Anda di halaman 1dari 3

Nama: Kesy Ariani Haloho

Nim: 2182111018

Kelas: Reguler D 2018

MK: Metodologi Penelitian

SKALA VARIABEL

Istilah atau kata skala, mungkin pernah atau bahkan sering Anda dengar dalam kehidupan
sehari-hari. Seperti misalnya, suatu gempa bumi suatu tempat mempunyai kekuatan tujuh
skala Richter. Atau, suatu peta pulau Jawa dibuat dengan skala 1 banding 500.000. Anda
mengetahui bahwa suatu gempa bumi yang berkekuatan tujuh skala Richter, adalah lebih kuat
guncangannya dari pada gempa bumi yang berkekuatan empat skala Richter. Atau suatu peta
pulau Jawa yang dibuat dengan perbandingan skala 1 : 500.000 adalah lebih kecil daripada
suatu pulau Jawa yang lain, yang dibuat dengan perbandingan skala 1 : 500.000. singkatnya,
skala mengenai suatu hal, dibuat dengan tujuan agar kita dapat menempatkan ciri – ciri atau
karakteristik suatu hal berdasarkan suatu ukuran atau kriteria tertentu, sehingga dapat
membedakan, menggolong – golongkan, bahkan mengurutkan ciri – ciri atau karakteristik
suatu hal tersebut.

Sifat Skala

Variabel adalah konsep adi empat tingkatan skala. Tingkatan keempat skala ini, adalah
dibedakan berdasarkan asumsi tertentu. Keempat tingkatan skala nilai variabel yang dikenal
lazim dikenal dalam dunia penelitian, dikembangkan pertama kali oleh S.S. Steven, yaitu
tingkatan skala nominal, ordinal, interval dan rasio.

Pada tingkatan pertama, yang paling sederhana, diasumsikan nilai suatu variabel hanya
sekedar membedakan satu kategori dengan kategori lainnya dari suatu variabel. Dasar
pembedaannya adalah penggolongan yang tidak saling tumpang tindih antara kategori-
kategori tersebut dari suatu variabel. Skala dari kategori variabel yang mempunyai sifat
hanya membedakan ini, disebut skala nominal.
Misalnya variabel jenis kelamin yang mempunyai kategori “laki – laki dan wanita” atau
misalnya variabel agama yang dianut, yang terdiri dari : Islam, Katolik, Protestan, Hindu,
Budha dan Konghucu.

Dalam skala nominal ini tidak diasumsikan adanya tingkatan antar satu kategori dengan
kategori lainnya dari satu variabel. Jadi, untuk variabel “jenis kelamin” tidak mencerminkan
bahwa kategori “laki – laki’ lebih tinggi tingkatannya dari pada “wanita” ataupun sebaliknya.
Demikian pula halnya dengan kategori variabel “agama yang dianut”. Kendatipun misalnya
untuk suatu keperluan penyederhanaan penulisan data sering kali digunakan pengangkatan
untuk kode dari nilai variabel yang bersangkutan.

Pada tingkatan kedua, diasumsikan bahwa kategori suatu variabel selain dibedakan antara
satu nilai dengan nilai yang lain, juga diasumsikan bahwa antara kategori- kategori tersebut
terdapat urutan atau tingkatan skala variabel yang mempunyai sifat selain membedakan juga
mencerminkan adanya tingkatan ini, disebut skala ordinal. Contoh : misalnya, variabel
“jenjang kepangkatan dalam militer” dapat diaktakan mempunyai kategori yang berskala
ordinal.

Pangkat “mayor ” berbeda dengan “kapten” dan juga berbeda dengan “letnan”. Selai berbeda
juga mencerminkan adanya tingkatan. Karena pangkat “mayor” lebih tinggi dari pada
“kapten” dan “kapten” lebih tinggi dari pada “letnan”. Maka “mayor” tentunya lebih tinggi
dari pada “letnan”. Apakah kemudian dapat dikatakan bahwa pangkat “mayor” ada dua kali
lebih tinggi daripada “letnan” kita tidak dapat menentukan hal itu secara pasti. Karena sulit
untuk menetapkan apakah terdapat suatu jarak antara “letnan” ke “kapten” dengan antara
”kapten” ke “mayor”.

