Anda di halaman 1dari 16

Budidaya Tuna: Suatu Keniscayaan (Bagian

I)
Tuna bagi hampir semua masyarakat Jepang dan bahkan dunia bukan lagi hal yang baru. Ikan ini
sangat terkenal dan menjadi idola bagi si pemburu dollar. Tuna juga sangat digemari karena
kelezatan rasa dan aromanya. Ikan tuna termasuk dalam family scrombidae, jenis ikan berbentuk
torpedo, perenang cepat dan bisa mencapai berat 500 kg. Ikan ini juga mempunyai wilayah
migrasi yang cukup luas yakni tersebar hampir di 100 negara. Salah satunya adalah Southern
Bluefin Tuna yang memijah pada musim panas bulan September sampai Maret di perairan barat
selatan Jawa dan kemudian bergerak dan ditemukan di daerah selatan antara 30 – 50o Lintang
Selatan. Anak-anak ikan ini kemudian bergerak dan menyebar ke laut Selatan, laut Atlantik
Selatan dan kembali ke laut Hindia

Gambar 1. Tuna (a) Southern bluefin tuna (Thunnus maccoyii), jenis tuna yang paling
dicari; (b) “Toro” sashimi, bagian daging tuna yang paling enak dan mahal.

Namun suatu laporan yang mencengangkan ditulis oleh Worm dkk dalam majalah Science
(2006) menyebutkan bahwa persediaan ikan dunia (perikanan tangkap) akan musnah pada tahun
2048 bila perburuan ikan, utamanya ikan tuna, masih terus menggila seperti saat ini dan tidak
adanya upaya pembatasan dalam pengelolaan perikanan tangkap. Hal ini dibuktikan pula dengan
produksi tangkapan ikan tuna dunia yang terus menurun dari tahun ke tahun.

Jepang sebagai negara pemakan ikan terbesar di dunia mengalamai fluktuasi dalam produk tuna
Jepang dari hasil penangkapan dalam kurun waktu 40 tahun (tahun 1950 ・2000). Produk hasil
tangkapan bluefin tuna Jepang (telah) mencapai puncaknya pada tahun 60-an yang hampir
mendekati 80.000 ton dan kemudian menurun sampai tahun 1990 yang hanya mencapai 10.000
ton dan tidak pernah bangkit lagi hingga tahun 2000.
Gambar. 2.   Produksi hasil tangkapan ikan bluefin tuna dalam kurun waktu
                     40 tahun : (a). Jepang (b). Australia.      

Demikian pula halnya dengan Australia yang hanya mencapai puncak produksi tuna sekitar
20.000 ton di tahun 1982 dan kemudian menurun drastis menjadi 6000 ton di tahun 1990 sampai
tahun 2000. Laporan Japan Fisheries Agency 2005 menegaskan bahwa umumnya jumlah
populasi ikan tuna semisal tuna sirip biru (bluefin tuna), West atlantic bluefin, tuna albacore,
tuna pasifik, dan tuna mata besar mengalami penurunan stok akibat penangkapan berlebih. Hal
ini dapat pula dibuktikan dengan nilai volume impor ikan tuna ke Jepang sebesar 269.63 juta yen
di tahun 2002 menjadi 248.92 juta yen atau menurun 3.7% di tahun 2005.

Kenyataan ini membuat khawatir akan musnahnya ikan tuna dunia dan pada akhirnya dibuatlah
berbagai kebijakan untuk menyelamatkan keberlangsungan sumberdaya tuna yang meliputi
pengumpulan data-data statistik sumber daya tuna setiap negara untuk memonitor sistem
perdagangannya, pelarangan ekspor tuna ilegal dan pelarangan perdagangan alat tangkap yang
tidak direkomendasikan untuk dipakai seperti pukat harimau. Selain itu pengaturan penangkapan
tuna perlu dilakukan di setiap negara semisal pembatasan ukuran mata jaring, lisensi, dan
pembatasan kuota penangkapan. 
Jepang sebagai negara importir and konsumen tuna terbesar di dunia telah memulai usaha untuk
ini dengan membentuk lembaga hukum guna memproteksi dan mengelola tuna pada tahun 1996.
Kemudian pada tahun 1998, Food and Agriculture Organizaton of the United Nations (FAO)
membentuk  lembaga internasional yang bernama International Plan of Action for management
of Fishing Capacity. Ini dimaksudkan agar sumber daya ikan tuna dunia tidak punah dan untuk
menepis kehawatiran tersebut.

Selain itu budidaya ikan sebagai usaha yang salah satunya bertujuan memelihara sumberdaya
hayati laut termasuk ikan tuna menjadi suatu keniscayaan untuk mengatasi masalah ini. Beberapa
negara di antaranya Australia dan Mexico telah memulai usaha budidaya ikan tuna dan bahkan
lebih jauh Jepang berhasil mengembangkan riset ikan tuna mulai dari tahap pemijahan hingga
pemeliharaan tuna ukuran konsumsi.

Dua tipe Budidaya Tuna

Secara umum ada dua tipe budidaya  yang dikembangkan dalam budidaya tuna adalah :

1. Penggemukan anak tuna.

Metode ini umumnya dilakukan oleh Australia, tepatnya di Port Lincoln yang dimulai sekitar
tahun 1991 dengan cara menangkap anak-anak tuna berukuran panjang 120 cm dengan berat
sekitar 30-50 kg. Anak-anak tuna ini ditangkap di perairan selatan Australia dan kemudian
dibesarkan (digemukkan) dalam jaring apung laut (ponton laut) selama 3-5 bulan sampai
mencapai ukuran konsumsi untuk dipasarkan sebagian besar ke Jepang.

Sebelum adanya kegiatan budidaya tuna di tahun 1996, nilai ekspor tuna Australia hanya sebesar
6 juta US $, namun semenjak digalakkaannya usaha budidaya, Australia berhasil mendongkrak
nilai ekspor tunanya sebesar 202 juta US $ di tahun 1999/2000 dan meningkat lagi di tahun
2002/2003 menjadi 320 juta US $.

Anak-anak tuna ditangkap dengan mengunakan purse seine dan setelah terjaring ikannya tetap
berada di air laut (dalam jarring) dan ditarik dengan kapal berkecepatan kecepatan 1 ・2 knot.
Setelah tiba di lokasi budidaya langsung dipindah ke dalam pontoon (karamba jarring apung).
Gambar 3. Jaring apung ( Ponton) pemeliharaan tuna

Bentuk pontoon (karamba jaring apung tuna) sebaiknya adalah lingkaran berdiameter 30 ・40
meter terbuat dan dari plastik polietilene hitam. Ring-ringnya terapung dipermukaan air dan
ditopang dengan tiang penyangga. Tiap 2 jaring dihubungkan dengan pelampung. Adapun jaring
bagian dalam yang berisi tuna, mempunyai ukuran mata jaring  60 mm ・90 mm dan kedalaman
jaring 12 ・20 meter. Dasar jaring diletakkan berada paling sedikit 5 meter dari permukaan dasar
laut. Sementara jaring bagian luar dipakai untuk mencegahnya dari pemangsaan ikan hiu atau
untuk mencegah adanya tuna yang terlepas. Ukuran mata jaring luar ini sebesar 150 mm ・200
mm. Namun studi terbaru menyimpulkan bahwa jaring luar tidak diperlukan untuk menghemat
ongkos produksi.

Harga satu jaring sebesar 80.000 ・200.000 US$. Satu unit jaring apung standar mampu
menampung 2000 ekor anak tuna dan itu tergantung berapa diameter jaring dan daya tampung
maksimum yang diizinkan, idealnya 4 kg per meter kubik air. Jaring apung dengan diameter 40
m menyediakan volume sebesar 80% lebih besar dari jaring dengan diameter 30 m, dan
seterusnya bila jaring apung tersebut berdiameter 50 m maka akan mempunyai 60% volume
lebih besar lagi dalam jumlah ikan yang bisa dipelihara.
Gambar 4.  Suasana dalam jaring apung ikan tuna.

Ikan tuna yang tertangkap diberi pakan 2 kali sehari dengan menu ikan sarden atau ikan
mackerel. Namun saat ini sudah dikembangkan dengan pembuatan dan pemberian makanan
buatan (pellet) yang lebih tinggi tingkat efisiensi konsumsi pakannya dan dapat
menghemat biaya.

Gambar 5.  Jenis ikan sarden dan mackerel menjadi santapan tuna 2 kali sehari

Namun perlu dicatat bahwa industri budidaya tuna bukanlah perkara yang mudah karena harus
didukung dengan tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman dan mempunyai latar belakang dalam
perikanan tuna. Kemudian setiap industri harus mengikuti quota aturan lembaga perlindungan
tuna FAO yang harus melaporkan jumlah ikan tuna yang dijual ke pasar internasional.

Selain itu biaya pembuatan pontoon (jaring apung), penyediaan kapal penangkap benih ikan
tuna, tersedianya tenaga ahli penangkapan ikan tuna dan pengetahuan yang mendalam tentang
bagaimana mengoperasikan suatu kegiatan budidaya tuna di laut lepas.
Budidaya Tuna: Suatu Keniscayaan (Bagian
II)

Penanganan induk hingga pemeliharaan benih

Teknik ini adalah umum dilakukan untuk suatu kegiatan budidaya yakni mulai dari penanganan induk
hingga pemeliharaan benih sampai ukuran konsumsi. Jepang patut menjadi contoh dalam usaha
teknologi pembenihan tuna.

Melalui riset yang dikembangkan sejak tahun 1970, Universitas Kinki berhasil memijahkan induk yang
berumur 5 tahun (dipelihara dari tahun 1970 s.d. akhir 1974) di dalam jaring apung. Namun teknologi
budidaya tuna secara lengkap mulai dari penanganan induk, pemijahan, pakan awal larva, teknik
pemeliharaan larva dan pemeliharaan benih baru berhasil dicapai pada tahun 1995 meskipun larva yang
ada hanya bertahan hidup selama 47 hari.

Usaha pemeliharaan tuna di Jepang yang juga menjadi lembaga riset tuna telah dilakukan di lokasi-lokasi
selatan Jepang (Gambar 1).                                                                                                   
Gambar 1. Lokasi-lokasi riset budidaya tuna di Jepang

Kondisi perairan dan jaring apung

Kondisi perairan yang cocok untuk budidaya tuna diantaranya adalah suhu perairan berkisar 15 - 28oC,
perairan budidaya tidak tercemari oleh buangan lumpur sungai, aliran arus laut yang cukup, tingkat
penetrasi cahaya yang cukup besar dan tingkat oksigen terlarut yang tinggi. Bentuk jaring apung harus
dirubah dari kubus dan segiempat ke bentuk lingkaran untuk menyesuaikan dengan tipe berenang tuna.
Satu set jaring apung berukuran  panjang 120 m, lebar 50 meter dan kedalaman 30 m untuk jaring apung
induk yang dipelihara di laut.

Pemeliharaan calon induk

Calon induk dipelihara sejak masih benih yang berasal dari hasil tangkapan trap net atau trolling net.
Benih-benih ini digunakan untuk penelitian dan dipelihara sampai matang gonad. Pemilihan calon induk
yang berasal dari benih dan bukan dari induk laut disebabkan induk-induk yang berasal dari hasil
tangkapan umumnya mati dalam perjalanan atau minimal terluka saat ditangkap.

Calon-calon induk ini diberi pakan ikan segar dan ikan es seperti teri, mackerel, horse mackerel dan
cumi-cumi tergantung pertumbuhannya. Mackerel umumnya digunakan karena ukurannya yang cocok
untuk mulut tuna. Berbagai vitamin dan enzim ditambahkan ke pakan tersebut untuk mendukung
pertumbuhannya. Tingkat pemberian pakan sebesar 2-5% berat tubuh pada 1-2 kali perhari, tergantung
suhu perairan dan ukuran tubuh. Pakan buatan sementara ini belum digunakan. Studi-studi tentang
nutrisi pakan yang cocok buat tuna belum memadai. Melalui pengembangan pakan buatan diharapkan
akan memudahkan untuk memasukkan bahan-bahan hormon yang kelak dapat mempercepat
pemijahannya. 

Pemijahan

Adalah hal yang sulit untuk memelihara induk tuna dalam kolam beton sebagaimana induk-induk ikan
lainnya karena ukuran tubuhnya yang besar. Oleh karena itu tidak mudah pula untuk dilakukan pemijahan
buatan menggunakan manipulasi lingkungan atau pemberian hormon.  Pemijahan yang dilakukan
sekarang sebatas mengikuti kondisi pemijahannya di alam. Pemijahan ikan tuna pertama terjadi di jaring
apung di Universitas Kinki Jepang. 

Ikan yang memijah berumur 5 tahun yang dipelihara pada jaring apung berdiameter 30 m dan kedalam 7
meter pada suhu 21.8 - 25.6oC.  Jumlah telur yang dipijahkan sebanyak 160 x 104 butir dan larva yang
hidup  hanya bertahan selama 47 hari dari waktu menetas.  Pemijahan mulai terjadi pada jam 5 sore dan
mulai mengeluarkan telurnya pada jam 7 malam hingga jam 9 malam.
Sebelum memijah, terlihat 1-2 ekor induk jantan merubah warnanya menjadi hitam saat seekor induk
betina menunjukkan rangsangan untuk memijah di Amami. Perubahan warna induk jantan dari biru ke
hitam erat kaitannya dengan rangsangan hormonal induk betina sesaat sebelum melepaskan telurnya.

Induk tuna tidak selamanya memijah tiap tahun. Misalnya induk yang memijah ditahun 1987 kemudian
memijah kembali 7 tahun kemudian (1994) dan 2 tahun berikutnya berturut-turut (1995 dan 1996).  Oleh
karena itu diperlukan teknologi yang memungkinkan ikan tuna dapat memijah setiap tahunnya.
Kondisi Penetasan Telur

Telur ikan tuna menetas setelah 32 jam pada suhu 24oC selama setengah jam.  Larva yang hidup hanya
bertahan selama 47 jam setelah menetas (Kumai 1995). Tingkat penetasan telur pada induk tuna
berumur 9-10 tahu adalah 83% sedangkan tingkat penetasan telur pada induk yang berumur 7 tahun
adalah 88.3%.

Pemeliharaan larva

Di pusat Penelitian Tuna Amami, Larva dipelihara pada suhu 24.6-27.8oC dan diberi pakan rotifera,
artemia dan larva ikan hidup. Pada tahap ini tingkat kelangsungan hidup larva sangat rendah dimana 5
hari pertama larva yang hidup tinggal 20% dan kemudian pada hari ke-10 tingkat kelangsungan hidupnya
tinggal 10%.  Pada hari ke-20 setelah menetas, terjadi kematian yang tinggi akibat
kanibalisme.selanjutnya akibat lain dari tingginya tingkat kematian adalah saat pemindahan larva ke
jarring apung.

Gambar 2.  Tingkat kelangsungan hidup larva tuna setelah pemijahan (JASFA, 1999)
Jenis-jenis tuna budidaya

Pada dasarnya semua jenis tuna dapat dibudidayakan. Namun teknologi budidaya yang ada untuk saat
ini masih terbatas pada jenis pemeliharaan tuna yang ditangkap/diperoleh dari alam. Sementara teknologi
pemeliharaan tuna yang berasal dari pemijahan buatan belum berhasil karena rendahnya tingkat
kelangsungan hidup.

Ada 7 jenis tuna yang dapat dibudidayakan yakni : Bluefin tuna (Thunnus thynnus); Southern bluefin tuna
(Thunnus maccoyii ); blackfin tuna (Thunnus atlanticus), Yellowfin tuna (Thunnus albacares),  Albacore
(Thunnus alalunga), Tuna mata besar (Thunnus obesus) dan tuna ekor panjang (Thunnus tonggol ).

Bluefin tuna

Dikenal pula sebagai “giant tuna” karena jenis ini memiliki tubuh terbesar (bisa mencapai 500 kg) pada
golongan ikan tuna. Ikan ini memiliki wilayah distribusi yang luas dibelahan bumi utara, sejumlah besar
tertangkap diperairan lautan jepang, dari atlantik utara dan dari laut mediteranian.

Untuk wilayah Jepang, ikan tuna hasil budidaya dikapalkan dari Wakayama, Okinawa dan Amami-
Oshima; juga beberapa negara seperti Spanyol, Turki dan Meksiko mengekspor tunanya ke jepang.
Pemilihan kualitas harga ditentukan oleh kulaitas daging dan warna.  Tuna toro atau belly adalah bagian
daging tuna yang paling popular di jepang yang harganya bisa beberapa kali lipat dari bagian daging tuna
lainnya.
Southern Bluefin Tuna

Di Jepang dikenal sebagai “Indian tuna”, ikan ini mirip dengan bluefin tuna hanya sedikit lebih kecil. Yang
paling besar dapat mencapai panjan 2 meter dan berat kurang dari 200 kg.
Wilayah sebarannya meliputi belahan dunia selatan yang bisa ditangkap di wilayah perairan sekitar
Australia, Selandia Baru dan Afrika Selatan. 

Australia mengekspor sekitar 8000 ton ke jepang. Telah dibudidayakan di daerah selatan Australia,
tepatnya di Port Lincoln. Kualitas dagingnya mirip dengan bluefin tuna dan seperti halnya bluefin tuna,
dagingnya dimanfaatkan sebagai sushi dan sashimi bernilai tinggi.
Southern Bluefin Tuna

Tuna mata besar

Wilayah sebarannya cukup luas yang tersebar mulai dari daerah tropis hingga ke daerah beriklim empat
kecuali laut mediteranian.  Disebut ikan tuna mata besar sebab memiliki ukuran  mata yang besar.
Mereka bermigrasi musiman pada daerah selatan, samudera pasifik ,lautan hindia dan utara , Lautan
Atlantik untuk mencari makanan dan memijah. Ia lebih kecil dari bluefin tuna. 

Jumlah hasil tangkapan adalah yang terbanyak dibanding jenis ikan tuna lainnya.  Karena jumlahnya
yang banyak, harga ikan ini lebih murah dibanding bluefin tuna. Ukuran panjang tuna mata besar berkisar
antara 20 - 37 inchi dan dapat hidup panjang lebih dari 9 tahun.  Mereka dapat memijah sepanjang tahun
dalam gerombolannya dengan menghasilkan telur pada induk betina berkisar antara 3 - 6 juta telur.  Ikan
ini biasa makan pada malam hari dari jenis ikan (mackerel),  cumi-cumi, udang yang ada dipermukaan
hingga kedalaman 500 kaki

 Tuna mata besar

Yellow-finned Tuna

Tuna sirip kuning tersebar di daerah tropis di seantero dunia. Di Jepang mereka hidup di perairan hangat
pada pertemuan arus panas di Hokkaido dan dapat ditangkap pada awal musim panas saat  bluefin tuna
sedikit.  Philipina dan Guam mengekspor jenis tuna ini ke jepang. Dinamakan yellowfin karena pada sisi
samping dan sirip ikan ini berwarna kuning.  jumlahnyadan pertemuan arus Umumnya yellowfin tuna
dimanfaatkan untuk ikan tuna kaleng dan harganya lebih rendah dari tuna albacore.

                                                           Yellow fin tuna

Albacore atau Long-finned Tuna

Memiliki beberapa nama seperti Pasifik albacore, tombo dan “tuna putih”, tersebar luas pada perairan
hangat dunia di utara Pasifik dan Kepulauan Hawaii. Mereka mempunyai daging yang agak kemerahan,
namun sebagian besar dagingnya berwarna agak putih seperti susu semisal ayam saat dimasak.
Umumnya ikan ini dimanfaatkan untuk ikan kaleng tuna putih. Akhir-akhir ini ukuran tuna yang tertangkap
lebih kecil, dan ditangkap pada pasang tinggi, pada suhu perairan dingin. Daging tuna ini dijual di
restoran-restoran sushi Jepang dan dikenal dengan nama bintoro. 

Tuna albacore

Penutup

Indonesia sebagai negara maritim dengan kekayaan laut yang melimpah termasuk tuna dapat diharapkan
suatu saat mampu juga mengikuti jejak Jepang, Australia dan mexico dalam pembudidayaan ikan tuna.
Khusus untuk jenis southern bluefin tuna yang daerah pemijahannya di selatan jawa dan perairan nusa
tenggara mungkin dapat menjadi contoh lokasi pemeliharaan tuna masa depan. Begitupun daerah-
daerah dekat perairan pasifik seperti utara Maluku dan Irian. 

Usaha-usaha pembudidayaan Tuna di Indonesia sebenarnya sudah mulai dirintis oleh Balai Riset
Budidaya Besar Laut Gondol Bali namun masih mngalami kendala-kedala teknis utamanya teknologi
pembenihan. Terlepas dari semua itu budidaya tuna menjadi suatu keniscayaan mengingat
sumberdayanya yang semakin menipis dari tahun ke tahun. Penghasilan devisa negara dari bidang
perikanan dapat ditingkatkan bila di masa depan Indonesia mampu untuk membudidayakan jenis ikan
yang mahal dan menjadi primadona ekspor ini. Semoga.

Pustaka 
1.  FAO (1996). ;Year Book of Fishery statistic. FAO, Rome.
2. Kumai, H. (1995). Process and present status of bluefin tuna. Saibai, JASFA, 76: 43-47.
3. Kumai, H. (1998). Studies on artificial hatchery, rearing and reproduction of bluefin tuna. 
    Nippon suisan Gakkaishi 64(4): 601-605.
4.  Ioka C, K.Kani and H.Nhhala.  Present status and prospects of technical development of tuna sea-
farming
Pembenihan Ikan Tuna Sirip Kuning
Ikan tuna merupakan salah satu ikan ekonomis penting di dunia dengan harga yang relatif tinggi.
Permintaan dunia akan ikan ini terus meningkat terutama untuk tujuan Jepang sehingga aktifitas
penangkapan terus meningkat.

Dampak dari penangkapan ini mulai terlihat dengan terjadinya penurunan hasil tangkapan dan bahkan
penurunan bobot per ekor ikan yang tertangkap. Ini merupakan salah satu indikasi telah terjadinya
penurunan populasi tuna di alam oleh akibat lebih tangkap. Sementara teknologi perbenihan belum
berkembang. Jepang sebagai pioneer dalam perbenihan ikan tuna baru berhasil dalam penelitian skala
laboratorium.

Pemerintah Jepang berpendapat bahwa Indonesia bertanggung jawab atas kelangsungan perikanan tuna
dunia karena Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor ikan tuna terbesar dunia. Untuk itu
perlu dilakukan studi tentang perbenihan ikan tuna di wilayah perairan tropis.

Tahun 2001, pemerintah Indonesia Jepang sepakat menandatangani perjanjian kerjasama riset dalam
bentuk Proyek Riset Perbenihan ikan tuna sirip kuning (T. albacares) yang dilaksanakan di Balai Besar
Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol, Bali. Pada tahun 2003, proyek kerjasama ini telah berhasil
dalam mengembangkan teknik penangkapan, transportasi dan aklimasi calon induk. ikan tuna.
Keberhasilan ini diikuti dengan pengembangan teknik pembesaran dan pemijahan induk ikan tuna sirip
kuning.

PENGELOLAAN CALON INDUK

 Transportasi calon induk


Transportasi ikan tuna yang tertangkap dilakukan dengan menggunakan bak fiberglas oval vol. 1
m3. Dengan menggunakan bak ini hanya 2-3 ekor ikan berukuran 2 kg atau satu ekor untuk ikan
berukuran 3-5 kg yang dapat ditransportasikan dalam satu trip.
 Pengobatan
Ikan-ikan yang berhasil ditansportasikan ditempatkan dalam bak pengobatan untuk dilakukan
pengobatan dan observasi kondisi kesehatan ikan selama 24 jam. Pengobatan dilakukan dengan
perendaman menggunakan Sodium Nifurstirenate (Na-NFS) yang lebih dikenal dengan nama
dagang Erubazu sebesar 10 – 20 ppm selama 2 jam. Ikan-ikan yang sehat ditransfer ke bak
aklimasi dengan menggunakan kantong plastik setelah terlebih dahulu dilakukan pengukuran
panjang cagak, memasukkan tagging dan pemotongan finlet untuk keperluan analisa genetik.
 Aklimasi
Calon induk yang masih berukuran antara 2-3 kg tersebut dipelihara dalam bak beton bervolume
150 m3 ( ø 8m kedalaman 3m) dalam beberapa bulan untuk observasi pertumbuhan dan
kesehatan ikan sehingga ikan yang dipindah ke dalam bak induk sudah benar-benar sehat dan
teraklimasi. Selama dalam bak aklimasi, ikan diberi pakan satu kali sehari dari Senin-Sabtu dan
pada hari Minggu tidak diberi pakan. Pakan yang diberikan berupa ikan layang dan cumi-cumi
sebesar 10-20 % biomas. Untuk menjaga kesehatan ikan, diberikan tambahan vitamin kompleks
sebesar 15 g/kg pakan atau 0.4 g/kg bobot ikan dalam bentuk kapsul. Pertumbuhan harian rata-
rata ikan yang dipelihara dalam bak aklimasi adalah 50 g/hari. Hal ini masih bisa ditingkatkan jika
tujuannya untuk budidaya.

PEMELIHARAAN INDUK
Ikan-ikan dari bak aklimasi yang telah terseleksi dan mencapai bobot rata-rata 3 kg dipindahkan ke bak
induk bervolume 1500 ton (ø 18m, kedalaman 6m) untuk selanjutnya dijadikan induk. Semua ikan telah
diberi tagging sehingga setiap ikan dapat didata dan akan berguna untuk pendugaan kualitas genetik
setelah memijah melalui analisa genetik.
Calon induk ikan tuna diberi pakan satu kali sehari dari Senin-Sabtu dan pada hari Minggu tidak diberi
pakan. Pakan yang diberikan berupa ikan layang dan cumi-cumi sebesar 5-10 % biomas. Untuk menjaga
kesehatan ikan, mempercepat pematangan gonad, diberikan tambahan vitamin kompleks sebesar 0.06,
Vitamin C 3.75 dan vitamin E 0.03g/kg bobot induk. Vitamin kompleks dan Vitamin C diberikan setiap hari
sementara vitamin E setiap dua hari.

Pertumbuhan ikan yang dipelihara dalam bak induk dipertahankan semirip mungkin dengan pertumbuhan
ikan tuna di alam sehingga tidak mengalami kegemukan.

Berbeda dengan jenis ikan-ikan laut lainnya yang dapat disampling setiap bulan untuk melihat
pertumbuhan atau tingkat kematangan gonad. Ikan tuna sebagai ikan perenang cepat dengan kulit yang
sangat sensitif terhadap penanganan, sulit dilakukan sampling sehingga data pertumbuhan hanya dapat
diperoleh jika ada ikan yang mati. Kematian yang sering terjadi adalah akibat menabrak dinding bak
dalam kondisi ikan yang sehat sehingga data yang didapat sangat akurat.

Berdasarkan data tersebut diperoleh dugaan pertumbuhan harian sebesar 30 -70 g/hari. Setelah satu
tahun pemeliharaan, beberapa ikan telah mencapai matang gonad dan memijah. Diperkirakan ada 10
ekor ikan telah berumur 3 tahun. Pemijahan pertama terjadi pada bulan Oktober 2004 selama 10 hari
berturut-turut, namun setelah itu belum pernah memijah kembali.

Pemberian hormon LHRH dengan metode Oral Administration sudah dilakukan sebanyak 3x dengan
dosis 500mg/kg ikan dengan tujuan memacu kematangan gonad.

Pengelolaan air pemeliharaan


Dalam pemeliharaan ikan tuna dalam bak terkontrol, kualitas air memegang peranan yang sangat penting
baik tingkat kandungan oksigen, pH air, dan kandungan kimia lainnya serta tingkat kecerahan air.

Untuk menjaga kondisi air tetap bagus, diperlukan satu paket suplai air yaitu pompa air laut, saringan
pasir, tandon penampungan air, pipa saluran air ke setiap bak, biofilter. Dengan menggunakan sistem ini,
pengelolaan air menjadi sistem semi tertutup (50 % resirkulasi) dan fluktuasi parameter air tidak terlalu
besar. Pengukuran parameter kualitas air terutama Oksigen, pH dan salinitas dilakukan setiap hari
sehingga jika terjadi perubahan yang drastis dapat dilakukan tindakan awal.

Untuk menambah suplai oksigen kedalam air digunakan ring blower 2.2 KW untuk bak aklimasi dan 3.7
KW untuk bak induk. Pembersihan dinding dan dasar bak dilakukan setiap dua bulan.

Pemijahan
Pemijahan terjadi secara alami antara pagi hingga malam hari dan telur terkumpul dalam bak pemanenan
yang telah dilengkapi dengan jaring. Telur dapat dipanen 2 jam setelah memijah dan selanjutnya di
inkubasi dalam bak fiberglass 5001. Telur menetas setelah 24 jam inkubasi.

PEMELIHARAAN LARVA
Larva baru menetas mempunyai morfologi yang hampir sama dengan larva ikan laut pada umumnya.
Mata belum berfungsi demikian juga dengan mulut dan anus. Pemeliharaan larva hampir sama dengan
larva ikan laut pada umumnya hanya berbeda pada regim pakan. Pengelolaan lingkungan pemeliharaan
larva dilakukan dengan pemberian Nannochloropsis sp, Dengan kepadatan 0.5 x 106 sel/ml dengan
system pergantian air secara terus-menerus.

Anda mungkin juga menyukai