Kelompok1 (3b Kep Gerotik Pertemuan 1)
Kelompok1 (3b Kep Gerotik Pertemuan 1)
Dosen Pembimbing :
AA Deno Saputra
Aisyah Rahmadani
Nurul Afni
Widya Andriani
Kelas : 3B
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas izinnya lah
semata sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini tepat pada waktunya.
Tak lupa pula Salawat serta salam kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa Umatnya keluar dari zaman kegelapan menuju zaman
terang menderang saat ini, semoga apa yang beliau perjuangkan dapat kita tegakkan untuk
pedoman kita umat manusia.
Syukur alhamdulilah kami mampu menyelesaikan makalah ini pada Mata kuliah
Keperawatan Gerotik. Semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang telah membacanya dan
mampu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Kami sadar di dalam pembuatan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh kerena itu kami
mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tugas yang akan kami buat pada berikutnya.
1.2 Tujuan
Setelah membaca makalah ini di harapkan mahasiswa mampu melakukan Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan Nutrisi Pada Lansia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan
tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga
dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang
terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit.
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada kesehatan lansia.
Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada
lansia adalah menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan
peningkatan kolesistokinin yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan
peningkatan rasa kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu
proses penyerapan vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan
terakhir mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi vitamin B 12, vitamin D dan
asam folat. Perubahan-perubahan dan kebutuhan mineral meliputi rendahnya kebutuhan
akan zat besi pada wanita lansia daripada wanita usia produktif. Asupan kalsium sebagai
salah satu mineral esensial lainnya bagi lansia sekitar 600 mg per hari untuk wanita. Hal
ini hanya menggambarkan 30 sampai 40% dari tingkat kebutuhan yang disarankan.
Suplemen kalsium tidak akan diabsorpsi secara merata. Karena perbedaan derajat
keasaman yang dibutuhkan untuk absorpsi yang sesuai, kalsium sitrat malat merupakan
bentuk yang lebih dipilih untuk diberikan bagi lansia yang mengalami hipoklohidria atau
aklorhidria. Pada proses penuaan yang normal, peningkatan jaringan adipose secara
normal dapat menyertai penurunan massa tubuh dan cairan tubuh total.
B. Proses Menua
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada
tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh. Perubahan secara biologis ini
dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :
1. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan juga
jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering,
wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia
seringkali terlihat kurus.
2. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat.
Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar
Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan indera
pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
3. Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
4. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti
perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat
menyebabkan wasir.
5. Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif
dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-
hari.
6. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan
daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa,
kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai
tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu,
mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan
aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa,
perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan
perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti
sosial lainnya.
7. Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar
juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.
8. Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah
satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut,
sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat
menyebabkan dehidrasi.
9. Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk mengadakan
penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom lepas jabatan
yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan.
1. Malnutrisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan gizi buruk yang terjadi karena tidak cukupnya
asupan satu atau lebih nutrisi yang membahyakan status kesehatan (Watson, Roger.
2003. Perawatan Pada Lansia Jakarta: EGC).
2. Obesitas
Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak yang berlebihan,
dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari 20% dari jumlah yang di anjurkan untuk
tinggi dan usia seseorang. Pola konsumsi yang berlebihan terutama yang mengandung
lemak, protein dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pencetus
berbagai seperti Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok, seta Diabetes Melitus.
3. Osteoporosis
Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh penurunan
densitas tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam jangka waktu yang lama.
Mencapai maksimum pada usia 35 tahun pada wanita dan 45 tahun pada pria.
4. Anemia
Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil yang tidak normal,
kimia yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh yang disebabkan kurang Fe,
asam folat, B12 dan protein. Akibatnya akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat,
kesemutan, sering pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.
5. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di tambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makn berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
6. Kekurangan anti oksidan
(Banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu menangkal efek merusak
radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi yang kurang dapat meningkatkan
resiko berbagai penyakit akibat radikal bebas, seperti serangan jantung dan stroke,
katarak, persendian hingga menurunnya penampilan fisik seperti kulit menjadi
keriput.
7. Sulit buang air besar Karena pergerakan usus besar semakin lambat, makanan
lambat diolah dalam tubuh.Akibatnya, buang air besar jadi jarang.
8. Kelebihan gula dan garam
Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada orang tua.
Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan kolesterol dan
gula darah karena itu, sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam
a. Beta-glucan.
Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel ragi roti,
gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa beta glucan dapat
mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).
b. Hormon DHEA.
Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi fungsi imun
pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah. Juga wanita
menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah diberikan
DHEA.
c. Protein : arginin dan glutamin.
Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi pasca-
pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka, pertumbuhan
tumor, dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino
semi esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag,
meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.
d. Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan kelebihan
intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam lemak omega 3
dapat menurunkan sel helper, produksi cytokine.
e. Yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain.
Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi
usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.
f. Mikronutrien (vitamin dan mineral).
Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun tubuh orang tua adalah
vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi kekebalan tubuh adalah
Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.
g. Zinc.
Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung mempengaruhi
fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein
sehingga meningkatkan pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung menurunkan
produksi limfosit T, respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan produksi IL-
2.
h. Lycopene.
Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)
i. Asam Folat
Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok
hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan
respons mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru
menunjukkan intake asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi
lansia (Daniels S, 2002).
j. Vitamin E
Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang dilakukan
oleh Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu
peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah antioksidan yang
melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang
berlebihan. Akibat penuaan pada respons imun adalah oksidatif secara alamiah sehingga
harus dimodulasi oleh vitamin E (Murray F, 1991).
k. Vitamin C.
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua, meningkatkan
aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari
serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae.
l. Vitamin A.
Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-sel T dan
merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong mukosa membran
termasuk paruparu dari invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi
tertentu seperti: leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas
campak dan diare. Beta karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit,
dan mungkin berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag.
Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara signifikan memperbaiki jumlah dan
aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung oleh studi yang dilakukan di Perancis
terhadap penghuni panti wreda tahun 1997. Mereka yang diberikan suplementasi
multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan urogenital lebih rendah
daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo.
m. Vitamin D.
Menghambat respons limfosit Th-1.
n. Kelompok Vitamin B.
Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita anemia
defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan fungsi
imun. Setelah diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel darah
putih. Defisiensi vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel
parietal yang penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada
orang tua dapat memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem imun, berperan
penting dalam produksi protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6 menimbulkan
atrofi pada jaringan limfoid sehingga merusak fungsi limfoid dan merusak sintesis asam
nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi dan imunitas sellular.
Alergi :
Nutrisi : Nafsu makan kurang, Pola Makan : 2x/hr, hanya mampu menghabiskan¼
porsi makanan, konjugtiva anemis, BB sebelumnya= 53 kg, BB saat ini 50 kg, klien kurang
makan sayur dan jarang makan buah-buahan.
Emosi : Stabil
Adaptasi : Baik
Afasia : Tidak
Dimensia : Tidak
Orientasi : Normal
Bicara : Normal
Vertigo : –
K. TINJAUAN SISTEM
KeadaanUmum : Baik
PENGKAJIAN PERSISTEM
3. LetakJantung : Ictus Cordis teraba pada interco stal V, kira-kira 1 jari medial
darigaris midklavikular
6. Edema : Tidakada
2. Refleks : Normal
3. Koordinasi Gerak : Ya
4. Kejang : Tidak
4) PENGINDERAAN
1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk : Normal
f. TekananInraOkuler : Tidak
2. Hidung (Penciuman)
Bentuk : Normal
3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : Normal
e. Tinitus : Tidak
Tidak ada nyeri saat berkemih, tidak ada urin yang tertahan saat berkemih
f. Abdomen : Kenyal
BAB 1 x/hr
Lavemen : Tidak
1. OtotdanTulang
Bebas
4 4
4 4
Fraktur : Tidak
Dislokasi :Tidak
Haemotom : Tidak
2. Integumen
Laki-laki :
9) ENDOKRIN
10) PENGETAHUAN
Klien mengetahui tentang kondisi kesehatannya dan klien sering cek up untuk kesehatannya
ANALISA DATA
DO :
- Konjugtiva anemis
Dx.
No. Tujuan Intervensi Rasional
Kep.
tidak lemah
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih (UU 13 tahun
1998). Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam,
maksimal sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses menjadi
tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil
dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai
dalam sel atau komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama
berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya
pemulihan. Di dalam struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran
di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan
berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis
pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan
secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa
tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ
vital, sensitifitas emosional meningkat dan kurang gairah.
http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.
Fakultas Kedokteran UI. 2000. Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien Geriatri Untuk Dokter
dan Perawat. Jakarta
Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat
dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico