Anda di halaman 1dari 167

GANGGUAN TULANG

BELAKANG
dr. Jainal Arifin, M.Kes., Sp.OT (K) Spine
Objektif Pembelajaran
• Dapat mendiagnosa dan merujuk pasien dengan :

• Deformitas tulang belakang

• Spondylitis

• Spondylodiscitis

• Teratoma sacrocoxigeal

• Dapat menjelaskan :

• Spondylolisthesis

• Spondylolysis
DEFORMITAS TULANG
BELAKANG
Deformitas Tulang Belakang
• Deformitas dewasa
• Idiopatik dewasa dan skoliosis degeneratif
• Ketidakseimbangan sagittal yang menetap
• Spondylolysis
• Spondylolisthesis

• Deformitas anak-anak
• Pediatric cervical disorders
• Skoliosis Idiopathik
• Degeneratif Sagittal plane
• Deformitas Neuromuscular spinal
• Congenital scoliosis

• Spondylitis

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


DEFORMITAS DEWASA
• Skoliosis Idiopatik dewasa dan Skoliosis degeneratif
• Ketidakseimbangan sagittal yang menetap
• Spondylolysis
• Spondylolisthesis
Skoliosis Idiopatik Dewasa dan
Skoliosis Degeneratif
Definisi
Skoliosis dewasa didefinisikan sebagai kelengkungan
tulang belakang ke sisi lateral sebesar 10 derajat atau lebih
pada tulang yang telah matur (pasien berusia 18 tahun
atau lebih).
• Skoliosis idiopatik dewasa: Pasien telah mengalami
skoliosis sejak kecil/remaja dan telah tumbuh menjadi
dewasa, yang etiologinya masih tidak diketahui
• Skoliosis degenerative (De novo scolios): Skoliosis
mulai timbul saat pasien telah dewasa akibat degenerasi
diskus asimetris multilevel. Diskus degeneratif lebih
banyak di satu sisi daripada yang lain, mengakibatkan
deformitas
Etiologi
• Gangguan primer di otot
• Defek sistem fiber elastis ( abnormal metabolism fibrilin)
• Pertumbuhan tulang yang tidak terkontrol
Epidemiologi
• Prevalensi skoliosis pada populasi pasien dewasa
berkisar antara 2% - 32%
• Kebanyakan didapatkan pada pasien berusia di atas 40
tahun
• Kebanyakan pasien scoliosis idiopatik adalah wanita.
Manifestasi Klinis
• 90% pasien skoliosis dewasa datang
dengan keluhan utama NYERI
→ Gali karakteristik nyerinya
• Dapat terjadi defisit neurologis
• Biasanya seseorang terlihat pola kurva
lumbal ganda di mana satu kurva, yang
paling umum adalah sisi kiri, berasal dari
T12 sampai L3 dan kurva kedua berada
di sisi kanan dari L3 sampai sacrum.
• Pada L3-L4 biasanya ada subluksasi
rotasi dengan listhesis lateral, yang
membentuk segmen transisi antara dua
kurva.
Radiologi
Terapi
Manajemen nonoperatif meliputi:
• analgetik
• orthotik
• Terapi fisik
• Manipulasi manual
• Modifikasi aktifitas
• Terapi perilaku, dan
• injeksi

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Indikasi untuk terapi pembedahan
• Deformitas yang progresif
• Nyeri yang progresif
• Gejala ”Spinal claudication”
• Defisit Neurologik
Ketidakseimbangan Sagittal yang
Menetap
Definisi
• Suatu kondisi yang terjadi sebagai akibat hilangnya
lordosis lumbar normal atau peningkatan kyphosis dada,
atau keduanya, menyebabkan perpindahan kepala ke
arah relatif terhadap sakrum dan panggul.
Etiology
• Etiologi :
• Penggunaan instrumentasi Harrington untuk penatalaksanaan
skoliosis
• Ketidakseimbangan sagital yang degeneratif
• Pasien post traumatik
• Pasien dengan ankylosing spondylitis

• Konsekuensi:
• Kesulitan dalam melihat kearah depan
• Fleksi Panggul dan lutut menjadi kontrakture
• Kehilangan stamina fisiologis sebagai akibat dari peningkatan
output energi

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Riwayat Klinis
• Durasi gejala
• Tipe dan lokasi nyeri
• Gejala dari stenosis spinal
• Lemah dan terbatasnya stamina serta hilangnya
kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari hari.
• Operasi spinal yang pertama kali ( level dekompresi atau
fusi dan komplikasi setelah pembedahan )
• Komorbid (diabetes, penyakit jantung and osteoporosis)

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Pemeriksaan Fisis
• Keseimbangan saat berdiri
• Ketidak mampuan untuk berdiri tegak
• Harus membengkokkan lutut untuk berdiri tegak
• Cara berjalan
• Tanda mielopati servikal atau torakal

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Penatalaksanaan
• Pasien dengan simptom minimal atau sedang :
pembedahan mungkin tidak perlu

• Penatalaksanaan Nonoperative :
• Terapi fisik
• Pengobatan anti inflamasi
• Modifikasi gaya hidup

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


SPONDILOLISIS
Definisi
• Defek di pars interartikularis dari arkus vertebra posterior
dan penyebab utama dari nyeri pada punggung dan
disabilitas

• Umumnya disebabkan oleh berulang dan meningkatnya


stress

• Dapat menyebabkan instabilitas dari kolom spinal

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Asian Spine J 2014;8(6):856-863 •http://dx.doi.org/10.4184/asj.2014.8.6.856
Br J Sports Med 2000;34:415–422
Anatomy
• Regio antara artikulasi facet
vertebra superior dan inferior

• Area terlemah dari arkus neural

• Rentan terhadap fraktur stress

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Epidemiologi
• Pria : wanita = 2 : 1

• Eskimo >> kulit putih >> afrika amerika

• bilateral defek → kemungkinan lebih besar untuk listesis

• Lokasi umum dari defek spondilolisis → L5

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Asian Spine J 2014;8(6):856-863 •http://dx.doi.org/10.4184/asj.2014.8.6.856
Br J Sports Med 2000;34:415–422
Patofisiologi
• Predisposisi Genetik

• Spondylolisis muncul pada 15–70% dari saudara dekat


individu dengan penyakit ini.

• Faktor resiko spondilolisis, aktifitas yang meliputi


hiperekstensi dari vertebra lumbal, lordosis persisten, dan
beban repetitif

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Asian Spine J 2014;8(6):856-863 •http://dx.doi.org/10.4184/asj.2014.8.6.856
Br J Sports Med 2000;34:415–422
Manifestasi Klinis
• Low back pain (onset terkait dengan riwayat trauma)
• Jarang menjalar ke bokong atau paha bagian posterior
• Memburuk dengan aktifitas atau pada hiperekstensi vertebra
• Eksaserbasi nyeri : mengangkat berat
• Antalgic gait, peningkatan lumbar lordosis, hamstring
tightness
• Nyeri fokal pada kasus akut, dan rasa tidak nyaman pada
kasus kronis
• Tes hiperekstensi satu kaki→ untuk membedakan unilateral
dan bilateral spondilolisis
Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011
Asian Spine J 2014;8(6):856-863 •http://dx.doi.org/10.4184/asj.2014.8.6.856
Br J Sports Med 2000;34:415–422
Temuan Radiologis
• Pada rontgen AP (Ferguson view), lateral, oblique
• Potongan oblique kanan dan kiri
• Oblique → sensitif dalam mendiagnosis spondilolisis
• Lateral views (Posisi berdiri) → derajat listhesis pada
spondilolisthesis

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Asian Spine J 2014;8(6):856-863 •http://dx.doi.org/10.4184/asj.2014.8.6.856
Br J Sports Med 2000;34:415–422
Penatalaksanaan

Asian Spine J 2014;8(6):856-863 •http://dx.doi.org/10.4184/asj.2014.8.6.856


Penatalaksanaan
• Terutama fokus pada mengurangi nyeri, menguatkan otot
tubuh dan restorasi ROM lumbar

• Intervensi operatif diindikasikan pada pasien dengan nyeri


yang persisten, spondilolistesis progresif, atau gejala
neurologis yang gagal dengan terapi konservatif.

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Asian Spine J 2014;8(6):856-863 •http://dx.doi.org/10.4184/asj.2014.8.6.856
Br J Sports Med 2000;34:415–422
Spondilolistesis
Definisi
• Spondylos, berarti “vertebrae,” and
olisthesis, berarti “bergeser”

• Translasi ke arah depan dari salah


satu vertebra terhadap vertebra
lainnya pada potongan sagital dari
tulang belakang

• Spondilolistesis paling sering terjadi


pada → L5–S1
Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011
Eur Radiol . 2014 February ; 24(2): 441–448. doi:10.1007/s00330-013-3041-5
Rev Bras Ortopv.49(1); Jan-Feb 2014PMC4511775
Etiologi
• Dikarenakan pusat gravitasi tubuh yang terletak di
anterior dari lumbosacral joint, pergeseran muncul ketika
vertebra lumbal berotasi mengelilingi sacral dome

• Usia pasien ketika defek ini muncul dan letak vertebra


secara sagital yang menentukan progresifitas deformitas

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Eur Radiol . 2014 February ; 24(2): 441–448. doi:10.1007/s00330-013-3041-5
Rev Bras Ortopv.49(1); Jan-Feb 2014PMC4511775
Klasifikasi

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Meyerding Grading
Manifestasi Klinis
• Nyeri pinggang bawah (kadang
menjalar ke bokong dan paha
bagian posterior jika saraf L5
terkena)
• Kekakuan pada otot hamstring
(karena fixed flexion pada pinggul
dan lutut)
• Peningkatan sudut popliteal pada
tes straight-leg raise
• Defisit neurologis fokal atau
radikulopati
• Phalen-Dickson sign
Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011
Eur Radiol . 2014 February ; 24(2): 441–448. doi:10.1007/s00330-013-3041-5
Rev Bras Ortopv.49(1); Jan-Feb 2014PMC4511775
• Beban konstan pada bagian yang defek akan
mengganggu penyembuhan tulang yang berakibat
penyatuan dengan jaringan fibrosa yang akan menjadi
sumber sakit yang persisten
• Ekspansi lokal dari jaringan parut fibrocartilaginois di
dalam area yang mengalami defek dapat menyebabkan
penekanan pada serabut saraf
• Penekanan pada serabut saraf juga meningkatkan
progresi dari olisthesis, meningkatkan kemungkinan lebih
lanjut gejala radikular dengan perkembangan penyakit
• Subluksasi dengan derajat yang lebih tinggi → tarikan pada
cauda equina di atas sacrum → gejala dan tanda dari kompresi
cauda equina (perineal parestesia, penurunan tonus sphincter,
dan retensi urine)

Low grade High grade


Temuan radiologis
• Foto polos AP, lateral,
oblique
• Pemeriksaan lanjutan
direkomendasikan
setidaknya per tahun
sampai terjadi maturitas
skeletal dan lebih sering
dilakukan pada puncak
kecepatan pertumbuhan
sebelum pubertas
Terapi

Asian Spine J 2014;8(6):856-863 •http://dx.doi.org/10.4184/asj.2014.8.6.856


Treatment
• Terapi konservatif direkomendasikan sebagai modalitas
awal
• Pentingnya pemeriksaan lanjutan radiografis dan
neurologis harus ditekankan → resiko lebih tinggi untuk
progresi pergeseran karena hipoplasia dari facet
• Dokumentasi dari persentase pergeseran, sudut, inklinasi
sacral, wedging, dan pergeseran dari pelvis
direkomendasikan untuk didokumendasikan sebagai
catatan perkembangan dari deformitas
DEFORMITAS PADA ANAK
• Kelainan servikal pediatrik
• Scoliosis idiopatik
• Deformitas sagittal plane
• Deformitas neuromuscular spinal
• Scoliosis congenital
Kelainan servikal pediatrik
Torticollis
Kelainan servikal
Torticollis
Definisi
• Torticollis adalah diagnosis klinis berdasarkan dari
kemiringan kepala dibandingkan dengan deviasi rotatori
dari cranium
Tipe torticollis
• Congenital muscular torticollis → pada periode newborn
• Penyebab tidak diketahui, namun dihipotesakan timbul
akibat dari penekanan jaringan lunak pada bagian leher
selama persalinan yang menyebabkan sindroma
kompartemen
Penyebab Torticollis
• Anomali kongenital dari craniocervical junction atau cervical spine bagian
atas
• Disfungsi dari ocular atau auditori
• Tumor yang melibatkan fossa posterior, batang otak atau medulla spinalis
• Tumor osseus (osteoid osteoma, aneurysmal bone cyst)
• Infeksi
• Kelainan inflamasi (contoh: Juvenile rheumatoid arthritis)
• Fraktur
• Subluksasi rotatori dari sendi atlantoaxial
• Sindroma Sandifer (Gastroesofageal reflux dan torticollis)
Manifestasi klinis
• Alignment dan gerak servikal yang normal
• Riwayat infeksi saluran pernafasan atas yang baru
• Pemeriksaan neurologis normal dan spasme pada otot
sternocleidomastoid pada sisi kontralateral dari sisi
kepala yang miring → deformitas “cock robin”
Terapi
• Soft cervical collar dan restriksi aktivitas
• Traksi dengan penahan kepala
• Jika tereduksi → imobilisasi dilanjutkan setidaknya 6
minggu dengan Minerva cast atau halo cast
• Pembedahan diindikasikan pada kegagalan reduksi
setelah terapi traksi
• Sternocleidomastoid Release
Anomali servikal
Definisi
• Berhubungan dengan deformitas spinal, instabilitas
spinal, dan kompresi batang otak yang menyebabkan
mielopati
Lokasi dari anomali servikal
Regio Occipital – C2
1. Anomali kongenital berhubungan dengan kompresi
neural
a. Impresi Basilar
b. Stenosis servikal kongenital
c. Malformasi Arnold-Chiari

2. Anomali berhubungan dengan instabilitas servikal pada


occipital – C1
a. Occipitalisasi dari C1 (displasia skeletal)
b. Displasia Skeletal (e.g. Kniest’s dysplasia)
c. Sindroma Down’s
Lokasi Kelainan Servikal
3. Kelainan karena ketidakstabilan pada C1–C2
a. Kelainan Odontoid (aplasia, hypoplasia, os odontoideum)
b. Skeletal dysplasia (e.g. mucopolysaccharidosis)
c. Down syndrome
Lokasi Kelainan Servikal
DAERAH SUBAXIAL CERVICAL
1. Kelainan karena deformitas dan ketidakstabilan Klippel-
Feil
2. Gangguan tambahan lain
a. Postlaminectomy kyphosis
b. Neurofibromatosis
c. Skeletal dysplasia (e.g. Larsen’s syndrome)
Penekanan Basilar
• Penekanan Basilar → pergesaran ke bawah dari dasar
tengkorak sekitar area foramen magnum.
• Diidentifikasi dengan adanya protrusi dari ujung odontoid
melalui foramen magnum.
Masalah Klinis
• Pasien memiliki leher pendek, gerakan leher yang sangat
nyeri, tengkorak serta wajah yang tidak simetris, nuchal
pain, vertigo, long-tract signs disertai dengan ataksia
cerebelar, dan terkena lower cranial nerve yang
menyebabkan disartria dan disfagia
Tatalaksana
• Dekompresi→ reseksi anterior transoral odontoid atau
kraniektomi suboccipital posterior dan laminektomi C1
• Stabilisasi
Idiopathic Scoliosis
Idiopathic Scoliosis
• Tipe skoliosis tersering
• Ditandai dengan lateral bending dan rotasi menetap dari
tulang belakang tanpa ada penyebab yang diketahui
• Kriteria untuk diagnosis → lengkung tulang belakang 10°
atau lebih terlihat dari potongan koronal pengukuran
sesuai dengan Cobb
• Lengkung kurang dari 10° dapat dinamakan spinal
asymmetry

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Klasifikasi
• Diklasifikasikan sebagai
• Infantile (lahir–3 taun)
• Juvenile (3–10 tahun)
• Adolescent (setelah 10 tahun)

• Klasifikasi lain:
• Early-onset scoliosis (0–5 tahun)
• Late-onset scoliosis (setelah 5 tahun)

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Etiologi
• Faktor Genetik:
• Hubungan genetik telah terbukti dan pemeriksaan genetik untuk
idiopathic scoliosis sekarang sudah bisa didapat.
• Faktor Sistem Saraf Pusat:
• SSP asimetris, disfungsi vestibular
• Kolagen, otot, dan kelainan Trombosit
• Faktor pertumbuhan dan hormon
• Pola perkembangan tulang belakang yang asimetris, melatonin
• Faktor Biomekanikal

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Infantile Idiopathic Scoliosis
• Sering terjadi di Eropa tetapi jarang di Amerika Serikat
(1% kasus di Amerika Serikat)
• Laki – laki lebih sering
• Kelainan daerah dada ke arah kiri merupakan pola yang
sering terjadi
• Berhubungan dengan plagiucephaly, hambatan tumbuh
kembang, kelainan jantung bawaan, dan DDH
• Tipe:
• Tipe Resolving (85%)
• Tipe Progresif (15%)

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Tatalaksana Infantile Idiopathic Scoliosis
Tipe Resolving
• Observasi dengan pemeriksaan fisik serial dan monitor
radiografi
• Dianjurkan tidur dengan posisi pronasi karena posisi
supinasi telah terbukti oleh beberapa peneliti
berhubungan dengan Infantile Idiopathic Scoliosis

Tipe Progressive
• Dilakukan serial casting dan dilanjutkan dengan
pemasangan ortosis Milwaukee brace
• Kelainan yang berjalan progresif lebih baik dilakukan
tindakan operasi daripada penggunaan alat ortosis

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Juvenile Idiopathic Scoliosis
• Lebih jarang dibanding tipe adolescent
• Meningkat pada wanita
• Lebih sering arah lengkungan dada ke kanan dan tipe
lengkung ganda
• Sekitar 70% dari kelainan ada berkembang prograsif dan
butuh beberapa bentuk pengobatan (bracing atau
pembedahan
• Dbutuhkan MRI dari semua tulang belakang agar dapat
melihat craniocervical junction sampai sacrum

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Tatalaksana Juvenile Idiopathic Scoliosis
• Pemakaian alat ortosis perlu dilakukan pada lengkung
rentang 25° sampai 50°
• Operasi dapat dipertimbangkan jika lengkung lebih dari
50° sampai 60°.

