Anda di halaman 1dari 12

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN


PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG

Sari Kepustakaan : Lensa Kontak pada Pediatrik


Penyaji : David Agung Hutabarat
Pembimbing : dr. Susanti Natalya Sirait, Sp.M(K)

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh


Pembimbing Unit Refraksi, Low Vision dan Lensa Kontak

dr. Susanti Natalya Sirait, Sp.M(K)

Kamis, 25 Januari 2018


Pukul 07.00 WIB
1

I. Pendahuluan
Pasien pada usia bayi dan anak membutuhkan lensa kontak seperti pada kasus
afakia, kelainan refraksi yang tinggi, , dan lainnya. Lensa kontak untuk afakia, trauma,
dan terapi ambliopia merupakan kebutuhan secara medis, namun lensa kontak untuk
kelainan refraksi adalah kebutuhan elektif. Kacamata merupakan pilihan tatalaksana
yang tidak mahal, lebih aman, dan mudah diganti, namun dapat tidak sesuai untuk bayi
karena berat, kurang diminati secara estetika, menyebabkan efek prismatik,
pengurangan lapang pandang, dan juga kurang sesuai pada kasus afakia unilateral.
Fitting lensa kontak pada bayi dan anak merupakan tantangan dan memberikan
kepuasan tersendiri untuk praktisi lensa kontak. Banyak pasien pediatrik yang
membutuhkan koreksi penglihatan pada usia yang lebih awal karena kelainan refraksi
biasanya muncul lebih awal pada usia sekiatar 8 tahun. Konsensus belum banyak yang
membahas kapan waktu untuk koreksi kelainan refraksi hiperopia dan astigmatisma
sedang, dan kelainan ini kemungkinan belum teridentifikasi sampai anak mulai
melakukan banyak aktifitas penglihatan dekat pada sekitar usia 6-7 tahun.1-4
Sari kepustakaan ini bertujuan untuk membahas tentang indikasi lensa kontak
pada pediatrik, pilihan jenis lensa kontak pediatrik, dan pemeriksaan dan fitting lensa
kontak.

II. Indikasi
Indikasi pemberian lensa kontak dapat dibagi menjadi indikasi refraktif, indikasi
kosmetik, dan indikasi terapeutik. Indikasi refraktif diberikan pada kasus seperti afakia
dan kelainan refraksi seperti miopia, hiperopia, astigmatisme, dan anisometropia.
Indikasi terapeutik diberikan pada kasus seperti amblyopia dan nystagmus. 1-4

2.1 Afakia
Afakia merupakan indikasi yang paling sering untuk pemasangan lensa kontak pada
pediatrik. Afakia pediatrik dapat terjadi pada kasus trauma, katarak infantil, atau
dehisensi zonular. Prevalensi dari katarak infantil adalah sekitar 3.0 – 4.5 per 10.000
2

angka kelahiran hidup. Pilihan tatalaksana pada pasien pediatrik dengan afakia antara
lain kacamata, lensa intra okular, epikeratophakia, dan lensa kontak. Penggunaan lensa
kontak pada pasien pediatrik dengan afakia telah teruji efektif dan memiliki tingkat
keamanan yang baik. The Infant Aphakia Treatment Study Group merekomendasikan
pada operasi pasien katarak unilateral usia kurang dari 7 bulan mata tersebut dibuat
menjadi afakia dan selanjutnya dipasang lensa kontak. 2-4,9,10

2.2 Miopia tinggi


Miopia tinggi banyak ditemukan pada bayi prematur. Miopia yang signifikan
didapatkan sekitar 20% dari bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1251 gram.
Berat badan lahir rendah dan masa gestasi yang pendek juga berhubungan dengan
meningkatnya miopia.1-4

2.3 Esotropia akomodatif


Esotropia akomodatif merupakan jenis strabismus yang paling sering terjadi pada
pasien pediatrik. Pada anak dengan hiperopia tinggi, lensa kontak mengeliminasi
skotoma sama seperti magnifikasi dan efek prismatik. Lensa kontak juga mengurangi
respon akomodasi yang dibutuhkan untuk penglihatan dekat, pada anak dengan
accomodative convergence/accomodation (AC/A) ratios. 2,3

2.4 Astigmatisme Irreguler


Astigmatisme irreguler tidak dapat dikoreksi dengan kacamata biasa. Lensa kontak
gas-permeable (GP) diperlukan untuk menutupi kornea yang irreguler sehingga
menghasilkan permukaan yang lebih teratur dan fokus yang lebih baik. Penyebab
astigmatisme irreguler antara lain adalah trauma, sikatriks seperti akibat infeksi herpes
simplex virus, dan komplikasi operasi seperti penetrating keratoplasty dimana
astigmatisme lebih dari 5 D biasanya disebabkan operasi post transplantasi kornea. 1-4
3

2.5 Anisometropia
Anisometropia dapat ditemukan pada kasus afakia unilateral dan juga kelainan
refraksi. Anisometropia lebih dari 1 D, pada periode kritikal dari masa perkembangan
visual, dapat menyebabkan amblyopia. Anisometropia pada bayi sering sering hanya
sementara, namun bayo dengan anisometropia lebih dari 3 D pada usia 1 tahun biasanya
menetap pada usia 4 tahun dan berdampak signifikan pada terjadinya amblyopia. Pada
studi pasien dengan amblyopia anisometropik, rata-rata anisometropia pada hiperopia
adalah +2,46 D (rentang sekitar +0,75 sampai +5,25). Pemakaian lensa kontak
mengurangi buramnya bayangan dan ukuran bayangan yang berbeda. Lensa kontak
dan kombinasi dengan terapi oklusi menunjukkan hasil yang baik dalam tatalaksana
amblyopia anisometropia.1-4

2.6 Nistagmus
Nistagmus dapat ditemukan pada keadaan tajam penglihatan yang kurang, tetapi
tidak diketahui apakah nistagmus merupakan penyebab atau efek dari penglihatan yang
berkurang tersebut. Lensa kontak dapat menjadi indikasi untuk mengkoreksi kelainan
refraksi dan mengurangi efek prisma dan distorsi kacamata. Nistagmus dapat terjadi
pada pasien dengan hipoplasia foveal seperti kelainan refraksi yang tinggi yang
berhubungan dengan penyakit genetik seperti Stickler’s syndrome, serta pada albinisme
yang biasanya juga memiliki kelainan refraksi yang tinggi. 3-5

2.7 Fotofobia
Fotofobia dapat dikurangi dengan penggunaan lensa kontak berwarna dan atau
annular (iris). Kondisi yang sering membutuhkan lensa kontak untuk mencegah
fotofobia antara lain : anridia, koloboma iris, kurangnya pigmen okular, dan
akromaptosia. Aniridia dapat kongenital ataupun didapat. Aniridia kongenital memiliki
prognosis yang buruk dan muncul dengan faktor lain yang penting untuk
dipertimbangkan dalam pemasangan lensa kontak seperti adanya katarak, kegagalan
limbal stem cell, kelainan kornea, dan kemungkinan penetrating keratoplasty. Aniridia
4

yang didapat (traumatik atau pembedahan) bisa memiliki permukaan kornea irreguler
yang membutuhkan lensa gas permeable piggyback dengan lensa hydrogel berwarna.
Koloboma iris dapat unilateral atau bilateral. Kondisi tertentu dapat memiliki kelainan
lensa dan retina yang membuat terbatasnya penglihatan. Kekurangan pgmen okular
seperti pada defek transiluminasi iris pada anak dengan albinisme memiliki manfaat
dengan penggunan lensa kontak berwarna pekat dan/atau lensa kontak opaque iris ring.
Akromatopsia (rod monochromacy) merupakan suatu kelainan buta warna autosomal
resesif, akibat kelainan atau tidak adanya fungsi sel kerucut. Akromatopsia
menyebabkan fotofobia yang sehingga membatasi fungsi visual pada pencahayaan
yang terang. Lensa penyerap sinar (penyerapan lebih dari 90%) dapat mengurangi
gangguan visual namun pada kondisi tertentu tidak menjadi pilihan karena tampilan
fisik yang kurang sesuai. Lensa kontak berwarna (tingkat penyerapan 80%) dapat
mengurangi paparan sinar dan lebih dipilih dari sisi estetika. 3,4,6

II. Pemilihan Lensa Kontak


Lensa kontak untuk anak memiliki beberapa jenis. Pemilihan tergantung pada
indikasi dan kebutuhan serta kondisi dari pasien tersebut. Berikut akan dijelaskan
beberapa tipe serta kelebihan dan kekurangan dari tiap jenis lensa kontak tersebut.

