PERSALINAN NORMAL 2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem reproduksi merupakan salah satu komponen sistem tubuh yang penting
meskipun tidak berperan dalam homeostasis dan esensial bagi kehidupan sesorang. System
reproduksi laki-laki dan wanita berbeda dari segi anatomi dan fisiologi. System reproduksi
wanita memiliki fungsi yang lebih kompleks daripada laki-laki. Selain berfungsi untuk
menghasilkan sel reproduksi dan hormonal, system reproduksi wanita berfungsi untuk
memelihara janin ketika terjadi pembuahan oleh sperma hingga tiba persalinan pada minggu
39-40. Persalinan dikatakan normal apabila ketika melahirkan bayi sudah cukup umur serta
lahir dengan spontan. Untuk memahami bagaimana persalinan normal dapat terjadi secara
spontan, kita perlu memahami aspek-aspek yang mempengaruhinya seperti posisi bayi di
dalam uterus hingga perjalanannya ketika lahir, bagaimana jalan lahir untuk bisa melakukan
persalinan normal, dan kondisi fisiologi tubuh ibunya ketika mau melahirkan. Pada
pembahasan kali ini, akan membahas tentang bagaimana proses persalinan normal tersebut
serta factor-faktor yang mempengaruhinya.
BAB II
PEMBAHASAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan
diakhiri dengan kelahiran plasenta (Ari dkk, 2010:4).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak
lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin (Rukiyah, 2009:1).
Persalinan normal dipengaruhi oleh tiga aspek penting yaitu power (kekuatan
kontraksi), passage (jalan lahir), passenger (bayi).
• Power (kekuatan kontraksi) : kekuatan kontraksi atau His adalah salah satu kekuatan
pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada
presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke
dalam rongga panggul (Wiknjosastro dkk, 2005). Ibu melakukan kontraksi involunter
dan volunter secara bersamaan (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
Pada saat kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih
pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion kearah
bawah rahim dan serviks. Selain itu, kekuatan yang sengaja dibuat oleh ibu ketika
mengejan juga membantu proses persalinan. Setelah pembukaan lengkap dan setelah
ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh
kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan
intraabdominal. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar
tapi jauh lebih kuat lagi. Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek
yang mengakibatkan ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan
menekan diafragmanya kebawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila
pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his. Tanpa tenaga mengejan
ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya,
persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan ini juga melahirkan
placenta setelah placenta lepas dari dinding rahim.
• Passage (jalan lahir) : Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang
padat dan bagian yang lunak yaitu otot-otot. Meskipun jaringan lunak khususnya
lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu
jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relatif kaku (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
- Tulang-tulang penyusun panggul terdiri dari;
1. Os sacrum
2. Os coccygeus
3. Os coxae (illiaca, ischiadika, pubis)
- Otot-otot penyusun panggul terdiri dari:
1. Musculus coccygeus
2. Musculus levator ani (m.pubococcygeus, m.puborectalis, m.illiococcygeus)
• Passenger (bayi) : Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi
persalinan normal (Taber, 1994). Pada faktor passenger, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin.
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, maka ia dianggap sebagai penumpang
yang menyertai janin (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
1. Letak
Letak janin mengacu pada panjang axis atau sumbu antara ibu dan janin. Baik
itu letaknya longitudinal (memanjang) ataupun transversal (melintang).
2. Presentasi
Presentasi janin adalah bagian terbawah janin ketika masuk ke pintu atas
panggul. Pada persalinan normal, bagian terbawah janin adalah ubun-ubun
kecil.
3. Sikap atau postur
Sikap janin adalah hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin.
4. Posisi
Posisi janin adalah indicator untuk menetapkan arah terbawah janin apakah
sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap sumbu ibu.
Sebelum persalinan, ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter
minimal 4 kali kunjungan setiap trimester. Kunjungan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi
janin dan kondisi ibu. Sehingga dokter dapat menentukan apakah ibu bisa melahirkan dengan
normal atau tidak. Pemeriksaan maneuver leopold bertujuan untuk mengatahui posisi janin.
Pemeriksaan maneuver leopold terdiri dari 4 langkah yaitu ;
1. Leopold 1
Maneuver pertama bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat pada
fundus uteri ibu. Dilakukan dengan palpasi pada fundus uteri. Pada persalinan
normal akan terdapat bokong pada fundus uteri yang terasa besar dan lunak.
Pada leopold 1, pemeriksa menghadap ke kepala ibu.
2. Leopold 2
Maneuver kedua bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat pada
kedua sisi lateral abdomen ibu. Biasanya terdapat kaki dan tangan sedangkan di
sisi lainnya terdapat punggung. Bagian kaki dan tangan akan terasa kecil-kecil
dan tidak beraturan. Terkadang akan terasa gerakan kaki janin. Bagian
punggung akan terasa jelas dan rata. Pada leopold 2, pemeriksa menghadap ke
kepala ibu.
3. Leopold 3
Maneuver ketiga bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat pada
perut bagian bawah ibu. Biasanya terdapat kepala yang terasa bundar dan keras.
Maneuver ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah kepala sudah memasuki
pintu atas panggul atau tidak. Pada leopold 3, pemeriksa menghadap ke kepala
ibu.
4. Leopold 4
Maneuver keempat bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kepala janin
memasuki pintu atas panggul. Ketika melakukan palpasi di bagian bawah perut
ibu kemudian jari-jari kedua tangan pemeriksa saling bersentuhan maka janin
belum memasuki pintu atas panggul. Sebaliknya, ketika jari-jari kedua tangan
ibu bersentuhan sebagian atau tidak bersentuhan sama sekali, maka kepala bayi
sudah memasuki pintu atas panggul. Penurunan kepala dinilai dengan: 5/5
(seluruh bagian jari masih meraba kepala, kepala belum masuk PAP), 1/5
(teraba kepala 1 jari dari lima jari, bagian kepala yang sudah masuk 4 bagian),
dan seterusnya sampai 0/5 (seluruh kepala sudah masuk PAP). Pada leopold 4,
pemeriksa penghadap ke kaki ibu.
