Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
diterapkan pada tahun 1980 saat penelitian-penelitian tentang otak dan cara
kerjanya mulai menyajikan banyak hal. Banyak pemikiran para ahli yang
teori belajar bermakna dari David Ausubel, dan konsep Zone of Proximal
atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam
pikirannya), akomodasi (proses membentuk skema baru yang dapat cocok dengan
rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan
akomodasi).
9
10
melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu. Dengan kata lain,
teori konstruktivisme yang dibangun dari dasar pemikiran bahwa peserta didik
dengan lingkungan dan teman sebaya, kemudian peserta didik mengalami proses
secara mandiri maupun hasil diskusi dalam kelompok. Peserta didik diberi
pendidik sehingga dalam teori ini pembelajaran terpusat pada peserta didik.
tidak langsung, pendapat Ausbel mendukung teori yang dikemukakan oleh Piaget
dan Vygotsky. Selain Ausbel, Bruner (1983) juga mendukung pendapat dari
Vygotsky dan Piaget. Dikutip dari Wardoyo (2013), Bruner berpendapat bahwa
belajar adalah proses aktif dan sosial di mana peserta didik mengkonstruksi ide
dan konsep baru berdasarkan pengetahuan yang sekarang. Kontak sosial dengan
orang lain (guru dalam konteks pembelajaran formal) merupakan elemen kunci
dalam proses ini. Peserta didik, dengan tidak sadar, menyeleksi informasi,
konstruk mental mereka (skema). Media bahasa merupakan hal yang sangat
11
penting menurut Bruner, seperti halnya pada konstruktivis sosial yang lain
(Wardoyo, 2013).
konstruktivisme adalah suatu teori belajar dimana peserta didik bebas membentuk
sebelumnya.
2. Hakikat Matematika
mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan
mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa,
penalaran (Russeffendi ET, 1980). Menurut James dan James (1976) Matematika
adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-
konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga
bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat yang
aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan
statistika.
12
empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara
mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka
(universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika
prasyarat. Misalnya materi geometri pada kelas X. Untuk dapat mamahami materi
tersebut, peserta didik sudah menguasai pemahaman dasar yang terkait dengan
konsep tersebut. Untuk kasus di atas, peserta didik seharusnya sudah menguasai
adalah ilmu yang berasal dari proses berpikir manusia secara empirik yang
3. Masalah Matematika
diselesaikan atau dipecahkan. Suatu soal atau pertanyaan dapat menjadi sebuah
yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui si
pelaku.
matematika kita memerlukan proses berpikir secara empirik yang menekan pada
konsep sebelumnya mengenai aritmatika, aljabar, geometris dan analisis. Saat kita
mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal
dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. Objek yang
penting atau pokok dari sebuah soal mencari dan harus dipenuhi serta
menuju kesimpulan
aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis yang dapat berupa mencari nilai dan
14
menghadapi.
dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Setiawan, 2015). Dalam
dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai dengan cara yang sistematis.
dan teori belajar dari para ahli tertentu, (2) mempunyai misi atau tujuan
15
prinsip reaksi, sistem sosial, dan sistem pendukung, (5) memiliki dampak
tertentu.
posing masuk pada tahun 2000 dimana hanya diterapkan pada mata
pelajaran matematika.
beberapa pengertian, yaitu (1) perumusan soal atau perumusan ulang soal
dipahami peserta didik, (2) perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-
syarat pada soal yang telah diselesaikan dalam rangka penemuan alternatif
penyelesaian, dan (3) pembuatan soal dari suatu situasi yang diberikan.
dalam belajar.
17
data yang sudah diberikan oleh pendidik. Menurut Brown dan Walter dalam
kesempatan kepada peserta didik untuk dapat berpikir secara bebas dan
dalam matematika.
memberikan suatu data yang kemudian peserta didik membuat soal dari
Contoh
Contoh
3) Tipe Post-solution Posing atau biasa disebut juga dengan strategi “find a
if not…” atau “what happen if…”. Beberapa hal yang bisa menjadi
karakteristik tipe ini adalah: (a) mengubah informasi atau data pada soal
semula, (b) menambah informasi atau data pada soal semula, (c)
kondisi atau situasi soal semula, dan (d) mengubah situasi atau kondisi
19
semula, tetapi tetap mempertahankan data atau informasi yang ada pada
soal semula.
