Burhanuddin Halimi
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesa 10 Bandung 40132
*
Email : burhan@konversi.ee.itb.ac.id
ABSTRAK
Pada makalah ini diusulkan amonia sebagai fluida kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas Laut Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa pembangkit yang diusulkan dapat membangkitkan daya sebesar ~100 kW.
Pembangkit ini dapat dijadikan sebagai satu alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan energi listrik berbasis
energi terbarukan di Indonesia di masa mendatang.
Kata kunci: Amonia, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Laut, fluida kerja
ABSTRACT
In this paper, ammonia is proposed as the working fluid of Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC). The
result shows that the proposed power generation can generate ~100kW in term of net power. This power
generation can be assigned as one of alternative solutions for providing renewable energy-based electrical
power supplies in Indonesia in the future.
energi sinar matahari, biomassa dan sampah relatif tinggi dibandingkan dengan daerah-
(PT PLN (Persero), 2017). Sebagai salah satu daerah sub-tropis.
negara tropis dengan garis pantai terbesar Secara umum skema pembangkit berbasis
kedua di dunia, Indonesia mempunyai potensi OTEC (closed cycle) diperlihatkan pada
sumber daya energi terbarukan, yang belum Gambar 3. Sebagaimana diperlihatkan pada
banyak diketahui oleh masyarakat umum dan Gambar 3, terdapat beberapa komponen-
juga belum dioptimalkan pemanfaatnnya, komponen utama, yaitu:
berupa energi laut atau samudra yang sangat Pompa, digunakan untuk
besar. Salah satu bentuk pemanfaatan potensi memompakan air permukan laut yang
energi laut adalah potensi energi panas yang hangat ke evaporator, memompkanan
ada di perairan laut Indonesia tersebut. Energi air laut dalam yang dingin ke
panas laut ini merupakan energi yang kondensor, serta memompakan fluida
dibangkitkan oleh adanya perbedaan kerja ke evaporator.
temperatur antara air di permukaan laut dan air
laut di kedalaman tertentu atau lebih sering
disebut dengan istilah Ocean Thermal Energy
Conversion (OTEC). Berdasarkan data,
terdapat 16 lokasi di Indonesia yang berpotensi
untuk dikembangkan OTEC, antara lain lepas
pantai Bali, Jawa, Kalimantan Timur, Sulawesi
Utara, Selat Makasar (BPPT, 2014; Syamsudin
dkk., 2015). Secara teoritis potensi energi
panas laut ini setara dengan 57 GWe (BPPT,
2014; Querapas dkk., 2015). Potensi tersebut
dapat diperlihatkan sebagaimana diilustrasikan
pada gambaran distribusi temperatur air di
beberapa permukaan laut di Indonesia pada Gambar 1. Temperatur air di permuakaan laut
Gambar 1 (Lewis dkk., 2011). Indonesia (Lewis, dkk. 2011)
Namun, sampai saat ini perkembangan
pembangkit listrik berbasis energi kelautan Temperatur [oC]
masih belum begitu berkembang dan masih 0 o
4 o
8o 12 o 16 o 20 o 24 o
0
memerlukan penelitian lebih lanjut. Makalah
ini akan membahas potensi ammonia sebagai
500
fluida kerja untuk sebuah Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Laut. Pemilihan amonia Thermocline
1000
didasarkan pada karakteristik yang dimiliki
fluida ini yaitu titik didih lebih rendah dari 1500
Kedalaman [m]
Air Laut 1
Permukaan
Fluida Kerja (Uap)
Generator
Pompa
Evaporator Turbin
2
Fluida Kerja Kondensor
4
(Cair) 3
Pompa
Air Laut
Dalam
Pompa
Gambar 3. Skema Pembangkit Listrik Tenaga Panas Laut (OTEC) (Quirapas, 2015)
Evaporator, pada komponen ini terjadi Pada kurva T-s, sebagimana diperlihatan
transfer panas antara air permukaan pada Gambar 4, tampak bahwa untuk tekanan
laut yang hangat dengan fluida kerja 1 MPa amonia memiliki titk didih pada
yang memiliki titik didih rendah temperatur 24,9oC. Hal ini menunjukkan
sehingga dimungkinkan untuk bahwa dengan mengatur tekanan kerja amonia
dihasilkan uap pada temperatur pada tekanan 1 MPa, perubahan wujud amonia
rendah. dari wujud cair menjadi gas (uap) dapat
Turbin, fluida kerja dalam bentuk uap dicapai dengan mengatur titik kerja pada
akan menggerakkan turbin sebagai temperatur minimal 24,9oC. Tentu saja hal ini
penggerak mula generator sinkron tidak dapat dicapai jika fluida kerja yang
sehingga dapat dihasilkan energi listrik digunakan adalah air, dimana pada tekanan 1
di sisi keluaran generator. MPa, titik didih air berada pada temperatur
Kondensor, agar fluida kerja dapat 179,88oC (NIST, 2013).
dipompa kembali ke evaporator, maka
harus dipastikan bahwa fluida kerja
sudah dalam bentuk cair. Tugas inilah
yang dilakukan oleh komponen
kondensor.
Pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Laut (tipe closed cycle) ini digunakan fluida
kerja yang aman dengan titik didik yang relatif
rendah untuk mengakomodasi potensi
perbedaan temperatur antara air laut
permukaan dan air laut dalam yang bernilai di Gambar 4. Kurva T-s amonia
sekitaran 20oC untuk daerah potensial di
Indonesia. PEMODELAN SISTEM
Untuk menentukan titik kerja sistem,
KARAKTERISTIK AMONIA dilakukan perhitungan termodinamika untuk
Amonia (NH3) merupakan senyawa yang setiap titik kondisi siklus (titik 1, 2, 3, dan 4),
pada umumnya dijumpai pada wujud gas. sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.
Amonia miliki titik lebur relatif rendah yaitu - Daya termal masukan yang diperlukan untuk
77,73oC. Sedangkan titik kritikal amonia mengubah wujud fluida kerja dari wujud cair
terletak pada kondisi suhu 132,25 oC dan menjadi gas di evaporator dianalisis
tekanan 11,33 MPa (NIST, 2013). Gambar 4 mengunakan persamaan kesetimbangan massa
memperlihatkan kurva T-s amonia pada dan energi (Halimi, Suh, 2012), sebagai
beberapa nilai tekanan. berikut:
dimana Qe adalah daya termal evaporator dari Wnet Wt Wp Wwsp Wcsp (3)
air laut permukaan, mws adalah laju masa air
laut permukaan, cp adalah konstanta dimana Wnet adalah daya bersih yang
perpindahan panas dari air laut permukaan ke dihasilkan, Wt adalah keluaran generator, Wp
fluida kerja, Tws-i adalah temperatur air laut adalah daya yang diperlukan pompa fluida
permukaan masukan evaporator, dan Tws-o kerja, Wwsp adalah daya yang diperlukan pompa
adalah temperatur air laut permukaan keluaran air laut permukaan, dan Wcsp adalah daya yang
evaporator. diperlukan pompa air laut dalam.
Berdasarkan Persamaan (1), laju masa
fluida kerja dapat dihitung sebagai berikut: HASIL ANALISIS
Pada desain konseptual Pembangkit
Qe Listrik Tenaga Panas Laut ini, diasumsikan
m (2) suhu permukaan air laut sebesar 30oC. Dengan
h1 h4
asumsi suhu air laut dalam sebagai masukan
kondensor sebesar 7oC, maka diperoleh selisih
dimana m adalah laju masa fluida kerja, hp perbedaan temperatur air permukaan dan air
adalah entalpi di titik kondisi 1, dan h4 adalah dalam sebesar 23oC. Hasil analisis siklus
entalpi di titik kondisi 4, sebagaimana tertutup pembangkit diperlihatkan pada
diperlihatkan pada Gambar 3. Sedangkan total Gambar 5.
T1 =25oC
P1 = 1,00 MPa
Air Laut 1
Permukaan Net power: ~100 kW
Fluida Kerja (Uap)
Generator
Pompa
Evaporator Turbin
2
T3 =11,8oC
T4 =11,92oC P3 = 0,65 MPa Kondensor
4
P4 = 1,00 MPa
3
Pompa