Anda di halaman 1dari 36

HEMOGLOBIN

Prinsip : Hemoglobin dalam darah diubah menjadi sian metha hemoglobin (hemoglobin sianida)
dalam larutan berisi K3Fe (CN)6 dan KCN (larutan drabkin) senyawa yang terbentuk diukur pada
panjang gelombang 540 nm

Metode : Drabkin

Alat dan bahan :

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Mikropipet
4. white + blue tip
5. Spektrofotometer
6. Tissue
7. Balp
8. Pipet volumetri
9. Darah
10. Larutan drabkin

Cara kerja :

1. Dipipet 2,5 ml larutan drabkin + 10 µl darah


2. Dihomogenkan, inkubasi 3-5 menit
3. Diperiksa di spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm, dibaca hasilnya

Nilai normal :

 Pria : 13-16 gr/dl


 Wanita : 12-14 gr/dl
 Bayi : 14-23 gr/dl
HEMATOKRIT

Prinsip : Memisahkan darah yang sudah diberi antikoagulan dengan proses pemusingan kecepatan
tinggi lalu diukur presentase endapan sel selnya

Metode : Mikrotube

Alat dan bahan :

1. Tabung kapiler
2. Cristoseal
3. Skala hematokrit
4. Sentrifuge hematokrit
5. Tissue
6. Darah

Cara kerja :

1. Dimasukan darah kedalam tabung kapiler ¾, bersihkan sisa darah diluar tabung dengan tisu
2. Ditutup salah satu ujung tabung dengan cristoseal
3. Disentrifuge selama 5 menit kecepatan 16.000 rpm
4. Diukur endapan sel selnya

Nilai normal :

 Pria : 40-48 %
 Wanita : 37-43 %
 Bayi : 44-64 %
LAJU ENDAP DARAH (LED)

Prinsip : Mengukur kecepatan mengendap sel sel darah dalam satuan waktu tertentu dengen posisi
darah berdiri tegak lurus dalam suatu tabung selama satu jam

Metode : Westergreen

Alat dan bahan :

1. Pipet + rak westergreen


2. Tabung reaksi
3. Rak tabung
4. Mikropipet
5. Yellow + blue tip
6. Tissue
7. Stopwatch
8. Balp
9. Darah
10. Na Citrat 3,8%

Cara kerja :

1. Dipipet 400 µl Na Citrat + 1.600 µl darah, dihomogenkan


2. Dipipet dengan pipet westergreen sampai angka 0 lalu letakan di rak westergreen
3. Didiamkan 1 jam, lalu baca hasilnya

Nilai normal :

 Pria : 0-10 mm/jam


 Wanita : 0-15 mm/jam
SEDIAAN APUS DARAH (SAD)

Prinsip: Sediaan apus darah yang telah diwarnai kemudian dihitung jenis jenis leukositnya

Metode : Rapid

Alat bahan :

1. Objek glass
2. Bunsen + kolentang
3. Jembatan pewarnaan
4. Pipet tetes
5. Mikroskop
6. Tissue
7. Metanol
8. Eosin
9. Methylene blue
10. Oil imersi
11. Darah

Cara kerja :

1. Dibuat SAD lalu keringkan


2. Difiksasi metanol 2-3 kali
3. Digenangi eosin 1 menit
4. Digenangi methylene blue 30 detik, bilas
5. Dikeringkan, periksa di mikroskop pembesaran 100x dengan oil imersi

Nilai normal :

 Basofil : 0-1 %
 Eosinofil : 1-3 %
 Neutrofil batang : 2-6%
 Monosit : 2-8 %
 Limposit : 20-40 %
 Neutrofil segmen : 50-70 %
Hitung Jumlah Leukosit

Prinsip : Sel darah berinti (leukosit dan sel muda) tetap stabil dalam larutan turk sedangkan eritrosit
dan trombosit mengalami lisis. Kemudian sel dihitung dalam bilik hitung dengan memperhatikan
faktor bilik hitung dan faktor pengenceran. Gentian violet (kandungan turk) berguna untuk mewarnai
inti leukosit.