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Klasifikasi King-Moe
Tatalaksana Adolescent Idiopathic Scoliosis
• Observasi, Ortosis, Operasi (Tiga O)

• Exercise programs, electrical stimulation, special diets,


chiropractic adjustment, acupuncture, atau penanganan
tradisional lainnya efektif dalam mencegah progresivias
lengkunyannya → NO EVIDENCE

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Sagittal Plane Deformities
Tipe SPD
Termasuk:
• Scheuermann’s kyphosis
• Postural round back
• Congenital kyphosis
• Congenital lordosis

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Etiologi SPD
a. Myelomeningocele
b. Idiopathic scoliosis
c. Achondroplasia
d. Postlaminectomy kyphosis
e. Postirradiation kyphosis
f. Tuberculosis
g. Trauma
h. Spondylolisthesis

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Scheuermann's Kyphosis
• Kelainan perkembangan yang
muncul saat dewasa

• Karakteristik dengan
meningkatnya thorakal
kyphosis, diikuti dengan
lumbal hiperlordosis

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Scheuermann's Kyphosis
• Laki laki >> Perempuan
• Nyeri: bersifat menusuk, tidak membangunkan pasien dari
tidurnya, dan tidak menjalar
• Eksaserbasi nyeri : aktifitas yang berlebihan dan duduk
yang berkepanjangan

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Scheuermann's Kyphosis
• Derajat keparahan nyeri pinggang bervariasi, beberapa
pasien membantah gejala yang signifikan, namun
memperlihatkan tanda postur yang buruk.

• Gejala neurologis jarang sekali terjadi.

• Tatalaksana non pembedahan: olahraga dan medikasi anti


inflamasi.

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Postural Roundback
• Kifosis derajat kurang berat (<60°)
• Pasien dapat secara aktif mengkoreksi thorakal kifosis dan
terlihat lebih aktif
• Orang tua juga mungkin memiliki deformitas round-back
• Perubahan Fokal wedging dan endplate tidak terlihat pada
roentgen lateral.
Kongenital Kifosis
• Type I: defek dari pembentukan badan vertebra (hemivertebra)
→ lebih sering, lebih serius → mengakibatkan kifosis angular
yg tajam yang dapat menyebabkan paraplegia
• Type II: defek pada segmentasi badan vertebra (block vertebra
atau bar)
• Type III: lesi mixed atau kombinasi. Defek tipe 1 lebih sering
terjadi dan lebih serius.

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Kongenital Kifosis
Kongenital Kifosis
• Tidak ber respon terhadap terapi non operatif
• Fusi posterior in situ Harus dipertimbangkan pada balita
(1–5 tahun) dengan kifosis <50°
• Kifosis >50° dan anak yang lebih besar memerlukan fusi
anterior dan posterior.

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Kongenital Kifosis
• Kompresi saraf yang simptomatik pada apex kifosis
memerlukan dekompresi
• Pada beberapa deformitas, sirkumferensial dekompresi
dan fusi dapat dicapai melalui satu tahap posterior
surgical approach
• Evaluasi preoperative yg luas diperlukan, termasuk
penilaian kardiopulmoner, evaluasi sistem genutiurinary,
pemeriksaan neurologis yang detail, MRI axis saraf, dan
CT scan untuk mendeteksi kelainan tulang.

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Kongenital Lordosis
• Kelainan yang jarang dijumpai dikarenakan kegagalan
segmentasi posterior, buasanya melibatkan multipel
segmen, dengan pertumbuhan anterior yang persisten.
• Progresive thorakal lordosis menyebabkan berkurangnya
jarak Spinal-sternal dan restriksi dari fungsi pulmoner.
Kongenital Lordosis
• Jika terdiagnosa lebih dini → terapi pembedahan
termasuk fusi anterior spinal untuk mengeliminasi
potensial pertumbuhan anterior.
• Jika pasien terdiagnosa lebih lama → membutuhkan
pembedahan yg lebih komplek
• Deformitas sedang dapat ditangani dengan wide posterior
release diikuti dengan instrumentasi segmental dan fusi.
• Deformitas yang berat memerlukan pembedahan spinal
anterior dan posterior.
• Tes fungsi paru preoperative sangat diperlukan.
• Jika terdapat hipertensi pulmoner dapat meningkatkan
mortalitas, dan mungkin dapat kontraindikasi terhadap
pembedahan.
Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012
Deformitas spinal neuromuskular
Deformitas spinal neuromuskular
• Penyakit neuromuskular dapat menyebabkan deformitas
spinal.
• Imbalans otot spinal beraksi seiring gravitasi pada anak
yang sedang berkembang .→ alterasi dari pola tekanan
vertebral mengakibatkan perubahan sekunder pada
vertebra dan jaringan lunak sekitar spinal, menurut hukum
Heuter-Volkmann (meningkatnya tekanan pada lempeng
pertumbuhan menghambat pertumbuhan dan
menurunnya tekanan cenderung untuk mengakselerasi
pertumbuhan)
• Deformitas yang dapat terbentuk termasuk skoliosis,
hiperkifosis, hiperlordosis, dan kompleks deformitas
multiplanar.

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Deformitas spinal neuromuskular
• Evaluasi membutuhkan penilaian penyakit neuromuscular
yang mendasari, dikombinasikan dengan deformitas
spina
• Evaluasi multidisiplin dibutuhkan untuk masalah yang
berhubungan dengan penyakit neuromuscular.
• Terbentuk pada saat saat awal pertumbuhan
• Kemungkinan besar untuk progresi menjadi berat karena
onset terjadi lebih dini dari penyakit neuromuskular.

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Deformitas spinal neuromuskular
• Cenderung lebih panjang dan melibatkan lebih banyak
vertebra
• Seringkali dibarengi dengan pelvic obliquity, yang dapat
mengganggu kemampuan duduk dan fungsi ekstrimitas
atas, tidak berespon baik terhadap terapi orthotic.
• Seringkali membutuhkan pembedahan spinal.

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Deformitas spinal neuromuskular
• Diagnosa berdasarkan pemeriksaan fisik dan dikonfirmasi
dengan pemeriksaan radiologi
• Jika pasien dapat berdiri Maka dapat dilakukan
pemeriksaan radiologi pada posisi berdiri.
• jika pasien hanya mampu duduk, maka evaluasi
dilakukan dambil duduk.
• jika pasien tidak dapat duduk, maka dilakukan radiologi
posisi berbaring.

