Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diii Kebidanan Stikes Bhakti Kencana Bandung
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diii Kebidanan Stikes Bhakti Kencana Bandung
Disusun oleh :
CK.1.11.118
NIM : CK.1.11.118
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Kebidanan
STIKes Bhakti Kencana Bandung
NIM : CK.1.11.118
Penguji I Penguji II
( Agus MD, S.Pd., S.Kep., Ners., M.Kes ) ( Desi Trisiani, SKM., M.Kes )
Mengetahui
Ketua STIKes Bhakti Kencana Bandung
PENDAHULUAN
yaitu meliputi kehidupan sebelum lahir, sewaktu bayi, masa kanak-kanak, remaja,
masa dewasa, dan masa lanjut usia (lansia). Tahapan tersebut tidak terlepas pada
kesehatan reproduksi esensial) yang terdiri dari kesehatan ibu dan anak, keluarga
kesehatan reproduksi pada lansia. Lanjut usia merupakan tahap akhir dari siklus
manusia dan merupakan proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan
dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak
perubahan fisik, reproduksi maupun mental, khususnya kemunduran dalam
Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan
fisik, yaitu rentannya terhadap berbagai penyakit, karena berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar yang akan dialami bersamaan dengan
paling banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi suatu fase
yaitu fase menopause. Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala menopause
pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun yaitu dimana pada
masa menopause ini wanita sudah tidak mengalami haid lagi akibat dari
penurunan produksi hormon estrogen. Sedangkan proses menua pada pria terjadi
suatu fase yaitu fase andropause yang puncaknya tercapai pada usia 60 tahun
satunya adalah hipertensi. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap
(silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan
muncul, gejala tersebut sering kali dianggap gangguan biasa, sehingga korbannya
kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai hasil pembangunan yang pesat dewasa
ini dapat meningkatkan umur harapan hidup, sehingga jumlah lansia bertambah
tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut sering diikiuti dengan meningkatnya
penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok ini. Hipertensi
sebagai salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai pada kelompok
lansia dan sering timbul berbagai komplikasi, misalnya stroke (perdarahan otak),
adalah faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang
tidak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin, riwayat keluarga sedangkan faktor
yang dapat diubah yaitu konsumsi garam makanan yang berlebih, obesitas, stress,
faktor usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga tidak diteliti semua karena faktor
tersebut tidak dapat dirubah, karena merupakan faktor yang terdapat didalam diri
manusia yang tidak bisa dirubah-rubah. Dibandingkan dengan faktor yang diteliti
beralkohol, minum kopi, merokok, dan olahraga, faktor tersebut dapat dirubah
karena merupakan faktor dari luar sebagai suatu kebiasaan manusia yang berubah-
ubah.(5)
lansia (lanjut usia) atau di atas 60 tahun, diperkirakan akan semakin meningkat.
Data WHO menunjukkan, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1%
wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025.
Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya
berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia.(3) Sesuai dengan data
kematian per tahun di seluruh dunia dan 1,5 juta kematian per tahun di wilayah
Asia Tenggara.
pada tahun 2015, jumlah lansia di Indonesia akan mencapai 36 juta orang atau
11,34% dari populasi penduduk. Diperoleh data, angka harapan hidup (AHH)
penduduk di Kabupaten Bandung pada tahun 2006 tercatat pada angka 66,98
tahun, naik pada tahun 2007 menjadi 67,33 tahun, tahun 2008 naik lagi 68,42
tahun, memasuki tahun 2009 menjadi 68,94 tahun, tahun 2010 menjadi 69,40
tahun. Pada tahun 2011 naik lagi menjadi 70,06 dan tahun 2012 menjadi 70,28
tahun. (Sumber : Press Release Humas Setda Kabupaten Bandung). Dari data
yang didapatkan, dikabupaten bandung pada tahun 2012, jumlah lanjut usia yang
pelayanan yang melibatkan peran serta masyarakat baik dari tenaga kesehatan
maupun kader melalui upaya promotif dan preventif untuk mendeteksi dan
obstruktif kronis, osteoporosis, asam urat, asma, stroke, obesitas, batu ginjal dan
Manfaat Posbindu adalah mawas diri, membudayakan gaya hidup sehat, mudah
Pelaksanaan Posbindu hampir sama dengan kegiatan Posyandu pada bayi dan
sebanyak 550 orang. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk
Kejadian Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Posbindu Desa Bojong Manggu Wilayah
2014”.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini
Tujuan umum ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor - faktor yang
Kabupaten Bandung.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
yang akan dialami oleh setiap orang, proses ini dimulai sejak terjadinya konsepsi
Pengertian usia lanjut dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu usia lanjut
kronologis (kalender) dan usia lanjut biologis. Usia lanjut kronologis adalah
mudah diketahui dan dihitung. Sebaliknya usia biologis adalah usia yang
Batasan umur lanjut usia sampai saat ini belum ada kesepakatan,
berdasarkan batasan badan kesehatan dunia (WHO) kelompok lanjut usia adalah
populasi yang berumur 60 tahun atau lebih, sedangkan kelompok usia sangat
lanjut adalah mereka yang berumur 80 tahun atau lebih, di Indonesia berdasarkan
buku pedoman pembinaan kesehatan usia lanjut bagi petugas kesehatan Depkes
RI. Kelompok lanjut usia digolongkan mulai dari 65 tahun yang dibedakan atas
menjadi:
1. Kelompok usia menjelang lanjut usia atau dalam masa vertilitas (45-54
tahun)
Umumnya pada usia ini pikirannya lebih banyak tersita pada akhirat,
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
4. Tipe pasrah
5. Tipe bingung
perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap
santai
2.2 Hipertensi
2.2.1 Pengertian
hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri
denyut (diastole). Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran
sistolik 100-140 mmHg dan diastolik 60-90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi
bila terus menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik
90 mmHg.(2)
(serangan jantung), gagal jantung, dan penyebab penyakit ginjal kronik. Bahkan
peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait dengan harapan hidup yang lebih
pendek. Meskipun demikian, obat sering kali diperlukan pada sebagian orang bila
bertambahnya umur.
terindentifikasi lainya.
1) Obesitas
berat badan mencapai indeks massa tubuh lebih dari atau sama
2) Olahraga
lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras
3) Kebiasaan Merokok
timbulnya hipertensi.(7)
5) Minum alkohol
6) Minum kopi
7) Stress
personal.(7)
1) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia
menopause.(7)
2) Umur
tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda.
3) Keturunan (Genetik)
hipertensi.(7)
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
2. Lemas, kelelahan
3. Sesak nafas
4. Gelisah
5. Mual muntah
6. Epistaksis
7. Kesadaran menurun
1. Stroke
2. Gagal jantung
3. Ginjal
4. Mata
hipertensi meliputi:
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1) Diet
2) Aktivitas
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
METODOLOGI PENELITIAN
deskriprif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
melihat gambaran fenomena yang terjadi didalam suatu populasi tertentu. Pada
menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. (9) Metode
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian.(9) Variabel dalam penelitian ini adalah Hipertensi pada lansia dan
kejadian hipertensi pada lansia, yang dalam hal ini dibatasi pada faktor makanan
yang mengandung garam berlebih, obesitas, stress, minum alkohol, minum kopi,
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau subjek yang diteliti. (8)
Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. Populasi pada
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti atau
sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi.(8)
dengan derajat kepercayaan 90% dan derajat kesalahan 10%.(10) Besaran sampel
tersebut adalah:
Zα 2 x P x Q
N=
d2
Keterangan:
Q :1–P
Zα 2 x P x Q
N=
d2
0,614656
= 0,01
= 61,4656 ≈ 62
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
dengan kriteria:
1. Kriteria Inklusi:
2. Kriteria Eksklusi
setiap RW di Posbindu Desa Bojong Manggu yang terdiri dari 10 RW, masing-
n
p= xP
N
Keterangan:
P : Proporsi
n : Sampel
N : Populasi
sebanyak:
RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
6 4 6 5 4 8 6 9 8 6
orang orang orang orang orang orang orang orang orang orang
Lanjut usia merupakan tahap akhir dari siklus manusia dan merupakan
proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan fisik, reproduksi
menuntut hal adaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara baik.(1)
daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar. Hipertensi seringkali
disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang
Sebagai hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur
harapan hidup, sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia
kesehatan lain pada kelompok ini. Hipertensi sebagai salah satu penyakit
adalah faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang
tidak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin, riwayat keluarga sedangkan faktor
yang dapat diubah yaitu konsumsi garam makanan yang tinggi, obesitas, stress,
faktor usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga tidak diteliti semua karena faktor
tersebut tidak dapat dirubah, karena merupakan faktor yang terdapat didalam diri
manusia yang tidak bisa dirubah-rubah. Dibandingkan dengan faktor yang diteliti
yaitu faktor konsumsi garam berlebih, obesitas, stress, minum-minuman
beralkohol, minum kopi, merokok, dan olahraga, faktor tersebut dapat dirubah
karena merupakan faktor dari luar sebagai suatu kebiasaan manusia yang berubah-
ubah.(5)
Tahun 2014
Faktor Resiko Yang Dapat
Di Kontrol :
- Obesitas
- Olahraga
- Merokok
- Garam berlebih
- Minum alkohol Kejadian
- Minum kopi Hipertensi
- stress
- Jenis kelamin
- Usia
- keturunan
Keterangan:
melakukan observasi dan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena.(11)
berikut:
1. Editing
sebenarnya.
menganalisis data dari hasil yag sudah ada pada pengolahan data.
dengan yang didapat dalam angket penelitian dan analisa distribusi frekuensi.
50 % : Setengahnya
100 % : Seluruhnya
mengetahui distribusi dan proporsi dari variabel-variabel yang diamati. Data hasil
pengamatan diatas dan diringkas dalam bentuk tabel distribusi frekuensi lalu
Keterangan :
P = Presentase
Ns = Jumlah Soal
dikategorikan menjadi.
Skor 2 : Beresiko
Obesitas : ≥ 30
Skor 2 : Beresiko
Skor < 2 : Tidak Beresiko
dua kategori :
Skor 2 : Beresiko
dua kategori:
Skor 2 : Beresiko
Skor 2 : Beresiko
3.8.1 Validitas
atau kesahihan suatu instrumen. Sebelum penelitian peneliti melakukan uji coba
instrument kepada 20 orang responden. Uji coba ini lebih menitikberatkan pada
pengukuran dikelompokkan kedalam 2 kategori yaitu benar dan salah atau disebut
juga skala nominal, dengan skor 1 bagi jawaban yang benar dan skor 0 bagi
Mp−Mt p
Rpbi= √
St q
Keterangan:
Q :1-p
yaitu dengan cara membandingkan antara nilai r hasil dengan r tabel. Keputusan
dengan ketentuan:
Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung pada bulan Mei 2014. Hasil Uji Validitas
pertanyaan yang nilai r hitungnya lebih kecil dari r tabel. n = 30, nilai r tabel =
0,361 yaitu pada nomor 15 (0,000), nomor 17 (0,000), nomor 21 (0,000), nomor
penelitian.
3.8.2 Reliabilitas
digunakan sebagai alat pengumpul data kerena instrument tersebut sudah baik.
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang
sebagai berikut:
Kt St 2 ∑ Pi qi
Ri ¿ K −1 ( St 2 )
Keterangan:
Ri : Reliabilitas instrumen
qi : 1- pi
St2 :
Variasi total
1) Jika r alpha positif, serta r > 0,700 maka faktor atau variabel tersebut
reliable.
2) Jika r alpha negatif, serta r < 0,700 maka faktor atau variabel tersebut tidak
reliable.
Setelah dilakukan reliabilitas diperoleh nilai r hasil yang terletak pada
Cronbach’s Alpha sebesar (0,948) > nilai r tabel (0,700). Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dari 24 item pertanyaan tersebut telah memiliki validitas dan
1. Studi pendahuluan
3. Penentuan lahan
1. Izin penelitian
3. Pembahasan
tujuan dan menfaat penelitian (informed consent). Selama penelitian ini atau saat
selama dan sesudah penelitian. Apabila diantara mereka ada yang tidak mau
menjadi responden, maka tidak akan menjadi subjek penelitian tanpa sanksi
apapun, sedangkan jika ada responden yang mengundurkan diri maka responden
Pada bab ini akan diuraikan mengenai data-data dari hasil penelitian dan
penelitian ini adalah data primer yaitu melalui proses Wawancara tentang
Sampel yang diambil dengan kriteria lansia yang berusia ≥ 55 Tahun, masih dapat
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pria 25 40,3 %
Total 62 100 %
obesitas.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Faktor Olahraga Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pameungpeuk
Tahun 2014
teratur berolahraga.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Faktor Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pameungpeuk
Tahun 2014
besar 55 (88,7 %) responden tidak merokok (tidak beresiko) dan sebagian kecil 7
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Faktor Konsumsi Garam Berlebih Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pameungpeuk Tahun 2014
Tidak Beresiko 0 0%
Total 62 100 %
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Faktor Minum Alkohol Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Lansia Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pameungpeuk
Tahun 2014
Minum Alkohol Frekuensi Presentase (%)
Beresiko 3 4,8 %
dan hampir tidak ada 3 (4,8 %) responden yang mengkonsumsi minuman alkohol
(beresiko).
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Faktor Minum Kopi Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pameungpeuk
Tahun 2014
besar 48 (77,4 %) responden tidak minum kopi (tidak beresiko) dan sebagian kecil
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Faktor Stress Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pameungpeuk
Tahun 2014
Stress Sedang 0 0%
Stress Berat 0 0%
Total 62 100 %
4.2 Pembahasan
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan
memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah,
hipertensi. Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa
tubuh lebih dari atau sama dengan 30. Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi
langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif
untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa obesitas
merupakan ciri khas dari populasi hipertensi dan telah dibuktikan pula bahwa
faktor ini merupakan kaitan erat dengan terjadinya hipertensi karena daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih
dalam penelitian ini hanya sebagian kecil lansia yang mengalami obesitas.
teratur berolahraga.
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung
sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih
olahraga secara teratur lebih dari atau sama dengan 3 kali dalam seminggu dalam
waktu 30 menit, memiliki efek anti hipertensi dengan menurunkan tekanan darah
sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi. Kurangnya aktivitas fisik menaikan
risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.
Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan
otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin
keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang
mendesak arteri.(7)
responden tidak teratur dalam berolahraga / tidak berolahraga. Hal ini dapat
disebabkan oleh faktor pekerjaan sebagai pedagang, dan wiraswasta yang menurut
mereka tidak pernah punya waktu untuk berolahraga. Padahal olahraga sangat
besar 55 (88,7 %) responden tidak merokok (tidak beresiko) dan sebagian kecil 7
prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital,
subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih
dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.
wanita maupun pria, bahwa terdapat sebagian besar responden tidak beresiko dan
sebagian kecil responden merokok. Klien dengan hipertensi harus sebisa mungkin
10 menit setelah dihisap. Sesuai dengan teori bahwa merokok dapat meningkatkan
hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 110
mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari atau ≥ ½ sendok teh
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hampir
berlebihan (≥ ½ sendok teh per hari). Sesuai dengan teori bahwa konsumsi
saji, dan bergaram tinggi serta lebih baik memilih makanan yang direbus, dikukus
atau dibakar.
dan hampir tidak ada 3 (4,8 %) responden yang mengkonsumsi minuman alkohol
(beresiko).
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung
alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus hipertensi.
Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per hari meningkatkan
risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol
meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi
dan secara keseluruhan semakin banyak alkohol yang diminum semakin tinggi
besar 48 (77,4 %) responden tidak minum kopi (tidak beresiko) dan sebagian kecil
Dalam penelitian ini, dari keseluruhan responden baik wanita maupun pria
sebagian besar tidak mengkonsumsi minuman kopi sehingga tidak beresiko dalam
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menetap tinggi. Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres
ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik
personal.(7)
sering mengalami stress, respon klien dengan hipertensi berbeda dengan respon
klien yang tidak mengalami hipertensi. hipertensi lebih mudah menyerang kaum
pria dari pada wanita karena pria banyak memiliki faktor pendorong seperti stress.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
tahun 2014. Adapun dari beberapa sub variabel yang dapat ditarik kesimpulan
antara lain:
obesitas.
merokok.
berlebihan.
minuman alkohol.
5.2 Saran
setiap posbindu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmodjo. Buku Ajar Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta:
Remadja; 2010.
2010.
Cipta; 2010.
10. Dahlan S. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba
Medika; 2009.
11. Hidayat. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Medika; 2012.
18. Tara. Terapi Hipertensi. Jakarta: Restu Agung Dan Tara Media; 2004.
BHAKTI
KENCANA
BANDUNG
NPM : CK.1.11.118