PEDAHULUAN
Jika kita berbicara tentang hukum, yaneg terlintas dalam pikiran kita adalah peraturan-
peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat,
yang dgeibuat dan ditegakkan oleh penguasa atau manusia itu sendiri seperti hukum adat, hukum
pidana dan sebagainya.
Berbeda dengan sistm hukum yang lain, hukum Islam tidak hanya merupakan hasil
pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di suatu tempat pada suatu massa tetapi
dasarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyunya yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
dijelaskan oleh Nabi Muhammd sebagai rasulna melalui sunnah beliau yang terhimpun dalam
kitab hadits. Dasar inilah yang membedakan hukum Islam secara fundamental dengan hukum
yang lain.
Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi
yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala
sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.
. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan
akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya. Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi
setiap mahasiswa fakultas Hukum untuk mengetahuinya karena Berkaitan dengan hukum yang
berlaku di Indonesia, sedangkan mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal
pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat. Oleh karena itu
penting bagi mahasiswa fakultas hukum untuk mengetahui tentang bagaimana Hukum Islam di
Indonesia.
HUKUM ISLAM 1
2. Baimana prinsip hukum islam?
3. Apa Fungsi danTujuan Hukum Islam ?
4. Bagaimana Sumber-sumber Hukum Islam?
5. Bagaimana Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan Penegakan Hukum Islam?
6. Bagaimana Peran Hukum Islam Sekarang ?
1.3 Tujuan
HUKUM ISLAM 2
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku
manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarkat maupun peraturana atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh
penguasa. Bentuknya bisa berupa hukum yang tidak tertulis, seperti hukum adat, bisa juga
berupa hukum tertulis dalam peraturan perundangan-undangan. Hukum sengaja dibuat oleh
manusia untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan harta benda.
Sedangkan hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama
Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum
tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan benda dalam masyarakat,
tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dengan dirinya
sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia
dengan benda alam sekitarnya.
Dengan demikian sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan
atau pedoman syari’at islam Pada umumnya ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum
Islam adalah al Qur’an dan Hadis. Rasulullah SAW bersabda: “aku tinggalkan bagi kalian dua
hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, selama kalian berpegang pada
keduanya, yaitu Kitab Allah (al Qur’an) dan sunahku (Hadis).” (H.R. Baihaqi).
Dalam sistem hukum islam terdapat lima kaidah yang dipergunakan untuk mengukur
perbuatan manusia baik di bidang ibadah maupun dibidang mu’amalah. Kelima jenis kaidah
tersebut, dinamakan al-ahkam al-homsyah atau penggolongan hukum yang lima yakni :
a. jaiz atau mubah,
b. sunat,
c. makruh,
d. wajib,
e. haram.
HUKUM ISLAM 3
Untuk memahami hukum islam dengan baik dan benar seseorang harus memahami beberapa
istilah yang berkenaan dengan hukum islam. Dalam pembahasan kerangka dasar
agama islam disebutkan bahwa komponen kedua agama islam adalah syariat yang terdiri dari
dua bagian yakni ibadah dan mu’amalah.
Prinsip-prinsip hukum Islam yang dijadikan landasan ideal dalam hukum Islam menurut
Juhaya S. Pradja (1998: 37), yaitu:
HUKUM ISLAM 4
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. Al-hujuraat: 13).
5. Prinsip keadilan atau Al-mizan, (keseimbangan) antara hak dan kewajiban. Sebagai titik
tolak kesadaran setiap manusia terhadap hak-hak orang lain dan kewajiban dirinya. Jika
ia berkewajiban melakukan sesuatu, ia berhak menerima sesuatu. Keduanya harus
berjalan seimbang dan dirasakan adil untuk dirinya dan orang lain.