Ketika melakukan persalinan normal, terdapat langkah-langkah yang dibagi menjadi
kala 1-4. Berikut adalah uraian kala1-4:
1. Kala I
Kala I adalah persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks
hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase yaitu
fase laten dan fase aktif.
Fase laten adalah fase yang lambat yang ditandai dengan : dimulai sejak awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap,
pembukaan kurang dari 4 cm dan biasanya memerlukan waktu selama 8 jam pada
saat primipara.
Fase aktif adalah fase dimana ditandai dengan : frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga
kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih,
serviks membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per
jam hingga pembukaan lengkap 10 cm, dan terjadi penurunan bagian terbawah
janin.
Sapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak dengan tenang dan
berikan dukungan penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.
a. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya
b. Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk hadir dan memberikan dukungan atau
tindakan, misalnya saat ibu harus diberikan minuman, saat berjalan dituntun, saat
tubuh ibu terasa nyeri lakukan teknik relaksasi dengan cara menarik nafas panjang
dan mengeluarkannya secara perlahan-lahan atau mengusap daerah punggung ibu
dengan teknik membelok dan melepaskan.
c. Melakukan observasi kemajuan persalinan dengan menggunakan lembaran
partograf.
2. Kala II
Kala II adalah persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II dikenal juga sebagai kala pengeluaran.
Penanganan kala II :
a. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan cara : mendampingi ibu
agar merasa nyaman, menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu.
b. Menjaga kebersihan diri meliputi : ibu tetap dijaga kebersihan agar terhindar dari
infeksi, jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan.
c. Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu.
d. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
dengan cara : menjaga privasi ibu, penjelasan tentang prosedur dan kemajuan
persalinan, penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu.
e. Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi berikut :
posisi jongkok., menungging, tidur miring, setengah duduk,
f. Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin.
g. Memberikan cukup minum : memberi tenaga dan mencegah dehidrasi.
(Prawirohardjo, 2002).
b. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa
yang bersih, memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi dan menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi
luar secara spontan, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya, Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu hingga bahu anterior
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah
atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior berada di tangan,
menelusuri tangan mulai kepala bayi yang bagian bawah ke arah perineum
tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangga saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dan
dengan hati-hati membantu kelahiran kaki, menilai keadaan bayi dengan cepat
(jika dalam penelitian terdapat jawaban tidak dari 5 pertanyaan, maka lakukan
langkah awal), kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi bayi
lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di
tempat yang memungkinkan) dan segera mengeringkan bayi, membungkus
kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat, jepit tali pusat dengan
menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
c. Urut tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama (ke arah ibu), memegang tali pusat dengan satu tangan,
melindungi bayi dari gunting, dan memotong tali pusat diantara kedua klem
tersebut.
d. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut
yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, mengambil tindakan yang sesuai.
e. Memberikan bayi pada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya
dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya, meletakkan kain bersih
dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan
pada bayi yang kedua, memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
g. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
i. Setelah plasenta lahir, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke
arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
l. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian tali pusat yang berseberangan dengan
simpul mati yang pertama, menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian
kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering.
o. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan.
3. Kala III
Kala III adalah persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhirnya dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban.
b. Pindahkan klem kedua yang telah dipijit sewaktu kala dua persalinan pada tali pusat
sekitar 5-10 cm dari vulva.
c. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alas dengan kain) tepat di atas tulang
pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada
saat melakukan peregangan tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat,
tegangkan tali pusat, kemudian tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri
ke bawah dan ke atas korpus. Lakukan secara hati-hati untuk menghindari
terjadinya inversia uteri.
d. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga ada kontraksi yang kuat (sekitar dua atau
tiga menit).
e. Pada saat kontraksi mulai (uterus menjadi bulat atau tali pusat memanjang)
tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah (dengan hati-hati) bersama dengan itu,
lakukan penekanan korpus uteri ke arah bawah dan cranial hingga plasenta terlepas
dari tempat implantasinya.
f. Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran sehingga plasenta akan
terdorong ke introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat ke arah bawah mengikuti
arah jalan lahir.
g. Pada saat plasenta lahir pada introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban mudah robek, pegang plasenta dengan
kedua tangan rata dan dengan lembut putar plasenta hingga selaput terpilin.
4. Kala IV
Kala IV adalah persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.
Pemantauan pada kala IV sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau
terjadi perdarahan pasca persalinan. (Depkes, 2002).
b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat
atau fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau lebih bawah.
Misalnya jika dua jari bisa diletakkan di bawah pusat dan di atas fundus uteri maka
disebut dua jari di bawah pusat.
d. Periksa perineum dan perdarahan aktif, misalnya apakah dari laserasi atau
episiotomi.
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2019. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran;. Ed: 13. Jakarta: EGC.
JURNAL EDU HEALTH, VOL. 4 No. 2, SEPTEMBER 2014
Sherwood, LZ. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. EEG Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta
Tortora GJ & Derrickson B 2009. Principles of Anatomy & Physiology. 14th Ed. New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc.
Kuliah pakar dr. Ida Bagus Yuda Andika, M. Biomed, Sp. OG. Persalinan Normal 2.
Universitas Islam Al-Azhar, Mataram.2021.