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


Deformitas spinal neuromuskular
• Pemeriksa harus menilai kurva magnitude, kurva
progresi, spinal balance, pelvic oblicuity dan kurva
flexibilitas.
• Spinal MRI dibutuhkan jugas jika dicurigai adanya
penyakit intraspinal.
• jika pasien terdiagnosa dengan penyakit neuromuskular,
diharuskan kunjungan berkala setiap tahun di rawat,
untuk menilai deformitas Pembentukan tulang
• pilihan terapi: observasi, manajemen orthotic dan terapi
pembedahan dengan instrumentasi dan fusi spina2

Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012


SKOLIOSIS KONGENITAL
DEFINISI
• Kurvatur lateral tulang belakang → anomali vertebra yang
menghasilkan pertumbuhan asimetri frontal plane.
• Anomali didapatkan pada saat lahir, tetapi kurvatur
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan
gejala.
Skoliosis Kongenital
• Gen homeobox dari kelas Hox diduga bertanggung jawab
atas adanya malformasi kongenital dari spinal
• Kelainan terbentuk selama minggu 4-6 masa embrionik
• Kategori utama:
- defek segmentasi
- defek formasi
Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012
Devlin VJ. Spine Secrets Plus 2nd Ed. 2012
Skoliosis Kongenital
• Peranan terapi brace untuk skoliosis kongenital terbatas
• Orthosis tidak akan menghentikan perkembangan
kelainan struktur kekakuan kongenital.
• Brace mungkin mengontrol kurvatur terkompensasi atau
kurvatur panjang yang fleksibel di mana kekakuan
kongenital terdiri atas bagian kecil dari keseluruhan
deformitas spinal.
• Total contact braces mungkin membatasi perkembangan
dinding dada dan sebaiknya tidak digunakan.
• Milwaukee brace (cervicothoracolumbosacral orthosis,
CTLSO) lebih disukai/baik.
ANKYLOSING SPONDILITIS
DEFINISI
• Suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai oleh gejala
utama yang bervariasi dan adanya keterlibatan progresif
dari sacroiliaka dan sendi aksial skelet.
• Merupakan bentuk dari spondiloartropati
• Ditandai dengan artritis aksial skelet, tidak adanya faktor
reumatoid serum, berkurangnya nodul reumatoid, dan
ditemukan HLA-B27
EPIDEMIOLOGI
• Laki-laki : perempuan = 3:1
• Perempuan → gejala tidak terlalu tampak , penyakit tidak
berat, lebih sering pada penyakit servikal dengan sedikit
gejala lumbal.
• Jarang terjadi pada usia di atas 50 tahun.
Patogenesis
• Tidak diketahui
• Predisposisi genetik
Gejala Klinis
• Nyeri punggung → memberat pada pagi hari, memberat
dengan latihan
• Kekakuan
• Susah tidur
• Lemas
• Ratanya tulang belakang lumbar
• Kehilangan lordosis normal
Gejala Klinis
• Penyakit tulang belakang lumbosakral → lebih sering
• Penyakit tulang belakang thoracic → penurunan gerakan
pada sendi kostovertebral, berkurangnya ekspansi dada,
dan kerusakan fungsi paru.
• Penyakit tulang belakang servikal → jarang terjadi, gejala
awal kaku dan nyeri leher, menyebabkan kepala menonjol
ke depan.
Gejala Klinis
• Artritis sendi perifer (panggul, lutut, siku, bahu,
pergelangan kaki) terjadi pada 30% pasien pada 10 tahun
pertama diagnosa.
• Manifestasi ekstra-artikular → demam, penurunan berat
badan, iritis, uveitis anterior, juga dapat disertai kelainan
pada jantung dan atau paru-paru.
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan muskuloskeletal → terbatasnya gerakan
aksial skelet
• Perkusi sendi sakroliaka → nyeri
• Pengukuran gerakan spinal → Tes Schober, membungkuk
ke samping pada tulang belakang lumbosakral, occiput ke
dinding, ekspansi dada
• Otot paraspinous dapat nyeri pada palpasi→ gerakan
mundur terbatas
• Pengukuran finger-to-floor
Laboratorium
• Tidak spesifik
• Anemia sedang pada 15% pasien
• Peningkatan eritrosit pada 80% pasien
• Pasien dengan nilai sedimentasi normal → peningkatan
CRP
• HLA positif pada 90% pasien
Penilaian Radiologi
DIAGNOSIS
TABEL 33-1 Kriteria Diagnosis Ankylosing Spondilitis
Kriteria Rome
A. Kriteria Klinik

1. Nyeri punggung bawah dan kaku selama 3 bulan tidak berkurang dengan
istirahat
2. Nyeri dan kaku pada daerah thoracic
3. Keterbatasan gerak pada daerah lumbar
4. Terbatasnya ekspansi dada
5. Riwayat iritis atau sekuelenya
B. KRITERIA RADIOLOGIK
1. Radiograph menunjukkan perubahan sacroiliaka bilateral karakteristik
angkylosing spondilitis
Diagnosis
Kriteria B + 1 kriteria klinis atau 4 kriteria klinis dan tidak ada gambaran
sacroiliitis
Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011
Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011
Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011
Spondilitis piogenik
Defenisi
• Suatu kondisi neurologis yang dapat mengancam hidup
• Ini mencakup berbagai entitas klinis, termasuk
spondylodiscitis piogenik, diskitis septik, osteomielitis
vertebral, dan abses epidural.

International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:397–404


Epidemiologi
• Tulang belakang adalah tempat infeksi yang umum dan
menyumbang 2-7% dari semua kasus infeksi
muskuloskeletal
• Sekitar 95% infeksi tulang belakang piogenik melibatkan
vertebral body dan / atau diskus intervertebral, dengan
hanya 5% yang melibatkan elemen posterior tulang
belakang.
• Insiden: 0,2-2 kasus per 100.000 per tahun
• Kejadiannya meningkat, kemungkinan terkait dengan
harapan hidup penderita dengan penyakit kronis yang
melemahkan

International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:397–404


Epidemiologi
• Berpengaruh dominan pada masyarakat usia dekade
kelima kehidupan mereka dan angka kejadiannya
disesuaikan dengan peningkatan usia setiap dekade
setelahnya
• Laki-laki: perempuan = 2: 1

International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:397–404


Faktor-faktor Predisposisi
• Diabetes mellitus
• Protein malnutrition → decreased number of T cells with
impaired cytokines productions
• Malnutrisi protein: menurunkan jumlah sel T dengan
berkurangnya produksi sitokin
• Penyalahgunaan zat tertentu
• Infeksi HIV: neutrofil defektif, penurunan jumlah sel dan
disfungsi leukosit
• Keganasan
• Penggunaan steroid jangka panjang: menurunkan respon
seluler dan humoral terhadap agen infeksius
• Gagal ginjal kronik
• Sirosis hepatis
• Septikemia
International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:397–404
Patofisiologi
• Biasanya timbul dari penyebaran hematogen bakteri
• Rute penyebaran melalui arteri lebih sering terjadi
daripada rute vena, biasanya dari kulit, saluran
pernafasan, saluran genitourinari, saluran gastrointestinal
atau rongga mulut, sehingga menyebabkan bakteriemia.
• Sumsum tulang selular dan suplai darah yang lamban tapi
banyak ke tulang belakang membuatnya sangat rentan
terhadap inokulasi bakteri dan infeksi.

International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:397–404


Patofisiologi
• Keterlibatan segmen vertebra yang berdekatan dapat
dijelaskan oleh suplai arteri kerangka aksial
• Arteri segmental yang sama memasok intervening disc
dan juga bagian bawah vertebra atas dan bagian atas
dari vertebra bagian bawah yang berdekatan.
• Dengan demikian, spondilitis piogenik biasanya
melibatkan dua vertebra yang berdekatan dan intervening
disc

International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:397–404


Patofisiologi
• Pada anak-anak, inokulasi bakteri melalui saluran
vaskular yang menetap di ruang diskus dan diskitis
piogenik dapat terjadi setelah bakteriemia.
• Pada orang dewasa, diskus bersifat avaskular, bakteri
menyerang arcade end-arterial di daerah subchondral
yang bersebelahan dengan diskus intervertebralis. Infeksi
kemudian menyebar dengan memanjang langsung
melalui end plate ke diskus intervertebralis

International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:397–404


Patofisiologi
• Pada tulang belakang lumbal, pleksus vena paravertebral
Batson dapat bertindak sebagai jalur potensial infeksi,
terutama pada kasus sepsis yang berasal dari organ
dalam pelvis
• Pada tulang belakang cervical, pleksus vena faringeal
pre-vertebralis dapat bertindak sebagai rute penyebaran
bakteri dalam kasus infeksi di sekitar daerah kepala dan
leher.

International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:397–404


Etiologi
• Organisme umum: Spesies Staphylococcus aureus dan
streptococcus
• Escherichia coli dan proteus mungkin ada pada pasien
dengan infeksi saluran kemih
• Pada penyalahguna obat intravena, basil Gram negatif
sering terisolasi
• Pada pasien yang mengalami immune-compromise ,
organisme dengan virulensi rendah seperti
staphylococcus negatif koagulase dan streptokokus
viridians juga dapat menyebabkan infeksi.

International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:397–404


Etiologi
• Organisme anaerob dapat diinokulasi secara langsung
ke pasien dengan trauma tulang belakang yang tajam dan
sering terjadi pada pasien diabetes mellitus
• Osteomielitis Salmonella dapat menjadi penyebabnya
terutama pada anak-anak dengan anemia sel sabit
• Pada sepertiga kdai semua kasus organisme infeksi tidak
pernah teridentifikasi

International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:397–404


Manifestasi Klinis
• Nyeri punggung atau leher (> 90% kasus)
• Demam biasanya tidak ada (<20% pasien)
• Gejala lainnya termasuk mual, muntah, anoreksia,
penurunan berat badan, letargi, dan kebingungan
• Kesulitan menelan juga merupakan gejala lain, yang
mungkin disebabkan oleh spondilitis pirogenik servikal
dengan abses retropharyngeal.
• Kelemahan ekstremitas, numbness dan disfungsi sfingter
dapat disebabkan oleh kompresi sumsum tulang
belakang atau cauda equina

International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:397–404


Tes Lab
• Tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) adalah indikator
laboratorium yang sensitif terhadap infeksi pirogenik
• ESR rata-rata pada pasien dengan spondilitis pirogenik
berkisar antara 43-87 mm per jam
• Peningkatan ESR berkorelasi dengan adanya respon
inflamasi namun tidak spesifik untuk infeksi
• ESR normal dalam mode yang irreguler dan lambat
bahkan setelah berhasil mengobati infeksi
• ESR menyediakan data tambahan mengenai
kemungkinan adanya infeksi dan beberapa informasi
mengenai respons terhadap pengobatan

International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:397–404


Tes Lab
• Protein C-reaktif (CRP) adalah protein fase akut yang
disintesis oleh hepatosit
• Meningkat pada 90% atau lebih pasien dengan infeksi tulang
belakang
• Lebih spesifik dibanding ESR
• CRP normalisasi pascaoperasi atau setelah pengobatan
yang tepat untuk proses infeksi lebih cepat daripada ESR
• Oleh karena itu, elevasi dalam CRP dan / atau ESR tidak
boleh dianggap patognomonik untuk infeksi
• Namun, ESR dan CRP berfungsi sebagai tes skrining dan
surveilans yang baik dalam diagnosis dan pengobatan
infeksi tulang belakang
International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:397–404
Tes Lab
• Jumlah sel darah putih (WBC) mungkin tidak meningkat
pada pasien dengan infeksi tulang belakang
• WBC tidak terlalu berguna dalam membuat diagnosis
infeksi tulang belakang, namun harus menjadi bagian dari
pemeriksaan infeksi / demam karena dapat memberikan
beberapa panduan umum mengenai respons terhadap
pengobatan.

International Orthopaedics (SICOT) (2012) 36:397–404


Pemeriksaan laboratorium
• Dapat memberikan informasi berbagai kemungkinan
sumber infeksi . Kultur darah, urinalisis dan kultur urine
sebaiknya diperiksa pada pasien yang dicurigai menderita
infeksi tulang belakang
• Sekitar 25-29% dari hasil positif suatu kultur darah dapat
mengidentifikasi mikroorganisme penyebab penyakit
• Kultur sputum sebaiknya diperiksa untuk mencari
penyebab infeksi rongga dada dengan gejala subklinis
Radiologi
• Foto polos x-ray dilakukan kepada seluruh pasien yang
dicurigai menderita infeksi tulang belakang
• Melalui foto x-ray dapat diketahui derajat destruksi tulang
serta evaluasi berbagai penyebab kelainan bentuk dari
sisi depan yang dicurigai berasal dari proses sebuah
penyakit.
• Tanda- tanda awal terjadinya kelainan dapat berupa blur
(kabur) di end plate dan terdapatnya penyempitan celah
antar diskus vertebra yang dapat terjadi sekitar 2-8
minggu setelah infeksi terjadi.
• Gold standar → MRI
• Fig 2
• T6/7 gambaran spondylodiscitis pyogenic dengan
kyphosis serta destruksi end plate dan diskus
• Fig 3
• A) T1 – weight image
• B) T2 – weight image
• C) T3 – weight dengan contrast pada pasien yang menunjukkan fraktur
dari spondylitis pyogenic pada L4/5 dengan abscess epidural
Biopsi
• Penegakan diagnosis pasti dari spondylitis pyogenic
hanya dapat melalui pemeriksaan mikroskopik/
bakteriologik dan kultur dari jaringan yang terinfeksi

