Anda di halaman 1dari 3

Analisis tentang Sektor Industri Indonesia Triwulan II 2020

Nama : M. Wilman Setiawan


NIM : 01021381823125
MK : Ekonomi Industri II
Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas


dasar harga berlaku triwulan II-2020 mencapai Rp3.687,7 triliun dan atas dasar harga
konstan 2010 mencapai Rp2.589,6 triliun. Ekonomi Indonesia triwulan II-2020
terhadap triwulan II-2019 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 5,32 persen (y-
on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami
kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 30,84 persen. Dari sisi pengeluaran,
Komponen Ekspor Barang dan Jasa serta Impor Barang dan Jasa mengalami kontraksi
pertumbuhan masing-masing sebesar 11,66 persen dan 16,96 persen.
Ekonomi Indonesia triwulan II-2020 terhadap triwulan sebelumnya mengalami
kontraksi pertumbuhan sebesar 4,19 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, Lapangan
Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi
sebesar 29,22 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan
Jasa serta Impor Barang dan Jasa mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing
sebesar 12,81 persen dan 14,16 persen.
Ekonomi Indonesia semester I-2020 terhadap semester I-2019 mengalami
kontraksi sebesar 1,26 persen (c-to-c). Dari sisi produksi, kontraksi pertumbuhan
terbesar terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 15,07
persen. Sementara dari sisi pengeluaran semua komponen terkontraksi, dengan
kontraksi tertinggi terjadi pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga
Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 6,44 persen.

Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan II-2020 didominasi oleh
kelompok provinsi di Pulau Jawa sebesar 58,55 persen, dengan kinerja ekonomi yang
mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 6,69 persen. Sementara itu kelompok
Pulau Maluku dan Papua mencapai pertumbuhan tertinggi sebesar 2,36 persen,
walaupun kontribusinya terkecil (kurang dari tiga persen) dibanding kelompok pulau
lainnya.

Dampak Covid-19 luar biasa besar ke sektor transportasi karena adanya


pembatasan sosial dan work from home, study from home dan sebagainya. Dan Idul
Fitri juga nggak ada mudik sehingga sektor ini kontraksi paling dalam 30,84%,"
ujarnya melalui konferensi pers virtual, Rabu (5/8/2020).
Disektor ini yang mengalami pukulan terbesar adalah moda transportasi udara hingga
minus 80,23% dan angkutan rel minus 63,75%. Kemudian pergudangan dan jasa
lainnya juga minus 38,69%.Kontraksi terdalam kedua adalah sektor akomodasi dan
makan minum yang tercatat minus 22,02% (yoy) dibandingkan tahun lalu tumbuh
5,53%. Hal ini disebabkan oleh turunnya jumlah wisatawan asing maupun domestik
yang berlibur di Indonesia.Dengan ditutup berbagai tempat rekreasi dan hiburan
berimbas tadi tidak hanya sepi pengunjung hotel dan juga restoran sehingga makan
minum kontraksi. Dampak Covid juga mengubah pola konsumsi masyarakat dan
makan di luar jadi nggak populer,.Selanjutnya, kontraksi terdalam lainnya adalah
sektor industri pengolahan yang minus 6,19%, perdagangan minus 7,57% dan sektor
konstruksi minus 5,39% serta pertambangan minus 2,72%.

Industri pengolahan terkontraksi disebabkan oleh industri alat angkutan yang


mengalami kontraksi 34,29%. Kontraksi alat angkutan ini karena penurunan produksi
mobil dan sepeda motor yang cukup tajam sebagai dampak pandemi Covid-
19.Kemudian sektor perdagangan terkontraksi diakibatkan penurunan penjualan mobil
dan sepeda motor yang sangat tajam di kuartal II. Selain itu, terjadi banyak penutupan
gerai penjualan akibat kebijakan PSBB yang dilakukan demi meminimalisir
penyebaran Covid-19.Sektor konstruksi mengalami kontraksi juga diakibatkan
kebijakan PSBB yang membuat keterlambatan dan penundaan sejumlah proyek
infrastruktur. Selain itu juga menurunnya komponen bahan baku impor untuk
aktivitas konstruksi.

Berikut kinerja lapangan usaha di kuartal II-2020:


13,39
,06
 Industri pengolahan -6,19%
 Pertanian 2,19%
 Perdagangan -7,57%
 Konstruksi -5,39
 Pertambangan -2,72
 Infokom 10,88%
 Jasa Keuangan 1,03%
 Adm Pemerintahan -3,22%
 Transportasi & Pergudangan -30,84%
 Jasa Pendidikan 1,21%
 Real Estat 2,30%
 Akomodasi & Makan Minum -22,02%
 Jasa Lainnya -12,60%
 Jasa Perusahaan -12,09%
 Jasa Kesehatan 3,71%
 Pengadaan Listrik & Gas -5,46%
 Pengadaan Air 4,56%

Anda mungkin juga menyukai