2.1 Lensa Hidrogel


Lensa hidrogel merupakan tipe lensa kontak yang paling sering digunakan pada
pediatrik. Lensa dengan kandungan air yang tinggi biasanya dipilih karena dapat
dipakai untuk pemakaian harian atau pemakaian berkelanjutan. Pemakaian harian perlu
dipertimbangkan untuk mengurangi risiko infeksi dan juga transmisi oksigen dapat
berkurang pada lensa yang berkekuatan tinggi seperti pada lensa kontak yang
digunakan untuk koreksi afakia.2,3,7,8
Kelebihan dari lensa hidrogel antara lain adalah dapat dibuat custom dengan
berbagai pilihan ukuran; dapat memberikan kenyamanan yang lebih baik dibanding
pada awal pemakaian pada anak dibandingkan jenis lainnya ; memberikan orang tua
5

perasaan yang relatif lebih tenang pada pemasangan lensa kontak hydrogel pada
anaknya. Kekurangan dari lensa hydrogel antara lain adalah tidak dapat mengkoreksi
astigmatisme; pemasangan yang relatif tidak mudah karena sifat yang lebih elastis; Dk
yang semakin rendah dengan meningkatnya kekuatan dioptri lensa; kemungkinan lebih
mudah terlepasnya lensa akibat eye rubbing. 2,3,7,8

2.2 Lensa Okluder dan Prostetik


Lensa kontak okluder digunakan untuk pasien anak amblyopia yang membutuhkan
terapi patching namun tidak nyaman dengan penggunaan patching biasa karena alasan
fisik ataupun terapeutik. Salah satu kekurangan patching adalah dapat menyebabkan
patch dermatitis. Lensa kontak okluder tidak mudah terlepas dan dapat dipesan dengan
kekuatan dioptri yang lebih tinggi untuk memudahkan pemasangan. Lensa prostetik
digunakan pada kasus aniridia parsial atau total, iris coloboma, dan leukocoria. 2,3,7,8

Gambar 1. Mata kiri sebelum dan setelah dipasang lensa prostetik.


Dikutip dari : Sindt2

2.3 Lensa Silikon Elastomer


Lensa silikon elastomer menjadi pilihan utama untuk pemberian lensa kontak pada
pasien pediatrik dengan afakia. Kelebihan dari lensa ini adalah nyaman dan cukup
mudah digunakan; memiliki transmisibilitas oksigen yang sangat tinggi (Dk 340) dan
telah terbukti aman untuk extended-wear; tidak mudah terlepas atau hilang; memiliki
parameter lensa pada bagian tepinya sehingga mudah untuk diidentifikasi. Kekurangan
dari lensa ini antara lain harga yang mahal; dapat terbentuknya deposit lipid pada
6

permukaan lensa dan sulit dibersihkan; terbatasnya pilihan parameter lensa; tidak
memiliki proteksi sinar ultraviolet; tidak tersedia luas. 1-3,10,11

2.4 Lensa Gas Permeable


Penggunaan Lensa Gas Permeable semakin meningkat dengan perkembangan
automated hand-held keratometer. Lensa ini memberikan hasil yang baik pada
manajemen bayi dengan afakia dan dapat mengkoreksi myopia tinggi dan astigmatisme
ireguler akibat trauma dan sikatriks kornea. Kelebihan dari lensa gas permeable antara
lain memiliki pilihan parameter dan material yang luas; transmisibilitas oksigen yang
tinggi (Dk mencapai 150); memiliki proteksi terhadap sinar ultraviolet; dapat
mengkoreksi astigmatisme; durabilitas yang baik; rigiditas lensa yang memudahkan
pemasangan. Kekurangannya antara lain tidak cocok untuk continuous wear; rasa tidak
nyaman pada awal pemakaian; membutuhkan pengalaman yang lebih baik untuk
proses fitting dibandingkan jenis lensa lainnya.1-4,12

III. Pemeriksaan dan fitting lensa kontak


Pengukuran okular sulit dilakukan pada bayi tanpa penggunaan sedasi. Pengukuran
kurvatura dapat dilakukan dengan hand-held keratometer. Pemilihan base curve dan
diameter berdasarkan usia pasien cukup membantu pada saat pemeriksaan awal.