Contoh
menurut Lyn D. English dalam Puspita (2013) sebagai berikut. (a) Guru
soal secukupnya. (c) Peserta didik diminta untuk mengajukan 1 atau 2 soal
berikutnya, secara acak guru menyuruh peserta didik untuk menyajikan soal
temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan peserta
didik secara seletif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh peserta didik.
sendiri.
membuat soal.
solution posing. Model pembelajaran problem posing tipe within solution posing
21
diselesaikan. Dibanding tipe yang lain, tipe within solution posing lebih terfokus
pada satu persoalan tanpa mengubah situasi dan kondisi permasalahan yang ada.
Sehingga peserta didik akan terfokus pada satu persoalan. Akibatnya, peserta
solution posing yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan Awal
b. Kegiatan Inti
didik.
22
c. Kegiatan Akhir
soal tersebut.
matematika yang sedang dipecahkan tapi tidak mengubah data dari persoalan
sebelumnya
Tabel 2.1
Sintaks Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Within-Solution Posing
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik
Pendahuluan Memotivasi peserta didik agar Menemukan sendiri
mereka menemukan sendiri pengetahuan dan
pengetahuan dan keterampilannya
ketrampilannya yang akan
dipelajari
23
konsep. Kata pemahaman berasal dari kata dasar paham yang berarti mengerti
terhadap suatu hal yang dihadapi. Pemahaman berarti proses untuk mengerti
terhadap suatu hal yang dihadapi (Setiawan, 2015). Driver dalam Setiani (2013)
Selanjutnya, kata konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti ide
atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Menurut Rosser dalam
Alawiah (2011), konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili satu kelas
24
kertas dengan ukuran yang sama yang disatukan atau dijilid, dan berisi huruf cetak
dan gambar dalam urutan-urutan yang mengandung arti. Konsep membantu murid
kemampuan seseorang untuk menghubungkan konsep atau suatu fakta yang sesuai
dengan pengetahuan yang dimiliki serta mampu menangkap makna dari konsep
yang dijabarkan.
extrapolation.
yang diperlukan, yang tidak beralasan atau yang bertentangan yang diambil
dari sebuah data, kemampuan untuk menafsirkan berbagai jenis data, dan
menginterpretasikan.
kecenderungan atau arah atau kelanjutan dari suatu temuan, dan kemampuan
menyimpulkan.
konsep titik, garis, bidang, dan ruang serta berbagai definisi, aksioma, teorema,
dan lemma yang berkaitan dengan geometri. Selain itu, geometri juga
menggunakan konsep aljabar (untuk menghitung jarak antar ruas garis), dan
sekolah menengah atas, konsep yang diperkenalkan lebih banyak konsep abstrak
seperti kedudukan titik, garis, dan bidang dengan berbagai teoremanya. Tujuannya
agar peserta didik memiliki kemampuan analisis dari berbagai sudut pandang. Jika
salah satu definisi, teorema, atau konsep terlupakan, maka peserta didik akan
logis dan sistematis. Peserta didik dikatakan mampu memahami konsep jika
sebagai ide memahami bagaimana ide-ide matematika saling terkait satu sama lain
yang benar. Sehingga, menurut Lampiran Permendikbud No. 104 tahun 2014
tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan
ini lebih menekankan pada 4 dimensi, yaitu: (1) faktual (pengetahuan tentang
istilah, nama orang, nama benda, angka, tahun, dan hal-hal yang secara khusus
kausalita, definisi, teori), (3) prosedural (pengetahuan tentang prosedur dan proses
khusus dari suatu mata pelajaran seperti algoritma, teknik, metode, dan kriteria
dan tidak penting atau strategic knowledge, pengetahuan yang sesuai dengan
adalah kemampuan peserta didik untuk menghubungkan konsep atau suatu fakta
27
yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki serta mampu menangkap makna
6. Phobia Matematika
a. Pengertian Phobia
Kata phobia berasal dari istilah Yunani ”phobos” yang berarti lari,
takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini sudah
“…The words fear and anxiety are often used interchangeably, but they
pengaruh dari luar yang jelas dan spesifik. Sedangkan kecemasan berasal
dari pengaruh yang tidak bisa dinyatakan dengan jelas. Rasa takut yang
berlebihan akan menimbulkan rasa gelisah dan cemas. Bentuk ekstrem dari
yang sangat kuat terhadap hal-hal tertentu meskipun tidak ada alasan yang
nyata, seperti takut pada tempat gelap atau ruangan tertutup. Lalu, Csóti
necessarily harmful and, although the sufferer may be aware of this, she
will go to great lengths to avoid the thing or situation that causes the
gelisah, dan takut terhadap hal-hal yang terkadang diluar logika orang pada
umumnya.
b. Jenis-jenis Phobia
takut terhadap air, takut pada keramaian, dan masih banyak lagi. Namun,
1) Agoraphobia.