6. Prinsip Kemashlahatan, yaitu yang bertitik tolak dari kaidah penyusunan argumentasi
dalam berprilaku, bahwa meninggalkan kerusakan lebih diutamakan daripada mengambil
manfa’atnya. Operasi rasionalisasi kaidah ini berhubungan dengan kaidah yang
menyatakan bahwa kemashlahatan umum lebih didahulukan daripada kemashlahatan
khusus
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri manusia membutuhkan
pertolongan satu sama lain dan memerlukan organisasi dalam memperoleh kemajuan dan
dinamika kehidupannya. Setiap individu dan kelompok sosial memiliki kepentingan. Dalam hal
ini hukum islam memiliki tiga orientasi, yaitu:
HUKUM ISLAM 5
Maka setiap hukum islam bahkan ritual dan spiritual pun berorientasi membentuk
mannusia yang yang dapat menjadi teladan kebaikan dan pencegah kemungkaran.
c) Fungsi zawajir (penjeraan)
Adanya sanksi dalam hukum islam yang bukan hanya sanksi hukuman dunia, tetapi juga
dengan ancaman siksa akhirat dimaksudkan agar manusia dapat jera dan takut melakukan
kejahaan.
d) Fungsi tandzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitasi masyarakat)
Ketentuan hukum sanksi tersebut bukan sekedar sebagai batas ancaman dan untuk
menakut-nakuti masyarakat saja, akan tetapi juga untuk rehaabilitasi dan pengorganisasian umat
mrnjadi leboh baik. Dalam literatur ilmu hukum hal ini dikenal dengan istilah fungsi enginering
social.
Keempat fungsi hukum tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang hukum
tertentu tetapi satu dengan yang lain juga saling terkait.
Tujuan Hukum Islam
HUKUM ISLAM 6
Islam mewajibkan seseorang untuk memlihara akalnya, karena akal mempunyai peranan
sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia. Seseorang tidak akan dapat menjalankan
hukum islam dengan baik dan benar tanpa mempergunakan akal sehat. (QS.5:90)
4. Memelihara keturunan
Dalam hukum islam memlihara keturunan adalah hal yang sangat penting. Karena itu,
meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut ketentuan Yang ada dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah dan dilarang melakukan perzinahaan. (Qs.4:23)
5. Memelihara harta
Menurut ajaran islam harta merupakan pemberian Allah kepada manusia untuk
kelangsungan hidup mereka. Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dilindungi haknya
untuk memperoleh harta dengan cara-cara yang halal, sah menurut hukum dan benar menurut
aturan moral. Jadi huku slam ditetapkan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
itu sendir i, baik yang bersifat primer, sekunder, maupun tersier (dloruri, haaji, dan tahsini).
HUKUM ISLAM 7
Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber pertama dan
utama dari seluruh ajaran Islam, sekaligus juga sebagai dalil utama fiqih. Al-Qur’an juga
membimbing dan memberikan petunjuk untuk menemukan hukum-hukum yang terkandung
dalam sebagian ayat-ayatnya.
Karena kedudukan Al-Qur’an itu sebagai sumber utama dan pertama bagi penetapan
hukum, maka apabila seseorang ingin menemukan hukum maka dilakukan penyelesainnya
terlebih dahulu berdasarkan dengan Al-Qur’an. Dan apabila menggunakan sumber hukum
lain di luar Al-Qur’an, maka harus sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan tidak boleh
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Al-Qur’an.
Hal ini berarati bahwa sumber-sumber hukum selain Al-Qur’an tidak boleh menyalahi
apa yang telah ditetapkan Al-Qur’an. Al-Qur’an juga mengatur hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
sesamanya, dan hubungan manusia dengan alam.
Pokok-pokok isi Al Qur’an
Isi pokok Al Qur’an adalah :
a) Tauhid
b) Ibadah
c) Janji dan ancaman
d) Sejarah
Hukum yang terkandung dalam Al Qur’an
Hukum yang di kandung oleh Al Qur’an ada 3 macam, yaitu:
a) Hukum-hukum akidah (keimanan), yang bersangkut paut dengan hal-hal yang harus di
percayai oleh setiap mukallaf, tentang malaikat nya, kitabnya, para rasulnya.
b) Hukum-hukum Allah , yang bersangkut paut dengan hal-hal yang harus di jadikan
perhiasan oleh setiap mukallaf.
c) Hukum-hukum amaliyah, yang bersangkut paut dengan hal-hal tindakan setiap
mukallaf, meliputi masalah ucapan, perbuatan, akad (contract), dan pembelanjaan
(pengelolaan harta benda).
HUKUM ISLAM 8
Maka hukum selain ibadah dalam istilah syara’ disebut hukum muamalah. Sedangkan
menurut istilah modern hukum muamalah telah bercabang cabang sesuai dengan hal-hal
yang berhubungan dengan muamalah manusia yakni :
a) Hukum badan pribadi yaitu hukum yang dengan unit keluarga , mulai dari pemulaan
berdirinya.contohnya: mengatur hubungan anak dengan orang tua, suami istri, dan
kerabat. Ayat –ayat mengenai hukum ini dalam Al Qur’an sekitar 70 ayat.
b) Hukum perdata yaitu : yang berhubungan dengan muamalah antara perorangan
,masyarakat dan persekuatannya, seperti : jual beli,sewa-menyewa , gadai-menggadai,
pertanggungan, dll. Dalam Al Qur’an ada 70 ayat.
c) Hukum pidana yang berhubungan tindakan kriminal setiap mukalaf dan masalah
pidananya bagi si pelaku kriminal. Dan dalam Al Qur’an terdapat sekitar 30 ayat.
d) Hukum acara yaitu : yang berhubungan dengan pengadilan , kesaksian , dan sumpah.
Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 13 ayat
e) Hukum ketatanegaraan ,yaitu: yang berhubungan dengan peraturan pemerintahan dan
dasar-dasarnya. Dalam Al Qur’an tercatat sekitar 13 ayat .
f) Hukum internasional, yaitu : yang berhubungan dengan masalah-masalah hubungan
antar negara-negara islam dengan bukan negara islam,dan tata cara pergaulan selain
muslim di negara islam. Dalam Al Qur’an tercatat sekitar 25 ayat.
g) Hukum ekonomi dan keuangan ,yaitu: yang berhubungan dengan hak orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian dari harta orang kaya. Dalam Al
Qur’an tercatat sekitar 10 ayat.
B. As-Sunah atau Hadist
Pengertian
Sunnah menurut bahasa artinya perjalanan, pekerjaan atau cara. Sunnah menurut istilah
syara’ ialah perkataan nabi Muhammad saw., perbuatannya, dan keterangannya yaitu sesuatu
yang dikatakan atau diperbuat oleh sahabat dan ditetapkan oleh nabi, tiada ditegurnya
sebagai bukti bahwa perbuatan itu tiada terlarang hukumnya.
Kedudukan Hadist sebagai Sumber Hukum Islam
Al-Hadis adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Sebagai sumber agama dan
ajaran Islam, al-Hadis mempunyai peranan penting setelah Al-Quran. Al-Quran sebagai kitab
HUKUM ISLAM 9
suci dan pedoman hidup umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu
dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan.
Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran
Islam, yakni sebagai berikut :
a. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran. Misalnya dalam Al-
Quran terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan
oleh Nabi.
b. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintah- kan manusia
mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara
rukun dan syarat mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan
jumlah raka’at setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.
c. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar
ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang
perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan
perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23. Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas
bahwa larangan tersebut mencegah rusak atau putusnya hubungan silaturrahim antara dua
kerabat dekat yang tidak disukai oleh agama Islam.
C. Ijmak (kesepakatan ulil amri)
Pengertian
Ijma’ menurut bahasa, artinya : sepakat, setuju, atau sependapat. Dan menurut ilmu
fikih, ijmak artinya, kesatuan pendapat dari ahli-ahli hukum (ulama-ulama fikih) islam
dalam satu masalah dalam satu masa dan wilayah tertentu. ijmak tidak boleh
bertentangan dengan alquran dan sunah Rasulullah SAW.
Ijmak ada dua macam, yaitu:
a. Ijmak bayani, adalah pendapat dari para ahli hukum (fikih) yang mengeluarkan
pendapatnya untuk menentukan suatu masalah.
b. Ijmak sukuti, adalah suatu pendapat dari seseorang atau beberapa ahli hukum,
tetapi ahli-ahli hukum lainnya tidak membantah.misalnya, semasa hidup nabi, nabi
melakukan salat tarawih sebanyak 8 rakaat di zaman Umar Bin Khattab ra. 20
HUKUM ISLAM 10
rakaat tidak ada sahabat yang membantah, maka salat tarawih di terima dengan
ijmak sukuti.
Kedudukan Ijma’ Sebagai Sumber Hukum
Kebanyakan ulama menetapkan bahwa ijma' dapat dijadikan hujjah dan
sumber hukum islam dalam menetapkan sesuatu hukum dengan nilai kehujjahan
bersifat dzhanny. Golongan syi'ah memandang bahwa ijma' ini sebagai hujjah yang
harus diamalkan. Sedang ulama-ulama Hanafi dapat menerima ijma' sebagai dasar
hukum, baik ijma' qath'iy maupun dzhanny. Sedangkan ulama-ulama Syafi'iyah hanya
memegangi ijma' qath'iy dalam menetapkan hukum.
Dalil penetapan ijma' sebagai sumber hukum islam ini antara lain adalah :
Firman Allah dalam surat An-Nisa' ayat 59 :
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan rasul-Nya dan Ulil Amri
diantara kamu".
Yang dimaksud "ulil amri" ialah orang-orang yang memerintah dan para
ulama.Menurut hadits:
Artinya:
"Ummatku tidak bersepakat atas kesesatan".
Menurut sebagian ulama bahwa yang dimaksud dengan Ulil Amri fid-dunya,
yaitu penguasa, dan Ulil Amri fid-din, yaitu mujtahid. Sebagian ulama lain
menafsirkannya dengan ulama.
Ijma' ini menempati tingkat ketiga sebagai hukum syar'iy, yaitu setelah Al-
Qur'an dan as-Sunnah. Dari pemahaman seperti ini, pada dasarnya ijma' dapat
dijadikan alternatif dalam menetapkan hukum sesuatu peristiwa yang di dalam Al-
Qu'an atau as-Sunnah tidak ada atau kurang jelas hukumnya.
D. Qiyas
Pengertian Qiyas
Qiyas menurut bahasa berarti mengukur, memperbandingkan, atau
mempersamakan sesuatu dengan lainnya dikarenakan adanya persamaan. Sedang
menurut istilah qiyas ialah menetapkan hukum sesuatu yang belum ada ketentuan
HUKUM ISLAM 11
hukumnya dalam nash dengan mempersamakan sesuatu yang telah ada status hukumnya
dalam nash.
Berbeda dengan ijma', qiyas bisa dilakukan oleh individu, sedang ijma' harus
dilakukan bersama oleh para mujtahid.
Kedudukan Qiyas sebagai sumber hukum Islam
Qiyas menurut para ulama adalah hujjah syar'iyah yang keempat sesudah Al-
Qur'an, Hadits dan Ijma'. Mereka berpendapat demikian dengan alasan:
Firman Allah :
Artinya:
"Hendaklah kamu mengambil i'tibar (ibarat = pelajaran) hai orang-orang yang
berfikiran". (S. Al-Hasyr ayat 2)
Karena i'tibar artinya "qiyasusysyai-i bisysyai-i : membandingkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain".
2.5 Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan Penegakan Hukum Islam
Hukum islam ada dua sifat, yaitu:
1. Al- tsabat (stabil), hukum islam sebagai wahyu akan tetap dan tidak berubah sepanjang
masa
2. At-tathawwur (berkembang), hukum islam tidak kaku dalam berbagai kondisi dan situasi
sosial.
Dilihat dari sketsa historis, hukum islam masuk ke indonesia bersama masuknya islam ke
Indonesia pada abad ke 1 hijriyah atau 7/8 masehi. Sedangkan hukum barat baru diperkenalkan
VOC awal abad 17 masehi. Sebalum islam masuk Indonesia, rakyat Indonesia menganut hukum
adat yang bermacam-macam sistemnya dan sangat majemuk sifatnya. Namun setelah islam
datang dan menjadi agama resmi di berbagai kerajaan nusantara, maka hukum islam pun munjadi
hukum resmi kerajaan-kerajaan tersebut dan tersebar menjadi hukum yang berlaku dalam
masyarakat.
Secara yuridis formal, keberadaan negara kesatuan Indonesia adalah diawali pada saat
proklamasi 17 Agustus 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945 kemudian diakui berlakunya
Undang-Undang Dasar 1945. Pada saat itulah keinginan para pemimpin islam untuk kembali
menjalankan hukum islam bagi umat islam berkobar.
HUKUM ISLAM 12
Dalam pembentukan hukum islam di indonesia, kesadaran berhukum islam untuk
pertama kali pada zaman kemeerdekaan adalah di dalam Piagam Jakarta 22 juni 1945 , yang di
dalam dasar ketuhanan diikuti dengan pernyataan “dengan kewajiban menjalankan syariat islam
bagi pemeluk-pemeluknya”. Tetapi dengan pertimbangan untuk persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia akhirnya mengalami perubahan pada tanggal 18 Agustus 1945 yang rumusan sila
pertamanya menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”.
Meskipun demikian, dalam berbagai macam peraturan perundang-undangan, hukum islam telah
benar-benar memperoleh tempat yang wajar secara kontitusional yuridis.
Dengan demikian kontribusi umat islam dalam petrumusan dan penegakan hukum sangat
besar. Adapun upaya yang harus dilakukan untuk penegakan hukum dalam praktek
bermasyarakat dan bernegara yaitu melalui proses kultural dan dakwah. Apabila islam telah
menjadikan suatu keebijakan sebagai kultur dalam masyarakat, maka sebagai
konsekuensinyahukum harus ditegakkan. Bila perlu “law inforcement” dalam penegakkan
hukum islam dengan hukum positif yaitu melalui perjuangan legislasi. Sehingga dalam
perjaalananya suatu ketentuan yang wajib menurut islam menjadi wajib pula menurut
perundangan.
HUKUM ISLAM 13
Berkenaan dengan hukum Islam dalam sistem hukum nasional Indonesia dewasa ini ialah
kenyataan bahwa hukum materiil ekonomi dan keuangan Islam? Syariah belum/tidak diatur
dalam peraturan perundang-undangan negara, akan tetapi dituangkan dalam bentuk fatwa. Dalam
waktu tujuh tahun (1999-2006) Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI)
telah menghasilkan 54 fatwa hukum Islam berkenaan dengan berbagai masalah yang
berhubungan dengan ihwal ekonomi dan keuangan syariah Indonesia.
Contoh lain eksistensi hukum Islam adalah UU Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otsus NAD
Aceh dan UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Belum lagi perda-perda yang bernuansakan syariah atau bermuatan hukum Islam.
Keterlibatan hukum Islam dalam sistem hukum nasional seringkali berkenaan dengan hal-
hal yang sangat menentukan dalam mekanisme ketatanegaraan Indonesia. Contohnya fatwa MUI
dalam pelaksanaan pemilu 2004. Pemilu tersebut diperlukan fatwa MUI tentang hukum tinta
yang hendak digunakan dalam pemilu.
