Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN GEROTIK

“ PENGKAJIAN STATUS GIZI DAN KEBUTUHAN NUTRISI LANSIA “

Dosen Pembimbing :

Ns. Agung Riyadi, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 1 :

AA Deno Saputra

Afrina Elmi Dayati

Aisyah Rahmadani

Nurul Afni

Widya Andriani

Yulia Adevia Winata

Kelas : 3B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas izinnya lah
semata sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini tepat pada waktunya.

Tak lupa pula Salawat serta salam kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa Umatnya keluar dari zaman kegelapan menuju zaman
terang menderang saat ini, semoga apa yang beliau perjuangkan dapat kita tegakkan untuk
pedoman kita umat manusia.
Syukur alhamdulilah kami mampu menyelesaikan makalah ini pada Mata kuliah
Keperawatan Gerotik. Semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang telah membacanya dan
mampu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Kami sadar di dalam pembuatan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh kerena itu kami
mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tugas yang akan kami buat pada berikutnya.

  Bengkulu, Juli 2021


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,
karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan
kegiatan metabolismenya. apabiala seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu
upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada
kondisi optimum agar kualitas hidupan yang bersangkutan tetap baik. Perubahan ststua gizi
pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan.
Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor lingkunagn antara
lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun
dan isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan
yang berperan dalan perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit
degenerasi maupun non-degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan
makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan
beberapa kasusu dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminim para lansia
oleh karena penyakit yang sedang dideritanya.
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu
dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat
memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori
dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan
kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.

1.2 Tujuan
Setelah membaca makalah ini di harapkan mahasiswa mampu melakukan Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Nutrisi Pada Lansia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan
tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga
dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang
terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit.
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada kesehatan lansia.
Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada
lansia adalah menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan
peningkatan kolesistokinin yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan
peningkatan rasa kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu
proses penyerapan vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan
terakhir mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi vitamin B 12, vitamin D dan
asam folat. Perubahan-perubahan dan kebutuhan mineral meliputi rendahnya kebutuhan
akan zat besi pada wanita lansia daripada wanita usia produktif. Asupan kalsium sebagai
salah satu mineral esensial lainnya bagi lansia sekitar 600 mg per hari untuk wanita. Hal
ini hanya menggambarkan 30 sampai 40% dari tingkat kebutuhan yang disarankan.
Suplemen kalsium tidak akan diabsorpsi secara merata. Karena perbedaan derajat
keasaman yang dibutuhkan untuk absorpsi yang sesuai, kalsium sitrat malat merupakan
bentuk yang lebih dipilih untuk diberikan bagi lansia yang mengalami hipoklohidria atau
aklorhidria. Pada proses penuaan yang normal, peningkatan jaringan adipose secara
normal dapat menyertai penurunan massa tubuh dan cairan tubuh total.

B. Proses Menua
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada
tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh. Perubahan secara biologis ini
dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :
1. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan juga
jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering,
wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia
seringkali terlihat kurus.
2.  Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat.
Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar
Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera
pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
3. Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
4. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti
perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat
menyebabkan wasir.
5. Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif
dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-
hari.
6. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan
daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa,
kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai
tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu,
mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan
aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa,
perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan
perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti
sosial lainnya.
7. Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar
juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.
8.  Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah
satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut,
sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat
menyebabkan dehidrasi.
9.  Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk mengadakan
penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom lepas jabatan
yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan.

C. Kebutuhan Gizi Pada Lansia


1. Kalori
Kebutuhan akan kalori menurun sejalan dengan pertambahan usia, karena
metabolisme seluruh sel dan kegiatan otot berkurang
2. Protein
Gersovitz (1982) menganjurkan asupan protein sebesar 1,0 g/kg berat badan/hari
untuk mempertahankan keseimbangan protein, Kebutuhan akan protein meningkat
sebagai tanggapan atas stress fisiologis seperti infeksi, luka baker, patah tulang dan
pembedahan
3. Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah sekitar 55 – 60% dari kalori
total
4. Lemak
Asupan lemak dibatasi, batas maksimal 20 – 25% dari energi total. Kelebihan dan
kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar kolesterol darah
5. Serat
Salah satu gangguan yang sering kali dikeluhkan oleh lansia adalah sembelit.
Gangguan ini akan timbul manakala frekuensi pergerakan usus berkurang, yang
akhirnya memperpanjang masa transit tinja,hal ini terjadi karena kelemahan tonus
otot dinding saluran cerna akibat penuaan (kegiatan fisik berkurang) serta reduksi
asupan cairan dan serat.
6. Vitamin
Meskipun tampak sehat, kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap berlangsung
pada lansia, dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B6, B12, vitamin D dan
asam folat

D. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia

a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.


b. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis,
asin, asam, dan pahit.
c. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
f. Penyerapan makanan di usus menurun.

E. Gangguan Nutrisi Pada Lansia

1. Malnutrisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan gizi buruk yang terjadi karena tidak cukupnya
asupan satu atau lebih nutrisi yang membahyakan status kesehatan (Watson, Roger.
2003. Perawatan Pada Lansia Jakarta: EGC).
2.  Obesitas
Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak yang berlebihan,
dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari 20% dari jumlah yang di anjurkan untuk
tinggi dan usia seseorang. Pola konsumsi yang berlebihan terutama yang mengandung
lemak, protein dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pencetus
berbagai seperti Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok, seta Diabetes Melitus.
3. Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh penurunan
densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam jangka waktu yang lama.
Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada wanita dan 45 tahun pada pria.
4.  Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil yang tidak normal,
kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh yang disebabkan kurang Fe,
asam folat, B12 dan protein. Akibatnya akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat,
kesemutan, sering pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.
5.  Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di tambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makn berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
6. Kekurangan anti oksidan
(Banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu menangkal efek merusak
radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi yang kurang dapat meningkatkan
resiko berbagai penyakit akibat radikal bebas, seperti serangan jantung dan stroke,
katarak, persendian hingga menurunnya penampilan fisik seperti kulit menjadi
keriput.
7. Sulit buang air besar Karena pergerakan usus besar semakin lambat, makanan
lambat diolah dalam tubuh.Akibatnya, buang air besar jadi jarang.
8.  Kelebihan gula dan garam
Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada orang tua.
Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan kolesterol dan
gula darah karena itu, sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam

F. Status Gizi Pada Usia Lanjut


a. Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia cenderung
mengalami kegemukan/obesitas
b. Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
c.  Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
d. Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan nafsu
makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi protein yang
kronis
e. Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat (sayur,
daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini
menyebabkan lansia cenderung kegemukan/obesitas
f. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu
penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi
mikro
g.  Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia
menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia
h.  Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu
makan yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati
i. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan
makanan sendiri dan menjadi kurang gizi
j. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan
menurun dan menjadi kurang gizi
k. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya
menjadi kurang gizi
l. Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat
menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.
G. Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia
Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk Lansia dalam sehari. Menu
untuk Lansia dalam sehari :

WAKTU MENU PORSI

Pagi Roti-telur-susu 1 tangkep 1 gelas


Selingan Papais 2 bungkus
Siang Nasi 1 piring
Semur 1 potong
Pepes tahu 1 bungkus
Sayur bayam 1 mangkok
Pisang 1 buah
Selingan Kolak pisang 1 mangkok
Malam Mie baso 1 mangkok
Pepaya 1 buah

Meningkatkan sistem imun orang tua antara lain (Dickinson A, 2002) :

a. Beta-glucan.
Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel ragi roti,
gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa beta glucan dapat
mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).
b. Hormon DHEA.
Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi fungsi imun
pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah. Juga wanita
menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah diberikan
DHEA.
c. Protein : arginin dan glutamin.
Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi pasca-
pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka, pertumbuhan
tumor, dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino
semi esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag,
meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.
d. Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan kelebihan
intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam lemak omega 3
dapat menurunkan sel  helper, produksi cytokine.
e. Yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain.
Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi
usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.
f. Mikronutrien (vitamin dan mineral).
Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun tubuh orang tua adalah
vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi kekebalan tubuh adalah
Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.
g. Zinc.
Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung mempengaruhi
fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein
sehingga meningkatkan pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung menurunkan
produksi limfosit T, respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan produksi IL-
2.
h. Lycopene.
Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)
i. Asam Folat
Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok
hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan
respons mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru
menunjukkan intake asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi
lansia (Daniels S, 2002).
j. Vitamin E
Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang dilakukan
oleh Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu
peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah antioksidan yang
melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang
berlebihan. Akibat penuaan pada respons imun adalah oksidatif secara alamiah sehingga
harus dimodulasi oleh vitamin E (Murray F, 1991).
k. Vitamin C.
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua, meningkatkan
aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari
serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae.
l. Vitamin A.
Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-sel T dan
merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong mukosa membran
termasuk paruparu dari invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi
tertentu seperti: leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas
campak dan diare. Beta karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit,
dan mungkin berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag.
Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara signifikan memperbaiki jumlah dan
aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung oleh studi yang dilakukan di Perancis
terhadap penghuni panti wreda tahun 1997. Mereka yang diberikan suplementasi
multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan urogenital lebih rendah
daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo.
m. Vitamin D.
Menghambat respons limfosit Th-1.
n. Kelompok Vitamin B.
Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita anemia
defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan fungsi
imun. Setelah diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel darah
putih. Defisiensi vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel
parietal yang penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada
orang tua dapat memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem imun, berperan
penting dalam produksi protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6 menimbulkan
atrofi pada jaringan limfoid sehingga merusak fungsi limfoid dan merusak sintesis asam
nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi dan imunitas sellular.

H. Langkah –langkah Hidup Sehat Untuk Lansia


Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa kegiatan yang
harus dilakukan seperti :
1. Olahraga yang teratur dan sesuai
Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban
ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak
kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan batasan
tadi adalah jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki
misalnya golf, lintas alam, mendaki bukut, senam dengan faktor kesulitan kecil dan
olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan.
2. Istirahat, tidur yang cukup
Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau
kekebalan tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur
tubuh memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang
pada umumnya akan merasa segar setelah istirahat.
3. Menjaga kebersihan
Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan
ruangan dan juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh 
adalah mandi dua kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah
mengerjakan sesuatu, sikat gigi setelah selesai makan, membersihkan kuku dan
lubang-lubang (hidung, telinga, pusar, anus dan organ intim), memakai alas kaki jika
keluar rumah dan menggunakan pakaian yang bersih.
Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah dan
genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran setiap hari,
tutupi selalu makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah
termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini
memerlukan bantuan dari keluarga atau orang yang tinggal bersama Lansia.
4. Memeriksakan kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci
keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit,
lansia dianjurakan untuk memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada
penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat
dan jika ada faktor beresiko yang menyebabkan penyakit dapat dicegah.
5. Mental dan batin tenang dan seimbang
Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Tuhan, hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh
dengan tekanan yang akan merusak kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan stroke,
penyakit jantung dan sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat penampilan
lebih menarik dan disukai semua orang. Tertawa membantu memandang hidup
dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan.
Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi  yang tinggi dan untuk melemaskan
otak  dari kelelahan.
6. Rekreasi
Rekreasi untu menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu,
bisa di pantai, di taman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman
dan tetangga.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian : 29 Juli 2021


A.  DATA BIOGRAFI
Nama                          : Tn. S
TTL                            : Bengukulu, 25 Oktober 1956
Jenis Kelamin            : Laki-laki
Pendidikan                 : SMA
Agama                        : Islam
Status Perkawinan     : Kawin
TB / BB                      : 162 cm, 52 Kg
Penampilan                : Rapih dan bersih        Ciri – ciri tubuh : kurus
Alamat                       : Jl. Re Martadinata II pagar dewa
Orang Yang Dekat    : Ny. E
Hubungan                  : Istri
Alamat    : Jl. Re Martadinata II pagar dewa
B.     RIWAYAT KEPERAWATAN
Riwayat Keluarga
Klien seorang Wiraswasta mempunyai anak satu. Klien hidup bersama istri dan anaknya. Di
keluarga klien tidak ada yang menderita riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi, asma, dan
TB
C.   RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini                  : Wiraswasta
Alamat pekerjaan                  : Jl. Raden Patah
Jarak dari rumah                   :  ± 5 km
Alat transportasi                    : Sepeda motor
Pekerjaan sebelumnya           : Wiraswasta
Jarak dari rumah                    : ± 3 Km
Alat transportasi                    : Sepeda Motor
Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan :
Pendapatan berasal dari hasil bekerja.
D.    RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Type tempat tinggal                : Rumah
Jenis lantai rumah                  : Semen
Tempat tidur                          : Ada
Alat dapur                              : Ada Rapi
WC                                         : Bersih
Kebersihan lingkungan        : Bersih
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 4 orang
Derajat privasi                        : Terjaga
Tetangga terdekat                  : Ada
Alamat dan telepon               : Jl. Re Martadinata II
E.      RIWAYAT REKREASI
Hobbi / Minat                         : Memancing
Keanggotaan Organisasi        : Pengajian
Liburan / Perjalanan             : Jalan – jalan, berkunjung ketempat Saudara
F.      SISTEM PENDUKUNG
Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi     : Perawat
Jarak Dari Rumah                                    : ±1 Km
RumahSakit                                              : Ada   Jarak   ±2 Km
Klinik                                                        : Ada   Jarak   ±1 Km
Pelayanan Kes. Dirumah                           : Tidak ada
Makanan Yang dihantarkan                       : Tidak ada
Perawatan Sehari-hari Yang Dilakukan Keluarga  : Check Up ke Puskesmas
G.    DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual        : klien shalat 5 waktu.
Yang Lainnya             : Tidak ada
H.    STATUS KESEHATAN
Status Kesehatan Umum Selama Setahun Yang Lalu : klien pernah menderita Anemia
Status Kesehatan Selama 5 Tahun Yang Lalu             : Tidak ada masalah
Keluhan Utama

Klien mengatakan tidak nafsu makan

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan : Klien sering berobat ke puskesmas

Alergi :

            Obat-Obatan              : Tidak ada

            Makanan                    : Tidak ada

            FaktorLingkungan    : Tidak ada  

I.       AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

IndeksKATZ                 

Oksigenisasi                : Baik, RR 20 x/m

Cairan&Elektrolit       : Cukup, Klien Minum ±6 gelas /hr

Nutrisi                        : Nafsu makan kurang, Pola Makan : 2x/hr, hanya mampu menghabiskan¼
porsi makanan, konjugtiva anemis, BB sebelumnya= 53 kg, BB saat ini 50 kg, klien kurang
makan sayur dan jarang makan buah-buahan.

Eliminasi                     : Baik, BAK 4x/hr BAB 1x/hr

Aktivitas                     : Saat pagi klien pergi untuk bekerja

Istirahat & Tidur        : Baik, klien tidur 8 jam/hr

Personal Hygiene       : Baik, Klien Mandi 2x/hr

Rekreasi                      : klien 1 bulan sekali berkunjung ke rumah saudara

J.       PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL

Konsep diri                             : Klien merasa kehidupannya cukupt terpenuhi

Emosi                                      : Stabil
Adaptasi                                 : Baik

Mekanisme Pertahanan Diri : Baik

Status Mental                         : Stabil

Tingkat Keasadaran              : Compos Mentis

Afasia                                     : Tidak

Dimensia                                : Tidak

Orientasi                                 : Normal

Bicara                                      : Normal

Bahasa Yang Digunakan       : Bahasa Indonesia

Kemampuan Membaca         : Mampu

Kemampuan Interaksi           : Mampu

Vertigo                                    :  –

Shirt Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ)           : 2 Fungsi Mental baik

Mini – Mental State Exam (MMSE)                          : 2 Baik

Geriatrik Depresion Scale                                          : 4 Baik

APGAR                                                                       : 6 Menengah

K.    TINJAUAN SISTEM

KeadaanUmum         : Baik

Tingkat Kesadaran    : Compos mentis

Tanda-Tanda Vital    : TD     130/90 mmhg                        Nadi    80 x/m

                                      RR     20x/m                       Suhu   36,5oC


                                      TB      168 cm                                    BB        50kg

PENGKAJIAN PERSISTEM

1)      PERNAFASAN (B1 : BREATHING)

1.      Bentuk Dada                                      : Simetris

2.      Sekresi dan Batuk                               : Tidak ada

Nyeri waktu bernapas                         : Tidak ada

3.      Pola Napas                                          : RR 20 x/m, Reguler

4.      Bunyi Napas                                       : Normal (tidak ada Ronchi)

5.      Pergerakan Dada                               : Intercostal

6.      TractilFremitis/Fremitus Vokal         : Tidak ada

7.      Alat Bantu Pernapasan                     : Tidak ada

2)      CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)

1.      Nadi                            : Frekuensi      80 x/m            nt , Reguler

2.      Bunyi Jantung             : Normal

3.      LetakJantung              : Ictus Cordis teraba pada interco stal  V, kira-kira 1 jari medial
darigaris midklavikular

4.      Pembesaran Jantung  : Tidak ada

5.      Nyeri Dada                 : Tidak ada

6.      Edema                         : Tidakada

7.      Clubbing Finger         : Tidak


3)      PERSARAFAN (B3: BRAIN)

Tingkat kesadaran :         Compos Mentis

1.      GCS : Eye : 4             Verbal : 5        Motorik : 6

Total GCS       : 15

2.      Refleks      : Normal

3.      Koordinasi Gerak       : Ya

4.      Kejang                        : Tidak

4)      PENGINDERAAN

1.      Mata (Penglihatan)

a.      Bentuk                              : Normal

b.      Pupil                                 : Ishokor

c.       Gerak Bola Mata              : Normal

d.      Medan Penglihatan         : Normal

e.       Buta Warna                       : Tidak

f.        TekananInraOkuler         : Tidak

2.      Hidung (Penciuman)

Bentuk                                                : Normal

Gangguan Penciuman                        : Tidak

3.      Telinga (Pendengaran)

a.      Aurikel                              : Normal

b.      Membran Tympani          : Terang


c.       Otorrchea                         : Tidak

d.      Gangguan Pendengaran  : Tidak

e.       Tinitus                               : Tidak

4.      Perasa                                 : Normal

5.      Peraba                                 : Normal

5)      PERKEMIHAN - ELIMINASI URI (B4: BLADDER)