Pada tingkatan ketiga, diasumsikan bahwa nilai suatu variabel selain dibedakan, dan
mempunyai tingkatan – tingkatan, juga diasumsikan mempunyai jarak yang pasti antara satu
kategori dan kategori lainnya dalam satu variabel. Skala variabel, yang mempunyai sifat
selain membedakan, dan mencerminkan adanya tingkatan, serta jarak ini, disebut skala
interval. Sebagaimana contoh untuk skala yang berinterval ini, misalnya variabel “umur”.
Anda dapat menentukan beberapa jarak (dalam satuan lamanya tahun) antara umur seseorang
dan lainnya.

Anda dapat menentukan dan menghitung dengan pasti bahwa umur Amin yang 27 tahun
berbeda dengan umur Ahmad yang 20 tahun. Dan umur amin lebih tua dari umur amat, serta
jarak usia mereka adalah 7 tahun. Atau, Anda dapat pula menghitung dan menentukan
dengan pasti bahwa umur pak Ali yang 80 tahun berbeda dengan umur pak Umar yang 87
tahun. Dan umur pak ali lebih muda dibandingkan dengan umur pak Umar, serta jarak usia
mereka adalah 7 tahun. Dalam variabel yang berskala interval, Anda dapat degan pasti
menentukan beberapa satuan jarak antara satu nilai dengan nilai lainya, karena satuan dari
setiap nilai dalam satu variabel yang berskala interval mempunyai jarak yang sama, misalnya
jarak lama waktu dalam tahun antara umur amin yang 27 tahun dengan amat yang 20 tahun,
dan demikian antara umur pak ali yang 80 tahun dengan umur pak umar yang 87 tahun,
adalah persis sama dalam satuan lamanya dalam tahun. Walau dalam keadaan yang berbeda,
yaitu sama – sama 7 satuan jarak dalam tahun atau 7 tahun. Oleh karena itu, dalam
penyederhanaan penulisan data variabel yang berskala interval, yang anda harus ingat adalah
harus kesesuaian antara kategori variabel dengan kode angka mewakili kategori variabel
tersebut.

Dalam variabel yang berskala interval, seperti variabel “umur’ ini, yang perlu Anda ketahui
bahwa nilai pada interval tersebut adalah tidak diukur dalam titik awal nol yang sama.
Dengan kata lain, tidak mempunyai titik nol yang mutlak. Misalnya umur Amin yang 27
tahun, adalah mempunyai 27 tahun jarak dari titik umur 0 tahun, pak ali dan pak Umar.
Karena umur 0 tahun dari keempat orang ini berbeda –beda. Seandainya pengukuran umur
keempat orang ini dilakukan pada tahun 1985, maka keadaan umur nol tahun bagi amin
adalah pada tahun 1958, amat adalah pada tahun 1965, pak ali pada tahun 1905, sedangkan
pak Umar pada 1898. jadi pengukuran untuk setiap kategori variabel “umur” yang berskala
interval ini, tidak diukur umur

0 tahun yang sama untuk setiap nilai. Tetapi dari keadaan umur 0 tahun yang relatif untuk
masing-masing nilai tersebut. Karena itu, variabel yang berskala interval tidak mempunyai
ttik nol mutlak.

Pada tingkatan yang terakhir, yang keempat, diasumsikan bahwa kategori variabel selain
dibedakan, mempunyai tingkatan serta jarak antara satu nilai dengan nilai yang lainnya, juga
diasumsikan bahwa setiap nilai variabel diukur dari satu keadaan atau titik yang sama.
Dengan kata lain, mempunyai titik nol mutlak. Skala dan nilai variabel yang mempunyai sifat
membedakan, mencerminkan adanya tingkatan serta jarak, dan mempunyai titik nol mutlak
ini, disebut skala rasio. Karena setiap nilai variabel yang berskala rasio ini diukur dari titik
nol yang sama (mutlak), maka perbandingan rasio diantara nilai satu dengan lainnya dapat
dibuat..

Anda mungkin juga menyukai