sulit melarikan diri dalam kondisi tertentu atau ketakutan bahwa bantuan
2) Social Phobia.
lain. Kecemasan ini muncul didasari oleh ketakutan yang dinilai negatif
or situation, for example, being afraid of dogs who could bite or not
wanting to fly because the plane might crash...”, artinya specific phobia
29
petir, cahaya, ketinggian, dan air), (c) Tipe injeksi darah atau cedera
pada bagian tubuh (ketakutan pada darah), (d) tipe situasional (ketakutan
pada tempat yang tertutup), dan (e) tipe yang lain (kategori ini meliputi
c. Ciri-ciri Phobia
panic attack secara fisik memiliki gejala-gejala, seperti sakit perut, perasaan
dan lemah, selalu merasa ingin buang air kecil, mual dan muntah-muntah,
sesak nafas, tiba-tiba merasa panas atau dingin, dan berkeringat. Ketika
lingkungan sekitar)
30
c. Kehilangan kendali
d. Ketakutan
e. Selalu marah-marah
seperti: (a) mudah menjadi lelah, (b) menjadi pemarah, (c) merasa gelisah,
(d) sulit berkonsentrasi, (e) insomnia, dan (f) otot-otot menjadi tegang.
mempunyai konsep diri yang kuat, tidak berdaya, dan mudah putus asa.
Gejala tersebut sama seperti gejala psikologis dari panic attack. Artinya,
dirinya pusing, merasa panas dingin mual, dan muntah-muntah. Pada tingkat
matematika.
mengalami sakit perut, perasaan tidak nyaman di areal dada, merasa pusing
dan lemah, selalu ingin buang air kecil, jantung berdetak cepat, dan
kuat, motivasi diri rendah, gugup saat ditanya, sulit berkonsentrasi, merasa
adalah perasaan takut dan cemas yang berlebihan terhadap mata pelajaran
dialami seseorang.
tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu
model ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru
kehidupan nyata.
33
media menurut pertimbangan guru; (c) peserta didik umumnya bersifat pasif
dinilai guru secara subjektif; dan (f) guru terutama berfungsi sebagai
penyampai/pentransfer pengetahuan.
sifat diantaranya: (1) guru sering membiarkan adanya peserta didik yang
tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung,
(7) guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam
34
penyelesaian tugas.
merasa pengetahuan yang ia miliki itu benar. Sehingga peserta didik, suka
atau tidak suka harus menuruti apa yang disampaikan oleh pendidik.
berpusat pada pendidik, kemudian peserta didik menjadi malas dan takut
1) Pendahuluan
diberikan.
2) Kegiatan Inti
diberikan.
3) Penutup
membangkitkan minat akan informasi, (4) mengajari peserta didik yang cara
kelas cenderung kaku, dan (3) peserta didik tidak bisa mengembangkan
Tabel 2.2
Sintaks Model Pembelajaran Konvensional
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Peserta didik
Pendahuluan Menyampaikan pokok bahasan Mendengarkan informasi
atau materi yang akan yang disampaikan dan
diberikan menerima materi baru
Kegiatan Inti Mendemontrasikan Memperhatikan penjelasan
ketrampilan atau menyajikan guru
materi tahap demi tahap
(Putra, 2015)
sebelumnya, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ana Ari Wahyu
Suci dan Abdul Haris Rosyidi, dengan judul Kemampuan Pemecahan Masalah
posing. Hal ini ditunjukkan dengan total skor kemampuan pemecahan masalah
Rusdy Siroj, dan H.M Djahir Basir, dengan judul Pengaruh Pembelajaran
Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Palembang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
37
didik yang memperoleh pembelajaran problem posing dengan peserta didik yang
posing lebih baik daripada peserta didik pada kelas yang memperoleh
pada kelas dengan pembelajaran problem posing sebesar 78,9 dan pada kelas
Dan terakhir penelitian dari Yinghui Lai, Xiaoshuang Zhu, Yinghe Chen
dan Yanjun Li, dengan judul Effects of Mathematics Anxiety and Mathematical
diri dan skor tinggi untuk hasil mathematical anxiety. Kecemasan belajar
matematika anak yang mengalami kesulitan belajar matematika juga lebih tinggi
muncul. Hasil ini juga menyarankan bahwa kecemasan selama belajar matematika
C. Kerangka Berpikir
Pemahaman Phobia
Konsep Matematika
Keterangan:
: implikasi langsung diterapkannya model pembelajaran
memberi contoh soal dari buku, ketika kelas tersebut gaduh pendidik akan
memberikan punishment kepada peserta didik yang terkadang kelewat batas. Dan
begitu seterusnya dalam setiap menyampaikan materi. Sisi baik bagi pendidik
mereka. Sedangkan bagi peserta didik, mereka akan merasa malas untuk belajar
39
karena terkadang, guru agak cepat dalam menjelaskan. Selain itu, mereka menjadi
takut untuk bertanya karena sikap pendidik yang otoriter. Hal tersebut akan
pelajaran matematika.