• Jika tidak terdapat hasil kultur darah yang positif,


algoritme penanganan yang direkomendasikan pada
pasien dengan kondisi yang masih stabil adalah dengan
mempertahankan pemberian antibiotik yang telah
diberikan sampai dilakukannya pemeriksaan fluoroscopy/
biopsi perkutan CT guiding.
Biopsi
• Hasil yang negatif dapat disebabkan karena jaringan yang
diambil telah rusak atau masih berada dalam pengaruh
antibiotik.
• Jika hasil inisiasi biopsi negatif, dan pemberian antibiotik
dianggap aman, maka tindakan biopsi selanjutnya dapat
dicoba jika pemeriksaan Fluoroscopic /biopsi CT
perkutaneus gagal mengidentifikasi organisme penyebab,
maka open biopsi dapat dilakukan.
Terapi Non Bedah
• Pemilihan antibiotik dapat disesuaikan dengan hasil kultur
sensitivitas bakteri yang sesuai.
• Secara empirik, pemberian antibiotik golongan penisilin
dan sefalosporin generasi pertama dapat digunakan
untuk meng-cover organisme secara umum
• Pada pasien yang immunocompromise dan pengguna
obat – obatan intravena dapat diberikan antibiotik
spektrum luas yang dikombinasikan dengan antibiotik
gram negatif.
• Pada pasien yang sensitive dengan antibiotik beta lactam
dapat diberikan : clindamicyn, vancomycin, quinolon,
tetracyclin, cotrimoxazole.
Terapi non bedah
• Durasi optimal pemberian terapi antibiotik dapat berbeda
–beda pada beberapa kasus. Beberapa penelitian
merekomendasikan 6-8 minggu pemberian terapi intra
vena sedangkan yang lain hanya 4 minggu.
• Pemberian antibiotik yang kurang dari 4 minggu
memberikan peluang rekurensi
Tindakan pembedahan
• Hanya sekitar 10-20% pasien yang membutuhkan
tindakan pembedahan.
• Tindakan pembedahan hanya dapat dilakukan pada
pasien dengan masalah di korda spinal atau kompresi
cauda equina yang disertai dengan defisit neurologis.
• Indikasi relatif pembedahan :
− diagnosis yang tidak pasti sehingga membutuhkan pengambilan
jaringan melalui pembedahan guna kepentingan kultur bakteri dan
konfirmasi histologis
− gagalnya terapi konservatif setelah pemberian antibiotik selama 2 -
3 minggu
− terdapat perubahan bentuk pada tulang belakang yang progresif
disertai ketidakstabilan biomekanik
NON PYOGENIC SPONDYLITIS
Definisi
• Infeksi Non Pyogenic dapat disebabkan oleh jamur,
bakteri tertentu dan parasit spirochaeta. Penyebab
terbanyak di dunia pada kasus infeksi non pyogenic pada
tulang belakang adalah TB
Epidemiologi
• Insidensi Spondilitis TB bervariasi di tiap daerah di dunia
dan biasanya sesuai dengan proporsi kualitas pelayanan
kesehatan yang ada di tempat tersebut
• Masalah TB dapat menjadi lebih serius pada negara –
negara yang belum berkembang dimana masalah nutrisi
dan bertambahnya populasi penduduk masih menjadi
masalah yang utama.
Epidemiologi
• Di negara yang makmur, sekitar 30 tahun terakhir
insidensi TB mengalami penurunan yang drastis
• Kira – kira sebanyak 10% dari pasien TB mengalami
penularan pada daerah tulang dan sendi, dan setengah
dari mereka kemudian mengalami TB Tulang belakang
• 10 – 47% terjadi defisit neurologis
Etiologi
• TB spinal dapat berasal dari penyebaran hematogen dari
fokus infeksi dikuar tulang belakang.
• Sistem pulmonar dan genitourinari merupakan sumber
fokus utama tersering, tetapi TB Tulang belakang dapat
muncul dari lesi skeletal yang ada.
• Fokus primer mungkin tidak diketahui dari mana asalnya
• Keterlibatan tulang belakang dapat juga berasal dari
penyebaran melalui infeksi organ disekitarnya.
Etiology
• Penyebab infeksi tersering dapat disebabkan oleh
organisme yang dikenal dengan Mycobacterium TB,
namun jenis mikrobacterium lainnya juga bisa menjadi
penyebab
Patogenesis
• Patogenesis pada stadium awal mirip dengan kejadian
infeksi pyogenic pada tulang belakang yang juga dapat
berasal dari penyebaran hematogen atau dari kontak
langsung dari penyakit primer
Gejala Klinis
Tanda – tanda nya dapat bervariasi dan tergantung dari
banyak faktor
Biasanya pasien mengeluhkan adanya nyeri pada tulang
belakang dan memperlihatkan adanya tanda kronis, seperti
:
Penurunan berat badan,
Malaise,
Demam yang naik turun
Pemeriksaan Fisik
• Nyeri tekan pada area lokal, spasme otot, gerak motorik
yang terbatas, pasien dapat memperlihatkan perubahan
bentuk pada tulang belakang dan defisit neurologis

• Lokasi nyeri sesuai dengan lokasi dimana penyakit


tersebut berasal. Terbanyak di regio thoracal, sering pada
regio lumbal dan jarang pada regio cervical dan sacrum.
Presentasi Klinis
Pasien mungkin hadir dengan abses di salah satu dari
banyak lokasi termasuk selangkangan dan pantat.

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Evaluasi Diagnostik
• Tes kulit derivatif protein tuberkulin (PPD) biasanya positif
dan mengindikasikan adanya paparan Mycobacterium
masa lalu atau sekarang.
• Kultur sampel urin di pagi hari dapat membantu dalam
kasus keterlibatan ginjal, dan spesimen dahak dan
pencucian lambung mungkin positif dengan penyakit paru
aktif.
• Temuan laboratorium ini sangat membantu dalam
diagnosis, namun diagnosis mutlak dapat dilakukan
hanya dengan biopsi lesi tulang belakang.