Metode : Mikrovisual

Alat bahan :

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Mikropipet
4. Yellow + blue tip
5. Bilik hitung + coverglass
6. Mikroskop + handcounter
7. Tissue
8. Darah
9. Larutan turk

Cara kerja :

1. Dipipet 380 µl turk + 20 µl darah, dihomogenkan, inkubasi 3-5 menit


2. Dimasukan ke bilik hitung
3. Diperiksa dimikroskop pembesaran 10x (dalam 4 kotak W)

Nilai normal : 4.000-10.000 sel/mm3

Rumus :

=N X FP X FBH

=N X 20 X 2,5

=N X 50
Hitung Jumlah Eritrosit

Prinsip : Diencerkan darah dengan hayem sehingga eritrosit dapat dihitung dengan improved
neubeauer dalam 5 bidang kecil (5R)

Metode : Mikrovisual

Alat bahan :

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Mikropipet
4. Blue + white tip
5. Bilik hitung + coverglass
6. Mikroskop+ handcounter
7. Tissue
8. Darah
9. Larutan hayem

Cara kerja :

1. Dipipet 1990 µl hayem + 10 µl darah, dihomogenkan, inkubasi 3-5 menit


2. Dimasukan kebilik hitung
3. Diperiksa dimikroskop pembesaran 40x (dalam 5 kotak R)

Nilai normal :

 Wanita : 4-5 juta/µl


 Pria : 4,5-5,5 juta/µl

Rumus :

= N X FP X FBH

= N X 200 X 50

= N X 10.000
Hitung Jumlah Trombosit

Prinsip :

1. Ammonium oxalat : dengan larutan ammonium oxalat sel lain dalam darah tidak jelas kecuali
trombosit. Partikel partikel lain bersifat refraktil sedangkan trombosit tidak refrtaktil.
2. Rees ecker : pada penggunaan rees ecker trombosit tampak hijau mengkilat sedangkan sel
lain seperti eritrosit berwarna kehijauan

Metode : mikrovisual

Alat bahan :

1. Tabung reaksi+Rak tabung


2. Mikropipet
3. Blue + white tip
4. Bilik hitung + coverglass
5. Cawan petri
6. Mikroskop+ handcounter
7. Tissue
8. Darah
9. Larutan ammonium oxalat atau rees ecker

Cara kerja :

1. Dipipet 1990 µl ammonium oxalat atau rees ecker + 10 µl darah, dihomogenkan, inkubasi
1 menit
2. Dimasukan kebilik hitung, inkubasi di cawan petri 10-15 menit
3. Diperiksa dimikroskop pembesaran 40x (dalam 25 kotak R)

Nilai normal : 150.000-400.000 sel/mm3

Rumus :

= N X FP X FBH

= N X 100 X 10

= NX 1000
HCG

Prinsip : Urin yang mengandung HCG (sebagai antigen) jika direaksikan dengan HCG latex (sebagai
antibodi) akan membentuk aglutinasi

Metode : Latex

Alat bahan :

1. Papan slide HCG latex


2. Pipet tetes
3. Batang pengaduk
4. Tissue
5. Urin
6. Reagen HCG latex

Cara kerja :

1. Diteteskan urin dan reagen HCG pada papan slide


2. Dihomogenkan, perhatikan terjadinya aglutinasi

Interpretasi hasil :

 Negatif : tidak terjadi aglutinasi


 Positif : terjadi aglutinasi
GOLONGAN DARAH

Prinsip : Sel darah merah mengandung antigen yang sesuai dengan jenis antibodi yang ditambahkan
pada reagen akan membentuk aglutinasi

Metode : Slide

Alat bahan :

1. Kertas goldar
2. Pipet tetes
3. Batang pengaduk
4. Tissue
5. Darah
6. Reagen anti A,B,AB,D

Cara kerja :

1. Diteteskan darah dan reagen anti-A,B,AB,D


2. Dihomogenkan, goyangkan kartu goldar
3. Diperhatikan terjadinya aglutinasi

Interpretasi hasil :

A B AB RH GOLDAR
+ - + + A/+
- + + + B/+
+ + + + AB/+
- - - + 0/+
WIDAL

Metode : Tabung

Prinsip : Adanya antibodi Salmonella typhi dan Salmonella paratyphim dalam serum sampel akan
bereaksi dengan antigen yang terdapat dalam reagen widal. Reaksi dilihat dengan adanya aglutinasi

Alat bahan :

1. Mikropipet
2. Slide aglutinasi
3. Batang pengaduk
4. Tissu
5. Serum
6. Reagen widal

Cara kerja :

1. Dipipet 40µl serum pada slide


2. Ditambah 1 tetes (20µ) reagen widal
3. Diaduk dan goyangkan slide
4. Dibaca dengan memperhatikan agutinasi
5. Jika terdapat aglutinasi, ulangi prosedur diaats dengan mengurangi volume serum menjadi
20µl, 10µl, 5µl

Interpretasi hasil :

Serum 40µl 20µl 10µl 5µl

Titer 1:40 1:80 1:160 1:320

Nilai normal : negatif (tidak ada aglutinasi)


CRP

Metode : Slide

Prinsip : reaksi antigen antibodi antara CRP dalam serum dengan latex yang akan menimbulkan
aglutinasi

Alat bahan :

1. Slide hitam
2. Pipet tetes
3. Batang pengaduk
4. Tissu
5. Serum
6. Reagen CRP

Cara kerja :

1. Dipipet 1 tetes serum + 1 tetes reagen CRP


2. Diaduk lalu homogenkan
3. Dibaca hasilnya

Interpretasi hasil :

 Positif : adanya aglutinasi


 Negatif : tidak ada aglutinasi
PEWARNAAN GRAM

Prinsip :

Gram (+) peptidoglikan bakteri yang tebal dan lapisan lemak yang tipis pada dinding bakteri
berikatan kuat dengan gentian violet. Lugol memperkuat ikatan tersebut. Lalu diberi akohol untuk
melunturkan lemak karena pada bakteri gram (+) lemaknya tipis

Gram (-) peptidoglikan bakteri yang tipis dan lapisan lemak pada dinding bakteri ketika berikatan
dengan gentian violet ikatan yang terjadi adalah ikatan lemah. Sehingga pada bakteri gram (-)
lemaknya tebal ketika diberi alkohol lemaknya luntur dan warna gentian violet pun luntur.

Alat bahan :

1. Kawat ose + Objek glass


2. Tabung reaksi + rak tabung
3. Bunsen + Kolentang
4. Jembatan pewarnaan
5. Pipet tetes + Tissue
6. Mikroskop + Oil imersi
7. Gentian violet
8. Lugol
9. Fuchsin
10. Alkohol

Cara kerja :

1. Dibuat preparat, keringkan diatas api


2. Digenangi gentian violet 3 menit,bilas
3. Digenangi lugol 2 menit, digenangi alkohol hingga jernih
4. Digenangi fuchin 1 menit, bilas
5. Dikeringkan, diperiksa dimikroskop pembesaran 100x dengan oil imersi

Interpretasi hasil :

Bentuk : coccus/basil

Susunan : staphylococcus/streptococcus

Warna : ungu/merah

Gram : positif (ungu)/negatif (merah)


BTA (BAKTERI TAHAN ASAM)

Prinsip : Dinding bakteri tahan asam memiliki lapisan lemak dan lilin yang sukar ditembus cat.
Dengan pengaruh fenol dan pemanasan, lapisan lemak dan lilin itu dapat ditembus cat basic fuchsin

Metode : Ziehl Neelsen

Alat bahan :

1. Objek glass+Kawat ose


2. Bunsen+ kolentang
3. Jembatan pewarnaan
4. Pipet tetes
5. Mikroskop+oil imersi
6. Tissue + label
7. Sampel dahak
8. Karbol fuchsin
9. Methylene blue
10. Larutan asam alkohol

Cara kerja :

1. Dibuat preparat, keringkan


2. Digenangi karbol fuchsin lalu dipanaskan sampai keluar uap, tunggu 5 menit
3. Digenangi alkohol hingga jernih
4. Digenangi methylene blue 30 detik, bilas
5. Dikeringkan, diperiksa dimikroskop pembesaran 100x dengan oil imersi

Interpretasi hasil :

 Negatif : tidak ada BTA dalam 100 lapang pandang


 Scanty : 1-9 BTA dalam 100 LP dihitung dalam 100 LP
 1+ : 10-99 BTA dalam 100 LP dihitung dalam 100 LP
 2+ : 1-10 BTA dalam 1 LP dihitung dalam 50 LP
 3+ : >10 BTA dalam 1 LP dihitung dalam 20 LP

Nilai normal : negatif


TELUR CACING

Prinsip : dengan penambahan lugol atau eosin untuk memperjelas unsur unsur yang terdapat dalam
sampel feses

Metode : mikroskopis

Alat bahan :

1. Objek glass+cover glass


2. Pipet tetes
3. Batang pengaduk
4. mikroskop
5. Tissue
6. Sampel feses
7. Lugol atau eosin

Cara kerja :

1. Diteteskan lugol atau eosin pada objek glass


2. Ditambahkan feses, homogenkan
3. Ditutup dengan cover glass
4. Diperiksa dimikroskop pembesaran 10x lalu ke 40x
ASAM URAT

Prinsip : Asam urat diukur kadarnya setelah dilarutkan penguraian dengan enzim urikase indikator
yang digunakan adalah quinoneimen yang terbentuk dari reaksi antara hidrogen peroksida 3-3 dikloro
2 dihidroksi benzena sulfoniane (DEHBS) dan 4 amino phenazon (PAP) yang berlangsung dibawah
enzim peroksidase

Metode : Enzimatik

Panjang gelombang : 520 nm

Alat bahan:

1. Tabung reaksi+ rak tabung


2. Mikropipet
3. Yellow+blue tip
4. Spektrofotometer
5. Tissu
6. Stopwatch
7. Sampel serum
8. Reagen+standar asam urat

Cara kerja :

1.

Blanko Standar sampel


Reagen 1000µl 1000µl 1000µl
Standar 25µl
Serum 25µl
2. Dihomogenkan, inkubasi 10 menit
3. Dibaca di spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm

Nilai normal :

 Pria : 2,5 – 6,0 mg/dl


 Wanita : 3,5 – 7,0 mg/dl
 Anak anak : 2,5 – 5,5 mg/dl

TOTAL PROTEIN
Metode : Enzimatik kolorimetri

Panjang gelombang : 520-580 nm

Prinsip : Kupri sulfat bereaksi dengan total protein membentuk senyawa komplek berwarna ungu
yang intensitasnya sebanding dengan kadar total protein dalam serum

Alat bahan :

1. Tabung reaksi + rak tabung


2. Mikropipet
3. Yellow+blue tip
4. Spektrofotometer
5. Tissue
6. Stopwatch
7. Sampel serum
8. Reagen+standar total protein

Cara kerja :

1.

Blanko standar sampel


Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Standar 20 µl
Serum 20 µl
2. Dihomogenkan, inkubasi 10 menit
3. Diperiksa di spektrofotometer

Nilai normal : 6,0-8,0 mg/dl

ALBUMIN
Metode : Enzimatik

Panjang gelombang : 540-600 nm

Prinsip : Dalam suasana asam bromocresol green yang berwarna kuning kehijauan akan diubah
menjadi hijau biru oleh albumin. Warna hijau biru yang terbentuk sebanding dengan kadar albumin
dalam sampel

Alat bahan :

1. Tabung reaksi + rak tabung


2. Mikropipet
3. Yellow+blue tip
4. Spektrofotometer
5. Tissue
6. Stopwatch
7. Sampel serum
8. Reagen+standar albumin

Cara kerja :

1.

Blanko standar Sampel


Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Standar 10 µl
Serum 10 µl
2. Dihomogenkan, inkubasi 10 menit
3. Dibaca di spektrofotometer pada panjang gelombang 540-600 nm

Nilai normal : 3,5-5,0 mg/dl

BILIRUBIN TOTAL

Metode : Kolorimetri
Mode : Endpoint

Panjang gelombang : 555 nm

Prinsip : Reaksi antara bilirubin dengan diazol sulfat membentuk azhol bilirubin dalam air hanya
bilirubin direk yang larut. Sehingga untuk mendapatkan bilirubin total bilirubin direk harus
dilepaskan ikatannya dengan albumin sehingga larut dalam air biasanya digunakan aselator/solven

Alat bahan :

1. Tabung reaksi + rak tabung


2. Mikropipet
3. Yellow+blue tip
4. Spektrofotometer
5. Tissue
6. Stopwatch
7. Sampel serum
8. Reagen R1, R2 bilirubin total

Cara kerja :

1. Dipipet reage R1 300 µl


2. Dipipet reagen R2 10µl
3. Dipipet sampel 20 µl
4. Dihomogenkan, inkubasi 5 menit
5. Dibaca di spektrofotometer pada panjang gelombang 555 nm

Nilai normal : 0,2-1,2 mg/dl

BILIRUBIN DIREK

Metode : Kolorimetri
Mode : Endpoint

Panjang gelombang : 555 nm

Prinsip : Reaksi antara bilirubin dengan diazol sulfat membentuk azhol bilirubin dalam air hanya
bilirubin direk yang larut. Sehingga untuk mendapatkan bilirubin total bilirubin direk harus
dilepaskan ikatannya dengan albumin sehingga larut dalam air biasanya digunakan aselator/solven

Alat bahan :

1. Tabung reaksi + rak tabung


2. Mikropipet
3. Yellow+blue tip
4. Spektrofotometer
5. Tissue
6. Stopwatch
7. Sampel serum
8. Reagen R1, R2 bilirubin direk

Cara kerja :

1. Dipipet reage R1 300 µl


2. Dipipet reagen R2 10µl
3. Dipipet sampel 20 µl
4. Dihomogenkan, inkubasi 5 menit
5. Dibaca di spektrofotometer pada panjang gelombang 555 nm

Nilai normal : 0 – 0,5 mg/dl

UREUM

Metode : Enzimatik kinetik


Panjang gelombang : 340 nm

Prinsip : Ureum dalam serum bereaksi dengan diacetil monoxime dengan bantuan thiosemicar baside
pada suhu tinggi akan membentuk warna merah muda yang intensitasnya sebanding dengan kadar
ureum darah

Alat bahan :

1. Tabung reaksi + rak tabung


2. Mikropipet
3. Yellow+blue tip
4. Spektrofotometer
5. Tissue
6. Sampel serum
7. Reagen R1, R2 ureum

Cara kerja :

1.

Standar Sampel
Reagen R1 400µl 400µl
Reagen R2 100µl 100µl
Standar 5µl
Serum 5µl
2. Dihomogenkan, diperiksa di spektrofotometer

Nilai normal : 13-43 gr/dl

CREATININ

Metode : Kinetik

Panjang gelombang : 492 nm


Prinsip : Kreatinin dalam serum akan membentuk kompleks warna yang intesnsitasnya sebanding
dengan kadar creatinin dalam sampel

Alat bahan :

1. Tabung reaksi + rak tabung


2. Mikropipet
3. Yellow+blue tip
4. Spektrofotometer
5. Tissue
6. Sampel serum
7. Reagen R1, R2 kreatinin

Cara kerja :

1.

Blanko standar Sampel


Reagen R1 250 µl 250 µl 250 µl
Reagen R2 250 µl 250 µl 250 µl
Standar 50µl
Serum 50µl
2. Dihomogenkan, dibaca di spektrofotometer

nilai normal :

 Pria : 0,5-1,2 mg/dl


 Wanita : 0,7-1,4 mg/dl

GLUKOSA DARAH

Metode : GOD-PAP

Panjang gelombang : 500 nm


Prinsip : Glukosa diukur kadarnya setelah dioksidasi secara enzimatk dengan bantuan enzim glukosa
oksidasi (GOD) hidrogen peroksida yang tebentuk bereaksi dengan fenol dan 4-aminofenazon (PAP)
sehingga membentuk senyawa merah ungu quinoneimin dengan bantuan peroksidase.

Alat bahan :

1. Tabung reaksi + rak tabung


2. Mikropipet
3. Yellow+blue tip
4. Spektrofotometer
5. Tissue
6. Stopwatch
7. Sampel serum
8. Reagen dan standar glukosa

Cara kerja :

1.

Blanko standar Sampel


Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Standar 10 µl
Serum 10 µl
2. Dihomogenkan, inkubasi 10 menit
3. Dibaca di spektrofotometer

nilai normal :

 Sewaktu : <180 mg/dl


 Puasa : 70-110 mg/dl
 2 jam pp : <200 mg/dl

CHOLESTEROL

Metode : Enzimatik kolorimetri

Panjang gelombang : 510 nm


Prinsip : Cholesterol ester dengan bantuan enzim cholesterol esterase akan diubah menjadi
cholesterol acid dan fatti acid. Cholesterol bereaksi dengan O2 dengan bantuan enzim cholesterol
oksidasi diubah menjadi cholesterol 4-en-3-one+hidrogen. 2H2O2+PHE+4 amino antipirin dengan
bantuan enzim peroksidase menjadi quinoneimin+4H2O (warna merah) intensitas warna merah
sebanding dengan kadar cholesterol dalam darah

Alat bahan :

1. Tabung reaksi + rak tabung


2. Mikropipet
3. Yellow+blue tip
4. Spektrofotometer
5. Tissue
6. Stopwatch
7. Sampel serum
8. Reagen dan standar cholesterol

Cara kerja :

1.

Blanko Standar Sampel


Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Standar 10 µl
Serum 10µl
2. Dihomogenkan, inkubasi 5 menit
3. Dibaca di spektrofotometer

nilai normal : ≤200 mg/dl

SGOT/AST

Metode : Kinetik

Panjang gelombang : 340 nm


Prinsip : AST mengkatalisir transfer gugus amino dari L. Aspartate ke cl-ketoglutanat menjadi
oxalacetat dan L. Glutamate oxalacetat mengalami reduksi dan terjadi oksidasi NADH menjadi NAD +
dengan bantuan enzim MDH ( malatate dehidrogenase) hasil penurunan absorbance (serapan) pada
panjang gelombang 340 nm sesuai aktivitas AST

Alat bahan :

1. Tabung reaksi + rak tabung


2. Mikropipet
3. Yellow+blue tip
4. Spektrofotometer
5. Tissue
6. Sampel serum
7. Reagen R1, R2 SGOT

Cara kerja

1.

Sampel
Reagen R1 800 µl
Reagen R2 200 µl
Serum 100µl
2. Dihomogenkan, dibaca di spektrofotometer

nilai normal :

 Pria : <38 Iu/L


 Wanita : <31 Iu/

SGPT/ALT

Metode : Kinetik

Panjang gelombang : 340 nm


Prinsip : ALT mengkatalisir transfer gugus amino dari ALT amino dari L. Alanine ke a.ketoglutanat
menjadi piruvate dan L. Glutamate pyruvate selanjutnya mengalami reduksi dan terjadi oksidasi
NADH menjadi NAD+ dengan bantuan enzim (lactatedehidrogenase) hasil penurunan serapan
(absorbance) pada panjang gelombang 340 nm sesuai aktivitas ALT

Alat bahan :

1. Tabung reaksi + rak tabung


2. Mikropipet
3. Yellow+blue tip
4. Spektrofotometer
5. Tissue
6. Sampel serum
7. Reagen R1, R2 SGPT

Cara kerja :

1.

Sampel
Reagen R1 800 µl
Reagen R2 200 µl
Serum 100µl
2. Dihomogenkan, dibaca di spektrofotometer

nilai normal :

 Pria : <40 gr/dl


 Wanita : <31 gr/dl

TRIGLISERIDA

Metode : Enzimatik kolorimetri

Panjang gelombang : 546 nm


Prinsip : Trigliserida dengan enzim lipased diuraikan menjadi gliserol dan free fatty acid. Gliserol
ditambah adeno diphospat diuraikan oleh gliserol kinase menjadi gliserol triphospat dan adeno
diphospat. Gliserol triphospat dioksidasi dengan enzim gliserol phospat menjadi adeno diphospat dan
peroksidase. Peroksidase +4 AP dan dihidro buffer sulfat dengan bantuan enzim peroksidase
membentuk quinoneiment berwarna merah. Warna merah sebanding dengan kadar trigliserida dalam
serum

Alat bahan :

1. Tabung reaksi + rak tabung


2. Mikropipet
3. White+blue tip
4. Spektrofotometer
5. Tissue
6. Stopwatch
7. Sampel serum
8. Reagen dan standar trigliserida

Cara kerja :

1.

Blanko Standar Sampel


Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Standar 10 µl
Serum 10µl
2. Dihomogenkan, inkubasi 10 menit
3. Dibaca di spektrofotometer

Nilai normal : 36-165 mg/dl

HDL PRESIPITASI

Metode : Presipitat trinder

Mode : Endpoint

Panjang gelombang : 510 nm


Prinsip : Dengan pemberian PEG kedalam serum/plasma chylomikron, VLDL dan LDL akan
mengendap setelah disentrifuge tertinggal dalam supernatant adalah HDL yang kadar cholesterolnya
ditentukan metode enzymatik direk

Alat bahan :

1. Tabung reaksi + rak tabung


2. Mikropipet
3. White+blue tip
4. Spektrofotometer
5. Tissue
6. Stopwatch
7. Sentrifuge
8. Sampel serum
9. Reagen HDL dan cholesterol

Cara kerja :

 (supernatant) :
1. Dipipet reagen HDL 200 µl + sampel 200 µl, inkubasi 5 menit
2. Disentrifuge
 Pemeriksaan
1. Dipipet reagen cholesterol 500µl +5µl supernatant
2. Diinkubasi 5 menit
3. Dibaca di spektrofotometer

Nilai normal :

 Pria : 26-63 mg/dl


 Wanita : 33-37 mg/dl

HDL DIREK

Metode : direk

Mode : endpoint

Panjang gelombang : 510 nm


Prinsip : dengan pemberian PEG kedalam serum/plasma chylomikron LDL dan LDL akan
mengendap. HDL akan ditentukan dengan metode enzimatik direk

Alat bahan :

1. Tabung reaksi + rak tabung


2. Mikropipet
3. White+blue tip
4. Spektrofotometer
5. Tissue
6. Stopwatch
7. Sampel serum
8. Reagen R1, R2 HDL

Cara kerja :

1. Dipipet R1 400µL+R2 100µL


2. Ditambah 5µl serum, homogenkan lalu inkubasi 5 menit
3. Dibaca di spektrofotometer

Nilai normal :

 Pria : 26-63 mg/dl


 Wanita : 33-37 mg/dl

WARNA DAN KEJERNIHAN URIN

Prinsip : Warna dan kejernihan urin di uji pada tebal lapisan 7-10 cm dengan cahaya tembus.

Metode : Makroskopis

Spesimen : Urin sewaktu


Reagen : -

Alat :

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Pot urine
5. Tissue

Cara kerja :

1. Dipipet urin ¾ bagian tabung reaksi


2. Dilihat pada cahaya tembus dan perhatikan warna dan kejernihannya

Interpretasi hasil :

 Warna :
1. Tidak berwarna
2. Kuning muda
3. Kuning
4. Kuning tua
5. Coklat merah
6. Putih (seperti susu)
 Kejernihan :
1. Jernih
2. Agak keruh
3. Keruh
4. Sangat keruh

Nilai normal :

 Warna : kuning muda – kuning tua


 Kejernihan : jernih

BERAT JENIS URIN (BJ)

Prinsip : Menghitung berat jenis urin menggunakan urinometer

Metode : Urinometer

Spesimen: Urin sewaktu


Alat :

1. Gelas ukur 50 ml
2. Rak tabung
3. Urinometer
4. Termometer
5. Pipet
6. Pot urin

Cara kerja :

1. Dimasukan urin kedalam gelas ukur perlahan


2. Diukur suhu urin menggunakan termometer
3. Dimasukan urinometer, dilihat miniskus bawah
4. Dihitung BJ urinnya nya

temperatur urin−temperatur tera


Rumus : BJ skala urinometer + ( x 0,001)
3

Nilai normal : 1.003 – 1.030

PH URIN

Prinsip : Menentukan derajat keasaman ph (pangkat hydrogen) menggunakan kertas indikator

Metode : Carik celup


Spesimen : Urin sewaktu

Reagen :

 Kertas lakmus
 Kertas nitrazin

Alat :

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Pot urin
5. Tissue

Cara kerja :

1. Dipipet urin kedalam tabung ¾


2. Dimasukan kertas indikator ke dalam tabung
3. Dibaca perubahan warnanya

Reaksi yang terjadi :

 Kertas lakmus :
Lakmus merah – merah = urin asam
Lakmus merah – biru = urin basa
Lakmus biru – biru = urin basa
Lakmus biru – merah = urin asam
 Kertas nitrazin : Terjadi perubahan warna perlahan menjadi biru (basa)/merah (asam) lalu
dibandingkan dengan warna standar yang terdapat pada wadah kertas nitrazin

Interpretasi hasil :

 Kertas lakmus : Kualitatif (asam/basa)


 Kertas nitrazin : Semikuantitatif (skala 4.5-7.5)

Nilai normal : 4.6-8.5

PROTEIN URIN

Prinsip : Protein akan membentuk kekeruhan/endapan/gumpalan jika dipanaskan dalam suasana asam

Metode : Pemanasan dalam larutan asam

Reagen :
 Asam sulfosalisilat 20%
 Asam asetat 6%

Spesimen : Urin sewaktu

Alat :

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Lampu spirtus + Tang penjepit
4. Pipet tetes
5. Tisu
6. Pot urin

Cara kerja :

 Asam sulfosalisilat 20%


1. Dimasukan urin kedalam 2 tabung masing-masing 2 ml urin
2. Ditambahkan 5-8 tetes asam sulfosalisilat 20% pada tabung pertama
3. Dibandingkan tabung pertama dengan tabung kedua, jika sama jernihnya tes terhadap protein
negatif
4. Dipanasi tabung pertama jika ada kekeruhan, jika kekeruhan tetap ada maka tes terhadap
protein positif
 Asam asetat 6%
1. Dipipet urin hingga 2/3 bagian tabung
2. Dipanasi bagian atas tabung
3. Ditambahkan 3-5 asam asetat 6% jika terjadi kekeruhan
4. Dipanasi sekali lagi, lalu baca hasil

Interpretasi hasil :

 Negatif : tidak ada kekeruhan


 1+ : kekeruhan ringan
 2+ : kekeruhan berbutir- butir
 3+ : kekeruhan berkeping-keping
 4+ : kekeruhan bergumpal-gumpal

Nilai normal : Negatif

GLUKOSA URIN

Prinsip : Glukosa dapat mereduksi ion cupri menjadi ion cupro sehingga mengubah warna kuning
menjadi merah bata

Metode :
 Reduksi benedict
 Reduksi fehling

Spesimen : Urin sewaktu

Reagen :

 Larutan benedict
 Larutan fehling A
 Larutan fehling B

Alat :

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Spirtus
5. Tang penjepit
6. Pot urine
7. Balp
8. Pipet volumetri

Cara kerja :

 Benedict
1. Dipipet larutan benedict 5 ml, lalu tambahkan 8 tetes urin
2. Dipanasi diatas spirtus
3. Dibaca hasil
 Fehling
1. Dibuat campuran fehlingA 1 ml +fehlinB 1 ml (1:1)
2. Dipipet 0.5 ml urin ke dalam tabung berisi campuranfehling
3. Dipanasi lalu dibaca

Interpretasi hasil :

1. Negatif : tetap biru jernih


2. 1+ : hijau kekuningan
3. 2+ : kuning merah
4. 3+ : jingga-coklat muda
5. 4+ : merah bata

Nilai normal : Negatif

BENDA KETON

Prinsip : Benda keton (asam aseto-asetat dan aseton) dalam suasana alkalis akan bereaksi dengan
nitropusida yang akan membentuk cincin warna ungu

Metode : Rothera ross


Spesimen : Urin sewaktu

Reagen :

 Serbuk Rothera Ross


 Amonium hidroksida pekat (25-28%)

Alat :

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Pot urin
5. tissue

Cara kerja :

1. Dipipet 5 ml urin + sepucuk pisau (1 gram) serbuk rothera ross


2. Dihomogenkan
3. Dialirkan amonium hidroksida pekat (25-28%) hingga membentuk 2 lapisan
4. Diamkan 3 menit, baca hasil

Interpretasi hasil :

 Negatif : Tidak membentuk cincin ungu


 Positif : Terbentuk cincin ungu

Nilai normal : Negatif

BILIRUBIN

Prinsip : Bilirubin dan fosfat fosfat dalam urin di presipitatkan menggunakan barium klorida 10%,
bilirubin yang terkumpul dioksidasi menggunakan reagen fouchet menjadi biliverdin warna hijau

Metode : Horison (fouchet)


Spesimen : Urin sewaktu

Reagen:

 Reagen fouchet
 BaCl 10%

Alat :

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Pipet tetes
4. Pot urin
5. Kertas saring
6. Corong
7. tissu

Cara kerja :

1. Dipipet 5 ml urin + 5 ml barium klorida 10%, kemudian homogenkan


2. Disaring menggunakan kertas saring lalu tunggu agak kering
3. Ditetesi presipitat dengan reagen fouchet 2-3 tetes
4. Dilihat perubahan warna

Interpretasi hasil :

 Negatif : Tidak membentuk warna hijau


 Positif : Bila terbentuk warna hijau

Nilai normal : Negatif

SEDIMEN URIN

Prinsip : Unsur unsur dalam urin diendapkan dengan cara disentrifuge selama 5 menit kecepatan
1500-2000 rpm kemudian endapan yang terjadi dilihat menggunakan mikroskop

Metode : Mikroskopik
Spesimen : Urin sewaktu

Alat :

1. Tabung sentrifuge
2. Rak tabung
3. Sentrifuge
4. Pipet tetes
5. Objek glass + cover glass
6. Mikroskop
7. Tissue

Cara kerja :

1. Dipipet urin kedalam tabung sentrifuge ¾ bagian


2. Disentrifuge selama 5 menit kecepatan 1500-2000 rpm
3. Tuang cairan dengan gerakan luwes
4. Dihomogenkan untuk mensuspensikan endapan
5. Diteteskan sediaan pada objek glass lalu tutup dengan cover glass
6. Dilihat pada mikroskop lapang pandang 10x dan 40x

Interpretasi hasil :

 LPK/10X
1. Epitel : 1+ (ada) 2+ (banyak) 3+(sangat banyak)
2. Kristal : 1+ (ada) 2+ (banyak) 3+(sangat banyak)
3. jamur : 1+ (ada) 2+ (banyak) 3+(sangat banyak)
 LPB/40X
1. Eritrosit : jumlah sel rata-rata dilihat pada 10 LPB
2. Leukosit : jumlah sel rata-rata dilihat pada 10 LPB
3. Silinder : jumlah sel rata-rata dilihat pada 10 LPB
4. Bakteri : Negatif

Nilai normal :

1. Eritrosit : <2 eri/lpb


2. Leukosit : <6 leko/lpb
3. Silinder : negatif
4. Bakteri : negatif
5. Jamur : negatif
6. Kristal : +1
7. Epitel : +1

Anda mungkin juga menyukai