3.1 Pemeriksaan segmen anterior


Pemeriksaan segmen anterior adalah aspek yang penting pada fitting lensa kontak.
Metode sederhana untuk menentukan adanya lesi pada kornea adalah dengan sinar
ultraviolet dan pewarnaan fluorescein. Slit lamp standar dapat digunakan pada
pemeriksaan bayi dengan menggunakan teknik ‘flying baby’ atau dengan
menggunakan hand-held slit lamp.1-3
7

Gambar 2. Teknik ‘flying baby’ pada slit-lamp.


Dikutip dari : Tromans1

3.2 Sedasi
Fitting lensa kontak dan examination under anesthesia (EUA) dilakukan pada anak
yang tidak bisa tenang. Conscious sedation merupakan tipe anestesi yang paling sering
dilakukan pada fitting lensa kontak, namun sedasi penuh juga diperlukan pada
kebanyakan kasus. Conscious sedation biasanya dilakukan dengan penggunaan obat
oral, untuk mengurangi kesadaran secara minimal dengan tetap terjaganya jalan napas.
Pasien dipuasakan untuk makanan padat 6-8 jam, dan untuk cairan dipuasakan 3-4 jam
sebelum sedasi.1-4

3.3 Keratometri
Nilai keratometri bervariasi sesuai dengan usia dan faktor patologis pada mata. Bayi
prematur memiliki nilai kurvatura kornea yang lebih tinggi. Mata yang berukuran lebih
kecil seperti pada pasien dengan persistent hyperplastic primary vitreous (PHPV) juga
memiliki nilai kurvatura kornea yang lebih tinggi. 1-4
8

Gambar 3. Automated hand-held keratometer.


Dikutip dari : Tromans1

3.4 Diameter kornea


Diameter kornea dapat diukur menggunakan penggaris pupillary distance. Diameter
kornea pada saat lahir berukuran kurang lebih 10 mm, pada microphtalmia dan PHPV
sekitar 6-7 mm, pada usia 2-4 tahun sekitar 11.5 mm.1-4

3.5 Refraksi
Pengukuran kelainan refraksi atau overrefraksi lensa kontak dilakukan dengan
retinoskopi. Penggunaan obat sikloplegik direkomendasikan pada pasien pediatrik
karena disamping untuk menghilangkan efek akomodasi yang masih kuat juga
bertujuan untuk melebarkan pupil untuk memudahkan pemeriksaan.1-4

3.6 Biometri
Panjang aksial bola mata dan radius kurvatura kornea dapat diukur dengan
ultrasound dan keratometri sebelum dilakukan operasi katarak. Pengukuran ini dapat
menentukan kekuatan dioptri lensa kontak yang dibutuhkan setelah operasi dengan
menggunakan suatu formula kalkulasi IOL seperti formula Holladay. Hal ini berguna
dalam mendapatkan spesifikasi yang lebih tepat dan dapat mengurangi jumlah lensa
kontak yang digunakan untuk fitting awal.1,2, 14,15
9

4. Komplikasi
Infeksi ringan sampai berat dapat terjadi terutama pada pasien dengan lensa kontak
extended wear. Orang tua pasien harus selalu memperhatikan pada saat pelepasan lensa
kontak apakah melihat adanya kemerahan dan segera melepas lensa kontak serta
kontrol secepatnya apabila terjadi kemungkinan komplikasi. Penyebab kemerahan
lainnya adalah adanya inflamasi, reaksi alergi, atau kemungkinan fitting yang terlalu
ketat. Neovaskularisasi kornea terjadi pada 25% kasus pasien yang datang ke klinik
lensa kontak pediatrik Moorefield sesuai yang dilaporkan oleh Moris dan Taylor.
Neovaskularisasi juga dapat terjadi terutama pada penggunaan lensa kontak
continuous-wear, dimana pada kondisi ini perlu dipertimbangkan untuk mengganti ke
jenis lensa gas-permeable atau lensa silikon hidrogel. Konjungtivitis papilaris dapat
terjadi akibat iritasi atau alergi terhadap cairan pembersih lensa atau adanya deposit
protein pada lensa. Afakia pada bayi memiliki risiko 25% untuk terjadinya glaukoma
sehingga tekanan intraokular perlu diukur pada setiap kunjungan. Kemungkinan
komplikasi lainnya seperti ablasio retina perlu dipikirkan terutama pada kasus miopia
tinggi sehingga pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan. 1,2,5
10

5. Kesimpulan
Pasien pada usia bayi dan anak membutuhkan lensa kontak pada keadaan tertentu,
seperti pada kasus afakia, kelainan refraksi, terapi amblyopia, dan lainnya. Fitting lensa
kontak pada bayi dan anak merupakan tantangan dan memberikan kepuasan tersendiri
untuk praktisi lensa kontak. Pemberian lensa kontak memiliki indikasi refraktif,
kosmetik, dan terapeutik. Pemberian lensa kontak pada anak telah teruji efektif dan
aman, walaupun tetap memiliki beberapa kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tromans C, Wilson H. Babies and children. Dalam: Efron N, editor. Contact lens
practice. Edisi ke-3. Edinburgh: Elsevier; 2018. Hal 268-74.
2. Sindt CW. Pediatric contact lens fitting. Dalam: Hom MM, Bruce AS, editor. Manual
of contact lens prescribing and fitting. Edisi ke-3. St. Louis: Butterworth-Heinemann,
2006. Hal 599-634.
3. Trivedi RH, Wilson ME, et al. Contact lenses for children. Dalam: Agarwal S, editor.
Dr Agarwal’s textbook on contact lenses. Edisi ke-1. New Delhi: Jaypee Brothers;
2005. Hal 207-24.
4. Gasson A, Morris J. The contact lens manual. Edinburgh: Butterworth-Heinemann,
2010; Hal 367-72.
5. Penix K, Swanson MW, DeCarlo DK. Nystagmus in pediatric patients: interventions
and patient-focused perspectives. Clin Ophthalmol. 2015 Aug 21;9:1527–36.
6. Omar R, Idris SS, Meng CK, Knight VF. Management of visual disturbances in
albinism: a case report. J Med Case Rep. 2012 Sep 19;6:316.
7. Ghanem CC, Walline JJ. Pediatric contact lenses. Dalam: Contact lenses in ophtalmic
practice. New York: Springer-Verlag; 2004. Hal 130-5.
8. Bullimore MA. The Safety of Soft Contact Lenses in Children. Optom Vis Sci. 2017
Jun;94(6):638–46.
9. The Infant Aphakia Treatment Study Group. A Randomized Clinical Trial Comparing
Contact Lens to Intraocular Lens Correction of Monocular Aphakia during Infancy:
HOTV Optotype Acuity at Age 4.5 Years and Clinical Findings at Age 5 years. JAMA
Ophthalmol. 2014 Jun;132(6):676–82.
10. Lindsay RG, Chi JT. Contact lens management of infantile aphakia. Clinical and
Experimental Optometry. 2010 Jan 1;93(1):3–14.
11. Smith MJ, Walline JJ. Controlling myopia progression in children and adolescents.
Adolesc Health Med Ther. 2015 Aug 13;6:133–40.
12. Jones-Jordan LA, Walline JJ, Mutti DO, Rah MJ, Nichols KK, Nichols JJ, et al. Gas
Permeable and Soft Contact Lens Wear in Children. Optom Vis Sci. 2010
Jun;87(6):414–20.
13. Russell B, Ward MA, Lynn M, DuBois L, Lambert SR. The Infant Aphakia Treatment
Study Contact Lens Experience: One-Year Outcomes. Eye Contact Lens. 2012
Jul;38(4):234–9.
14. Trivedi RH, Wilson ME. Selection of an Initial Contact Lens Power for Infantile
Cataract Surgery without Primary Intraocular Lens Implantation. Ophthalmology.
2013 Oct;120(10):1973–6.
15. Trivedi RH, Lambert SR, Lynn MJ, Wilson ME. The role of preoperative biometry in
selecting initial contact lens power in the Infant Aphakia Treatment Study. J AAPOS.
2014 Jun;18(3):251–4.

11

Anda mungkin juga menyukai