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Studi Pencitraan
• Temuan paling awal mungkin merupakan fragmentasi
tulang, terlepas dari jenisnya.
• Dengan keterlibatan peridiscal, penyempitan ruang disk
diikuti oleh kerusakan tulang, mirip dengan infeksi
pyogenic.
• Dengan keterlibatan tulang belakang bertingkat anterior,
aspek anterior dari beberapa vertebra yang berdekatan
mungkin terkikis dalam mode bergigi.
• Keterlibatan tubuh pusat menyerupai tumor, dengan
penghancuran dan kerusakan tulang yang sentral diikuti
oleh keruntuhan
Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011
Studi Pencitraan
• CT berguna untuk menggambarkan perubahan jaringan
lunak di sekitar tulang belakang dan di kanal namun tidak
mampu membedakan abses dari jaringan granulasi.

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Studi Pencitraan

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Studi Pencitraan
• MRI adalah modalitas pencitraan pilihan karena ini
menunjukkan keterlibatan jaringan tulang dan lunak.
• Temuan MRI pada spondilitis TB mungkin tidak dapat
dibedakan dari infeksi piogenik, namun ada beberapa
perbedaan yang merupakan karakteristik tuberkulosis dan
mencerminkan jenis patologis yang berbeda yang
dijelaskan sebelumnya.

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Studi Pencitraan

Abscess in the left psoas muscle in association with L3 and L4 tuberculous vertebral osteomyelitis. The periphery of the abscess
enhances after administration of gadolinium, suggesting that the mass is an abscess rather than granulation tissue. The psoas abscess
was found to be a sterile loculation of pus. A, Axial image. B, Coronal image.

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Pengelolaan
• Tujuan manajemen adalah untuk membasmi infeksi dan
mencegah atau mengobati defisit neurologis dan
deformitas tulang belakang.

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Pengobatan Non-Bedah
• Terapi obat biasanya dimulai sebelum operasi tetapi
mungkin dimulai setelah operasi jika biopsi diperlukan.

• Baris pertama obat yang saat ini digunakan meliputi


isoniazid (INH), rifampisin (RMP), pirazinamida (PZA),
streptomisin (STM), dan etambutol (EMB).

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Pengobatan Non-Bedah
• Sejumlah agen lini kedua yang kadang-kadang digunakan
dalam keadaan khusus meliputi etionamida, sikloserin,
kanamisin, capreomisin, prothionamid, dan para-
aminosalisilat (PAS).
“Beberapa obat digunakan karena berpotensi untuk
melawan satu agen tunggal”

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Pengobatan Bedah
• Operasi dapat dilakukan untuk menguras abses, untuk
memisahkan tulang dan cakram yang diasingkan, untuk
dekompresi sumsum tulang belakang, atau untuk
menstabilkan tulang belakang untuk pencegahan atau
koreksi deformitas.
• Drain abses diindikasikan hanya jika pasien septik dari
abses atau mengalami defisit neurologis dari abses
epidural atau bila abses sangat luas.

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Pengobatan Bedah
• Pengurangan, dekompresi, dan fusi di tulang belakang
toraks dapat dilakukan melalui pendekatan transthoracic,
melalui costotransversectomy, atau dengan pendekatan
anterolateral ekstrapleural.

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Komplikasi dari Perawatan Bedah
Awal
• Sepsis luka,
• Efusi pleura,
• Emboli paru,
• Fistula Csf ke dalam rongga pleura,
• Ileus,
• Defisit neurologis progresif,,
• Kerusakan pada ureter,
• Kehilangan cangkok
• Faktur fiksasi atau korosi,

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Komplikasi dari Perawatan Bedah
• Atelektasis,
• Pneumonia,
• Kebocoran udara,
• Sindrom Horner

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Komplikasi dari Perawatan Bedah
Komplikasi terlambat
• Resorpsi graft,
• Fraktur graft,
• Nonunion, dan
• Kyphosis progresif

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


Prognosis
• Prognosis tergantung pada usia dan kesehatan umum
pasien, tingkat keparahan dan durasi defisit neurologis,
dan pengobatan yang dipilih.

Herkowitz HN. Rothman-Simeone The Spine 6th Ed. 2011


SPONDYLODISCITIS
Definisi
• Lesi Destruksi pada disk dan sekitarnya dari vertebra
body
• Komplikasi dari ankilosing spondilitis
Epidemiologi
• Manifestasi utama dari haematogenous osteomyelitis
pada pasien dengan umur > 50tahun dan mewakili 3-5%
dari semua kasus osteomyelitis
• Padavertebral osteomielitis pada pria lebih besar dari
wanita dengan rasio 1.5-2 : 1
Etiologi
Disebabkan adanya inflamasi atau trauma minor
Traktus genitourinari (17%)
Kulit dan jaringan lunak (11%)
Alat intravaskuler (5%)
Traktus respiratori (2%) dan melalui mulut (2%)
Endokarditis dilaporkan (12%)
Gejala klinis
• Gejala-non spesifik
• Manifestasi klinik : nyeri terlokalisir pada tulang belakang
(spine) yang hilang dengan istirahat (bed rest)
• Umumnya Nyeri tulang belakang atau nyeri pada leher
• Defisit neurologis di sertai kelemahan padab tungkai
bawah, paralisis, defisit sensoris (sensibilitas),
radiculopati dan kelemahan pada otot sphincter
• Deformitas pada spinal(tulang belakang), didominasi
dengan adanya kiposis dan gibbus yang kebanyakan
pada spondilitis tuberkulosa
Terapi
• Mengurangi infeksi, mengembalikan dan
mempertahankan fungsi tulang belakang dan mengurangi
nyeri
• Pengobatan konservatif dengan antimiroba, dan terapi
non farmakologi dengan fisioterapi dan imobilisasi
• Imobilisasi dianjurkan bila nyeri dan mempunyai resiko
ketidakstabilan tulang belakang (spine)
TERATOMA
SACROCOXIGEAL
• Teratoma adalah neoplasma yang disertai pembentukan
lebih dari satu lapisan gem sel primer dari embrio
• Tumor yang berkembang di tulang belakang khususnya
tulang ekor yang dikenal sebagi regio sacrocoxcigeal
• Umumnya bersifat kongenital (bawan sejak lahir)
• Wanita : Pria = 4:1
Tipe dan ukuran
• Tipe 1 : letaknya di daerah eksternal(luar) atau
minimal dari presakral komponen
• Tipe II : terutama di daerah eksternal, komponen
intrapelvisnya ygb signifikan
• Tipe III : intrapelvis menyebar dengan ekstensi dari
abdominal dan komponen ekternalnya minimal/kecil
• Tipe IV : menyeluruh dari pelvis hingga abdomen
Ukuran 1-30cm, rata-rata 8 cm
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai