PESERTA PELATIHAN PENATALAKSANAAN PASIEN KANKER DENGAN
KEMOTERAPI BAGI PERAWAT DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN GELOMBANG 4 TANGGAL 2 – 13 AGUSTUS 2021
RESUME PEMBELAJARAN
Pelatihan Penatalaksanaan Pasien Kanker Dengan
Kegiatan Kemoterapi Bagi Perawat Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Gelombang / Tanggal 4 (2-13 Agustus 2021) MPD 4 (Penatalaksanaan pencampuran kemoterapi Nama Mata Pelatihan (Materi) terpusat) Nama Peserta Muhammad Helmy Nomor Urut Peserta 03 Asal Institusi Peserta Ciputra Mitra Hospital Banjarmasin
Obat yang digunakan dalam kemoterapi bersifat sitostatika yaitu berbahaya
pada sel normal, selain itu obat kemoterapi juga dapat merubah ataupun memutasi gen, merusak dna dan dapat berbahaya bagi janin. Obat-obatan kemoterapi dapat merusak sel kanker maupun sel normal sehingga diperlukan penatalaksanaan yang tepat. Bahaya yang terjadi jika terpapar obat sitotoksi diantaranya adalah dapat menyebabkan mual, gatal-gatal, rambut rontok, terganggunya pendengaran, gangguan pada sistem reproduksi, perubahan kromos 5 ataupun 7 dan kanker. Dampak paparan sitotoksik bisa membuat kulit kemerahan, keguguran, infetility, kelainan bawaan, leukemia, atau kanker yang lain. Obat berbahaya kasinogen ada known carcinogen, probable carcinogen (memiliki 90%-98% efek obat), dan possible carcinogen (50% efek obat). Obat sitostatika yang dapat menguap antara lain carmustine, nitrogen mustard, cychoplasphamide, fluorouracil. Perawat merupakan salah satu orang yang beresiko terkena paparan dari obat kemoterapi. Sebagai perawat harus mengetahui golongan obat yang diketahui sebagai karsinogenik, maupun yang mungkin mengandung karsinogenik. Rute yang berpotensi terjadi paparan meliputi kulit, tersentuh obat pada bagian kulit, kontak cairan dengan tubu pasien, tertelan (makanan, permen, tangan ke mulut), injeksi yang mana bisa karena tertusuk jarum, atau pecahan, inhalasi dari aerosol (serbuk dan cairan yang menguap) dan vapors (uap). Sumber paparan dari obat kemoterapi dapat terjadi melalui permukaan vial yang jika mengalami kebocoran, tumpahan, uap atau semburan cairan saat menarik jarum suntik. Untuk mencegah hal tersebut terjadi diperlukan safe handling cytotoxic. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan sediaan dengan sterilitas terjamin, mendapatkan sediaan dengan mutu terjamin (kompatibel dengan pelarut, obat lain, material kontainer, serta stabilitas terjamin), mengurangi medication errors (kesalahan dalam pemberian obat), meningkatkan efisiensi dengan mengurangi terbuangnya kelebihan obat dan efisiensi waktu perawat dan Untuk bahan berbahaya (obat kanker), memberi perlindungan kepada petugas dan lingkungan. Tahapan penerapan safe handling cytotoxic yaitu pengadaan obat bermutu perhatikan keaslian, stock, dan harga. penyimpanan obat dengan benar dilakukan dengan penandaan high risk dan memperhatikan LASA, persiapan yang aman dan tepat dilakukan dengan memperhatikan fasilitas yang aman seperti tempat dan menggunakan apd, pemberian sesuai prosedur, dan monitoring dari efek samping. Pastikan sebelum memberikan obat perhatikan benar obat, benar pasien, benar dosis, benar cara, dan benar waktu pemberian, benar informasi dan benar dokumentasi. Prinsip rekonstitusi harus memperhatikan sediaan obat harus baik, wadah tidak pecah/terbuka, tidak kadaluarsa, perhatikan keselamatan pasien dengan mengurangi medication error, tehnik aseptis, dan tehnik tekanan negatif. tidak lupa juga saat serah terima farmasi dengan perawat harus mencek benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar pemberian waktu.