problem posing tipe within solution posing yang merangsang peserta didik untuk
aktif dalam membuat suatu persoalan matematika dari soal yang sedang
pengerjaan soal tersebut maupun sedikit mengubah data yang diberikan. Problem
konsep matematika peserta didik karena dalam model pembelajaran ini, peserta
temannya karena mereka sudah tahu jawabannya, atau menanyakan hal-hal yang
kurang mengerti. Lalu peserta didik saling menukarkan soal kemudian dijawab
oleh mereka. Secara tidak langsung, hal tersebut akan makin menguatkan konsep
pemahaman konsep.
materi dengan metode ceramah, lalu memberi contoh soal dari buku, ketika kelas
tersebut gaduh pendidik akan memberikan punishment kepada peserta didik yang
40
terkadang kelewat batas. Hal tersebut selalu diulang-ulang oleh pendidik karena
dampak bagi peserta didik sangat fatal. Akibat pembelajaran konvensional yang
diterapkan oleh para pendidik, peserta didik yang awalnya masih semangat
belajar matematika. Pada kondisi tertentu, peserta didik maupun pendidik akan
lingkungan belajar yang kurang mendukung, peserta didik akan masuk kedalam
fase traumatis, suatu fase dimana peserta didik merasa tidak nyaman dengan
dengan suatu hal. Dalam kondisi ini, saat kejenuhan peserta didik mencapai
membuat mereka pasif, mereka akan mengalami fase traumatik. Peserta didik
problem posing tipe within solution posing untuk membuat peserta didik aktif
dalam membuat suatu persoalan matematika dari soal yang sedang dikerjakan.
soal kemudian dijawab oleh mereka. Secara tidak langsung, model pembelajaran
ini membuat peserta didik sebagai pusat pembelajaran. Peserta didik tidak akan
41
disini hanya sebagai pengawas dan menengahi apabila terdapat perbedaan konsep
yang sangat berlawanan. Model pembelajaran problem posing tipe within solution
posing jika terus diterapkan, akan mampu mengubah suasana belajar yang kaku
menjadi aktif dan menyenangkan karena peserta didik secara tidak langsung
termotivasi secara positif untuk aktif membuat persoalan dan berkompetisi secara
pembelajaran yang membuat peserta didik aktif akan mengurangi resiko peserta
materi dengan metode ceramah, lalu memberi contoh soal dari buku, ketika kelas
tersebut gaduh pendidik akan memberikan punishment kepada peserta didik yang
materi. Sisi baik bagi pendidik adalah tidak perlu persiapan yang banyak
mengembangkan bahan ajar mereka. Sedangkan bagi peserta didik, mereka akan
merasa malas untuk belajar karena terkadang, guru agak cepat dalam menjelaskan.
Selain itu, mereka menjadi takut untuk bertanya karena sikap pendidik yang
42
suasana belajar yang tidak mendukung dirinya berkembang. Hal tersebut akan
menimbulkan trauma kepada peserta didik yang dapat berpotensi menjadi phobia
matematika. Saat peserta didik mengalami phobia pada matematika, mereka akan
menjauhi diri mereka terhadap matematika. Dampaknya bisa saja mereka bolos
saat mata pelajaran matematika dan sangat membenci matematika. Tentu saja hal
posing tipe within solution posing yang dirancang untuk membuat peserta didik
aktif dalam membuat suatu persoalan matematika dari soal yang sedang
saling menukarkan soal kemudian dijawab oleh mereka. Secara tidak langsung,
Peserta didik tidak akan canggung lagi untuk bertanya karena merekalah pusat
Model pembelajaran problem posing tipe within solution posing jika terus
diterapkan, akan mampu mengubah suasana belajar yang kaku menjadi aktif dan
positif untuk aktif membuat persoalan dan berkompetisi secara sehat. Dampak
membuat peserta didik aktif akan mengurangi resiko peserta didik mengalami fase
untuk mengalami phobia matematika dan pada akhirnya, saat mereka merasa
D. Hipotesis Penelitian
dan kerangka berpikir, maka dapat disusun suatu hipotesis sebagai berikut.
didik.