Tidak ada nyeri saat berkemih, tidak ada urin yang tertahan saat berkemih

MasalahKandungKemih : Tidak ada masalah

Produksi Urine                 : 600 ml/hr                  Frekuensi : 2x/hr

Warna : Kekuningan         Bau : Amoniak

6)      PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5 : BOWEL)

1.   Mulut dan Tenggorokan

a.      Mulut                                 : Rongga mulut bersih, tidak ada bau mulut

b.      Gigi                                     : Gigi tidak lengkap, ada lubang gigi,

Selaput Lendir Mulut         : Lembab

c.       Lidah                                  : Bersih, ada sariawan

d.      Kebersihan Rongga Mulut  : Tidak Berbau

e.       Tenggorokan                      : Tidak terlihat sulit menelan

f.        Abdomen                           : Kenyal

g.      Pembesaran Hepar             : Tidak

h.      Pembesaran Lien               : Tidak


i.        Asites                                  : Tidak

2.   Masalah Usus Besar dan Rectum / Anus

         BAB 1 x/hr

         Tidak ada masalah

         Obat Pencahar       : Tidak

         Lavemen                : Tidak

7)      OTOT, YULANG DAN INTEGUMENT (B6: BONE)

1.   OtotdanTulang

         Kemampuan Pergerakan Sendi lengan dan Tungkai (ROM)

Bebas

         Kemampuan kekuatan otot :       

4                  4

4                  4                     

         Fraktur       : Tidak

         Dislokasi     :Tidak

         Haemotom : Tidak

2.   Integumen

Warna Kulit                 : Kuning langsat

Akral                           : Hangat

Turgor                         : Tidakelastis

Tulang Belakang        : Normal


8)      REPRODUKSI

Laki-laki :

Kelamin Bentuk               : Normal

Kebersihan Alat Kelamin  : -  

9)      ENDOKRIN

1.   Faktor Alergi          : Tidak

Manifestasi                  : Tidak ada

Cara Mengatasi           : Tidak ada

2.   Kelainan Endokrin : Tidak ada

10)  PENGETAHUAN

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :

Klien mengetahui tentang kondisi kesehatannya dan klien sering cek up untuk kesehatannya
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. DS : Klien mengatakan tidak nafsu makan Intake yang tidak Ketidakseimbangan


adekuat nutrisi

DO :

-         Gigi tidak lengkap

-          Lidah ada sariawan

-          Pola Makan : 2x/hr,


hanyamampumenghabiskan ¼
porsimakanan

-          Konjugtiva anemis

-          BB sebelumnya= 52 kg, BB saat ini


50kg

-          Klien kurang makan sayur dan jarang


makan buah-buahan
RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.

1.        1 Setelah dilakukan 1. Timbang berat 1. Untuk mengetahui


badan setiap hari perubahan keadaan
tindakan keperawatan
2. Anjurkan makan umum nutrisi pada
selama 1x24 jam sedikit tapi
klien
sering
diharapkan 2. Untuk Dilatasi gaster
3. Anjurkan
ketidakseimbangan nutrisi makan-makanan dapat terjadi bila
yang lunak dan pemberian makan
teratasi dengan
mudah dicerna. terlalu cepat setelah
4. Anjurkan periode puasa
Kriteria hasil : keluarga untuk 3. Untuk membantu
menyediakan
meningkatkan intake
1. Nafsu makan makanan
kesukaan klien. makanan
meningkat 4. Membantu
5. Anjurkan makan
2. Berat badan makanan yang meningkatkan nafsu
disajikan dalam makan
meningkat
kondisi hangat 5. Mencegah terjadinya
3. Adanya perubahan mual dan membantu
pola makan meningkatkan nafsu
4. Klien tampak makan

tidak lemah
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih (UU 13 tahun
1998). Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam,
maksimal sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses menjadi
tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil
dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai
dalam sel atau komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama
berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya
pemulihan. Di dalam struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran
di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan
berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis
pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan
secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa
tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ
vital, sensitifitas emosional meningkat dan kurang gairah.

B. Kritik dan Saran


Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk
kesempurrnuan makalah ini kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang
bersifat membangun kepada semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC

http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.

Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC

Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

Fakultas Kedokteran UI. 2000. Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien Geriatri Untuk Dokter
dan Perawat. Jakarta

Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat
dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico

Anda mungkin juga menyukai