HUKUM ISLAM 14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah Hukum Islam ini kita dapat simpulkan bahwa hukum Islam adalah hukum
yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam dimana Konsepsi hukum islam, dasar, dan
kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah, hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan
manusia dengan manusia dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan
manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam sekitarnya.
Terdapat juga Prinsip-prinsip hukum Islam yaitu Prinsip Tauhidullah, Prinsip Insaniyah,
Prinsip Ta’awun, Prinsip Silaturrahmi Baina An-Nas, Prinsip keadilan atau Al-mizan, dan
Prinsip Kemashlahatan
Dalam menjalankan Hukum Islam juga terdapat Fungsi dan tujuan nya. Dimana fungsi
hukum islam dirumuskan dalam empat fungsi, yaitu Fungsi ibadah, Fungsi amr makruf naahi
munkar (perintah kebaikan dan peencegahan kemungkaran), Fungsi zawajir (penjeraan), Fungsi
tandzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitasi masyarakat), sehingga tercapainya
tujuan dari hokum islam yaitu, Memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal,
memelihara keturunan, memelihara harta.
Untuk mempelajari Hukum Islam ,terdapat juga sumber-sumber Hukum Islam yakni
A. Al Qur’an Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah
ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya.
B. As-Sunah atau Hadist Sunnah menurut istilah syara’ ialah perkataan dan
perbuatannya, nabi Muhammad saw
HUKUM ISLAM 15
C. Ijmak (kesepakatan ulil amri) Dan menurut ilmu fikih, ijmak artinya, kesatuan
pendapat dari ahli-ahli hukum (ulama-ulama fikih) islam dalam satu masalah dalam satu
masa dan wilayah tertentu.
D. Qiyas Qiyas menurut bahasa berarti mengukur, memperbandingkan, atau
mempersamakan sesuatu dengan lainnya dikarenakan adanya persamaan.
Selain itu juga Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan Dan Penegakan Hukum Islam ada
dua sifat, yaitu:
1. Al- tsabat (stabil), hukum islam sebagai wahyu akan tetap dan tidak berubah sepanjang
masa
2. At-tathawwur (berkembang), hukum islam tidak kaku dalam berbagai kondisi dan situasi
sosial.
Sehingga peran Hukum Islam di Indonesia saat ini Sejak di masa-masa didirikannya
Negara Hukum Indonesia, sistem hukum Islam baik dalam konteks hukum tertulis (codified law)
dan lebih-lebih dalam lingkup hukum tidak tertulis (uncodified law), jelas memiliki peran yang
sangat besar bagi pembentukan dan pembinaan hukum nasional. Terutama dalam bidang hukum
keluarga (al ahwal as syakhshiyyah; family law) yaitu;
1) UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
2) PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
3) Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI).
3.2 Saran
Sebelum kita mempelajari Hukum islam lebih jauh, terlebih dahulu kita harus
mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar Hukum islam yang kita pelajari sesuia
dengan al-qur’an dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam as-sunnah (hadist).
Sehingga dalam proses pembelajaran Hukum Islam bisa sesuai dengan ajaran Agama Islamnya
langsung sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda dengan kitab suci al-quran.
HUKUM ISLAM 16
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghani Abdullah, Pengantar Komopilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum
Indonesia Jakarta, Gema Insani Press, 1994.
Dahlan Idhamy, Karakteristik Hukum Islam, Jakarta, Media Sarana Press, 1987
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,
Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001.
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta :
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004.
http://karyacombirayang.blogspot.com/2016/10/makalah-sumber-hukum-islam.html
ILMU USHUL FIKIH. Jakarta: PT Rineka Cipta
http://sonnymajid27.blogspot.co.id/2011/06/peran-dan-kedudukan-hukum-islam.html
Shomad. Hukum Islam Penormaan Prinsip Syari’ah Dalam Hukum Indonesia. Jakarta:
Prenada Media Group, 2012.
HUKUM ISLAM 17