiotik kuman berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Amin dan Hardi. 2015. Aplikasi Nanda Nic-Noc Jilid 3. Yogyakarta:MediAction.
Brunner, Suddarth. 2015. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC.
Jakarta.
Akibat Kecelakan Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di Rumah Sakit Umum Pusat
Lestari, Y. E. (2017). Pengaruh Rom Exercise Dini Pada Pasien Post Operasi
Fraktur Ekstermitas Bawah Fraktur Femur Dan Fraktur Cruris Terhadap Lama
Hari Rawat Di Ruang Bedah Rsud Gambiran Kota Kediri. Jurnal Ilmu Kesehatan,
3(1), 34-40
Sulistyaningsih. 2016. Gambaran kualitas hidup pada pasien pasca open reduction
internal fixation (orif) ekstermitas bawah di poli ortopedi rs ortopedi prof. dr. r.
soeharso surakarta.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
OLEH
20089142203
TAHUN AKADEMIK
2021/2022
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. P DENGAN FRAKTUR FEMUR POST ORIF
DI RUANG RAWAT INAP DAHLIA RSU NEGARATANGGAL 18 - 20 MEI 2021
I. PENGKAJIAN
5. Analisa dan Sintesa Data
iris,skalanyeri 5(0-10),waktu
tak menentu
kekuatan otot
5555 5555
2222 5555
10/6/202 S : pasien mengatakan luka Prosedur Resiko infeksi
nyeri
tampak pembengkakan
sekitar luka
Tanggal 10/6/2021
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada paha kanan, saat dingin atau digeser,seperti teriris-
operasi
ditandai dengan pasien mengatakan nyeri saat bergeser, kebersihan diri dibantu
oleh istri,kaki kanan tampak tidak mampu melakukan ROM, kekuatan otot
5555 5555
2222 5555
dengan luka operasi tampak tanpa pus, tampak basah, luka tidak berbau, tidak
tampak tanpa pus, tampak basah, luka tidak berbau, tidak tampak
I. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada paha kanan, saat dingin atau digeser,seperti teriris-iris,skala
nyeri 5(0-10),waktu tak menentu, pasien tampak menahan nyeri luka operasi
dengan pasien mengatakan nyeri saat bergeser, kebersihan diri dibantu oleh
5555 5555
2222 5555
luka operasi tampak tanpa pus, tampak basah, luka tidak berbau, tidak tampak
d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif didukung data luka operasi
tampak tanpa pus, tampak basah, luka tidak berbau, tidak tampak pembengkakan
sekitar luka.
II. Perencanaan
3. Edukasi 3. Edukasi
Jelaskan penyebab nyeri dan Meningkatkan pengetahuan
cara mengatasi nyeri pasien sehingga mampu
memilih cara penanganan
nyeri
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter Analgetik menurunkan
pemberian analgetik ketorolac sensasi rangsangan nyeri
2 x 30 mg dan pemberian sedangkan ranitidin
ranitidin 2 x 30 mg mencegak perlukaan
mukosa lambung akibat
ketorolac.
3. Edukasi
3. Edukasi
a. Jelaskan pentingnya ROM a. Peningkatan pengetahuan
meningkatkan keinginan
pasien untuk melakukan
latihan secara rutin
b. Jelaskan makanan yang perlu b. Meningkatkan asupan
dikonsumsi untuk pemulihan makanan berutrisi untuk
proses pemulihan
4.Kolaborasi 4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan rehab Meningkatkan kerja sama
medik dengan tenaga kesehatan
lainnya
3. Edukasi 3. Edukasi
Jelaskan pentingnya Meningkatkan pemahaman
meningkatkan pemenuhan klien sehingga mampu
nutrisi dan menjaga kebersihan melakukan pemilihan
lingkungan perawatan menunjang
kesehatan diri
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter Antibiotik mencegah
pemberian antibiotik ceftriaxon kuman berkembang.
2 x 1 gr
III. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift D
K
Kamis 1 09.0 Mengidentifikasi keluhan nyeri pasien 09.05 S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi
bedasarkan PQRST (pencetus, kualitas,
10/6/2021 0 paha kanan, nyeri seperti teriris-iris,
lokasi, skala dan waktu terjadi nyeri),
Pagi respon nyeri non verbal dan faktor yang nyeri saat dingin atau digeser, skala
memperberat nyeri.
nyeri 5(0-10), waktu nyeri tidak menetu.
09.3 alergi
0
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift DK f
Kamis, 2 09.3 Mengidentifikasi kemampuan 09.4 S : Pasien mengatakan kaki kanan sulit
mobility / pergerakan pasien dan
10/6/202 5 faktor –faktor penghambat 0 digerakkan, kalau geser-geser masih nyeri
mobilitas fisik
1 O : 5555 5555
5 0 5555 5555
2222 5555
S:-
3 Mengidentifikasi kulit terkait
adanya kemerahan, kehangatan, O : Luka opearsi masih tak tampak edema
edema dan drainage
dan drainage
11.0 11.1
0 0
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift DK f
Kamis 3, 4 11.0 Menjelaskan pentingnya meningkatkan 11.10 S : Pasien mengatakan ya,
pemenuhan nutrisi dan menjaga biasanya makanan habis 1 porsi
10/6/2021 0
kebersihan lingkungan dan istri rajin cuci tangan
Pagi O : Pasien tampak paham
Memberikan ceftriaxon 1 gram 11.15 S : -
3,4
(intravena) O : Obat tampak sudah masuk, tak
11.1
tampak tanda alergi
0
Mengajarka cuci tangan 11.15 S : Pasien mengatakan ia kadang
4
lupa gerakannya
O : Pasien tampak kooperatif
11.1
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift DK
Jumat 1 09.3 Mengidentifikasi keluhan nyeri pasien 09.3 S : Pasien mengatakan nyeri luka
bedasarkan PQRST (pencetus, kualitas,
11/6/2021 0 5 operasi paha kanan, nyeri seperti teriris-
lokasi, skala dan waktu terjadi nyeri),
Pagi iris, nyeri saat dingin atau digeser, skala
respon nyeri non verbal dan faktor yang
memperberat nyeri. nyeri saat ini 5 (0-10), waktu nyeri tidak
(0-10)
0 5
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift DK f
Jumat, 2 10.0 Mengidentifikasi kemampuan 10.0 S : Pasien mengatakan kaki kanan sulit
mobility / pergerakan pasien dan
11/6/202 0 faktor –faktor penghambat 5 digerakkan, kalau geser-geser masih nyeri
1 mobilitas fisik O : 5555 5555
2 S:-
Mengajarkan ROM
10.1 10.2 O : Pasien tamak kooperatif
0 0 5555 5555
2222 5555
S:-
3 Mengidentifikasi kulit terkait
adanya kemerahan, kehangatan, O : Luka opearsi masih basah, warna
edema dan drainage
pink, hangat, tak tampak pus
11.1 11.1
0 5
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift DK f
Jumat 4 11.2 Merawat luka 11.4 S:-
11/6/202 0 5 O : Luka operasi masih basah
warna pink, hangat, tak tampak
1
pus, tak tampak nekrosis
Pagi
12.1
12.0
5
0
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift D
K
Sabtu 1 09.1 Mengidentifikasi keluhan nyeri pasien 09.05 S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi
bedasarkan PQRST (pencetus, kualitas,
12/6/2021 0 paha kanan berkurang, nyeri seperti
lokasi, skala dan waktu terjadi nyeri),
Pagi teriris-iris, nyeri saat dingin atau digeser,
respon nyeri non verbal dan faktor yang
memperberat nyeri. skala nyeri 4 (0-10), waktu nyeri tidak
menetu.
0
IV. IMPLEMETASI
Tgl/Shift DK f
Sabtu, 2 09.3 Mengidentifikasi kemampuan 09.4 S : Pasien mengatakan kaki kanan sulit
mobility / pergerakan pasien dan
12/6/202 5 faktor –faktor penghambat 0 digerakkan, kalau geser-geser masih nyeri
mobilitas fisik
1 O : 5555 5555
5 0 5555 5555
2222 5555
0 0
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift DK f
Sabtu 1 10.0 Menjelaskan penyebab nyeri dan cara 10.35 S : Pasien mengatakan ya
mengatasi O : Pasien tampak paham
12/6/2021 0
Pagi 1
Mengajarkan pernafasan diafragma 10.40 S : -
10.3 O : Pasien tampak kooperatif
Memberikan ceftriaxon 1 gram 11.15 S : -
3, 4 5
(intravena) O : Obat tampak sudah masuk, tak
tampak tanda alergi
2 11.1 Mengajarkan pasien merubah posisi dan 11.20 S : Pasien mengatakan lebih
tawarkan bantuan nyaman posisi setengah duduk,
0
geser-geser masih nyeri
O : pasien tampak kooperatif
2 11.1 Melatih pasien mmenuhi kebutuhan 11.30 S : Pasien mengatakan kalau pakai
ADLs secara mandiri baju sudah bisa, duduk perlu
5
bantuan
O : pasien tampak kooperatif
11.2
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift D
K
Minggu 1 09.0 Mengidentifikasi keluhan nyeri pasien 09.05 S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi
bedasarkan PQRST (pencetus, kualitas,
13/6/2021 0 paha kanan, nyeri seperti teriris-iris,
lokasi, skala dan waktu terjadi nyeri),
Pagi nyeri saat dingin atau digeser, skala
respon nyeri non verbal dan faktor yang
memperberat nyeri. nyeri 5(0-10), waktu nyeri tidak menetu.
4 09.15 S: -
Mengukur vital sign
09.1 O : suhu 36,0 ° C, N : 88 x/menit, TD :
0 12/80 mmHg, RR: 16 x/menit
Memberikan injeksi ranitidin 30 mg
1 09.30 S: -
(intarvena) dan keterolac 30 mg
O : Obat tampak sudah masuk, tidak ada
(intravena)
09.3 alergi
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift DK f
Minggu, 2 09.3 Mengidentifikasi kemampuan 09.4 S : Pasien mengatakan kaki kanan sulit
mobility / pergerakan pasien dan
13/6/202 5 faktor –faktor penghambat 0 digerakkan, kalau geser-geser masih nyeri
mobilitas fisik
1 O : 5555 5555
0 5
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift D
K
Senin 1 09.3 Mengidentifikasi keluhan nyeri pasien 09.35 S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi
bedasarkan PQRST (pencetus, kualitas,
14/6/2021 0 paha kanan, nyeri seperti teriris-iris,
lokasi, skala dan waktu terjadi nyeri),
Pagi nyeri saat dingin atau digeser, skala
respon nyeri non verbal dan faktor yang
memperberat nyeri. nyeri 3(0-10), waktu nyeri tidak menetu.
1 09.55 S: -
Memberikan injeksi ranitidin 30 mg
O : Obat tampak sudah masuk, tidak ada
(intarvena) dan keterolac 30 mg
09.5 alergi
(intravena)
0
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift DK f
Senin, 2 10.3 Mengidentifikasi kemampuan 10.4 S : Pasien mengatakan kaki kanan sulit
mobility / pergerakan pasien dan
14/6/202 5 faktor –faktor penghambat 0 digerakkan, kalau geser-geser masih nyeri
mobilitas fisik
1 O : 5555 5555
S:-
3 Mengidentifikasi kulit terkait
adanya kemerahan, kehangatan, O : Luka opearsi masih basah, warna
edema dan drainage, kondisi luka
adanya pus pink, hangat, tak tampak pus
11.0 11.1
5 0
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift DK f
Senin 4 11.1 Merawat luka 11.40 S : -
O : Luka operasi masih kering
13/6/202 0
warna pink, hangat, tak tampak
1
pus, tak tampak nekrosis
Pagi
Memberikan ceftriaxon 1 gram 11.45 S :-
3, 4
(intravena) O : Obat tampak sudah masuk, tak
11.4
tampak tanda alergi
0
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift D
K
Selasa 1 09.0 Mengidentifikasi keluhan nyeri pasien 09.05 S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi
bedasarkan PQRST (pencetus, kualitas,
15/6/2021 0 paha kanan, nyeri seperti teriris-iris,
lokasi, skala dan waktu terjadi nyeri),
Pagi nyeri saat dingin atau digeser, skala
respon nyeri non verbal dan faktor yang
memperberat nyeri. nyeri 2 (0-10), waktu nyeri tidak menetu.
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Shift DK
Selasa, 2 09.3 Mengidentifikasi kemampuan 09.4 S : Pasien mengatakan sudah latihan dengan
mobility / pergerakan pasien dan faktor
15/6/2021 5 –faktor penghambat mobilitas fisik 0 fisioterafi, geser-geser sedikit
Pagi O : uji kekutan otot
5555 5555
3333 5555
aktifitas
Shift DK
Selasa 1 13.00 S : Pasien mengatakan nyeri luka operasi paha
15/6/2021 kanan, nyeri seperti teriris-iris, nyeri saat
Pagi dingin atau digeser, skala nyeri 2 (0-10),
waktu nyeri tidak menetu. Bisa tidur 6 jam,
lebih memilih untuk mengelus-elus kalau
nyeri
O : pasien tampak rileks, mampu memilih
teknik relaksasi
A: Masalah teratasi sepenuhnya
P: Edukasi obat yang digunakan saat dirumah
Paracetamol 3 x 500 mg bila nyeri
Cefadroxil 2 x 500 mg
Kontrol luka operasi tgl 17/6/2021 poli bedah
Selasa 2 13.10 S : Pasien mengatakan sudah latihan dengan
15/6/2021 fisioterafi, geser-geser sedikit
Pagi O : uji kekutan otot
5555 5555
3333 5555
Pasien tampak melakukan peningkatan
aktifitas
A : Masalah teratasi sepenihnya
P : Lanjutkan latihan ROM di rumah
Kontrol poli rehab medik
Selasa 3 13.15 S : Pasien mengatakan luka tidak kena air saat
15/6/2021 di mandi di tempat tidur
Pagi O : Pasien tampak paham menjaga kelembapan
luka, luka tanpa edema, drainage, terhindar
dari nekrosis dan pus.
A : Masalah teratasi sepenuhnya
P : Kontrol tgl 17/6/2021 di poli bedah
Tingkatkan pemenuhan nutrisi untuk
penyembuhan luka
VI. Evaluasi